SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
TERBENTUKNYA NETWORKED
INDIVIDUALISM: STUDI KASUS CANCEL
CULTURE TERHADAP PUBLIC FIGURE
GOFAR HILMAN
KELOMPOK 3 :
BINTANG MAULANA WINTIANO PRATAMA - 2106747956
REZA ACHMAD RAMADHAN - 2106716130
LATAR BELAKANG
Penelitian ini berpendapat bahwa perkembangan teknologi khususnya media digital
memberikan cara baru dalam membangun hubungan antar sesama manusia. Hubungan yang
dibangun oleh manusia tidak hanya terjadi pada dunia nyata saja, tetapi dapat melalui
dunia maya. Penggunaan media digital menjadi hal yang penting dalam membangun
hubungan sosial antar sesama manusia melalui dunia maya. Salah satu media digital yang
paling banyak digunakan oleh manusia adalah media sosial. Media sosial adalah
seperangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru yang memungkinkan terjadinya berbagai
jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia bagi orang biasa (Brogan, 2010).
Di dalam dunia sosial, media sosial memainkan peran penting dalam memfasilitasi berbagai
fenomena dan aktivitas online yang melibatkan individu maupun komunitas. Dalam
penelitian yang ditulis oleh Malik dan Haidar (2020) menjelaskan beberapa aktivitas yang
melibatkan partisipasi individu dalam sebuah komunitas yang berkaitan dengan konsep
Community of Practice (CoP). Dalam penelitian tersebut terdapat 3 dari 4 CoP berkaitan
dengan aktivitas online seperti fandom terlibat pada streaming events, hashtag trending,
dan Selca Days.
Aktivitas online dalam penggunaan media tidak hanya terbatas dalam beberapa contoh.
Terdapat berbagai aktivitas online yang sering ditemui adalah penyebaran berita dan
informasi, pengisian petisi online, penggalangan dana online, dll. Berbagai bentuk aktivitas
online dapat dikaitkan dengan konsep networked individualism yang ditemukan oleh
Wellman. Konsep networked individualism merupakan sebuah cara baru untuk terhubung
secara sosial dengan orang lain dan membentuk komunitas (Park et al., 2014). Dalam
penelitian yang ditulis oleh Park et al. (2014) menyatakan bahwa keduanya memiliki
hubungan yang positif yaitu memberikan benefit berupa penerimaan dukungan emosional
dan memperoleh informasi yang berguna.
Penggunaan media sosial juga memberikan sebuah fenomena seperti cancel culture.
Fenomena cancel culture mengacu pada sebuah praktik penarikan dukungan atau boikot
massal. Salah satu contoh kasus terkait fenomena tersebut adalah penolakan Gofar Hilman
sebagai penyiar di salah satu stasiun radio. Fenomena tersebut melibatkan berbagai
aktivitas online baik berupa penandatangan petisi dan unggahan komentar. Hal tersebut
dikarenakan terdapat persamaan tujuan dan kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing
individu. Selain itu, fenomena tersebut melibatkan pembentukan networked individualism.
Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk menjelaskan terbentuknya networked
individualism pada kasus penolakan terhadap Gofar Hilman.
PERTANYAAN
PENELITIAN
Pertanyaan penelitian yang dikembangkan berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian
ini berusaha untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu,
bagaimana terbentuknya networked individualism
melalui konten yang menginformasikan bergabungnya
Gofar Hilman sebagai penyiar di stasiun radio Prambors
di platform twitter serta penandatanganan petisi online
di web change.org atau konten lain yang berhubungan
dengan penolakan Gofar Hilman.
KERANGKA PENELITIAN
Era modernisasi telah menghasilkan perkembangan teknologi internet yang sangat pesat.
Perkembangan tersebut pun mempengaruhi kemudahan mengakses sosial media sehingga
kini marak kita jumpai fenomena cancel culture. Melalui media sosial, para warga internet
atau netizen menjadi memiliki kuasa yang dapat digunakan untuk memberikan pengaruh
tertentu terhadap warga internet lainnya, terutama publik figur yang yang bermasalah
melalui cancel culture sebagai perwujudan sanksi sosial. Dalam hal ini, dunia sosial pada
media sosial menjadi medium partisipasi warga internet untuk menyampaikan pendapat.
Lalu, cancel culture juga menunjukkan bahwa media sosial memiliki potensi besar untuk
menjadi medium untuk warga internet bertindak secara kolektif untuk memberi sanksi
sosial (Mueller, 2021). Bagi public figure atau seseorang yang bermasalah, tindakan cancel
culture dapat mencegah seseorang untuk melakukan kesalahan yang lebih buruk lagi sebab
warga internet telah meminta orang tersebut untuk bertanggung jawab atas tindakannya
(Mitrofan, 2020).
Dunia sosial memiliki konsep sebagai perangkat heuristic yang menggunakan cara open-
ended untuk mengeksplorasi sebuah permasalahan. Hal ini berhubungan dengan ilmu sosial
dan humaniora yang melihat konsep community dan network sebagai dua hal yang saling
berhubungan untuk memahami dunia sosial. Dunia sosial juga mencakup sistem perilaku,
sistem aktivitas, dan subkultur. Konsep yang dapat menjelaskan dan memahami bagaimana
dunia sosial saling terhubung adalah konsep komunitas. Komunitas dalam fenomena cancel
culture mengacu pada individu yang terhubung melalui jaringan internet karena memiliki
kesamaan minat. Komunitas dapat dipelajari perilaku dan kebiasaannya secara online
walaupun tidak memiliki keterkaitan hubungan secara geografis (Wellman, 2003).
Konsep dunia sosial membuka peluang baru bagi kemunculan interaksi antarindividu dalam
dunia digital. Melalui dunia digital, para warga internet dapat bersatu untuk melakukan
aktivisme berdasarkan persamaan sudut pandang dan keresahan terhadap suatu hal yang
dirasa akan berdampak buruk bagi khalayak umum (Pink dan Postill, 2016). Aktivisme
tersebut tergolong dalam gerakan sosial massa secara masif. Saat ini kita telah memasuki
masa viral reality yang mengakibatkan para warga internet yang amatir dan para
profesional dalam bidang media dapat secara bersama-sama mendefinisikan bagaimana
berita yang layak dipublikasikan, diberikan tanggapan, dan dibagikan kepada pengguna
internet lainnya.
