SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT RUMAH SAKIT
(PKMRS): TUBERKULOSIS (TB) PARU
DI RUANG IRNA LANTAI 4 RS UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
Disusun Oleh:
Kelompok 16
Yohana Eka Rismawati R 131623143001
Nailiyatul Faricha 131623143002
Nur Khafidhoh 131623143004
Erlia Widyaningrum 131623143005
Harunatusyarifah 131623143006
Nur Khriesna Habita 131623143007
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Stase : Profesi Keperawatan Dasar
Pokok bahasan : Tuberkulosis (TB) Paru
Sasaran : Keluarga pasien
Hari / Tanggal : Kamis, 16 Maret 2017
Waktu : 09.00 – 10.00 WIB
Ruangan : Ruang Irna Lt 4 RS Universitas Airlangga Surabaya
A. Tujuan instruksional umum
Setelah mendapat penyuluhan selama 60 menit, peserta penyuluhan dapat
mengetahui dan memahami materi tentang penyakit TBC dan etika batul
sehingga dapat menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.
B. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan keluarga klien dapat
menjelaskan kembali mengenai:
1. Pengertian TB paru
2. Penyebab TB paru
3. Faktor risiko TB paru
4. Gejala dan diagnosis awal TB paru
5. Cara penularan TB paru
6. Pencegahan penularan TB paru
7. Pengobatan TB paru
8. Efek samping pengobatan TB paru
9. Komplikasi TB paru
10. Peran keluarga (PMO) dalam merawat pasien TB paru
11. Etika Batuk yang tepat
C. Materi penyuluhan
Tuberkulosis (TB) Paru dan Etika Batuk
D. Metode penyuluhan
1. Ceramah dan Tanya jawab
2. Demonstrasi
E. Media Penyuluhan
1. Presentation Power Point
2. Leaflet
F. Pengorganisasian
Pembimbing akademik : Ika Nur Pratiwi, S.Kp., M.Kep.
Pembimbing klinik : Rihmatul Fitriyah, S.Kep. Ns.
Penanggung Jawab (Ketua) : Nur Khriesna Habita
Penyuluh : Nur Khriesna Habita
Moderator : Erlia Widyaningrum
Observer : Nailiyatul Faricha
Fasilitator 1 : Yohana Eka Rismawati R.
Fasilitator 2 : Nur Khafidhoh
Notulen : Harunatusyarifah
G. Job Description
No. Nama Sie Job Description
1. Moderator 1. Membuka dan menutup acara
2. Mengatur jalannya acara dari awal hingga akhir
3. Memperkenalkan diri dan tim penyuluhan
4. Menjelaskan kontrak waktu penyuluhan
5. Memimpin jalannya acara
1. Penyuluh 1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Menggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan
disampaikan
3. Menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh peserta
2. Fasilitator 1. Membantu dan mengondisikan peserta selama penyuluhan
berlangsung
2. Meminta tanda tangan peserta yang hadir (absensi)
3. Membantu mengajukan pertanyaan untuk evaluasi hasil
4. Memfasilitasi peserta untuk aktif bertanya
3. Notulen 1. Mencatat pertanyaan peserta dan jawaban penyaji sebagai
dokumentasi kegiatan
2. Mencatat proses kegiatan penyuluhan disesuaikan dengan
rencana kegiatan pada SAP
3. Menyusun laporan dan menilai hasil kegiatan penyuluhan
4. Observer 1. Mengawasi dan mengevaluasi selama penyuluhan
berlangsung
2. Mencatat situasi pendukung dan penghambat proses
kegiatan penyuluhan
5. PJ 1. Mempertanggungjawabkan terselenggaranya acara
penyuluhan
2. Mengkoordinasi tim penyuluhan
H. Rencana penyuluhan
(1)Rundown Acara
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1) Memberikan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
pembelajaran
4) Menyebutkan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan
5) Menggali pengetahuan peserta
tentang peraturan ruangan
1) Menjawab salam
2) Mendengarkan dan
memperhatikan
3) Menjawab
pertanyaan
2. 25
menit
Pemberian materi :
1. Pengertian TB paru
2. Penyebab TB paru
3. Faktor risiko TB paru
4. Gejala dan diagnosis awal TB
paru
5. Cara penularan TB paru
6. Pencegahan penularan TB
paru
7. Pengobatan TB paru
8. Efek samping pengobatan TB
paru
9. Komplikasi TB paru
10. Peran Keluarga (PMO) dalam
Merawat pasien TB paru
11. Etika Batuk yang tepat
1) Menyimak dan
memperhatikan
4. 5 menit Diskusi: Tanya jawab 1) Peserta
menanyakan hal-
hal yang belum
jelas pada pemateri
2) Pemateri
memberikan
jawaban
4. 5 menit Evaluasi :
1) Memberikan pertanyaan
kepada peserta seputar materi
yang disampaikan
2) Memberikan reward atau
pujian bagi peserta yang
mampu menjawab
Penutup :
Mengucapkan salam dan terima
kasih
1) Menjawab
pertanyaan dari
pemateri
1) Menjawab salam
2) Setting tempat penyuluhan
3) Metode Evaluasi
(1) Metode evaluasi : Tanya jawab
(2) Jenis evaluasi : Lisan
4) Evaluasi Struktur
(1) Persiapan Media
Media yang digunakan dalam ceramah semua lengkap dan dapat
digunakan dalam penyuluhan yaitu:
a. Presentation Power Point (LCD)
b. Leaflet
(2) Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk power point dan leaflet dengan ringkas,
menarik, lengkap mudah dimengerti oleh peserta.
5) Evaluasi proses
(1) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta mampu
memahami materi yang disampaikan melalui ceramah dan leaflet yang
diberikan
3
6
1
7
5
2
Keterangan:
1. Moderator
2. Pemateri
3. Peserta
4. Fasilitator
5. Tamu undangan
6. Observer
7. Notulen
3 4 3
4 3 3 3
(2) Peserta memperhatikan saat ceramah berlangsung.
(3) Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
(4) Peserta antusias bertanya hal yang belum dimengerti tentang materi.
6) Evaluasi Hasil
(1) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami pengertian TB paru
(2) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami penyebab TB paru
(3) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami faktor risiko TB paru
(4) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami gejala dan diagnosis awal
TB paru
(5) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami cara penularan TB paru
(6) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami pencegahan penularan TB
paru
(7) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami pengobatan TB paru
(8) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami efek samping pengobatan
TB paru
(9) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami komplikasi TB paru
(10) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami peran keluarga (PMO)
dalam merawat pasien TB paru
(11) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami etika batuk yang tepat
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian TB paru
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium,
mengakibatkan kerusakan pada paru, serta menimbulkan gejala seperti batuk,
sesak napas, bahkan dapat menyebar ke tulang, otak, dan organ lainnya.Sejak
dahulu penyakit ini dikenal sebagai penyebab kematian yang menakutkan.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang kasusnya banyak terjadi di
kalangan masyarakat (Muttaqin, 2008).
TB paru dapat menyerang semua kalangan usia mulai dari anak sampai
dewasa dengan perbandingan hampir sama antara laki-laki dan perempuan.
Penyakit ini banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan
tingkat kepadatan penduduk tinggi sehingga sangat minimnya cahaya matahari
yang dapat masuk ke dalam rumah. TB paru pada anak dapat terjadi diusia
berapa pun, namun, usia paling umum adalah 1-4 tahun. Angka kejadian TB
paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia
remaja (Somantri, 2007).
Pengobatan yang tidak teratur maupun pengobatan yang terputus dapat
mengakibatkan resistensi bakteri terhadap obat. Dalam hal ini peran perawat
sangat dibutuhkan untuk menjelaskan tentang pentingnya pengobatan secara
teratur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Maka dari itu penting
sekali bagi perawat untuk memahami prognosis dan patofisiologi tuberkulosis
paru, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik bagi pasien
dengan penyakit tuberkulosis paru.
Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit. Tahapan tersebut
meliputi tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia yang
dapat dilihat pada tabel berikut (Kemenkes, 2014).
Tabel 1. Perjalanan alamiah TB
1. Paparan
Peluang
peningkatan
paparan terkait
a. Jumlah kasus menular di masyarakat
b. Peluang kontak dengan kasus menular
c. Tingkat daya tular dahak sumber penularan
dengan d. Intensitas batuk sumber penularan
e. Kedekatan kontak dengan sumber penularan
f. Lama waktu kontak dengan sumber penularan
g. Faktor lingkungan: konsentrasi kuman di udara (ventilasi,
sinar UV)
Catatan: Paparan kepada pasien TB menular merupakan syarat untuk terinfeksi.
Setelah terinfeksi, ada beberapa faktor yang menentukan seseorang akan
terinfeksi saja, menjadi sakit dan kemungkinan meninggal dunia karena TB.
2. Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6-14 minggu setelah infeksi
a. Reaksi immunologi (lokal). Kuman TB memasuki alveoli dan ditangkap oleh
makrofag dan kemudian berlangsung reaksi antigen-antibody.
b. Reaksi immunologi (umum). Delayed Hypersensitivity (hasil tuberkulin tes
menjadi positif).
c. Lesi secara umum sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam
lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali.
d. Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi.
3. Sakit TB
Faktor risiko
untuk menjadi
sakit TB
tergantung dari:
a. Konsentrasi/ jumlah kuman yang terhirup
b. Lama waktu sejak terinfeksi
c. Usia seseorang yang terinfeksi
d. Tingkat daya tahan tubuh seseorang.
Catatan: Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Namun
bila seseorang dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB melalui
proses reaktifasi. TB umum terjadi pada paru (TB paru).
e. Meninggal dunia
Faktor risiko
kematian karena
TB
a. Akibat dari keterlambatan diagnosis
b. Pengobatan tidak adekuat
c. Ada kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit
penyerta
Catatan: Pasien TB tanpa pengobatan, 50% akan meninggal dan risiko ini
meningkat pada pasien dengan HIV positif
B. Penyebab TB paru
Penyebab TB paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis merupakan mikobakteria tahan asam dan
merupakan mikobakteria aerob obligat dan mendapat energi dari oksidasi
berbagai senyawa karbon sederhana. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk
menggandakan diri dan pertumbuhan pada media kultur biasanya dapat dilihat
dalam waktu 6-8 minggu (Putra, 2010). Suhu optimal untuk tumbuh pada 37ºC
dan pH 6,4-7,0. Jika dipanaskan pada suhu 60ºC akan mati dalam waktu 15-20
menit. Kuman ini sangat rentan terhadap sinar matahari dan radiasi sinar
ultraviolet. Selnya terdiri dari rantai panjang glikolipid dan phospoglican yang
kaya akan mikolat (Mycosida) yang melindungi sel mikobakteria dari lisosom
serta menahan pewarna fuschin setelah disiram dengan asam (basil tahan asam)
(Herchline, 2013).
C. Faktor risiko TB paru
Faktor risiko TB dibagi menjadi factor host dan faktor lingkungan:
1. Faktor host terdiri dari:
a. Kebiasaan dan paparan, seseorang yang merokok memiliki risiko yang
lebih tinggiuntuk terkena TB.
b. Status nutrisi, seseorang dengan berat badan kurang memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk terkena TB. Vitamin D juga memiliki peran
penting dalam aktivasi makrofag dan membatasi pertumbuhan
Mycobacterium. Penurunan kadar vitamin D dalam serum akan
meningkatkan risiko terinfeksi TB.
c. Penyakit sistemik, pasien pasien dengan penyakit-penyakit seperti
keganasan, gagal ginjal, diabetes, ulkus peptikum memiliki risiko
untuk terkena TB.
d. AD Immunocompromised, seseorang yang terkena HIV memiliki
risiko untuk terkena TB primer ataupun reaktifasi TB. Selain itu,
penggu na obat-obatan seperti kortikosteroid dan TNF-inhibitor juga
memiliki risiko untuk terkena TB.
e. Usia, di Amerika dan negara berkembang lainnya, kasus TB lebih
banyak terjadi pada orang tua daripada dewasa muda dan anak-anak
(Horsburgh, 2009)
2. Faktor lingkungan
Orang yang tingga l serumah dengan seorang penderita TB akan berisiko
untuk terkena TB. Selain itu orang yang tinggal di lingkungan yang
banyak terjadi kasus TB juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
TB. Selain itu sosioekonomi juga berpengaruh terhadap risiko untuk
terkena TB dimana sosioekonomi rendah memiliki risiko lebih tinggi
untuk terkena TB (Horsburgh, 2009)
Hiswani dalam Sahat (2010) mengungkapkan bahwa keterpaparan
penyakit TB pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1. Faktor sosial ekonomi. Terkait dengan keadaan rumah, kepadatan hunian,
lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk
dapat memudahkan penularan kuman TB. Pendapatan keluarga yang kecil
juga terkait dengan penularan TB karena tidak mampu memenuhi syarat-
syarat kesehatan.
2. Status gizi. Keadaan malnutrisi mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang
sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB paru.
3. Umur. Penyakit TB paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
produktif 15-50 tahun.
4. Jenis kelamin. Pasien TB cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Prevalensi TB pada laki-laki tinggi disebabkan kebiasaan
merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem
pertahanan tubuh sehingga mudah terpapar dengan agent penyebab TB paru.
D. Gejala dan Diagnosis Awal TB paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Setiap orang dengan gejala
tersebut dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis (Depkes RI, 2008).
Segera periksakan ke pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas.
Pemeriksaan awal untuk mendiagnosis TB paru adalah dengan pemeriksaan
dahak (SPS) yang diambil selama 2 hari berturut-turut.
1. Hari pertama dahak Sewaktu (S) diambil sewaktu kunjungan pertama ke
puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya.
2. Hari kedua dahak diambil sebanyak dua kali, yaitu dahak Pagi (P) diambil
pada saat bangun tidur pagi sebelum makan dan minum serta dahak Sewaktu
(S) diambil sewaktu mengantar dahak Pagi (P) ke puskesmas atau sarana
pelayanan kesehatan lainnya.
E. Cara penularan TB paru
Kuman TB menyebar dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei), pada
waktu pasien batuk atau bersin. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Percikan dahak dapat bertahan selama 1-2 jam dalam udara
bebas bahkan dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan tergantung
pada ada atau tidak sinar UV. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pernapasan, kuman tersebut dapat menyebar ke bagian
tubuh yang lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran
pernapasan atau menyebar langsung ke bagian tubuh yang lain. Kemungkinan
seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara
dan lama menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2008).
Tidak semua pasien TB paru akan menularkan penyakit yang diderita,
pasien TB paru yang dapat menularkan ke orang lain adalah pasien TB Paru
BTA positif yang belum diobati. BTA negatif diperkirakan akan menjadi BTA
positif dalam jangka waktu dua tahun bila tidak diobati (Depkes RI, 2008).
F. Pencegahan Penularan TB paru
Curry (2007) menyatakan ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah penyakit TB paru dapat berupa:
1. Hindari saling berhadapan saat berbicara dengan pasien,
2. Olahraga teratur untuk menjaga daya tahan tubuh,
3. Memberikan penjelasan pada pasien untuk menutup mulut dengan sapu
tangan bila batuk serta tidak meludah atau mengeluarkan dahak di sembarang
tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang
dianjurkan dan mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran,
4. Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain:
1) Menjemur peralatan tidur pada sinar matahari langsung sehingga dapat
mematikan kuman.
2) Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar aliran udara (ventilasi) dapat
mengurangi jumlah kuman TB serta sinar matahari dapat masuk karena
kuman TB dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan
lembab.
3) Menjaga nutrisi tubuh dengan makan makanan bergizi.
4) Tidak merokok dan minum minuman beralkohol.
5) Lakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
6) Mencuci peralatan makan dan minum dengan air bersih mengalir dan
memakai sabun hingga bersih.
7) Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan memakai sabun.
Selain itu, ingat 5M Plus:
1) Menelan Obat Anti TB (OAT) secara lengkap dan teratur sampai sembuh;
2) Menutup mulut ketika batuk atau bersin;
3) Membuang dahak atau ludah di tempat tertutup yang disediakan (pot
sputum);
4) Mencuci tangan sampai bersih setelah BAB, serta sebelum dan sesudah
makan; dan
5) Menjaga nutrisi yang optimal dengan makan makanan yang bergizi.
Plus : Tidak merokok, tidak menukar alat mandi dan makan, serta
olahraga dan istirahat dengan teratur.
Tips Mencegah Penularan TBC
Di Indonesia, penyakit TBC merupakan penyakit epidemiologi, sehingga
jumlah penderita TBC masih sangat banyak dan berpotensi untuk terus
menularkan bakteri TBC. Agar dapat tehindar dari penyakit TBC, maka kita
dapat melakukan hal-hal berikut:
1. Imunisasi BCG; imunisasi BCG biasanya didapat ketika bayi. Jika
memiliki bayi, maka berikan imunisasi dasar lengkap agar bayi juga
mendapatkan imunisasi BCG.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera
mendapatkan pengobatan sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang
lebih berat dan menjadi sumber penularan bakteri TBC.
3. Bagi penderita tidak meludah sembarangan. Pada dasarnya penularan
bakteri TBC berasal dari dahak penderita TBC. Walaupun dahak dari
penderita TBC sudah mengering, tetap berpotensi menyebarkan bakteri
TBC melalui udara.
4. Tidak melakukan kontak udara dengan penderita. Bagi orang yang masih
sehat, sebaiknya membatasi interaksi dengan orang yang menderita TBC
atau dapat menggunakan alat pelindung diri (masker) ketika Anda harus
kontak dengan mereka.
5. Minum obat pencegah dan hidup secara sehat.
6. Rumah harus memiliki ventilasi udara yang baik, sehingga sinar matahari
pagi dapat masuk ke dalam rumah.
7. Menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak
meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan
tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan
untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran
8. Tips berikutnya adalah dengan melakukan sinar ultraviolet untuk
membasmi bakteri. Sinar ini bertujuan untuk membasmi bakteri penyebab
penyakit TBC tersebut.
9. Tips terakhir untuk mencegah penyakit TBC adalah dengan pemberian
obat isoniazid. Obat ini sangat efektif memberikan dampak terhadap
pencegahan TBC. Walaupun hasil uji lab menunjukkan hasil tes tuberculin
positif, akan tetapi hasil foto rontgen tidak akan menunjukkan adanya
penyakit TBC. Mengetahui cara mencegah penuaran TBC, segera
mengambil tindakan yang bijak agar tetap sehat dan terhindar dari TBC.
Tips Mencegah Penularan Batuk TBC dari Penderita
Sebelum membahas tips pencegahan, yang perlu diketahui adalah
bagaimana cara penyakit ini ditularkan dari penderita ke orang yang sehat.
Sebagai orang yang sehat tentu saja kita tidak ingin tertular penyakit batuk
berbahaya ini, jadi cara yang tepat adalah membekali diri kita dengan
pengetahuan cara penularan TBC. Penyakit ini biasa menular melalui media
udara, yang kemudian terhirup oleh orang yang sehat. Berikut tips pencegahan
yang perlu diketahui.
1) Hindari menggunakan peralatan makan yang sama dengan si penderita
2) Gunakan masker jika Anda sering kontak langsung dengan penderita
3) Jauhkan anak-anak dari penderita
4) Banyak makan makanan yang begizi dan suplemen agar meningkatkan
kekebalan tubuh
Tips Mencegah Penularan Batuk TBC ke Orang yang Sehat
Jika Anda penderita TBC, tentu saja Anda tidak ingin orang-orang di
sekitar Anda tertular penyakit ini dari Anda. Sebagai penderita TBC Anda
juga wajib tahu tips pencegahan tersebut, di antaranya:
1) Menutup mulut Anda dengan saputangan saat batuk atau bersin.
2) Jangan sembarangan meludah. Jika ingin meludah, silahkan meludah
hanya pada wadah khusus yang disediakan untuk Anda yang terlebih
dahulu sudah diberi desinfektan untuk membunuh kuman penyebab TBC
3) Hindari berdekatan atau kontak langsung dengan balita atau anak-anak
4) Pisahkan peralatan makan Anda, begitu juga saat mencucinya agar tidak
terpakai orang yang sehat.
5) Jemurlah perlengkapan tidur Anda seperti bantal, kasur, selimut dan lain
lain setiap hari, biarkan sinar matahari langsung masuk ke dalam kamar
Anda.
G. Pengobatan TB paru
Tujuan pengobatan antara lain menyembuhkan pasien dan memperbaiki
produktivitas serta kualitas hidup, mencegah kematian oleh karena TB atau
dampak buruk yang akan timbul, mencegah kekambuhan TB, menurunkan
penularan TB, serta mencegah penularan TB dan resisten obat.
Pengobatan TB adalah salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dai kuman TB. Pengobatan yang adekuat harus
memenuhi prinsip (Kemenkes RI , 2014):
1. Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah resistensi,
2. Diberikan dalam dosis yang tepat,
3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan,
4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
Tahapan pengobatan TB (Depkes RI, 2008):
1. Tahap awal (intensif)
Tahap ini pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung
untuk mencegah resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi
BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap ini, pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama yaitu empat bulan. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persisten sehingga mencegah kekambuhan.
Standart yang digunakan untuk pengobatan TB aktif membutuhkan waktu
selama 6 atau 9 bulan (Gough, 2011) dengan beberapa macam farmakoterapi.
Berikut 4 obat yang umum digunakan untuk pengobatan TB:
1. Isoniazid (H). Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh
kuman 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.
2. Rifampisin (R). Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant
(persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid..
3. Pirasinamid (Z). Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang
berada dalam sel dengan suasana asam.
4. Streptomisin (S). Bersifat bakterisid.
5. Etambutol (E). Bersifat sebagai bakteriostatik.
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian TB di
Indonesia adalah:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin,
Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-
1, yaitu pirazinamid dan etambutol.
Menurut Kemenkes RI (2014), panduan obat dan peruntukan:
1. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2.
Disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT).
Tablet OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosis disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
Panduan OAT-KDT lini pertama
1) Kategori-1: 2(HRZE)/4(HR)3
Paduan ini diberikan untuk pasien TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif
foto toraks positif, dan TB ekstra paru.
Tabel 1. Dosis paduan OAT-KDT kategori-1: 2(HRZE)/4(HR)3
Berat Badan Tahap Intensif
Tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16
minggu RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
2) Kategori-2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien kambuh, pasien gagal dan pasien
dengan pengobatan setelah putus berobat (default).
Tabel 2. Dosis paduan OAT-KDT kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Berat
Badan
Tahap Intensif
tiap hari RHZE (150/75/400/275)+S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150/150) +
E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT +
500mg streptomisin
inj
2 tab 4 KDT 2 tablet 2 KDT + 2
tab etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +
750mg streptomisin
inj
3 tab 4 KDT 3 tablet 2 KDT + 3
tab etambutol
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +
1000mg streptomisin
inj
4 tab 4 KDT 4 tablet 2 KDT + 4
tab etambutol
≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT
+1000mg
streptomisin inj
5 tab 4 KDT (>
do maks)
5 tablet 2 KDT + 5
tab etambutol
2. Paket kombipak
Adalah paket obat lepas yang terdiri isoniazid, rifampisin, piraziamid dan
etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan
program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami
efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelum ini.
Tabel 3. Dosis paduan OAT kombipak kategori 1 2(HRZE)/4(HR)3
Tahap
Pengobatan
Lama
Pengobatan
Dosis per hari/ kali Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tablet
Isoniazid
@300mgr
Kaplet
Rifampisin
@450mgr
Tablet
Pirazinamid
@500mgr
Tablet
Etambutol
@250mgr
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
Tabel 4. Dosis paduan OAT kombipak kategori 2:
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Tahap
Pengobatan
Lama
Pengob
atan
Tablet
INH
@300
mgr
Kaplet R
@450mg
r
Tablet Z
@500m
gr
Tablet E S
injeksi
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
@250
mgr
@400
mgr
Intensif
(dosis
harian)
2 bulan
1 bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0,75
gr
-
56
28
Lanjutan
(dosis 3x
seminggu)
5 bulan 2 1 - - 60
3. Paduan OAT kategori anak
Disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet
OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat dlam satu tablet. Dosis
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas satu paket untuk
satu pasien.
Penatalaksanaan Diet
1. Tujuan terapi diet
Terapi diit bertujuan memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki
dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status
gizi agar penderitadapatmelakukanaktifitas normal.
Terapi untuk penderita kasus Tuberkulosis Paru menurut (Almatsier, 2006)
adalah:
a. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat
badan normal.
b. Protein tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar
albumin serum yang rendah (75-100 gr).
c. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total.
2. Macam diit untuk penyakit TBC:
a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP 1) Energi: 2600 kkal, protein
100 gr (2/kg BB).
b. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II) Energi 3000 kkal, protein
125 gr (2,5 gr/kg BB)
Penderita dapat diberikan salah satu dari dua macam diet Tinggi Energi
Tinggi Protein (TETP) sesuai tingkat penyakit penderita. Dapat dilihat
dibawah ini bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada
penderita tuberculosis.
Syarat Diet:
a. Energi tinggi
b. Karbohidrat cukup (60-70% total energi)
c. Protein tinggi (75-100 gr/hari)/ 2-2.5 gr/kg BBI
d. Lemak cukup (20 – 25% total energi)
e. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin C dan Fe (Minimal sesuai
KGA).
f. Bentuk makanan sesuai kemampuan pasien
g. Makanan mudah cerna
Tabel bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan
Bahan makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber
karbohidrat
Nasi, roti, makroni dan hasil
Olahan tepung seperti kue,
puding, mie dan
dodol, ubi, karbohidrat
sederhana seperti gula pasir
Dimasak dengan
Banyak minyak
Kelapa atau santan
kental
Sumber protein Daging sapi, ayam, ikan, telur,
susu dan hasil olahan seperti
keju dan yoghurt (susu
fermentasi)
Dimasak dengan
Banyak minyak
kelapa
Sumber protein
nabati
Semua jenis kacang-kacang
dan hasil olahanya seperti tempe
dan keju
Sayuran Semua jenis sayuran seperti;
bayam, buncis, daun singkong,
kacang panjang, labu siam dan
wortel direbus, ditumis dan
kukus
Buah-buahan Semua buah segar seperti:
pepaya, semangka, melon,
pisang, buah kaleng, buah kering
dan jus buah.
Minuman Madu, sirup, teh dan kopi encer Minuman rendah
kalori
Lemak dan minyak Minyak goreng, mentega,
margarin, santan encer, salad
Santan yang kental
Bumbu Bumbu tidak tajam seperti
Bawang merah, bawang putih,
laos, gula dan kecap
Bumbu yang
Tajam seperti cabe
dan lada
H. Efek samping pengobatan TB paru
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping, namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu
pemantauan efek samping diperlukan selama pengobatan dengan cara:
1. Menjelaskan kepada pasien tanda-tanda efek samping obat,
2. Menanyakan efek samping pada waktu pasien mengambil obat.
Tabel 5. Efek samping ringan dari OAT
Obat Efek Samping Penanganan
Rifampisin Tidak nafsu makan, mual,
sakit perut, warna kemerahan
pada air seni (urine)
Perlu penjelasan kepada
pasien lebih baik obat
diminum malam sebelum
tidur
Pirasinamid Nyeri sendi Beri aspirin
INH Kesemutan sampai dengan
rasa terbakar di kaki
Beri vitamin B6 (piridoxin)
100mg per hari
Tabel 6. Efek samping berat dari OAT
Obat Efek Samping Penanganan
Streptomisin Tuli, gangguan keseimbangan Streptomisin dihentikan,
ganti etambutol
Etambutol Gangguan penglihatan Hentikan etambutol
Rifampisin Purpura dan renjatan (syok) Hentikan rifampisin
Semua jenis
OAT
Gatal dan kemerahan pada
kulit
Diberi antihistamin
Hampir semua
OAT
Ikterus tanpa penyebab lain,
bingung dan muntah-muntah
Hentikan semua OAT
sampai ikterus menghilang
dan segera lakukan tes
fungsi hati
RESISTEN GANDA (Multi Drug Resistance/ MDR)
