Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanjung puting oleh nasibah
1. 1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
ABSTRAK USULAN PROPOSAL
PENELITIAN
Judul : Keanekaragaman Tumbuhan obat di Taman
Nasional Tanjung Puting kalimantan Tengah
Nama : Nasibah
NIM : CCA 110 022
Hari/Tanggal : Jum’at 14 Februari 2014
Waktu : 10:00 WIB- Selesai
Dosen Pembimbing : 1. Hendra Toni,S.Hut.,MP
2. Ir.Nursiah, MP
Dosen Pembahas : 1.Milad Madiyawati, S.Hut.,MP
2. Antonius Triyadi, S.Hut.,MP
Pembahas Khusus : 1. Martin Simbolon
2. Wahyudi Nata Adisastra
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sejak Zaman dahulu etnis asli kalimantan atau masyarakat Dayak telah
memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan dalam kehidupan sehari hari.
Kedekatan mereka dengan alam dan tumbuhan sangatlah erat.
Masyarakat Dayak sekitar kawasan Taman Nasional Tanjung Puting,
hampir dalam setiap upacara keagamaan, peristiwa penting dan
kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari menyertakan tumbuhan.
Masyarakat dayak dalam mengatasi permasalah berbagai penyakit
umumnya menggantungkan tumbuhan obat. Di hutan tropis Indonesia
terdapat 30.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar 9.600
spesies diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 200 spesies yang telah
dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional. (SK
Kepala BPOM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004).
Tumbuhan obat dimanfaatkan masyrakat Dayak secara tradisional
secara turun temurun, namun dalam kegiatan eksploitasi tumbuhan obat
tidak diiringi dengan kegiatan pembudidayaan. Kemudian dari berbagai
faktor misalnya alih fungsi hutan baik berupa pembukaan areal untuk
tujuan pengembangan wilayah perkebunan, pertanian, daya regenarasi
pertumbuhan yang lambat, kurangnya perhatian pelestarian tumbuhan
obat serta pemukiman maupun fenomena alam berupa kebakaran hutan
secara langsung mengancam keberadaan habitat alami dari plasma nutfah
tumbuhan obat
Wilayah Kalimantan Tengah dengan luas mencapai 15.380.410 Ha
termasuk salah satu kawasan yang banyak menyimpan keanekaragaman
hayati (biodiversity) salah satunya kawasan konservasi Taman Nasional
Tanjung Puting yang memilikki kawasan yang cukup luas dan langsung
berbatasan dengan tempat tinggal masyarakat sehingga mereka
menggantungkan kebutuhan SDA secara langsung.
Unsur biologi yang dipungut untuk dimanfaatkan masyarakat dari
vegetasi adalah kayu (kayu bakar), daun nipah, rotan, bambu, tumbuhan
obat, rumput/pakan ternak, madu, gaharu, buah-buahan, sayur-sayuran,
uang tunai, ikan dan kayu untuk bahan bangunan. Pemanpaatan
tersebut harus diimbangi dengan upaya upaya konservasi seperti budidaya
tanaman obat agar kepunahan tumbuhan obat tidak terjadi selain itu pula
Pengetahuan Pemanfaatan tumbuhan obat belum sepenuhnya diketahui
oleh masyarakat umum untuk itu dibutuhkan eksplorasi dan inventarisasi
tumbuhan obat.
1.2. Tujuan dan Manfaat penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Keanekaragaman
tumbuhan obat, pemanfaatan dan khasiat tumbuhan obat tradisional oleh
masyarakat Dayak sekitar Taman Nasional Tanjung puting Kalimantan
Tengah.