Social Network Analysis menjadi populer di kalangan ilmuwan sosiolog dan ahli ekonomi.
Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan komputer yang semakin intens untuk menunjang
kebutuhan dalam penelitian ilmuwan sosial. Penggunaan teknologi komputer juga
berpengaruh terhadap perubahan perilaku masyarakat umum. Masyarakat umum beralih ke
dunia digital dan mulai membangun hubungan sosial antar sesama. Fenomena tersebut
memicu terbentuknya networked individualism, yakni komunitas yang tersebar dalam
berbagai kondisi geografis dan merekonfigurasi hubungan sosial yang telah terbentuk
secara kolektif di masa lalu menjadi lebih “me-centred”. Konsep networked individualism
digunakan sebagai dasar pemikiran dalam penelitian ini yang akan mengkaji fenomena
cancel culture terhadap Gofar Hilman ketika dirinya diumumkan menjadi penyiar di salah
satu stasiun radio ternama di Indonesia. Oleh karena itu, mereka dapat disebut sebagai
warga internet atau biasa disingkat warganet. Mereka mencari cara-cara baru dalam
memahami hubungan antara bagaimana masyarakat terbentuk secara struktural dan
bagaimana hubungan sosial dapat bersatu hanya karena dengan suatu kegiatan tertentu.
Dalam konteks cancel culture, konsep networked individualism dapat mengkaji bagaimana
cara individu dalam menggunakan jaringan digital untuk memobilisasi atau mempopulerkan
penolakan terhadap tokoh tertentu yang dianggap telah melanggar norma dan hukum yang
berlaku (Lange, 2019).
METODOLOGI DAN DISEMINASI
Subjek Penelitian
Pengguna aktif media sosial baik instagram atau twitter,
Berusia 18-25 tahun,
Mengetahui informasi terkait kasus cancel culture yang melibatkan public
figure Gofar Hilman,
Turut berpartisipasi dalam kasus cancel culture yang melibatkan public figure
Gofar Hilman,
Bersedia untuk melakukan wawancara mendalam.
1.
Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pengguna aktif media
sosial seperti instagram dan twitter. Hal tersebut kami pilih dikarenakan
fenomena yang kelompok kami teliti sebagian besar terjadi di kedua media sosial
tersebut. Dalam penelitian ini terdapat empat subjek penelitian yang akan diteliti.
Terdapat syarat dan ketentuan partisipan yang kami teliti, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
METODOLOGI DAN DISEMINASI
Hal-hal apa saja yang anda ketahui tentang fenomena cancel culture terhadap Gofar Hilman?
Apakah yang menjadi penyebab cancel culture terhadap gofar hilman?
Menurut anda, bagaimana fenomena cancel culture yang terjadi pada Gofar Hilman dapat mempengaruhi
karirnya?
Bagaimana tanggapan anda terkait cara Gofar Hilman dalam menanggapi cancel culture yang menimpa
dirinya?
Menurut anda, sejauh apa peran media sosial dalam mempopulerkan cancel culture terhadap Gofar
Hilman?
Apakah Anda terlibat atau berpartisipasi dalam fenomena cancel culture yang melibatkan Gofar Hilman?
Bagaimana bentuk partisipasinya serta alasan melakukan partisipasi tersebut?
Dalam partisipasi tersebut apakah Anda merasa terhubung atau terkoneksi dengan individu-individu lain?
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berusaha untuk melihat lebih lanjut terkait dengan
partisipasi beberapa pengguna aktif media sosial yang turut berpartisipasi dalam fenomena cancel culture
yang menyerang public figure Gofar Hilman. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian
ini menggunakan wawancara mendalam (in depth interview) melalui tanya jawab secara lisan. Untuk
mendukung proses pengumpulan data tersebut, peneliti juga menggunakan berbagai alat atau media seperti
Zoom, Google Meet, dan berbagai media lain yang dapat mendukung proses pengumpulan data disertai
dengan perekam sebagai sarana untuk memastikan kembali jawaban yang diberikan oleh partisipan. Peneliti
telah menyusun pertanyaan umum terkait wawancara yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
METODOLOGI DAN DISEMINASI
3. Analisis Data
Analisis data yang digunakan merupakan analisis naratif, Analisis naratif merupakan kegiatan memproses
data hasil penelitian berdasarkan cerita dan pandangan yang diberikan oleh narasumber melalui narasi
tentang kegiatannya (Darmanita,. Yusri, 2020). Metode ini menggunakan data kualitatif yang ingin di
organisasi dan interpretasi dalam bentuk naratif sehingga memiliki makna.
Data untuk analisis naratif dikumpulkan melalui proses wawancara yang membahas informasi relevan yangs
sesuai dengan kebutuhan dan topik penelitian. Data tersebut dianalisis untuk mengetahui pola keterkaitan
sehingga hubungan antara masing-masing elemen dalam pertanyaan wawancara dapat diketahui
keterkaitannya. Analisis naratif memerlukan transkripsi data, pemahaman data, dan pengelompokkan data
yang disesuaikan dengan kategori pertanyaan wawancara dalam penelitian (Polkinghorne, 2005).
4. Diseminasi
Sebagai tahap publikasi, tim peneliti akan melakukan diseminasi penelitian sebagai bentuk
pertanggungjawaban telah melakukan penelitian dan mengimplementasikan ilmu akademis. Tim peneliti
memutuskan untuk melakukan diseminasi berupa secara online melalui platform Slideshare yang akan
dipublikasikan pada tanggal 16 Juni 2023.
HASIL PENELITIAN
Bentuk Partisipasi Dalam Fenomena Cancel Culture kepada Gofar Hilman
1.
Peneliti menemukan beberapa bentuk partisipasi dalam fenomena cancel culture yang melibatkan seorang public
figure Gofar Hilman. Beberapa partisipasi yang ditemukan dalam fenomena tersebut adalah melalui unggahan
komentar di berbagai konten yang terdapat dalam beberapa media sosial seperti twitter maupun instagram. Selain
itu, terdapat bentuk partisipasi lain yang dilakukan oleh responden yaitu turut serta dalam penandatanganan
sebuah petisi yang berisi penolakan terhadap Gofar Hilman yang diunggah melalui website change.org. Lebih dari
itu, narasumber juga berpartisipasi dengan cara membagikan postingan terkait cancel culture menggunakan fitur
story dalam rangka menyebarkan perhatian lebih luas kepada pengikut akun media sosial narasumber tentang
kasus yang sedang trending topic dan mendapatkan cancel culture dari warga internet.