Resistensi ganda menunjukkan M.tuberculosis resisten terhadap rifampisin
dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya Secara umum resistensi terhadap obat
tuberkulosis dibagi menjadi :
1) Resistensi primer ialah apabila penderita sebelumnya tidak pernah
mendapat pengobatan TB
2) Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah penderitanya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
3) Resistensi sekunder ialah apabila penderita telah punya riwayat
pengobatan sebelumnya.
Laporan pertama tentang reistensi ganda datang dari Amerika Serikat,
khususnya pada penderitaTB dan AIDS yang menimbulkan angka kematian 70%–
90% dalam waktu hanya 4 sampai 16 minggu. “WHO Report on Tuberculosis
Epidemic 1995” menyatakan bahwa resitensi ganda kini menyebar di berbagai
belahan dunia. Lebih dari 50 juta orang mungkin telah terinfeksi oleh kuman
tuberkulosis yang resisten terhadap beberapa obat anti tuberkulosis khususnya
rifampisin dan INH, serta kemungkinan pula ditambah obat antituberkulosis yang
lainnya. TB paru kronik sering disebabkan oleh MDR.
Ada beberapa penyebab terjadinya resitensi terhadap obat tuberkulosis, yaitu :
1) Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2) Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, baik karena jenis obatnya
yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan etambutol pada
awal pengobatan, maupun karena di lingkungan tersebut telah terdapat
resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan, misalnya
memberikan rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi
terhadap kedua obat tersebut sudah cukup tinggi
3) Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua atau tiga
minggu lalu stop, setelah dua bulan berhenti kemudian berpindah dokter
dan mendapat obat kembali selama dua atau tiga bulan lalu stop lagi,
demikian seterusnya
4) Fenomena “addition syndrome” (Crofton, 1987), yaitu suatu obat
ditambahkan dalam suatu paduan pengobatan yang tidak berhasil. Bila
kegagalan itu terjadi karena kuman TB telah resisten pada paduan yang
pertama, maka “penambahan” (addition) satu macam obat hanya akan
menambah panjang nya daftar obat yang resisten
5) Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik, sehingga mengganggu bioavailabiliti obat
6) Penyediaan obat yang tidak reguler, kadang obat datang ke suatu daerah
kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-bulan
7) Pemakaian obat antituberkulosis cukup lama, sehingga kadang
menimbulkan kebosanan
8) Pengetahuan penderita kurang tentang penyakit TB
9) Belum menggunakan strategi DOTS
10) Kasus MDR-TB rujuk ke ahli paru
Pengobatan TuberkulosisResisten Ganda (MDR)
1) Pengobatan MDR-TB hingga saat ini belum ada paduan pengobatan yang
distandarisasi untuk penderita MDR-TB. Pemberian pengobatan pada
dasarnya “tailor made”, bergantung dari hasil uji resistensi dengan
menggunakan minimal 2-3 OAT yang masih sensitif dan obat tambahan
lain yang dapat digunakan yaitu golongan fluorokuinolon (ofloksasin dan
siprofloksasin), aminoglikosida (amikasin, kanamisin dan kapreomisin),
etionamid, sikloserin, klofazimin, amoksilin+ as.klavulanat. Saat ini
paduan yang dianjurkan OAT yang masih sensitif minimal 2 –3 OAT dari
obat lini 1ditambah dengan obat lain (lini 2)golongan kuinolon, yaitu
Ciprofloksasin dosis 2 x 500 mg atau ofloksasin 1 x 400 mg
2) Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan
memerlukan waktu yang lama yaitu minimal 12 bulan, bahkan bisa sampai
24 bulan
3) Hasil pengobatan terhadap resistenganda tuberkulosis ini kurang
menggembirakan. Pada penderita non-HIV, konversi hanya didapat pada
sekitar 50% kasus, sedangkan response rate didapat pada 65% kasus dan
kesembuhan pada 56% kasus.
4) Pemberian obat antituberkulosis yang benar dan terawasi secara baik
merupakan salah satu kunci penting mencegah dan mengatasi masalah
resisten ganda. Konsep Directly Observed Treatment Short Course(DOTS)
merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menanggulangi masalah tuberkulosis khususnya resisten
ganda
5) Prioritas yang dianjurkan bukan pengobatan MDR, tetapi pencegahan
MDR-TB
6) Pencegahan resistensi dengan cara pemberian OAT yang tepat dan
pengawasan yang baik
I. Komplikasi TB paru
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien stadium lanjut adalah sebagai
berikut:
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau jalan napas
tersumbat,
2. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau retraktif) pada paru,
3. Pneumothoraks (ada udara dalam rongga pleura) spontan, kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru,
4. Penyebaran infeksi ke organ lain.
J. Peran Keluarga (PMO) dalam Merawat Pasien TB paru
Keluarga memiliki peran dalam merawat anggota keluarga dengan TB
paru yaitu memberikan perawatan secara fisik dan juga perawatan secara
psikososial. Perawatan secara psikososial dapat ditunjukkan keluarga dengan
memberi dukungan, kasih sayang dan perhatian kepada pasien karena masih
adanya stigma buruk masyarakat terhadap pasien dengan TB paru, keluarga
memotivasi pasien agar sabar dalam pengobatan, keluarga memahami serta
menghargai perasaan pasien, mendengarkan keluhan-keluhan yang
disampaikan pasien, menanyakan apa yang saat ini pasien rasakan.
Perawatan secara fisik dapat dilakukan keluarga dengan mengawasi
pasien meminum obat secara teratur hingga klien menelan obat, pasien harus
meminum obat pada pagi hari karena obat tersebut paling baik bekerja ketika
pagi hari, keluarga membantu menempatkan obat di tempat yang bersih dan
kering, tidak terpapar langsung dengan sinar matahari dan aman dari jangkauan
anak-anak, selain itu keluarga dapat membawa atau mengajak pasien ke
fasilitas kesehatan setiap dua minggu sekali untuk melihat perkembangan
penyakit atau jika pasien mengalami keluhan-keluhan yang harus segera
ditangani, keluarga harus memberikan makan yang cukup gizi pada pasien
untuk menguatkan dan meningkatkan daya dahan tubuh agar bisa menangkal
kuman TB yang merusak paru-paru, kebersihan lingkungan rumah juga harus
diperhatikan contoh dengan pengaturan ventilasi yang cukup, keluarga
menganjurkan pasien untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika
batuk atau bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur bekas pasien
secara teratur, membuka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar
matahari dapat masuk karena kuman TB paru akan mati bila terkena sinar
matahari.
Apabila keluarga mampu melaksanakan peran tersebut dengan baik
berarti keluarga telah membantu pasien TB paru mendapatkan kesembuhan
lebih cepat. Keluarga biasanya juga bisa menjadi Pengawas Menelan Obat
(PMO) karena lebih dikenal, dipercayai, dan dekat dengan pasien sehingga
dapat ditawari untuk kesediaan dalam pelatihan menjadi PMO.
K. Etika Batuk Efektif
Pencegahan dan pengendalian penyebaran patogen dari pasien yang
terinfeksi (pencegahan dan pengendalian sumber) menjadi kunci untuk
menghindari penularan akibat kontak tanpa pelindung. Untuk penyakit yang
ditularkan melalui droplet besar dan/atau droplet nuklei, kebersihan
pernapasan/etika batuk harus diterapkan oleh semua orang yang
memperlihatkan gejala infeksi pernapasan. WHO (2008) menyebutkan bahwa
semua orang (petugas kesehatan, pasien, dan pengunjung) yang
memperlihatkan tanda-tanda dan gejala infeksi pernapasan harus:
1) Menutup mulut dan hidung mereka saat batuk/bersin;
2) Menggunakan tisu, saputangan, masker linen, atau masker bedah bila
tersedia, sebagai pencegahan dan pengendalian sumber untuk menahan
sekret pernapasan, dan membuangnya ke tempat limbah;
3) Menggunakan masker bedah menghadapi orang yang batuk/bersin bila
memungkinkan;
4) Membersihkan tangan atau mencuci tangan dengan benar.
L. Etika Batuk yang Tepat
a. Pengertian
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme
pertahanan tubuh pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau
reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir,
makanan, debu, asap dan sebagainya.
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang
dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika
Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup
hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. Jadi bakteri tidak
menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.
b. Tujuan Etika Batuk
Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas
(Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplets
tersebut dapat mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke
orang lain disekitarnya melalui udara pernafasan. Penularan penyakit
melalui media udara pernafasan disebut “air borne disease”.
Tujuan utama dari etika batuk dan bersin yang disampaikan pada
tulisan ini adalah:
1. Untuk mencegah penularan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
dan TBC (Tuberkulosis).
2. Untuk menghentikan penyebaran kuman/virus yang membuat kita dan
orang lain sakit
c. Penyebab terjadinya Batuk
1. Infeksi
Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan.
Misal: flu, bronchitis, dan penyakit yang cukup serius meskipun agak
jarang pneumoni, TBC, Kanker paru-paru.
2. Alergi
a. Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran
pernapasan. Misal: debu, asap, makanan dan cairan.
b. Mengalirnya cairan hidung kearah tenggorokan dan masuk
kesaluran pernapasan. Misal: rhinitis alergika, batuk pilek.
c. Penyempitan pada saluran pernapasan. Misal : Asma
d. Kebiasaan batuk yang salah
1. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
2. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau
hidung saat batuk dan bersin.
3. Membuang ludah batuk disembarang tempat.
4. Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang
tempat.
5. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.
e. Dampak dari Batuk
Batuk dapat menyebabkan :
1. Rasa lelah
2. Gangguan tidur
3. Perubahan pola hidup
4. Nyeri musculoskeletal
5. Suara serak
6. Mengganggu nafas, dan lain-lain.
f. Cara Batuk yang Baik dan Benar
Hal-hal yang anda perlukan:
1. Lengan baju
2. Tissue
3. Sabun dan air
4. Gel pembersih tangan
Etika batuk dan bersin
1. Menutup hidung dan mulut dengan tissue atau sapu tangan ketika
batuk atau bersin.
2. Menutup hidung dan mulut dengan lengan dalam baju ketika tidak ada
tissue atau sapu tangan.
3. Membuang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun.
5. Menggunakan masker.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama & Subuh, 2011, Buku Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Jakarta: Kementerian Kesehatan
Almatsier, S. (2004). Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utara
Andareto, Obi. 2015. Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu
Semesta
Curry, F.J 2007, National Tuberculosis Center: Tuberculosis infection control: a
practical manual for preventing TB, Diakses 14 April 2016 jam 11.00 WIB
<http://www.ndhealth.gov/Disease/TB/Documens/Infection%Control.pdf>
Gough, A & Kaufman, Garri 2011, ‘Pulmonary tuberculosis: clinical features and
patient management’, Nursing Standard, Vol.25, No.47, July 2011
Kemenkes RI Ditjen. PP&PL, 2014, Pedoman nasional pengendalian TB, Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI Sekjen, 2015, Profil kesehatan Indonesia tahun 2014, Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Laban, Yoannes.Y. 2008. Kesehatan Masyarakat TBC Penyebaran dan Cara
Pencegahannya. Jakarta: KANISIUS
McLafferty, E, Johnstone, Carolyn, Hendry, Charles, Farley, Alistair 2013,
‘Respiratory system part 1: pulmonary ventilation’. Journal of Nursing
Standard. Vol.27, No.22, January 2013
Sahat, P Manalu 2010, ‘Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB paru dan
upaya penanggulangannya’, Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.9, No.4,
Desember 2010
Somantri, Irman 2007, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan, Jakarta: Salemba Medika
WHO 2008, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi Dan Pandemi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan,
<http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2007.
6_ind.pdf>, diakses 01 November 2016 pukul 19.00.
WHO 2015, Global tuberculosis report, 20th Edition, Geneva: WHO Library
Cataloguing in Publication Data
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PKRS
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA, KAMIS, 16 MARET 2017
Kriteria Struktur Kriteria Proses Kriteria Hasil
a) Kontrak waktu dan
tempat diberikan 1 hari
sebelum penyuluhan
dilaksanakan
b) Pembuatan susunan
rangkaian acara
penyuluhan, leaflet
c) Peserta di tempat yang
telah ditentukan dan
disediakan oleh panitia
d) Pengorganisasian
penyelenggaraan
penyuluhan dilakukan
sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan
Pembukaan:
1) Mengucapkan salam
dan memperkenalkan diri
2) Menyampaikan tujuan,
maksud dan manfaat dari
penyuluhan
3) Menjelaskan kontrak
waktu dan susunan dari
rangkaian acara
penyuluhan
1) Menjelaskan topik
dari materi
penyuluhan yang akan
diberikan
2)Membuat kontrak
waktu dengan peserta
Pelaksanaan:
1) Menggali pengetahuan
dan pengalaman
berupa pemberian
pertanyaan tentang
cuci tangan
2) Memberikan jawaban
yang benar dari
pertanyaan
a) Peserta antusias
terhadap materi
penyuluhan
b)Peserta
mendengarkan dan
memperhatikan
penyuluhan dengan
seksama
c) Peserta yang datang
minimal 10 orang
d) Acara dimulai tepat
waktu
e) Peserta mengikuti
acara sesuai dengan
aturan yang telah
diatur dan disepakati
f) Peserta mampu
memahami materi dan
menjawab pertanyaan
dengan benar dari
penyuluh minimal
75%
3) Tim penyuluh
membagikan leaflet
kepada peserta
penyuluhan
2) Menjelaskan materi
penyuluhan meliputi:
a) Definisi,
penyebab, gejala
dan tanda TB
b) Pengobatan, efek
samping obat,
pencegahan dan
faktor resiko TB
c) Komplikasi, peran
keluarga, dan etika
batuk
3) Sesi tanya jawab
DAFTAR HADIR PELAKSANAAN PKRS
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA, KAMIS, 16 MARET 2017
NO N A M A ALAMAT TTD
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
DAFTAR HADIR PELAKSANAAN PKRS
DI RUANG PALEM II RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
KAMIS, 16 MARET 2017
NO N A M A ALAMAT TTD
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
DAFTAR PERTANYAAN PELAKSANAAN PKRS
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA KAMIS, 16 MARET 2017
NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN

More Related Content

What's hot

Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
humasditjenppdanpl
 
7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiah
rickygunawan84
 

What's hot (16)

Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2011
 
Kak phbs pesantren
Kak phbs pesantrenKak phbs pesantren
Kak phbs pesantren
 
Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014
Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014
Warta Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2014
 
Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...
Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...
Konsep dan teori penyebab terjadinya penyakit typus di desa pesayangan martap...
 
Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014
Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014
Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014
 
Kti 10
Kti 10Kti 10
Kti 10
 
Nl.edisi 4.2011
Nl.edisi 4.2011Nl.edisi 4.2011
Nl.edisi 4.2011
 
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
 
Health prevention tpp 2020
Health prevention tpp 2020Health prevention tpp 2020
Health prevention tpp 2020
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
 
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
 
7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiah
 
Nl.edisi 3.2013
Nl.edisi 3.2013Nl.edisi 3.2013
Nl.edisi 3.2013
 
MAKALAH EPIDEMIOLOGI UKURAN ASOSIASI (KHUSUS) PENYAKIT DIARE DI WILAYAH DALAM...
MAKALAH EPIDEMIOLOGI UKURAN ASOSIASI (KHUSUS) PENYAKIT DIARE DI WILAYAH DALAM...MAKALAH EPIDEMIOLOGI UKURAN ASOSIASI (KHUSUS) PENYAKIT DIARE DI WILAYAH DALAM...
MAKALAH EPIDEMIOLOGI UKURAN ASOSIASI (KHUSUS) PENYAKIT DIARE DI WILAYAH DALAM...
 