2. 2
Gambar1. Tata Letak Jalur dan Penempatan Petak
Contoh
Manfaat hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi
tentang keanekaragaman jenis tumbuhan dan pemanfaatan serta khasiat
sebagai obat tradisional, sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan
kebijakan dalam pelestarian kawasan dan sebagai informasi bagi peneliti
berikutnya yang ingin melakukan pengujian tumbuhan obat secara klinis.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tumbuhan Obat
2.2. Peranan dan perkembangan Tumbuhan Obat
2.3. Klasifikasi Tumbuhan Obat
2.4. Sifat dan ciri Tumbuhan Obat Tradisional
2.5. Keanekaragaman Jenis
2.6. Pengukuran keanekaragaman Jenis
2.7. Analisa vegetasi
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Taman Nasional Tanjung Puting
Resort Tanjung Harapan Kalimantan Tengah. Waktu penelitian akan
dilaksanakan selama ± 4 (Empat) bulan, meliputi tahap persiapan,
pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan hasil
penelitian.
3.2. Peralatan dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian adalah : Kompas, Pita diameter ,Tali
rapia, Parang, Kamera, Meteran rol, GPS (Global Position System), buku
gambar dan buku data, ATK, Komputer, printer dan kalkulator. Bahan
yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah : peta lokasi, Tally
sheet, cat warna merah, Koran dan alkohol, plastik
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Pengumpulan data dilapangan dilakukan dengan metode kombinasi
antara metode jalur dengan metode garis berpetak dengan lebar jalur 20 meter
dan panjang jalur 500 meter terdiri dari 25 plot. Jumlah jalur pengamatan
terdiri dari 2 jalur yang berjarak 100 meter antar jalur. Pada setiap plot dibuat
sub bab petak contoh secara nested sampling ( tersarang ) yaitu semai 2 x 2
meter, Pancang 5 x 5 meter, tiang 10 x 10 meter dan Pohon 20 x 20 meter
sehingga luas areal penelitian adalah 20 meter x 500 meter x 2 Jalur = 20.000
m2 ( 2 ha ) dengan jumlah plot 50 buah (Gambar 1). Tumbuhan yang yang
diteliti adalah yang dapat bermanfaat sebagai obat tradisional. Semua
tumbuhan yang ada dalam petak contoh diukur tinggi dan diameternya
(Pohon, tiang dan pancang), sedangkan untuk semai dihitung jenis dan
jumlahnya. Data karakterististik morfologi dan lainnya. Perhitungan
komposisi jenis, dominasi, Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kekayaan.
Informasi mengenai manfaat tersebut diperoleh dari masyarakat
setempat, dengan cara wawancara, kuesioner, observasi dan studi literatur
sebanyak 20 responden terhadap pencari, peramu dan pengguna tumbuhan
obat.
Informasi tersebut meliputi khasiat tumbuhan obat, bagian tumbuhan yang
digunakan dan cara penggunaannya.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan metode literatur review terhadap data
BPS (Badan Pusat Statistik). Kondisi umum lokasi penelitian diperoleh dari
3. 3
badan statistik dan Balai Taman Nasional Tanjung Puting seperti iklim,
topografi, tanah, vegetasi dan sosial ekonomi masyarakat serta penelitian-penelitian
terdahulu.
3.3.2. Analisis Data
a. Komposisi Jenis
Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk menghitung Kerapatan,
Frekuensi, dan Dominansi digunakan rumus Soerianegara dan Indrawan
(2005).
Kerapatan =
Banyaknya individu suat u jenis
Luas seluruh petak contoh
Kerapatan Relatif =
Kerapatan mut lak suat u jenis
Kerapatan total seluruh jenis
x 100%
Frekuensi =
Σ petak contoh ditemukan suat u spesies
Σ seluruh petak contoh
Frekuensi Relatif =
Frekuensi mut lak suat u jenis
Frekuensi total seluruh jenis
x 100%
Dominansi =
Σ luas bidang dasar suatu jenis
Σ luas seluruh petak contoh
Dominasi Relatif =
Dominasi mutlak suatu jenis
Dominasi total seluruh jenis
x 100%
Indeks Nilai Penting = KR + FR + DR (untuk tingkat tiang dan pohon).