Peneliti juga menemukan berbagai alasan yang memicu para responden untuk turut serta dalam fenomena cancel
culture yang melibatkan Gofar Hilman. Beberapa alasan yang melatarbelakangi partisipasinya yaitu kekhawatiran
akan hal yang sama terulang kembali. Tentu fenomena tersebut hadir akibat konsekuensi yang diterima atas
perbuatan yang dilakukan oleh public figure tersebut. Peneliti juga menemukan responden yang menyebutkan
bahwa mereka terlibat dalam fenomena melakukan cancel culture disebabkan karena telah memiliki pemahaman
mengenai topik yang sedang menjadi trending topic. Narasumber melakukan hal tersebut karena merasa memiliki
pemikiran yang sama dengan pengguna internet yang lain sehingga narasumber merasa telah mendapatkan validasi
bahwa pemikirannya merupakan hal yang wajar.
HASIL PENELITIAN
2. Terbentuknya Networked Individualism Dalam Fenomena Cancel Culture kepada Gofar Hilman
Fenomena cancel culture yang melibatkan Gofar Hilman melahirkan berbagai gerakan atau partisipasi yang ditunjukkan kepada
public figure tersebut. Salah satu bentuk gerakan yang cukup populer akibat pengumuman terkait pengangkatan Gofar Hilman
sebagai penyiar radio di salah satu stasiun radio adalah kemunculan petisi yang berisi penolakan terhadap pengangkatan Gofar
Hilman melalui web change.org. Beberapa responden yang turut serta dalam gerakan tersebut mewakili dirinya sendiri bukan
terikat akan suatu komunitas.
Selain itu, dalam gerakan tersebut beberapa responden merasakan keterikatan atau konektivitas yang terjalin dengan individu
lain. Hal tersebut dikarenakan responden merasakan adanya persamaan tujuan dengan beberapa individu lain yang
menyebabkan adanya keterikatan emosional seperti yang muncul pada penelitian sebelumnya. Misalnya, salah satu responden
menyebutkan bahwa alasan ia berpartisipasi dalam melakukan cancel culture disebabkan karena memahami perasaan korban
pelanggaran yang dilakukan oleh publik figur. Narasumber tersebut pun merasakan bahwa ia memiliki perasaan dan pemahaman
yang sama dengan pengguna internet lain yang peduli dengan kasus dan berempati terhadap korban. Konektivitas tersebut
tetap muncul dan dirasakan meskipun responden tidak melakukan komunikasi lebih jauh dengan individu lainnya sebab
hubungan komunikasi yang dilakukan hanya sebatas menggunakan kolom komentar.
Peneliti juga menemukan narasumber yang menyebutkan bahwa ia berpartisipasi untuk melakukan cancel culture terhadap
public figure yang menjadi trending topic setelah mendapatkan dan mengumpulkan bukti-bukti valid. Dalam hal ini, narasumber
menunjukkan bahwa ia ingin bertindak secara rasional dan ilmiah serta tidak mau secara impulsif hanya sekadar “ikut-ikut”
pengguna internet lainnya dalam menerapkan cancel culture. Narasumber tersebut pun menunjukkan bahwa dengan tidak
secara impulsif melakukan cancel culture ternyata ia masih dapat berinteraksi dengan pengguna lain yang memiliki pemahaman
yang sama seperti dirinya. Dengan demikian, narasumber kembali menegaskan tidak ada salahnya jika kita bertindak dengan
hati-hati, tidak asal menuduh, dengan mengumpulkan bukti dan fakta yang valid sebelum melakukan cancel culture sebab
daripada terlanjur melakukan hal yang sia-sia dan dapat berpotensi terjerat UU ITE apabila menuduh tanpa bukti sebab telah
mencoreng nama baik.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa narasumber yang berpartisipasi dalam penelitian memiliki berbagai cara
tersendiri dalam berpartisipasi melakukan cancel culture. Cara partisipasi tersebut pun mempengaruhi kedalaman
aspek keterikatan dengan pengguna internet lainnya. Alasan-alasan yang mendasari partisipasi juga memiliki
perbedaan pada setiap narasumber dalam penelitian ini. Setidaknya, terdapat dua alasan yang mendasarinya,
yaitu, narasumber pada saat sebelumnya telah memiliki pemahaman terhadap kasus yang mendapatkan cancel
culture, dan narasumber secara mandiri ingin membuktikan terlebih dahulu terkait kebenaran sehingga tidak
melakukan cancel culture yang terkesan impulsif atau sekadar “ikut-ikut” pengguna internet lainnya. Akan tetapi,
aspek networked individualism yang ditemukan oleh peneliti memiliki kesamaan pada setiap narasumber.
Keterikatan dengan pengguna internet lain yang dirasakan oleh narasumber hanya berlangsung pada kolom
komentar postingan terkait saja. Dengan demikian, peneliti tidak menemukan interaksi sosial yang lebih solid di
luar kolom komentar, terlebih yang membahas topik-topik selain cancel culture terhadap public figure
Brogan, C., 2010. Social Media 101: Tactics and Tips to Develop your Business Online. New Jersey. John Wiley & Sons,
Inc.
Darmanita, Zakiah., Yusri, M. (2020). Pengoperasian Penelitian Naratif dan Etnografi: Pengertian, Prinsip-Prinsip,
Prosedur, Analisis, Interpretasi dan Pelaporan Temuan. Jurnal Manajemen dan Dakwah. Staiddimakassar.
Lange, P. G. (2019). Cancel Culture and the Corrosion of Critique. In P. G. Lange, S. Mirza, & A. S. Ziegler (Eds.), Public
Anthropologies of Cancel Culture (pp. 1-19). American Anthropological Association.
Malik, Z., & Haidar, S., 2020. Online community development through social interaction — K-pop stan twitter as a
community of practice. Interactive Learning Environments, 31(2), pp 733-751.
Mitrofan, F. (2020). Canceling the Callouts The Dramageddon of 2019 and the Effects of Cancel Culture Online
[UPPSALA UNIVERSITET].
Mueller, T., 2021. Blame, then shame? Psychological predictors in cancel culture behavior. The Social Science Journal.
Park et al., 2014. Online Activities, Media Literacy, and Networked Individualism on Korea Youth. Youth & Society,
47(6).
Pink, S., Horst, H., Postill, J., Hjorth, L., Lewis, T. and Tacchi, J., 2016. Digital ethnography: Principles and practice. Sage.
Polkinghorne, D.E. (2005). Language and Meaning: Data Collection in Qualitative Research. Journal of Counseling
Psychology, 52(2), 137-145.
REFERENSI
TERIMA
KASIH
Artikel dapat diakses melalui tautan berikut :
https://drive.google.com/drive/folders/18GJaVYKJuxL
pOuYkhDupVuEiIDl0AFKA?usp=drive_link