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
 

Similar to 1. sap-pkrs-tb-paru-palem-2

Karya tulis ilmiah kesehatan
Karya tulis ilmiah kesehatanKarya tulis ilmiah kesehatan
Karya tulis ilmiah kesehatan
Riana Apriliia
 
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Devina Ciayadi
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tn
Dwi Ap
 
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to 1. sap-pkrs-tb-paru-palem-2 (20)

Satuan acara penyuluha1 tbc
Satuan acara penyuluha1 tbcSatuan acara penyuluha1 tbc
Satuan acara penyuluha1 tbc
 
SAP ASMA
SAP ASMA SAP ASMA
SAP ASMA
 
Satuan acara penyuluha penanganan tbc
Satuan acara penyuluha penanganan tbcSatuan acara penyuluha penanganan tbc
Satuan acara penyuluha penanganan tbc
 
BUKU AJAR PENYAKIT TB.pdf
BUKU AJAR PENYAKIT TB.pdfBUKU AJAR PENYAKIT TB.pdf
BUKU AJAR PENYAKIT TB.pdf
 
Sap gastro enteritis
Sap gastro enteritisSap gastro enteritis
Sap gastro enteritis
 
Sap kejang demam
Sap kejang demamSap kejang demam
Sap kejang demam
 
Satpel tb paru
Satpel tb paruSatpel tb paru
Satpel tb paru
 
Karya tulis ilmiah kesehatan
Karya tulis ilmiah kesehatanKarya tulis ilmiah kesehatan
Karya tulis ilmiah kesehatan
 
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tn
 
Laporan pkl ukk kel. 2
Laporan pkl ukk kel. 2Laporan pkl ukk kel. 2
Laporan pkl ukk kel. 2
 
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep tonsilitis dan laringitis
Askep tonsilitis dan laringitisAskep tonsilitis dan laringitis
Askep tonsilitis dan laringitis
 
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docxMAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
 
Satpel tb paru2
Satpel tb paru2Satpel tb paru2
Satpel tb paru2
 
Satpel tb paru2
Satpel tb paru2Satpel tb paru2
Satpel tb paru2
 
Satpel tb paru2
Satpel tb paru2Satpel tb paru2
Satpel tb paru2
 
Satpel tb paru2
Satpel tb paru2Satpel tb paru2
Satpel tb paru2
 
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docxTUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
TUGAS KGD PNEUMONIA salinan.docx
 
KLB
KLBKLB
KLB
 

Recently uploaded

OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janinKimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
sandiharyanto
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
Obat Cytotec
 
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdfTEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
Jual Cytotec Asli Di RIAU 081399993834
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
materi skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologimateri skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologi
ZulAzhri
 
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandunganKimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (20)

PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptxPPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
 
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
 
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
 
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janinKimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
 
Sosialisasi Imunisasi HepB Bagi Nakes Tahap II.pptx
Sosialisasi Imunisasi HepB Bagi Nakes Tahap II.pptxSosialisasi Imunisasi HepB Bagi Nakes Tahap II.pptx
Sosialisasi Imunisasi HepB Bagi Nakes Tahap II.pptx
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
 
Bagaimana cara membaca foto rontgen/x-ray
Bagaimana cara membaca foto rontgen/x-rayBagaimana cara membaca foto rontgen/x-ray
Bagaimana cara membaca foto rontgen/x-ray
 
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
 
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
 
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdfbuku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
 
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdfTEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI TANJUNG PINANG 081399993834.pdf
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
 
materi skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologimateri skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologi
 
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
 
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandunganKimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
 
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptxKONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
 

