Dokumen tersebut membahas pengaruh komunikasi massa terhadap modernisasi dan kelestarian bangsa. Komunikasi massa dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif tergantung bagaimana pesan disampaikan. Pengaruh positif terjadi jika pesan digunakan untuk mendidik dan memberikan informasi, sementara pengaruh negatif dapat terjadi jika pesan merusak nilai-nilai bangsa. Oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan pesan komunik
1. Pengaruh Komunikasi Massa terhadap Modernisasi dan Kelestarian Bangsa
A. Arti, Ciri, dan Fungsi Komunikasi Massa
1. Arti komunikasi massa
Yang dimaksud dengan komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa
modern. Dan media massa ini adalah surat kabar, film, radio, dan televisi. Everett M.Rogers,
berpendapat bahwa selain media massa modern, ada media massa tradisional yang meliputi
teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun, dan lain sebagainya.
Jadi yang diartikan komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan
media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak
oleh si penyampai pesan. Pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film,
tidak tampak oleh si komunikator.dengan demikian maka jelas bahwa komunikasi massa atau
komunikasi melalui media massa sifatnya “satu arah” (one way traffic).
2. Ciri komunikasi massa
a. Sifat komunikan
Komunikasi massa ditujikan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar,
heterogen, dan anonim.
b. Sifat media massa
Sifat media massa ialah serempak cepat. Yang dimaksud dengan keserempakan
(stimultaneity) di sini ialah keserempakan kontak antara komunikator dengan komunikan
yang demikian besar jumlahnya. Pada saat yang sama media massa dapat dapat membuat
khalayak secara serempak menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan oleh
komunikator.
c. Sifat Pesan
Sifat pesan melalui media massa ialah umum (public). Media massa adalah sarana
untuk menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk sekelompok orang tertentu. Sifat
lain dari pesan melalui media massa adalah sejenak (transient), hanya untuk sajian seketika.
d. Sifat komunikator
Karena media massa adalah lembaga atau organisasi, maka komunikator pada
komunikasi massa, seperti wartawan, sutradara, penyiar radio, atau penyiar televisi adalah
komunikator terlembagakan (institutionalized communicator).
e. Sifat efek
2. Efek komunikasi yang timbul pada komunikan tergantung kepada tujuan komunikasi
yang dialakukan oleh komunikator.
3. Fungsi komunikasi massa
Fungsi komunikasi massa adalah:
a. Menyiarkan informasi (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
Seorang penyokong teori fungsi, yaitu Robert K.Merton, telah membedakan antara
fungsi-fungsi konsekuensi suatu aktivitas sosial dan tujuan atau maksud di belakang aktivitas
tersebut. Istilah konsekuensi dari Merton ditujukan untuk fungsi nyata (manifest function)
yang didinginkan dan fungsi-fungsi tersembunyi (latent functions) yang tidak diinginkan. Ia
juga menyatakan bahwa tidak semua konsekuensi dari suatu aktivitas mempunyai nilai positif
untuk suatu sistem sosial dimana konsekuensi itu terjadi atau bagi kelompok-kelompok atau
individu-individu yang terlibat di dalmnya. Konsekuensi yang tidak diinginkan ditinjau dari
kesejahteraan masyarakat atau anggotanya disebut disfunction. Setiap tindakan bisa memiliki
efek-efek fungsional dan disfungsional.
B. Konsep tentang Modernisasi
Para sarjana Barat berpendapat, bahwa titik tolak pendefinisian modernisasi bukan
dari ciri masyarakat, melainkan dari ciri manusianya.pengertian modernisasi bertitik berat
pada cara berfikir baru (new ways of thinking) yang memungkinkan orang-orang
menciptakan dan membuat masyarakat modern, industri modern, dan pemerintah modern.
Mereka beranggapan bahwa masyarakat modern diberi ciri oleh perkembangan pengetahuan
baru, kapasitas untuk mengerti bahasa alam dan menerapkannya bagi kesejahteraan manusia.
Para cendekiawan Indonesia pada umumnya mempunyai pendapat yang sama, bahwa
modernisasi di Indonesia merupakan proses pergeseran dari masyarakat kebudayaan agraris
pedesaan ke masyarakat kebudayaan industri perkotaan. Mereka sama-sama berpendapat,
bahwa makna modernisasi tidak dapat diartikan sebagai kebalikan dari tradisional, dan bahwa
apa yang berbau tradisional tidak selalu buruk.
Persoalan modernisasi adalah masalah kebahagiaan. Kenyataan menunjukkan bahwa,
dalam upaya mencapai kebahagiaan masyarakat, terjadi pertarungan antara kelompok tetentu
dengan selera tertentu untuk kebahagiaan kelompok lain yang yang mempunyai selera lain.
masing-masing berusaha menciptakan masyarakat sesuai dengan seleranya sendiri.
Ahli-ahli ekonomi beranggapan, bahwa ekonomi adalah yanh lebih penting dari
segalanya. Modernisasi bagi kelompok ini adalah modernisasi ekonomi.