More Related Content

Similar to TERBENTUKNYA NETWORKED INDIVIDUALISM

SAP 7 Digital Etnografi - Social World
SAP 7 Digital Etnografi - Social WorldSAP 7 Digital Etnografi - Social World
SAP 7 Digital Etnografi - Social WorldFransiska Larasati
 
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6Syahdyah Amna
 
Tugas digital etnografi 6
Tugas digital  etnografi 6Tugas digital  etnografi 6
Tugas digital etnografi 6Yohana Parida
 
DINAMIKA SOSIAL DI ERA INFORMASI BERBASIS DATA.pptx
DINAMIKA SOSIAL DI ERA INFORMASI BERBASIS DATA.pptxDINAMIKA SOSIAL DI ERA INFORMASI BERBASIS DATA.pptx
DINAMIKA SOSIAL DI ERA INFORMASI BERBASIS DATA.pptxAyieTogar
 
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...RegitaWyartiningtyaz
 
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer
 Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer  Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer RegitaWyartiningtyaz
 
Materi psikom 14 media sosial dalam komunikasi
Materi psikom 14 media sosial dalam komunikasiMateri psikom 14 media sosial dalam komunikasi
Materi psikom 14 media sosial dalam komunikasiAhmad Kurnia
 
Isu politik di media sosial (perspektif konstruksi realitas media)
Isu politik di media sosial (perspektif konstruksi realitas media)Isu politik di media sosial (perspektif konstruksi realitas media)
Isu politik di media sosial (perspektif konstruksi realitas media)Lusianai Waode
 
Homo Digitalis dan Aktivisme Digital.pptx
Homo Digitalis dan Aktivisme Digital.pptxHomo Digitalis dan Aktivisme Digital.pptx
Homo Digitalis dan Aktivisme Digital.pptxradiussetiyawan2019
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiadausinstitute
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaSatuDunia Foundation
 
Vira Yuniar (2205056066) Artikel Filsafat Kesatuan Ilmu.docx
Vira Yuniar (2205056066) Artikel Filsafat Kesatuan Ilmu.docxVira Yuniar (2205056066) Artikel Filsafat Kesatuan Ilmu.docx
Vira Yuniar (2205056066) Artikel Filsafat Kesatuan Ilmu.docxViraYuni1
 
Makalah interaksi sosial
Makalah  interaksi sosialMakalah  interaksi sosial
Makalah interaksi sosialWarnet Raha
 
Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...
Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...
Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...fachrimuchtar1
 

Similar to TERBENTUKNYA NETWORKED INDIVIDUALISM (20)