1. sap-pkrs-tb-paru-palem-2

  • 1. SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT RUMAH SAKIT (PKMRS): TUBERKULOSIS (TB) PARU DI RUANG IRNA LANTAI 4 RS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Disusun Oleh: Kelompok 16 Yohana Eka Rismawati R 131623143001 Nailiyatul Faricha 131623143002 Nur Khafidhoh 131623143004 Erlia Widyaningrum 131623143005 Harunatusyarifah 131623143006 Nur Khriesna Habita 131623143007 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
  • 2. SATUAN ACARA PENYULUHAN Stase : Profesi Keperawatan Dasar Pokok bahasan : Tuberkulosis (TB) Paru Sasaran : Keluarga pasien Hari / Tanggal : Kamis, 16 Maret 2017 Waktu : 09.00 – 10.00 WIB Ruangan : Ruang Irna Lt 4 RS Universitas Airlangga Surabaya A. Tujuan instruksional umum Setelah mendapat penyuluhan selama 60 menit, peserta penyuluhan dapat mengetahui dan memahami materi tentang penyakit TBC dan etika batul sehingga dapat menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar. B. Tujuan instruksional khusus Setelah mendapat penyuluhan diharapkan keluarga klien dapat menjelaskan kembali mengenai: 1. Pengertian TB paru 2. Penyebab TB paru 3. Faktor risiko TB paru 4. Gejala dan diagnosis awal TB paru 5. Cara penularan TB paru 6. Pencegahan penularan TB paru 7. Pengobatan TB paru 8. Efek samping pengobatan TB paru 9. Komplikasi TB paru 10. Peran keluarga (PMO) dalam merawat pasien TB paru 11. Etika Batuk yang tepat C. Materi penyuluhan Tuberkulosis (TB) Paru dan Etika Batuk D. Metode penyuluhan 1. Ceramah dan Tanya jawab 2. Demonstrasi
  • 3. E. Media Penyuluhan 1. Presentation Power Point 2. Leaflet F. Pengorganisasian Pembimbing akademik : Ika Nur Pratiwi, S.Kp., M.Kep. Pembimbing klinik : Rihmatul Fitriyah, S.Kep. Ns. Penanggung Jawab (Ketua) : Nur Khriesna Habita Penyuluh : Nur Khriesna Habita Moderator : Erlia Widyaningrum Observer : Nailiyatul Faricha Fasilitator 1 : Yohana Eka Rismawati R. Fasilitator 2 : Nur Khafidhoh Notulen : Harunatusyarifah G. Job Description No. Nama Sie Job Description 1. Moderator 1. Membuka dan menutup acara 2. Mengatur jalannya acara dari awal hingga akhir 3. Memperkenalkan diri dan tim penyuluhan 4. Menjelaskan kontrak waktu penyuluhan 5. Memimpin jalannya acara 1. Penyuluh 1. Menyampaikan materi penyuluhan 2. Menggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan disampaikan 3. Menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh peserta 2. Fasilitator 1. Membantu dan mengondisikan peserta selama penyuluhan berlangsung 2. Meminta tanda tangan peserta yang hadir (absensi) 3. Membantu mengajukan pertanyaan untuk evaluasi hasil 4. Memfasilitasi peserta untuk aktif bertanya 3. Notulen 1. Mencatat pertanyaan peserta dan jawaban penyaji sebagai dokumentasi kegiatan 2. Mencatat proses kegiatan penyuluhan disesuaikan dengan rencana kegiatan pada SAP 3. Menyusun laporan dan menilai hasil kegiatan penyuluhan 4. Observer 1. Mengawasi dan mengevaluasi selama penyuluhan
  • 4. berlangsung 2. Mencatat situasi pendukung dan penghambat proses kegiatan penyuluhan 5. PJ 1. Mempertanggungjawabkan terselenggaranya acara penyuluhan 2. Mengkoordinasi tim penyuluhan H. Rencana penyuluhan (1)Rundown Acara No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta 1. 5 menit Pembukaan : 1) Memberikan salam 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran 4) Menyebutkan materi dan kegiatan yang akan dilakukan 5) Menggali pengetahuan peserta tentang peraturan ruangan 1) Menjawab salam 2) Mendengarkan dan memperhatikan 3) Menjawab pertanyaan 2. 25 menit Pemberian materi : 1. Pengertian TB paru 2. Penyebab TB paru 3. Faktor risiko TB paru 4. Gejala dan diagnosis awal TB paru 5. Cara penularan TB paru 6. Pencegahan penularan TB paru 7. Pengobatan TB paru 8. Efek samping pengobatan TB paru 9. Komplikasi TB paru 10. Peran Keluarga (PMO) dalam Merawat pasien TB paru 11. Etika Batuk yang tepat 1) Menyimak dan memperhatikan 4. 5 menit Diskusi: Tanya jawab 1) Peserta menanyakan hal- hal yang belum jelas pada pemateri 2) Pemateri memberikan jawaban
  • 5. 4. 5 menit Evaluasi : 1) Memberikan pertanyaan kepada peserta seputar materi yang disampaikan 2) Memberikan reward atau pujian bagi peserta yang mampu menjawab Penutup : Mengucapkan salam dan terima kasih 1) Menjawab pertanyaan dari pemateri 1) Menjawab salam 2) Setting tempat penyuluhan 3) Metode Evaluasi (1) Metode evaluasi : Tanya jawab (2) Jenis evaluasi : Lisan 4) Evaluasi Struktur (1) Persiapan Media Media yang digunakan dalam ceramah semua lengkap dan dapat digunakan dalam penyuluhan yaitu: a. Presentation Power Point (LCD) b. Leaflet (2) Persiapan Materi Materi disiapkan dalam bentuk power point dan leaflet dengan ringkas, menarik, lengkap mudah dimengerti oleh peserta. 5) Evaluasi proses (1) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta mampu memahami materi yang disampaikan melalui ceramah dan leaflet yang diberikan 3 6 1 7 5 2 Keterangan: 1. Moderator 2. Pemateri 3. Peserta 4. Fasilitator 5. Tamu undangan 6. Observer 7. Notulen 3 4 3 4 3 3 3
  • 6. (2) Peserta memperhatikan saat ceramah berlangsung. (3) Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung. (4) Peserta antusias bertanya hal yang belum dimengerti tentang materi. 6) Evaluasi Hasil (1) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami pengertian TB paru (2) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami penyebab TB paru (3) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami faktor risiko TB paru (4) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami gejala dan diagnosis awal TB paru (5) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami cara penularan TB paru (6) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami pencegahan penularan TB paru (7) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami pengobatan TB paru (8) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami efek samping pengobatan TB paru (9) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami komplikasi TB paru (10) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami peran keluarga (PMO) dalam merawat pasien TB paru (11) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami etika batuk yang tepat
  • 7. LAMPIRAN MATERI A. Pengertian TB paru Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium, mengakibatkan kerusakan pada paru, serta menimbulkan gejala seperti batuk, sesak napas, bahkan dapat menyebar ke tulang, otak, dan organ lainnya.Sejak dahulu penyakit ini dikenal sebagai penyebab kematian yang menakutkan. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang kasusnya banyak terjadi di kalangan masyarakat (Muttaqin, 2008). TB paru dapat menyerang semua kalangan usia mulai dari anak sampai dewasa dengan perbandingan hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi sehingga sangat minimnya cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam rumah. TB paru pada anak dapat terjadi diusia berapa pun, namun, usia paling umum adalah 1-4 tahun. Angka kejadian TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja (Somantri, 2007). Pengobatan yang tidak teratur maupun pengobatan yang terputus dapat mengakibatkan resistensi bakteri terhadap obat. Dalam hal ini peran perawat sangat dibutuhkan untuk menjelaskan tentang pentingnya pengobatan secara teratur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Maka dari itu penting sekali bagi perawat untuk memahami prognosis dan patofisiologi tuberkulosis paru, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik bagi pasien dengan penyakit tuberkulosis paru. Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit. Tahapan tersebut meliputi tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia yang dapat dilihat pada tabel berikut (Kemenkes, 2014). Tabel 1. Perjalanan alamiah TB 1. Paparan Peluang peningkatan paparan terkait a. Jumlah kasus menular di masyarakat b. Peluang kontak dengan kasus menular c. Tingkat daya tular dahak sumber penularan
  • 8. dengan d. Intensitas batuk sumber penularan e. Kedekatan kontak dengan sumber penularan f. Lama waktu kontak dengan sumber penularan g. Faktor lingkungan: konsentrasi kuman di udara (ventilasi, sinar UV) Catatan: Paparan kepada pasien TB menular merupakan syarat untuk terinfeksi. Setelah terinfeksi, ada beberapa faktor yang menentukan seseorang akan terinfeksi saja, menjadi sakit dan kemungkinan meninggal dunia karena TB. 2. Infeksi Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6-14 minggu setelah infeksi a. Reaksi immunologi (lokal). Kuman TB memasuki alveoli dan ditangkap oleh makrofag dan kemudian berlangsung reaksi antigen-antibody. b. Reaksi immunologi (umum). Delayed Hypersensitivity (hasil tuberkulin tes menjadi positif). c. Lesi secara umum sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali. d. Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum penyembuhan lesi. 3. Sakit TB Faktor risiko untuk menjadi sakit TB tergantung dari: a. Konsentrasi/ jumlah kuman yang terhirup b. Lama waktu sejak terinfeksi c. Usia seseorang yang terinfeksi d. Tingkat daya tahan tubuh seseorang. Catatan: Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Namun bila seseorang dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB melalui proses reaktifasi. TB umum terjadi pada paru (TB paru). e. Meninggal dunia Faktor risiko kematian karena TB a. Akibat dari keterlambatan diagnosis b. Pengobatan tidak adekuat c. Ada kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit penyerta Catatan: Pasien TB tanpa pengobatan, 50% akan meninggal dan risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV positif
  • 9. B. Penyebab TB paru Penyebab TB paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis merupakan mikobakteria tahan asam dan merupakan mikobakteria aerob obligat dan mendapat energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk menggandakan diri dan pertumbuhan pada media kultur biasanya dapat dilihat dalam waktu 6-8 minggu (Putra, 2010). Suhu optimal untuk tumbuh pada 37ºC dan pH 6,4-7,0. Jika dipanaskan pada suhu 60ºC akan mati dalam waktu 15-20 menit. Kuman ini sangat rentan terhadap sinar matahari dan radiasi sinar ultraviolet. Selnya terdiri dari rantai panjang glikolipid dan phospoglican yang kaya akan mikolat (Mycosida) yang melindungi sel mikobakteria dari lisosom serta menahan pewarna fuschin setelah disiram dengan asam (basil tahan asam) (Herchline, 2013). C. Faktor risiko TB paru Faktor risiko TB dibagi menjadi factor host dan faktor lingkungan: 1. Faktor host terdiri dari: a. Kebiasaan dan paparan, seseorang yang merokok memiliki risiko yang lebih tinggiuntuk terkena TB. b. Status nutrisi, seseorang dengan berat badan kurang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena TB. Vitamin D juga memiliki peran penting dalam aktivasi makrofag dan membatasi pertumbuhan Mycobacterium. Penurunan kadar vitamin D dalam serum akan meningkatkan risiko terinfeksi TB. c. Penyakit sistemik, pasien pasien dengan penyakit-penyakit seperti keganasan, gagal ginjal, diabetes, ulkus peptikum memiliki risiko untuk terkena TB. d. AD Immunocompromised, seseorang yang terkena HIV memiliki risiko untuk terkena TB primer ataupun reaktifasi TB. Selain itu, penggu na obat-obatan seperti kortikosteroid dan TNF-inhibitor juga memiliki risiko untuk terkena TB.
  • 10. e. Usia, di Amerika dan negara berkembang lainnya, kasus TB lebih banyak terjadi pada orang tua daripada dewasa muda dan anak-anak (Horsburgh, 2009) 2. Faktor lingkungan Orang yang tingga l serumah dengan seorang penderita TB akan berisiko untuk terkena TB. Selain itu orang yang tinggal di lingkungan yang banyak terjadi kasus TB juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena TB. Selain itu sosioekonomi juga berpengaruh terhadap risiko untuk terkena TB dimana sosioekonomi rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena TB (Horsburgh, 2009) Hiswani dalam Sahat (2010) mengungkapkan bahwa keterpaparan penyakit TB pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: 1. Faktor sosial ekonomi. Terkait dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan penularan kuman TB. Pendapatan keluarga yang kecil juga terkait dengan penularan TB karena tidak mampu memenuhi syarat- syarat kesehatan. 2. Status gizi. Keadaan malnutrisi mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB paru. 3. Umur. Penyakit TB paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif 15-50 tahun. 4. Jenis kelamin. Pasien TB cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Prevalensi TB pada laki-laki tinggi disebabkan kebiasaan merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh sehingga mudah terpapar dengan agent penyebab TB paru. D. Gejala dan Diagnosis Awal TB paru Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Setiap orang dengan gejala
  • 11. tersebut dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis (Depkes RI, 2008). Segera periksakan ke pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas. Pemeriksaan awal untuk mendiagnosis TB paru adalah dengan pemeriksaan dahak (SPS) yang diambil selama 2 hari berturut-turut. 1. Hari pertama dahak Sewaktu (S) diambil sewaktu kunjungan pertama ke puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya. 2. Hari kedua dahak diambil sebanyak dua kali, yaitu dahak Pagi (P) diambil pada saat bangun tidur pagi sebelum makan dan minum serta dahak Sewaktu (S) diambil sewaktu mengantar dahak Pagi (P) ke puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya. E. Cara penularan TB paru Kuman TB menyebar dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei), pada waktu pasien batuk atau bersin. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Percikan dahak dapat bertahan selama 1-2 jam dalam udara bebas bahkan dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan tergantung pada ada atau tidak sinar UV. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan, kuman tersebut dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran pernapasan atau menyebar langsung ke bagian tubuh yang lain. Kemungkinan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lama menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2008). Tidak semua pasien TB paru akan menularkan penyakit yang diderita, pasien TB paru yang dapat menularkan ke orang lain adalah pasien TB Paru BTA positif yang belum diobati. BTA negatif diperkirakan akan menjadi BTA positif dalam jangka waktu dua tahun bila tidak diobati (Depkes RI, 2008). F. Pencegahan Penularan TB paru Curry (2007) menyatakan ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit TB paru dapat berupa: 1. Hindari saling berhadapan saat berbicara dengan pasien,