Indeks Nilai Penting = KR + FR (untuk tingkat semai dan pancang).
a. Dominasi Jenis
Penguasaan (dominasi) jenis tumbuhan ditentukan parameter
perbandingan nilai penting (Summed Dominance Ratio/SDR). Perbandingan
nilai penting dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Muller et
al.,1974).
SDR = INP/2
Tinggi atau rendah tingkat penguasaan jenis ditentukan dengan rumus
sbb:
Interval kelas penguasaan jenis (I) =
Kriteria tingkat penguasaan jenis yaitu :
SDR tert inggi – SDR terendah
3
a. Tingkat penguasaan rendah : SDR < (SDRterendah +1)
b. Tingkat penguasaan sedang : SDR= (SDRterendah+1) -
(SDRterendah +2)
c. Tingkat penguasaan tinggi : SDR > (SDRterendah +2).
c. Indeks Keanekaragaman
Keanekaragaman jenis dari komunitas yang diteliti dapat diketahui
dengan menghitung nilai keanekaragaman jenis sebagai berikut: Indeks
keanekaragaman menggunakan indeks Shannon’s ( Ludwig dan Reynolds, 1988
):
n
H
' ln
Keterangan :
ni
ni
N
N
i
1
HH’= indeks keanekaragaman ni = jumlah spesies ke1
N N= jumlah individu Seluruh Jenis In = logaritma natural
Besarnya derajat keanekaragaman jenis (Tim Studi IPB dalam Hidayat,
2001) dapat diketahui jika nilai H’ < 2 menunjukan keanekaragaman jenis
tergolong rendah, H’ ≥ 2 dan < 3 menunjukan keanekaragaman jenis tergolong
sedang dan H’≥ 3 menunjukan bahwa keanekaragaman jenis tergolong tinggi.
4. 4
d. Indeks Kekayaan
Indeks kekayaan jenis, menggunakan rumus indeks Margalef (Ludwig
dan Reynolds, 1988) adalah sebagai berikut :
S
1
Keterangan :
R = Indeks Margelaf
S = Jumlah Jenis yang Ditemukan
N = Jumlah Individu Seluruh Jenis
In = Logaritma Natural
Besarnya indeks kekayaan jenis tergantung ada jumlah jenis yang
ditemukan. Bila jumlah jenis tinggi, maka tinggi pula indeks yang
diperoleh dan sebaliknya (Soegianto, 1994).
e. Indeks Kemerataan.
Indeks kemerataan jenis, di hitung meggunakan rumus menurut Pielou
dalam Odum ( 1966 ) adalah sebagai berikut :
H
Keterangan :
E = Indeks kemerataan
H' = indeks keanekaragaman Shannon.
In = Logaritma Natural
S = Jumlah jenis
Besaran E’< 0,3 menunjukan kemerataan jenis tergolong rendah, E’ =
0,3-0,6 kemerataan jenis tergolong sedang dan E’> 0,6 maka kemerataan jenis
tergolong tinggi.
3.3. Jadwal Kegiatan
Berikut ini adalah tabel jadwal kegiatan penelitian yang akan
dilaksaksanakan
No. Kegiatan Bulan
1 2 3 4
1 Persiapan
a. Penelusuran Pustaka
b. Penyusunan usulan
Penelitian
c. Persiapan alat dan bahan
Penelitian
x
xx
x
2. Pengumpulan Data
a. Survei Lapangan
b. Pengamatan langsung
dilapangan dan
wawancara dengan
responden
x
xxx
x
3. Analisa Data xxx
4. Pembuatan Laporan xxx
5. Penyerahan Laporan Hasil
Penelitian
x
N n
R
. 1
n S
E
1 .