SAP 7 Digital Etnografi - Social World
SAP 7 Digital Etnografi - Social WorldSAP 7 Digital Etnografi - Social World
SAP 7 Digital Etnografi - Social World
 
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6
 
Tugas Digital Etnografi 6
Tugas Digital Etnografi 6Tugas Digital Etnografi 6
Tugas Digital Etnografi 6
 
Tugas digital etnografi 6
Tugas digital  etnografi 6Tugas digital  etnografi 6
Tugas digital etnografi 6
 
DINAMIKA SOSIAL DI ERA INFORMASI BERBASIS DATA.pptx
DINAMIKA SOSIAL DI ERA INFORMASI BERBASIS DATA.pptxDINAMIKA SOSIAL DI ERA INFORMASI BERBASIS DATA.pptx
DINAMIKA SOSIAL DI ERA INFORMASI BERBASIS DATA.pptx
 
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer y...
 
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer
 Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer  Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer
Dampak rendahnya literasi penggunaan media sosial pada generasi baby boomer
 
Materi psikom 14 media sosial dalam komunikasi
Materi psikom 14 media sosial dalam komunikasiMateri psikom 14 media sosial dalam komunikasi
Materi psikom 14 media sosial dalam komunikasi
 
Isu politik di media sosial (perspektif konstruksi realitas media)
Isu politik di media sosial (perspektif konstruksi realitas media)Isu politik di media sosial (perspektif konstruksi realitas media)
Isu politik di media sosial (perspektif konstruksi realitas media)
 
Homo Digitalis dan Aktivisme Digital.pptx
Homo Digitalis dan Aktivisme Digital.pptxHomo Digitalis dan Aktivisme Digital.pptx
Homo Digitalis dan Aktivisme Digital.pptx
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
 
Vira Yuniar (2205056066) Artikel Filsafat Kesatuan Ilmu.docx
Vira Yuniar (2205056066) Artikel Filsafat Kesatuan Ilmu.docxVira Yuniar (2205056066) Artikel Filsafat Kesatuan Ilmu.docx
Vira Yuniar (2205056066) Artikel Filsafat Kesatuan Ilmu.docx
 
Digital etno 3
Digital etno 3Digital etno 3
Digital etno 3
 
Digital etno 3
Digital etno 3Digital etno 3
Digital etno 3
 
Makalah interaksi sosial
Makalah  interaksi sosialMakalah  interaksi sosial
Makalah interaksi sosial
 
Makalah interaksi sosial
Makalah  interaksi sosialMakalah  interaksi sosial
Makalah interaksi sosial
 
Proposal pondok
Proposal pondokProposal pondok
Proposal pondok
 
Telepon genggam yang mencemaskan
Telepon genggam yang mencemaskanTelepon genggam yang mencemaskan
Telepon genggam yang mencemaskan
 
Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...
Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...
Hoaks sebagai Alat untuk Mendelegitimasi Gerakan Mahasiswa (Studi Kasus Gerak...
 