3. Para agamawan menganggap agama lebih penting daripada yang lain. kelompok ini
bersedia berkelahi, bahkan kalau perlu berperang jika agama mereka ditindas.
Orang-orang politik mengklaim “politik sebagai panglima”. Kelompok ini
menganggap politik mahapenting karena segalanya ditentukan oleh politik
Pentingnya konsep modernisasi ialah untuk mencegah terjadinya pertarungan antara
kelompok yang satu dengan yang lainnya akibat rasa diri paling penting, juga untuk menjaga
jangan sampai terjadi benturan-benturan antara nilai yang satu dengan nilai yang lainnya.
Konsep modernisasi dapat menunjukkan jalan ke arah terintegrasikannya semua
kelompok dalam masyarakat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan memberikan
petunjuk nilai-nilai mana yang harus dipertahankan, mana yang harus dikembangkan, mana
yang harus diubah.
Konsep modernisasi perlu karena merupakan konsep pemerintah untuk menjamin
terlaksananya secara efektif dan efisien.
C. Makna Kelestarian Bangsa
Istilah “kelestarian dan istilah “bangsa” sudah jelas dan dan gamblang artinya. Yang
perlu diberi penegasan ialah kalau kedua istilah itu digabungkan hingga menjadi satu istilah.
Makna kelestarian bangsa harus jelas dulu, kemudian menjadi mapan, sebab
modernisasi harus selaras dengan kelestarian bangsa. Kalau makna kelestarian bangsa kabur
sehingga kemudian menjadi goyah, maka pelaksanaan modernisasi akan menjumpai beberapa
problema.
Berdasarkan hal di atas, kelestarian bangsa memerlukan suatu konsep. Dalam
hubungan ini, konsep Ketahanan Nasional dari ABRI bisa dijadikan konsep
kelestarianbangsa, setidak-tidaknya dijadikan pola dengan mengambil unsur daripadanya.
Tampaknya makna Ketahanan Nasional identik dengan makna kelestarian bangsa.
Lemhannas merumuskan Ketahanan Nasional sebagai:
“Kondisi dinamik suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung
kemampuan mengembangkan Kekuatan Nasional, dalam menghadapai dan menghadapi
segala tantangan dan ancaman dari dalam dan luar, yang langsung atau tidak langsung
membahayakan kehidupan bangsa dan membahayakan perjuangan mengejar Tujuan
Nasional.
Rumusan Ketahanan Nasional meliputi empat pertanda, meskipun demikian keempat
pertanda ini merupakan suatu kebulatan dan saling berhubungan (bergantung).
Keempat pertanda tersebut adalah:
1. Kepribadian Nasional
4. Kepribadian Nasional dapat dijabarkan sebagai:
a. Keseluruhan sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia yang merupakan ciri-ciri
khusus (mental/spiritual-fisik/material) yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain.
b. Pencerminan kebudayaan Indonesia yang diukur dari keseluruhan cipta, cita, rasa, karsa, dan
karyanya yang bersendikan Pancasila.
c. Nilai-nilai yang meliputi
1) Kesadaran berbangsa Indonesia
2) Kebangsaan akan tradisi dan sejarah bangsanya
3) Kesediaan mengabdi dan berkorban untuk bangsa dan negara
4) Peranan senasib dan sepenanggungan dengan sesama warga bangsa Indonesia.
2. Persatuan dan Kesatuan Nasional
Pertanda yang kedua, yakni Persatuan dan Kesatuan Nasional, berarti:
a. Suasana persatuan yang ditandai oleh adanya kehidupan yang rukun dan damai, bebas dari
segala perselisihan.
b. Suasana kesatuan yang ditandai oleh adanya ikatan yang kokoh di antara para anggota
masyarakat, berwujudkan loyalitas, kebanggaan, saling pengertian, dan kerja sama.
3. Kemampuan Nasional
Kemampuan Nasional sebagai pertanda ketiga dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kemampuan Nasional adalah suatu kondisi, baik mental spiritual maupun fisik/materi, yang
dimiliki oleh bangsa sebagai sarana dan syarat untuk mamcapai, mempertahankan, dan
memelihara tujuan nasional.
b. Kemampuan Nasional pada dasarnya terdiri atas dua unsur, yakni:
1) Perasaan daya mampu
2) Kemampuan yang nyata
Perwujudan kedua unsur ini merupakan nilai dan ketangkasan juang yang meliputi segala
aspek kehidupan.
c. Kemampuan diperoleh pada taraf pertama melalui pendidikan/kursus/ latihan yang kemudian
dikembangkan dalam praktek sehingga mewujudkan hasil yang nyata.
4. Disiplin Nasional
Pertanda yang terakhir, yakni disiplin nasional, berarti:
a. Pernyataan sikap mental bangsa yang melahirkan penyesuaian antara tingkah laku dan
perbuatan dengan kaidah-kaidah yang berlaku bangsa dan negara dengan dilandasi oleh
keikhlasannya.