'
5. 5
DAFTAR PUSTAKA
Arief A, 1994. Hutan dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Djauhariya dan Sukarman. 2002. Pemanfaatan Plasma Nutfah Dalam
Industri Jamu
dan Kosmetika Alami. Buletin Plasma Nutfah 8 (2) : 12 – 13.
Galingging R., Y., Andy Bhermana dan Muhrizal Sarwani. 2006.
Potensi Pengembangan Plasma Nutfah Tumbuhan Obat Lokal
di Kabupaten Barito Selatan dan Barito Timur di
Kalimantan Tengah. Makalah poster disampaikan pada
Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia.
Hamzari. 2008. Identifikasi Tanaman Obat-obatan Yang Dimanfaatkan
Oleh Masyarakat Sekitar Hutan Tabo-tabo. Jurnal Hutan dan
Masyarakat III (2) : hlm 111-234
Harada K.,M. Rahayu,dan M Muzakkir 2006. Tumbuhan Obat Taman
Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Palmedia creative pro.
Bandung.
Haryanto. 1995. Konservasi Keanekaragamaan Hayati di Hutan tropika.
Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan. Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor. Bogor. ( Tidak dipublikasika).
Hidayat, N. 2001. Keragaman beberapa Sifat Dimensi Tegakan pada
Hutan Rawa Gambut yang Dikelola dengan Sistem Tebang Pilih
Tanaman Indonesia (TPTI) (Studi Kasus di Areal HPH PT.
Inhutani II, Kalimantan Barat). [Tesis] Bogor : Sekolah Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Istomo. 1995. Teknik Pengukuran dan Pemantauan keanekaragaman
hayati Tumbuhan alam. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Kintoko, 2006. Prospek Pengembangan Tanaman Obat. Prosiding
Persidangan Antarabangsa Pembangunan Aceh 26-27 Disember
2006, UKM Bangi.
Ludwig J.A and J.F. Reynolds . 1988. Statiscal Ecology, John Wiley &
Sons.New York.
Noorcahyati, 2012 . Tumbuhan Berkhasiat Obat Kalimantan antara
Pemanfaatan dan Pelestarian. Balai Penelitian Tehnologi
Konservasi sumber Daya Alam. Balikpapan. Kalimantan Timur.
Marsono , D. Dan Thoyib. 1984. Ekosistem Hutan Tropika Humida.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada . Yogyakarta
Muller, D. Dobois dan H. Ellenberg. 1974. Aims and Mathod of
Vagetatin Ecologi. Jhon Wiley and Sons. New York. 547 pp.
Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi (penerjemah Tjahyono
Samingan dan Penyunting B. Srigondo. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Rajehan. 2012. Nilai Manfaat Langsung Ekosistem Dipterocarpa Bagi
Masyarakat Setempat Di Hutan Lindung Sungai Wain. Fakultas
Kehutanan Universitas Mulawarman.
Sampurno, 2012. Jurnal Obat Herbal Dalam Prespektif dalam Medik
dan Bisnis. Fakultas Parmasi Universitas Gajah Mada.
Jogjakarta
Setiawan. 2007 . Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 3. Depok: Puspa
Swara.
SK Kepala BPOM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004).
Suganda. AG, 2002, Standardisasi simplisia, ekstrak dan produk obat
bahan alam, dalam prosiding Simposium standardisasi jamu dan
fitofarmaka , ITB, Bandung, 26 september 2002.
6. 6
Suhirman M. 1990. Program Perkembangan Tanaman Obat. Makalah
Seminar Nasional Pelestarian Pemanfaatan Tanaman Obat
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Soerianegara, I dan Indrawan. A.1998. Ekologi Hutan Indonesia.
Laboratium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
.2005. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratium
Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif Usaha Nasional, Surabaya.
Wilson., E.O. 1988. Biodiversity. National Academy Press.
Washington D.C.
Zuhud, E.A.M, Ekarelawan dan S, Ridwan. (1994). Hutan Tropika
Indonesia Sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah
Tumbuhan Obat. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.