TERBENTUKNYA NETWORKED INDIVIDUALISM

  • 1. TERBENTUKNYA NETWORKED INDIVIDUALISM: STUDI KASUS CANCEL CULTURE TERHADAP PUBLIC FIGURE GOFAR HILMAN KELOMPOK 3 : BINTANG MAULANA WINTIANO PRATAMA - 2106747956 REZA ACHMAD RAMADHAN - 2106716130
  • 2. LATAR BELAKANG Penelitian ini berpendapat bahwa perkembangan teknologi khususnya media digital memberikan cara baru dalam membangun hubungan antar sesama manusia. Hubungan yang dibangun oleh manusia tidak hanya terjadi pada dunia nyata saja, tetapi dapat melalui dunia maya. Penggunaan media digital menjadi hal yang penting dalam membangun hubungan sosial antar sesama manusia melalui dunia maya. Salah satu media digital yang paling banyak digunakan oleh manusia adalah media sosial. Media sosial adalah seperangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru yang memungkinkan terjadinya berbagai jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia bagi orang biasa (Brogan, 2010). Di dalam dunia sosial, media sosial memainkan peran penting dalam memfasilitasi berbagai fenomena dan aktivitas online yang melibatkan individu maupun komunitas. Dalam penelitian yang ditulis oleh Malik dan Haidar (2020) menjelaskan beberapa aktivitas yang melibatkan partisipasi individu dalam sebuah komunitas yang berkaitan dengan konsep Community of Practice (CoP). Dalam penelitian tersebut terdapat 3 dari 4 CoP berkaitan dengan aktivitas online seperti fandom terlibat pada streaming events, hashtag trending, dan Selca Days.
  • 3. Aktivitas online dalam penggunaan media tidak hanya terbatas dalam beberapa contoh. Terdapat berbagai aktivitas online yang sering ditemui adalah penyebaran berita dan informasi, pengisian petisi online, penggalangan dana online, dll. Berbagai bentuk aktivitas online dapat dikaitkan dengan konsep networked individualism yang ditemukan oleh Wellman. Konsep networked individualism merupakan sebuah cara baru untuk terhubung secara sosial dengan orang lain dan membentuk komunitas (Park et al., 2014). Dalam penelitian yang ditulis oleh Park et al. (2014) menyatakan bahwa keduanya memiliki hubungan yang positif yaitu memberikan benefit berupa penerimaan dukungan emosional dan memperoleh informasi yang berguna. Penggunaan media sosial juga memberikan sebuah fenomena seperti cancel culture. Fenomena cancel culture mengacu pada sebuah praktik penarikan dukungan atau boikot massal. Salah satu contoh kasus terkait fenomena tersebut adalah penolakan Gofar Hilman sebagai penyiar di salah satu stasiun radio. Fenomena tersebut melibatkan berbagai aktivitas online baik berupa penandatangan petisi dan unggahan komentar. Hal tersebut dikarenakan terdapat persamaan tujuan dan kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Selain itu, fenomena tersebut melibatkan pembentukan networked individualism. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk menjelaskan terbentuknya networked individualism pada kasus penolakan terhadap Gofar Hilman.
  • 4. PERTANYAAN PENELITIAN Pertanyaan penelitian yang dikembangkan berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu, bagaimana terbentuknya networked individualism melalui konten yang menginformasikan bergabungnya Gofar Hilman sebagai penyiar di stasiun radio Prambors di platform twitter serta penandatanganan petisi online di web change.org atau konten lain yang berhubungan dengan penolakan Gofar Hilman.
  • 5. KERANGKA PENELITIAN Era modernisasi telah menghasilkan perkembangan teknologi internet yang sangat pesat. Perkembangan tersebut pun mempengaruhi kemudahan mengakses sosial media sehingga kini marak kita jumpai fenomena cancel culture. Melalui media sosial, para warga internet atau netizen menjadi memiliki kuasa yang dapat digunakan untuk memberikan pengaruh tertentu terhadap warga internet lainnya, terutama publik figur yang yang bermasalah melalui cancel culture sebagai perwujudan sanksi sosial. Dalam hal ini, dunia sosial pada media sosial menjadi medium partisipasi warga internet untuk menyampaikan pendapat. Lalu, cancel culture juga menunjukkan bahwa media sosial memiliki potensi besar untuk menjadi medium untuk warga internet bertindak secara kolektif untuk memberi sanksi sosial (Mueller, 2021). Bagi public figure atau seseorang yang bermasalah, tindakan cancel culture dapat mencegah seseorang untuk melakukan kesalahan yang lebih buruk lagi sebab warga internet telah meminta orang tersebut untuk bertanggung jawab atas tindakannya (Mitrofan, 2020).
  • 6. Dunia sosial memiliki konsep sebagai perangkat heuristic yang menggunakan cara open- ended untuk mengeksplorasi sebuah permasalahan. Hal ini berhubungan dengan ilmu sosial dan humaniora yang melihat konsep community dan network sebagai dua hal yang saling berhubungan untuk memahami dunia sosial. Dunia sosial juga mencakup sistem perilaku, sistem aktivitas, dan subkultur. Konsep yang dapat menjelaskan dan memahami bagaimana dunia sosial saling terhubung adalah konsep komunitas. Komunitas dalam fenomena cancel culture mengacu pada individu yang terhubung melalui jaringan internet karena memiliki kesamaan minat. Komunitas dapat dipelajari perilaku dan kebiasaannya secara online walaupun tidak memiliki keterkaitan hubungan secara geografis (Wellman, 2003). Konsep dunia sosial membuka peluang baru bagi kemunculan interaksi antarindividu dalam dunia digital. Melalui dunia digital, para warga internet dapat bersatu untuk melakukan aktivisme berdasarkan persamaan sudut pandang dan keresahan terhadap suatu hal yang dirasa akan berdampak buruk bagi khalayak umum (Pink dan Postill, 2016). Aktivisme tersebut tergolong dalam gerakan sosial massa secara masif. Saat ini kita telah memasuki masa viral reality yang mengakibatkan para warga internet yang amatir dan para profesional dalam bidang media dapat secara bersama-sama mendefinisikan bagaimana berita yang layak dipublikasikan, diberikan tanggapan, dan dibagikan kepada pengguna internet lainnya.