  • 12. 2. Olahraga teratur untuk menjaga daya tahan tubuh, 3. Memberikan penjelasan pada pasien untuk menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah atau mengeluarkan dahak di sembarang tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dan mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran, 4. Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain: 1) Menjemur peralatan tidur pada sinar matahari langsung sehingga dapat mematikan kuman. 2) Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar aliran udara (ventilasi) dapat mengurangi jumlah kuman TB serta sinar matahari dapat masuk karena kuman TB dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab. 3) Menjaga nutrisi tubuh dengan makan makanan bergizi. 4) Tidak merokok dan minum minuman beralkohol. 5) Lakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur. 6) Mencuci peralatan makan dan minum dengan air bersih mengalir dan memakai sabun hingga bersih. 7) Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan memakai sabun. Selain itu, ingat 5M Plus: 1) Menelan Obat Anti TB (OAT) secara lengkap dan teratur sampai sembuh; 2) Menutup mulut ketika batuk atau bersin; 3) Membuang dahak atau ludah di tempat tertutup yang disediakan (pot sputum); 4) Mencuci tangan sampai bersih setelah BAB, serta sebelum dan sesudah makan; dan 5) Menjaga nutrisi yang optimal dengan makan makanan yang bergizi. Plus : Tidak merokok, tidak menukar alat mandi dan makan, serta olahraga dan istirahat dengan teratur. Tips Mencegah Penularan TBC Di Indonesia, penyakit TBC merupakan penyakit epidemiologi, sehingga jumlah penderita TBC masih sangat banyak dan berpotensi untuk terus
  • 13. menularkan bakteri TBC. Agar dapat tehindar dari penyakit TBC, maka kita dapat melakukan hal-hal berikut: 1. Imunisasi BCG; imunisasi BCG biasanya didapat ketika bayi. Jika memiliki bayi, maka berikan imunisasi dasar lengkap agar bayi juga mendapatkan imunisasi BCG. 2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera mendapatkan pengobatan sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan menjadi sumber penularan bakteri TBC. 3. Bagi penderita tidak meludah sembarangan. Pada dasarnya penularan bakteri TBC berasal dari dahak penderita TBC. Walaupun dahak dari penderita TBC sudah mengering, tetap berpotensi menyebarkan bakteri TBC melalui udara. 4. Tidak melakukan kontak udara dengan penderita. Bagi orang yang masih sehat, sebaiknya membatasi interaksi dengan orang yang menderita TBC atau dapat menggunakan alat pelindung diri (masker) ketika Anda harus kontak dengan mereka. 5. Minum obat pencegah dan hidup secara sehat. 6. Rumah harus memiliki ventilasi udara yang baik, sehingga sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam rumah. 7. Menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran 8. Tips berikutnya adalah dengan melakukan sinar ultraviolet untuk membasmi bakteri. Sinar ini bertujuan untuk membasmi bakteri penyebab penyakit TBC tersebut. 9. Tips terakhir untuk mencegah penyakit TBC adalah dengan pemberian obat isoniazid. Obat ini sangat efektif memberikan dampak terhadap pencegahan TBC. Walaupun hasil uji lab menunjukkan hasil tes tuberculin positif, akan tetapi hasil foto rontgen tidak akan menunjukkan adanya penyakit TBC. Mengetahui cara mencegah penuaran TBC, segera mengambil tindakan yang bijak agar tetap sehat dan terhindar dari TBC.
  • 14. Tips Mencegah Penularan Batuk TBC dari Penderita Sebelum membahas tips pencegahan, yang perlu diketahui adalah bagaimana cara penyakit ini ditularkan dari penderita ke orang yang sehat. Sebagai orang yang sehat tentu saja kita tidak ingin tertular penyakit batuk berbahaya ini, jadi cara yang tepat adalah membekali diri kita dengan pengetahuan cara penularan TBC. Penyakit ini biasa menular melalui media udara, yang kemudian terhirup oleh orang yang sehat. Berikut tips pencegahan yang perlu diketahui. 1) Hindari menggunakan peralatan makan yang sama dengan si penderita 2) Gunakan masker jika Anda sering kontak langsung dengan penderita 3) Jauhkan anak-anak dari penderita 4) Banyak makan makanan yang begizi dan suplemen agar meningkatkan kekebalan tubuh Tips Mencegah Penularan Batuk TBC ke Orang yang Sehat Jika Anda penderita TBC, tentu saja Anda tidak ingin orang-orang di sekitar Anda tertular penyakit ini dari Anda. Sebagai penderita TBC Anda juga wajib tahu tips pencegahan tersebut, di antaranya: 1) Menutup mulut Anda dengan saputangan saat batuk atau bersin. 2) Jangan sembarangan meludah. Jika ingin meludah, silahkan meludah hanya pada wadah khusus yang disediakan untuk Anda yang terlebih dahulu sudah diberi desinfektan untuk membunuh kuman penyebab TBC 3) Hindari berdekatan atau kontak langsung dengan balita atau anak-anak 4) Pisahkan peralatan makan Anda, begitu juga saat mencucinya agar tidak terpakai orang yang sehat. 5) Jemurlah perlengkapan tidur Anda seperti bantal, kasur, selimut dan lain lain setiap hari, biarkan sinar matahari langsung masuk ke dalam kamar Anda. G. Pengobatan TB paru Tujuan pengobatan antara lain menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup, mencegah kematian oleh karena TB atau
  • 15. dampak buruk yang akan timbul, mencegah kekambuhan TB, menurunkan penularan TB, serta mencegah penularan TB dan resisten obat. Pengobatan TB adalah salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dai kuman TB. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip (Kemenkes RI , 2014): 1. Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah resistensi, 2. Diberikan dalam dosis yang tepat, 3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan, 4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan. Tahapan pengobatan TB (Depkes RI, 2008): 1. Tahap awal (intensif) Tahap ini pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. 2. Tahap lanjutan Pada tahap ini, pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama yaitu empat bulan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah kekambuhan. Standart yang digunakan untuk pengobatan TB aktif membutuhkan waktu selama 6 atau 9 bulan (Gough, 2011) dengan beberapa macam farmakoterapi. Berikut 4 obat yang umum digunakan untuk pengobatan TB: 1. Isoniazid (H). Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. 2. Rifampisin (R). Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.. 3. Pirasinamid (Z). Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
  • 16. 4. Streptomisin (S). Bersifat bakterisid. 5. Etambutol (E). Bersifat sebagai bakteriostatik. Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian TB di Indonesia adalah: Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini- 1, yaitu pirazinamid dan etambutol. Menurut Kemenkes RI (2014), panduan obat dan peruntukan: 1. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2. Disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosis disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Panduan OAT-KDT lini pertama 1) Kategori-1: 2(HRZE)/4(HR)3 Paduan ini diberikan untuk pasien TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif foto toraks positif, dan TB ekstra paru. Tabel 1. Dosis paduan OAT-KDT kategori-1: 2(HRZE)/4(HR)3 Berat Badan Tahap Intensif Tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150) 30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT 38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT 55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT ≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT 2) Kategori-2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien kambuh, pasien gagal dan pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default). Tabel 2. Dosis paduan OAT-KDT kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
  • 17. Berat Badan Tahap Intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275)+S Tahap Lanjutan 3 kali seminggu RH (150/150) + E(400) Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu 30-37 kg 2 tablet 4 KDT + 500mg streptomisin inj 2 tab 4 KDT 2 tablet 2 KDT + 2 tab etambutol 38-54 kg 3 tablet 4 KDT + 750mg streptomisin inj 3 tab 4 KDT 3 tablet 2 KDT + 3 tab etambutol 55-70 kg 4 tablet 4 KDT + 1000mg streptomisin inj 4 tab 4 KDT 4 tablet 2 KDT + 4 tab etambutol ≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT +1000mg streptomisin inj 5 tab 4 KDT (> do maks) 5 tablet 2 KDT + 5 tab etambutol 2. Paket kombipak Adalah paket obat lepas yang terdiri isoniazid, rifampisin, piraziamid dan etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelum ini. Tabel 3. Dosis paduan OAT kombipak kategori 1 2(HRZE)/4(HR)3 Tahap Pengobatan Lama Pengobatan Dosis per hari/ kali Jumlah hari/kali menelan obat Tablet Isoniazid @300mgr Kaplet Rifampisin @450mgr Tablet Pirazinamid @500mgr Tablet Etambutol @250mgr Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56 Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48 Tabel 4. Dosis paduan OAT kombipak kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 Tahap Pengobatan Lama Pengob atan Tablet INH @300 mgr Kaplet R @450mg r Tablet Z @500m gr Tablet E S injeksi Jumlah hari/kali menelan obat @250 mgr @400 mgr Intensif (dosis harian) 2 bulan 1 bulan 1 1 1 1 3 3 3 3 - - 0,75 gr - 56 28 Lanjutan (dosis 3x seminggu) 5 bulan 2 1 - - 60
  • 18. 3. Paduan OAT kategori anak Disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat dlam satu tablet. Dosis disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas satu paket untuk satu pasien. Penatalaksanaan Diet 1. Tujuan terapi diet Terapi diit bertujuan memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar penderitadapatmelakukanaktifitas normal. Terapi untuk penderita kasus Tuberkulosis Paru menurut (Almatsier, 2006) adalah: a. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan normal. b. Protein tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin serum yang rendah (75-100 gr). c. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energi total. d. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total. e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total. 2. Macam diit untuk penyakit TBC: a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP 1) Energi: 2600 kkal, protein 100 gr (2/kg BB). b. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II) Energi 3000 kkal, protein 125 gr (2,5 gr/kg BB) Penderita dapat diberikan salah satu dari dua macam diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) sesuai tingkat penyakit penderita. Dapat dilihat dibawah ini bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada penderita tuberculosis. Syarat Diet: a. Energi tinggi b. Karbohidrat cukup (60-70% total energi) c. Protein tinggi (75-100 gr/hari)/ 2-2.5 gr/kg BBI
  • 19. d. Lemak cukup (20 – 25% total energi) e. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin C dan Fe (Minimal sesuai KGA). f. Bentuk makanan sesuai kemampuan pasien g. Makanan mudah cerna Tabel bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan Bahan makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan Sumber karbohidrat Nasi, roti, makroni dan hasil Olahan tepung seperti kue, puding, mie dan dodol, ubi, karbohidrat sederhana seperti gula pasir Dimasak dengan Banyak minyak Kelapa atau santan kental Sumber protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan hasil olahan seperti keju dan yoghurt (susu fermentasi) Dimasak dengan Banyak minyak kelapa Sumber protein nabati Semua jenis kacang-kacang dan hasil olahanya seperti tempe dan keju Sayuran Semua jenis sayuran seperti; bayam, buncis, daun singkong, kacang panjang, labu siam dan wortel direbus, ditumis dan kukus Buah-buahan Semua buah segar seperti: pepaya, semangka, melon, pisang, buah kaleng, buah kering dan jus buah. Minuman Madu, sirup, teh dan kopi encer Minuman rendah kalori Lemak dan minyak Minyak goreng, mentega, margarin, santan encer, salad Santan yang kental Bumbu Bumbu tidak tajam seperti Bawang merah, bawang putih, laos, gula dan kecap Bumbu yang Tajam seperti cabe dan lada H. Efek samping pengobatan TB paru Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping, namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu pemantauan efek samping diperlukan selama pengobatan dengan cara:
  • 20. 1. Menjelaskan kepada pasien tanda-tanda efek samping obat, 2. Menanyakan efek samping pada waktu pasien mengambil obat. Tabel 5. Efek samping ringan dari OAT Obat Efek Samping Penanganan Rifampisin Tidak nafsu makan, mual, sakit perut, warna kemerahan pada air seni (urine) Perlu penjelasan kepada pasien lebih baik obat diminum malam sebelum tidur Pirasinamid Nyeri sendi Beri aspirin INH Kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki Beri vitamin B6 (piridoxin) 100mg per hari Tabel 6. Efek samping berat dari OAT Obat Efek Samping Penanganan Streptomisin Tuli, gangguan keseimbangan Streptomisin dihentikan, ganti etambutol Etambutol Gangguan penglihatan Hentikan etambutol Rifampisin Purpura dan renjatan (syok) Hentikan rifampisin Semua jenis OAT Gatal dan kemerahan pada kulit Diberi antihistamin Hampir semua OAT Ikterus tanpa penyebab lain, bingung dan muntah-muntah Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang dan segera lakukan tes fungsi hati RESISTEN GANDA (Multi Drug Resistance/ MDR) Resistensi ganda menunjukkan M.tuberculosis resisten terhadap rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi : 1) Resistensi primer ialah apabila penderita sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan TB 2) Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah penderitanya sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak 3) Resistensi sekunder ialah apabila penderita telah punya riwayat pengobatan sebelumnya. Laporan pertama tentang reistensi ganda datang dari Amerika Serikat, khususnya pada penderitaTB dan AIDS yang menimbulkan angka kematian 70%– 90% dalam waktu hanya 4 sampai 16 minggu. “WHO Report on Tuberculosis Epidemic 1995” menyatakan bahwa resitensi ganda kini menyebar di berbagai