5. b. Wujud kesadaran berbangsa dan bernegara, yang menimbulkan rasa tanggung jawab
terhadap negara dan bangsa.
Konsep Ketahanan Nasional dengan keempat pertanda di atas mengandung unsur-unsur
yang dapat dijadikan unsur bagi konsep kelestarian bangsa. Konsep Kelestarian bangsa perlu
pengesahan secara luas sehingga segala kegiatan dalam hubungannya dengan modernisasi
terarah kepadanya.
D. Pengaruh Komunikasi Massa terhadap Modernisasi dan Kelestarian Bangsa
Prof.Dr. Koentjaraningrat, dalam karyanya yang berjudul “Modernisasi Bukan
Westernisasi” menyatakan, bahwa modernisasi dapat dilaksanakan dengan memberikan
contoh persuasi, penerangan, pendidikan, dan sistem perangsang.
Dalam karya Alex Inkeles, “The Modernisation of Man” mengatakan, bahwa diri
manusia modern terdiri dari dua hal : internal dan eksternal. Yang pertama meliputi sikap,
nilai dan perasaan,yang kedua menyangkut lingkungan. Dalam hubungan ini ia menyatakan
bahwa komunikasi massa merupakan faktor yang sangat berpengaruh.
Teknologi elektronik yang semakin maju telah menyebabkan dunia semakin kecil.
Pesan komunikasi (communication message) yang dahulu tidak mungkin disampaikan pada
suatu tempat, dengan radio atau televisi melalui satelit Palapa sekarang dapat sampai bukan
dalam ukuran hari, jam atau menit, melainkan detik.
Kita terpukau oleh produk revolusi elektronik itu , lupa bahwa ia bisa merusak nilai-nilai
yang dapat berpengaruh pada kelestarian bangsa.
Komunikasi, terutama komunikasi massa, dengan fungsinya sebagai sarana hiburan,
penerangan, dan pendidikan, menimbulkan pengaruh positif. Tetapi kalau kurang
keterampilan, pengetahuan dan kewaspadaan pihak yang menanganinya, pengaruh negatif
juga tidak kecil.
Program film seri yang disajikan saluran televisi tiap hari merupakan salah satu
contoh. Orang kini tidak perlu susah-susah keluar rumah untuk menonton film di bioskop.
Film dengan ceritera mulai dari yang menampilkan ciuman sampai dor-doran sekarang
datang di rumah. Anak-anak yang biasanya dicegat di pintu gedung bioskop, dan orang-orang
tertentu seperti umpamanya Bapak-bapak Haji yang biasanya malu untuk antri tiket bioskop,
kini bebas menonton di rumahnya masing-masing, mulai dari film sadis sampai erotis.
Dewasa ini trailer-trailer film dari film Indonesia yang akan dipertunjukkan di
gedung-gedung bioskop bulan mendatang yang nota bene menyajikan adegan ranjang,
pertengkaran suami-istri, perkelahian, kebut-kebutan, club malam, kemewahan, dan
sebagainya yang bertentangan dengan nilai-nilai moral Indonesia yang dianjur-anjurkan
6. dipertunjukkan di layar televisi. Bahkan oleh satelit Palapa kini film-film yang mengandung
kisah-kisah seperti itu diperluas sampai ke seluruh Indonesia.
Dari satu pihak kita merasa “bangga” dengan kemampuan menggunakan produk
elektronika hasil usaha dan penelitian bangsa lain, di pihak lain kita merasa pesimistis dengan
kurangsiapan masyarakat yang 80% itu menerima pesan-pesan yang disebarluaskan, yang
pengaruhnya dapat merusak nilai-nilai yang justru harus dipertahankan, dipelihara, bahkan
dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan modernisasi, baik komunikasi massa (mass
communication), komunikasi kelompok (group communication), maupun komunikasi
antarpesona (interpersonal communication), akan merupakan sarana efektif untuk menyajikan
contoh, persuasi, penerangan, dan pendidikan. Itu pun kalau dilakukan dengan planning dan
programing secara integral menyeluruh berdasarkan metode-metode ilmiah, dan apabila
pihak pengelolanya dilengkapi dengan knowledge dan knowhow. Jika tidak demikian, media
massa bukannya functional, melainkan disfunctional. Modernisasi bukannya kontruktif,
melainkan destruktif, lebih jauh lagi akibatnya akan mengancam kelestarian bangsa.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, media massa mutakhir yang kita manfaatkan
sekarang perlu diimbangi dengan pengelolaan pesan komunikasi yang mantap berencana dan
integral menyeluruh. Ini perlu dilembagakan secara khusus dengan membawa unsur-unsur
dari Departemen Penerangan, Departemen P dan K, Departemen Agama, dan departemen-departemen
lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat dengan fungsi sebagai pengarah dan
penasihat.
Dengan demikian, proses modernisasi dan dinamika kelestarian bangsa akan
berlangsung selaras dan seirama.