  • 7. Social Network Analysis menjadi populer di kalangan ilmuwan sosiolog dan ahli ekonomi. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan komputer yang semakin intens untuk menunjang kebutuhan dalam penelitian ilmuwan sosial. Penggunaan teknologi komputer juga berpengaruh terhadap perubahan perilaku masyarakat umum. Masyarakat umum beralih ke dunia digital dan mulai membangun hubungan sosial antar sesama. Fenomena tersebut memicu terbentuknya networked individualism, yakni komunitas yang tersebar dalam berbagai kondisi geografis dan merekonfigurasi hubungan sosial yang telah terbentuk secara kolektif di masa lalu menjadi lebih “me-centred”. Konsep networked individualism digunakan sebagai dasar pemikiran dalam penelitian ini yang akan mengkaji fenomena cancel culture terhadap Gofar Hilman ketika dirinya diumumkan menjadi penyiar di salah satu stasiun radio ternama di Indonesia. Oleh karena itu, mereka dapat disebut sebagai warga internet atau biasa disingkat warganet. Mereka mencari cara-cara baru dalam memahami hubungan antara bagaimana masyarakat terbentuk secara struktural dan bagaimana hubungan sosial dapat bersatu hanya karena dengan suatu kegiatan tertentu. Dalam konteks cancel culture, konsep networked individualism dapat mengkaji bagaimana cara individu dalam menggunakan jaringan digital untuk memobilisasi atau mempopulerkan penolakan terhadap tokoh tertentu yang dianggap telah melanggar norma dan hukum yang berlaku (Lange, 2019).
  • 8. METODOLOGI DAN DISEMINASI Subjek Penelitian Pengguna aktif media sosial baik instagram atau twitter, Berusia 18-25 tahun, Mengetahui informasi terkait kasus cancel culture yang melibatkan public figure Gofar Hilman, Turut berpartisipasi dalam kasus cancel culture yang melibatkan public figure Gofar Hilman, Bersedia untuk melakukan wawancara mendalam. 1. Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pengguna aktif media sosial seperti instagram dan twitter. Hal tersebut kami pilih dikarenakan fenomena yang kelompok kami teliti sebagian besar terjadi di kedua media sosial tersebut. Dalam penelitian ini terdapat empat subjek penelitian yang akan diteliti. Terdapat syarat dan ketentuan partisipan yang kami teliti, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
  • 9. METODOLOGI DAN DISEMINASI Hal-hal apa saja yang anda ketahui tentang fenomena cancel culture terhadap Gofar Hilman? Apakah yang menjadi penyebab cancel culture terhadap gofar hilman? Menurut anda, bagaimana fenomena cancel culture yang terjadi pada Gofar Hilman dapat mempengaruhi karirnya? Bagaimana tanggapan anda terkait cara Gofar Hilman dalam menanggapi cancel culture yang menimpa dirinya? Menurut anda, sejauh apa peran media sosial dalam mempopulerkan cancel culture terhadap Gofar Hilman? Apakah Anda terlibat atau berpartisipasi dalam fenomena cancel culture yang melibatkan Gofar Hilman? Bagaimana bentuk partisipasinya serta alasan melakukan partisipasi tersebut? Dalam partisipasi tersebut apakah Anda merasa terhubung atau terkoneksi dengan individu-individu lain? 2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berusaha untuk melihat lebih lanjut terkait dengan partisipasi beberapa pengguna aktif media sosial yang turut berpartisipasi dalam fenomena cancel culture yang menyerang public figure Gofar Hilman. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (in depth interview) melalui tanya jawab secara lisan. Untuk mendukung proses pengumpulan data tersebut, peneliti juga menggunakan berbagai alat atau media seperti Zoom, Google Meet, dan berbagai media lain yang dapat mendukung proses pengumpulan data disertai dengan perekam sebagai sarana untuk memastikan kembali jawaban yang diberikan oleh partisipan. Peneliti telah menyusun pertanyaan umum terkait wawancara yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
  • 10. METODOLOGI DAN DISEMINASI 3. Analisis Data Analisis data yang digunakan merupakan analisis naratif, Analisis naratif merupakan kegiatan memproses data hasil penelitian berdasarkan cerita dan pandangan yang diberikan oleh narasumber melalui narasi tentang kegiatannya (Darmanita,. Yusri, 2020). Metode ini menggunakan data kualitatif yang ingin di organisasi dan interpretasi dalam bentuk naratif sehingga memiliki makna. Data untuk analisis naratif dikumpulkan melalui proses wawancara yang membahas informasi relevan yangs sesuai dengan kebutuhan dan topik penelitian. Data tersebut dianalisis untuk mengetahui pola keterkaitan sehingga hubungan antara masing-masing elemen dalam pertanyaan wawancara dapat diketahui keterkaitannya. Analisis naratif memerlukan transkripsi data, pemahaman data, dan pengelompokkan data yang disesuaikan dengan kategori pertanyaan wawancara dalam penelitian (Polkinghorne, 2005). 4. Diseminasi Sebagai tahap publikasi, tim peneliti akan melakukan diseminasi penelitian sebagai bentuk pertanggungjawaban telah melakukan penelitian dan mengimplementasikan ilmu akademis. Tim peneliti memutuskan untuk melakukan diseminasi berupa secara online melalui platform Slideshare yang akan dipublikasikan pada tanggal 16 Juni 2023.
  • 11. HASIL PENELITIAN Bentuk Partisipasi Dalam Fenomena Cancel Culture kepada Gofar Hilman 1. Peneliti menemukan beberapa bentuk partisipasi dalam fenomena cancel culture yang melibatkan seorang public figure Gofar Hilman. Beberapa partisipasi yang ditemukan dalam fenomena tersebut adalah melalui unggahan komentar di berbagai konten yang terdapat dalam beberapa media sosial seperti twitter maupun instagram. Selain itu, terdapat bentuk partisipasi lain yang dilakukan oleh responden yaitu turut serta dalam penandatanganan sebuah petisi yang berisi penolakan terhadap Gofar Hilman yang diunggah melalui website change.org. Lebih dari itu, narasumber juga berpartisipasi dengan cara membagikan postingan terkait cancel culture menggunakan fitur story dalam rangka menyebarkan perhatian lebih luas kepada pengikut akun media sosial narasumber tentang kasus yang sedang trending topic dan mendapatkan cancel culture dari warga internet. Peneliti juga menemukan berbagai alasan yang memicu para responden untuk turut serta dalam fenomena cancel culture yang melibatkan Gofar Hilman. Beberapa alasan yang melatarbelakangi partisipasinya yaitu kekhawatiran akan hal yang sama terulang kembali. Tentu fenomena tersebut hadir akibat konsekuensi yang diterima atas perbuatan yang dilakukan oleh public figure tersebut. Peneliti juga menemukan responden yang menyebutkan bahwa mereka terlibat dalam fenomena melakukan cancel culture disebabkan karena telah memiliki pemahaman mengenai topik yang sedang menjadi trending topic. Narasumber melakukan hal tersebut karena merasa memiliki pemikiran yang sama dengan pengguna internet yang lain sehingga narasumber merasa telah mendapatkan validasi bahwa pemikirannya merupakan hal yang wajar.
  • 12. HASIL PENELITIAN 2. Terbentuknya Networked Individualism Dalam Fenomena Cancel Culture kepada Gofar Hilman Fenomena cancel culture yang melibatkan Gofar Hilman melahirkan berbagai gerakan atau partisipasi yang ditunjukkan kepada public figure tersebut. Salah satu bentuk gerakan yang cukup populer akibat pengumuman terkait pengangkatan Gofar Hilman sebagai penyiar radio di salah satu stasiun radio adalah kemunculan petisi yang berisi penolakan terhadap pengangkatan Gofar Hilman melalui web change.org. Beberapa responden yang turut serta dalam gerakan tersebut mewakili dirinya sendiri bukan terikat akan suatu komunitas. Selain itu, dalam gerakan tersebut beberapa responden merasakan keterikatan atau konektivitas yang terjalin dengan individu lain. Hal tersebut dikarenakan responden merasakan adanya persamaan tujuan dengan beberapa individu lain yang menyebabkan adanya keterikatan emosional seperti yang muncul pada penelitian sebelumnya. Misalnya, salah satu responden menyebutkan bahwa alasan ia berpartisipasi dalam melakukan cancel culture disebabkan karena memahami perasaan korban pelanggaran yang dilakukan oleh publik figur. Narasumber tersebut pun merasakan bahwa ia memiliki perasaan dan pemahaman yang sama dengan pengguna internet lain yang peduli dengan kasus dan berempati terhadap korban. Konektivitas tersebut tetap muncul dan dirasakan meskipun responden tidak melakukan komunikasi lebih jauh dengan individu lainnya sebab hubungan komunikasi yang dilakukan hanya sebatas menggunakan kolom komentar. Peneliti juga menemukan narasumber yang menyebutkan bahwa ia berpartisipasi untuk melakukan cancel culture terhadap public figure yang menjadi trending topic setelah mendapatkan dan mengumpulkan bukti-bukti valid. Dalam hal ini, narasumber menunjukkan bahwa ia ingin bertindak secara rasional dan ilmiah serta tidak mau secara impulsif hanya sekadar “ikut-ikut” pengguna internet lainnya dalam menerapkan cancel culture. Narasumber tersebut pun menunjukkan bahwa dengan tidak secara impulsif melakukan cancel culture ternyata ia masih dapat berinteraksi dengan pengguna lain yang memiliki pemahaman yang sama seperti dirinya. Dengan demikian, narasumber kembali menegaskan tidak ada salahnya jika kita bertindak dengan hati-hati, tidak asal menuduh, dengan mengumpulkan bukti dan fakta yang valid sebelum melakukan cancel culture sebab daripada terlanjur melakukan hal yang sia-sia dan dapat berpotensi terjerat UU ITE apabila menuduh tanpa bukti sebab telah mencoreng nama baik.
  • 13. KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa narasumber yang berpartisipasi dalam penelitian memiliki berbagai cara tersendiri dalam berpartisipasi melakukan cancel culture. Cara partisipasi tersebut pun mempengaruhi kedalaman aspek keterikatan dengan pengguna internet lainnya. Alasan-alasan yang mendasari partisipasi juga memiliki perbedaan pada setiap narasumber dalam penelitian ini. Setidaknya, terdapat dua alasan yang mendasarinya, yaitu, narasumber pada saat sebelumnya telah memiliki pemahaman terhadap kasus yang mendapatkan cancel culture, dan narasumber secara mandiri ingin membuktikan terlebih dahulu terkait kebenaran sehingga tidak melakukan cancel culture yang terkesan impulsif atau sekadar “ikut-ikut” pengguna internet lainnya. Akan tetapi, aspek networked individualism yang ditemukan oleh peneliti memiliki kesamaan pada setiap narasumber. Keterikatan dengan pengguna internet lain yang dirasakan oleh narasumber hanya berlangsung pada kolom komentar postingan terkait saja. Dengan demikian, peneliti tidak menemukan interaksi sosial yang lebih solid di luar kolom komentar, terlebih yang membahas topik-topik selain cancel culture terhadap public figure
  • 14. Brogan, C., 2010. Social Media 101: Tactics and Tips to Develop your Business Online. New Jersey. John Wiley & Sons, Inc. Darmanita, Zakiah., Yusri, M. (2020). Pengoperasian Penelitian Naratif dan Etnografi: Pengertian, Prinsip-Prinsip, Prosedur, Analisis, Interpretasi dan Pelaporan Temuan. Jurnal Manajemen dan Dakwah. Staiddimakassar. Lange, P. G. (2019). Cancel Culture and the Corrosion of Critique. In P. G. Lange, S. Mirza, & A. S. Ziegler (Eds.), Public Anthropologies of Cancel Culture (pp. 1-19). American Anthropological Association. Malik, Z., & Haidar, S., 2020. Online community development through social interaction — K-pop stan twitter as a community of practice. Interactive Learning Environments, 31(2), pp 733-751. Mitrofan, F. (2020). Canceling the Callouts The Dramageddon of 2019 and the Effects of Cancel Culture Online [UPPSALA UNIVERSITET]. Mueller, T., 2021. Blame, then shame? Psychological predictors in cancel culture behavior. The Social Science Journal. Park et al., 2014. Online Activities, Media Literacy, and Networked Individualism on Korea Youth. Youth & Society, 47(6). Pink, S., Horst, H., Postill, J., Hjorth, L., Lewis, T. and Tacchi, J., 2016. Digital ethnography: Principles and practice. Sage. Polkinghorne, D.E. (2005). Language and Meaning: Data Collection in Qualitative Research. Journal of Counseling Psychology, 52(2), 137-145. REFERENSI
  • 15. TERIMA KASIH Artikel dapat diakses melalui tautan berikut : https://drive.google.com/drive/folders/18GJaVYKJuxL pOuYkhDupVuEiIDl0AFKA?usp=drive_link