  • 21. belahan dunia. Lebih dari 50 juta orang mungkin telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis yang resisten terhadap beberapa obat anti tuberkulosis khususnya rifampisin dan INH, serta kemungkinan pula ditambah obat antituberkulosis yang lainnya. TB paru kronik sering disebabkan oleh MDR. Ada beberapa penyebab terjadinya resitensi terhadap obat tuberkulosis, yaitu : 1) Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis 2) Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, baik karena jenis obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan etambutol pada awal pengobatan, maupun karena di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan, misalnya memberikan rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua obat tersebut sudah cukup tinggi 3) Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua atau tiga minggu lalu stop, setelah dua bulan berhenti kemudian berpindah dokter dan mendapat obat kembali selama dua atau tiga bulan lalu stop lagi, demikian seterusnya 4) Fenomena “addition syndrome” (Crofton, 1987), yaitu suatu obat ditambahkan dalam suatu paduan pengobatan yang tidak berhasil. Bila kegagalan itu terjadi karena kuman TB telah resisten pada paduan yang pertama, maka “penambahan” (addition) satu macam obat hanya akan menambah panjang nya daftar obat yang resisten 5) Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara baik, sehingga mengganggu bioavailabiliti obat 6) Penyediaan obat yang tidak reguler, kadang obat datang ke suatu daerah kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-bulan 7) Pemakaian obat antituberkulosis cukup lama, sehingga kadang menimbulkan kebosanan 8) Pengetahuan penderita kurang tentang penyakit TB 9) Belum menggunakan strategi DOTS 10) Kasus MDR-TB rujuk ke ahli paru
  • 22. Pengobatan TuberkulosisResisten Ganda (MDR) 1) Pengobatan MDR-TB hingga saat ini belum ada paduan pengobatan yang distandarisasi untuk penderita MDR-TB. Pemberian pengobatan pada dasarnya “tailor made”, bergantung dari hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 2-3 OAT yang masih sensitif dan obat tambahan lain yang dapat digunakan yaitu golongan fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin), aminoglikosida (amikasin, kanamisin dan kapreomisin), etionamid, sikloserin, klofazimin, amoksilin+ as.klavulanat. Saat ini paduan yang dianjurkan OAT yang masih sensitif minimal 2 –3 OAT dari obat lini 1ditambah dengan obat lain (lini 2)golongan kuinolon, yaitu Ciprofloksasin dosis 2 x 500 mg atau ofloksasin 1 x 400 mg 2) Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan waktu yang lama yaitu minimal 12 bulan, bahkan bisa sampai 24 bulan 3) Hasil pengobatan terhadap resistenganda tuberkulosis ini kurang menggembirakan. Pada penderita non-HIV, konversi hanya didapat pada sekitar 50% kasus, sedangkan response rate didapat pada 65% kasus dan kesembuhan pada 56% kasus. 4) Pemberian obat antituberkulosis yang benar dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting mencegah dan mengatasi masalah resisten ganda. Konsep Directly Observed Treatment Short Course(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat penderita dan menanggulangi masalah tuberkulosis khususnya resisten ganda 5) Prioritas yang dianjurkan bukan pengobatan MDR, tetapi pencegahan MDR-TB 6) Pencegahan resistensi dengan cara pemberian OAT yang tepat dan pengawasan yang baik I. Komplikasi TB paru Komplikasi yang sering terjadi pada pasien stadium lanjut adalah sebagai berikut:
  • 23. 1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau jalan napas tersumbat, 2. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau retraktif) pada paru, 3. Pneumothoraks (ada udara dalam rongga pleura) spontan, kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru, 4. Penyebaran infeksi ke organ lain. J. Peran Keluarga (PMO) dalam Merawat Pasien TB paru Keluarga memiliki peran dalam merawat anggota keluarga dengan TB paru yaitu memberikan perawatan secara fisik dan juga perawatan secara psikososial. Perawatan secara psikososial dapat ditunjukkan keluarga dengan memberi dukungan, kasih sayang dan perhatian kepada pasien karena masih adanya stigma buruk masyarakat terhadap pasien dengan TB paru, keluarga memotivasi pasien agar sabar dalam pengobatan, keluarga memahami serta menghargai perasaan pasien, mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan pasien, menanyakan apa yang saat ini pasien rasakan. Perawatan secara fisik dapat dilakukan keluarga dengan mengawasi pasien meminum obat secara teratur hingga klien menelan obat, pasien harus meminum obat pada pagi hari karena obat tersebut paling baik bekerja ketika pagi hari, keluarga membantu menempatkan obat di tempat yang bersih dan kering, tidak terpapar langsung dengan sinar matahari dan aman dari jangkauan anak-anak, selain itu keluarga dapat membawa atau mengajak pasien ke fasilitas kesehatan setiap dua minggu sekali untuk melihat perkembangan penyakit atau jika pasien mengalami keluhan-keluhan yang harus segera ditangani, keluarga harus memberikan makan yang cukup gizi pada pasien untuk menguatkan dan meningkatkan daya dahan tubuh agar bisa menangkal kuman TB yang merusak paru-paru, kebersihan lingkungan rumah juga harus diperhatikan contoh dengan pengaturan ventilasi yang cukup, keluarga menganjurkan pasien untuk tidak meludah sembarangan, menutup mulut ketika batuk atau bersin, keluarga juga dapat menjemur tempat tidur bekas pasien secara teratur, membuka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar
  • 24. matahari dapat masuk karena kuman TB paru akan mati bila terkena sinar matahari. Apabila keluarga mampu melaksanakan peran tersebut dengan baik berarti keluarga telah membantu pasien TB paru mendapatkan kesembuhan lebih cepat. Keluarga biasanya juga bisa menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO) karena lebih dikenal, dipercayai, dan dekat dengan pasien sehingga dapat ditawari untuk kesediaan dalam pelatihan menjadi PMO. K. Etika Batuk Efektif Pencegahan dan pengendalian penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi (pencegahan dan pengendalian sumber) menjadi kunci untuk menghindari penularan akibat kontak tanpa pelindung. Untuk penyakit yang ditularkan melalui droplet besar dan/atau droplet nuklei, kebersihan pernapasan/etika batuk harus diterapkan oleh semua orang yang memperlihatkan gejala infeksi pernapasan. WHO (2008) menyebutkan bahwa semua orang (petugas kesehatan, pasien, dan pengunjung) yang memperlihatkan tanda-tanda dan gejala infeksi pernapasan harus: 1) Menutup mulut dan hidung mereka saat batuk/bersin; 2) Menggunakan tisu, saputangan, masker linen, atau masker bedah bila tersedia, sebagai pencegahan dan pengendalian sumber untuk menahan sekret pernapasan, dan membuangnya ke tempat limbah; 3) Menggunakan masker bedah menghadapi orang yang batuk/bersin bila memungkinkan; 4) Membersihkan tangan atau mencuci tangan dengan benar.
  • 25. L. Etika Batuk yang Tepat a. Pengertian Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. Jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain. b. Tujuan Etika Batuk Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas (Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplets tersebut dapat mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke
  • 26. orang lain disekitarnya melalui udara pernafasan. Penularan penyakit melalui media udara pernafasan disebut “air borne disease”. Tujuan utama dari etika batuk dan bersin yang disampaikan pada tulisan ini adalah: 1. Untuk mencegah penularan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan TBC (Tuberkulosis). 2. Untuk menghentikan penyebaran kuman/virus yang membuat kita dan orang lain sakit c. Penyebab terjadinya Batuk 1. Infeksi Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan. Misal: flu, bronchitis, dan penyakit yang cukup serius meskipun agak jarang pneumoni, TBC, Kanker paru-paru. 2. Alergi a. Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran pernapasan. Misal: debu, asap, makanan dan cairan. b. Mengalirnya cairan hidung kearah tenggorokan dan masuk kesaluran pernapasan. Misal: rhinitis alergika, batuk pilek. c. Penyempitan pada saluran pernapasan. Misal : Asma d. Kebiasaan batuk yang salah 1. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum. 2. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat batuk dan bersin. 3. Membuang ludah batuk disembarang tempat. 4. Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat. 5. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk. e. Dampak dari Batuk Batuk dapat menyebabkan : 1. Rasa lelah 2. Gangguan tidur 3. Perubahan pola hidup
  • 27. 4. Nyeri musculoskeletal 5. Suara serak 6. Mengganggu nafas, dan lain-lain. f. Cara Batuk yang Baik dan Benar Hal-hal yang anda perlukan: 1. Lengan baju 2. Tissue 3. Sabun dan air 4. Gel pembersih tangan Etika batuk dan bersin 1. Menutup hidung dan mulut dengan tissue atau sapu tangan ketika batuk atau bersin. 2. Menutup hidung dan mulut dengan lengan dalam baju ketika tidak ada tissue atau sapu tangan. 3. Membuang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah. 4. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun. 5. Menggunakan masker.
  • 28. DAFTAR PUSTAKA Aditama & Subuh, 2011, Buku Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Almatsier, S. (2004). Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utara Andareto, Obi. 2015. Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta Curry, F.J 2007, National Tuberculosis Center: Tuberculosis infection control: a practical manual for preventing TB, Diakses 14 April 2016 jam 11.00 WIB <http://www.ndhealth.gov/Disease/TB/Documens/Infection%Control.pdf> Gough, A & Kaufman, Garri 2011, ‘Pulmonary tuberculosis: clinical features and patient management’, Nursing Standard, Vol.25, No.47, July 2011 Kemenkes RI Ditjen. PP&PL, 2014, Pedoman nasional pengendalian TB, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kemenkes RI Sekjen, 2015, Profil kesehatan Indonesia tahun 2014, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Laban, Yoannes.Y. 2008. Kesehatan Masyarakat TBC Penyebaran dan Cara Pencegahannya. Jakarta: KANISIUS McLafferty, E, Johnstone, Carolyn, Hendry, Charles, Farley, Alistair 2013, ‘Respiratory system part 1: pulmonary ventilation’. Journal of Nursing Standard. Vol.27, No.22, January 2013 Sahat, P Manalu 2010, ‘Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB paru dan upaya penanggulangannya’, Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.9, No.4, Desember 2010 Somantri, Irman 2007, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan, Jakarta: Salemba Medika WHO 2008, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi Dan Pandemi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, <http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2007. 6_ind.pdf>, diakses 01 November 2016 pukul 19.00. WHO 2015, Global tuberculosis report, 20th Edition, Geneva: WHO Library Cataloguing in Publication Data
  • 29. LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PKRS PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA, KAMIS, 16 MARET 2017 Kriteria Struktur Kriteria Proses Kriteria Hasil a) Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum penyuluhan dilaksanakan b) Pembuatan susunan rangkaian acara penyuluhan, leaflet c) Peserta di tempat yang telah ditentukan dan disediakan oleh panitia d) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan dilaksanakan Pembukaan: 1) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri 2) Menyampaikan tujuan, maksud dan manfaat dari penyuluhan 3) Menjelaskan kontrak waktu dan susunan dari rangkaian acara penyuluhan 1) Menjelaskan topik dari materi penyuluhan yang akan diberikan 2)Membuat kontrak waktu dengan peserta Pelaksanaan: 1) Menggali pengetahuan dan pengalaman berupa pemberian pertanyaan tentang cuci tangan 2) Memberikan jawaban yang benar dari pertanyaan a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan b)Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dengan seksama c) Peserta yang datang minimal 10 orang d) Acara dimulai tepat waktu e) Peserta mengikuti acara sesuai dengan aturan yang telah diatur dan disepakati f) Peserta mampu memahami materi dan menjawab pertanyaan dengan benar dari penyuluh minimal 75%
  • 30. 3) Tim penyuluh membagikan leaflet kepada peserta penyuluhan 2) Menjelaskan materi penyuluhan meliputi: a) Definisi, penyebab, gejala dan tanda TB b) Pengobatan, efek samping obat, pencegahan dan faktor resiko TB c) Komplikasi, peran keluarga, dan etika batuk 3) Sesi tanya jawab
  • 31. DAFTAR HADIR PELAKSANAAN PKRS PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA, KAMIS, 16 MARET 2017 NO N A M A ALAMAT TTD 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25
  • 32. DAFTAR HADIR PELAKSANAAN PKRS DI RUANG PALEM II RSUD DR. SOETOMO SURABAYA KAMIS, 16 MARET 2017 NO N A M A ALAMAT TTD 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25
  • 33. DAFTAR PERTANYAAN PELAKSANAAN PKRS PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA KAMIS, 16 MARET 2017 NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN