SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Epistimologi bayani
Epistimologi bayani adalah pendekatan dengan cara menganilis teks. Maka sumber
epistemologi bayani adalah teks. Sumber teks dalam studi Islam dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni : teks nash (al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW) dan teks non-
nash berupa karya para ulama. Adapun corak berpikir yang diterapkan dalam ilmu ini
cenderung deduktif, yakni mencari (apa) isi dari teks (analisis content).
Ada beberapa kritik yang muncul terhadap epistemologi bayani yang dianggap menjadi titik
kelemahan dari epistemologi ini. Diantaranya adalah :
1. Epistemology ini menempatkan teks yang dikaji sebagai suatu ajaran yang mutlak
(dogma) yang harus dipatuhi, diikuti dan diamalkan, tidak boleh diperdebatkan, tidak
boleh dipertanyakan apalagi ditolak.
2. Teks yang dikaji pada epistemology bayani tidak didekati atau diteliti historitasnya,
barangkali historitas aslinya berbeda dengan historitas kita pada zaman global, post
industry dan informatika, meestinya harus mendapat perhatian ketika dikaji pada masa
kini untuk diberlakukan pada masa kini yang berbeda konteks.
3. Kajian dalam model epistemology bayani ini tidak diperkuat dengan analisis konteks,
bahkan konstektualisasi (relevansi).
Dalam bahasa filsafat yang disederhanakan, epistimologi bayani dapat diartikan sebagai Model
metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. Dalam hal ini teks sucilah yang memilki
otoritas penuh menentukan arah kebenaran sebuah kitab. Fungsi akal hanya sebagai pengawal
makna yang terkandung di dalamnya.
epistemologi bayani menggunakan alat bantu (instrumen) berupa ilmu-ilmu bahasa dan uslub-
uslubnya serta asbabu al-nuzul, dan istinbat atau istidlal sebagai metodenya. Sementara itu,
kata-kata kunci yang sering dijumpai dalam pendekatan ini meliputi asli, far'I, lafz ma'na,
khabar qiyas, dan otoritas salaf (sultah al-salaf).
Dalam epistemologi bayani, oleh karena dominasi teks sedemikian kuat, maka peran akal hanya
sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahami atau diinterpretasi.
Dalam aplikasinya, pendekatan bayani akan memperkaya ilmu fikih dan ushul fikih, lebih-
lebih qawaidul lughahnya.
Kelemahan mencolok pada Nalar Bayani adalah ketika harus berhadapan dengan teks-teks yang
berbeda, milik komunitas, bangsa, atau masyarakat lainnya. Karena otoritas ada pada teks,
dan rasio hanya berfungsi sebagai pengawal teks, sementara sebuah teks belum tentu diterima
oleh golongan lain, maka ketika berhadapan, Nalar Bayani menghasilkan sikap mental yang
dogmatis, defensif dan apologetik, sehingga dari sikap ini muncul suatu konsep atau sikap,
pemahaman dengan semboyan kurang lebih :
"right or wrong is my country"
(dalam konteks ini tentu diterjemahkan : salah atau benar, yang penting inilah agama saya).
Epistemologi Burhani
Burhan adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum -hukum logika.
Maksudnya bahwa untuk mengukur atau benarnya sesuatu adalah berdasarkan komponen
kemampuan alamiah manusia berupa pengalaman dan akal tanpa teks wahyu suci, yang
memuncukan peripatik. Maka sumber pengetahuan dengan nalar burhani adalah realitas dan
empiris yang berkaitan dengan alam, social, dan humanities. Artinya ilmu diperoleh sebagai
hasil penelitian, hasil percobaan, hasil eksperimen, baik di labolatorium maupun di alam
nyata, baik yang bersifat alam maupun social. Corak model berpikir yang digunakan adalah
induktif, yakni generalisasi dari hasil-hasil penelitian empiris.
al-Burhan berarti argumen yang pasti dan jelas. Dalam pengertian yang sempit, burhani adalah
aktivitas pikir untuk menetapkan kebenaran pernyataan melalui metode penalaran. seang
dalam pengertian yang luas, burhani adalah setiap aktivitas untuk menetapkan kebenaran
pernyataan.
Sebagai aktivitas pengetahuan, burhani adalah episteme yang berargumentai secara deduktif,
sedangkan sebagai diskursus pengetahuan, burhani merupakan dunia pengetahuan falsafah
yang masuk ke budaya Arab Islam melalui terjemahan dari karya-karya Aristoteles. Untuk
mengetahui suatu kebenaran, epistemologi Burhani menggunakan pendekatan empirisme
yaitu pendekatan yang benar-benar bisa dibuktikan.
Menurut al-Jabiri ada beberapa tokoh yng menerapkan dasar-dasar episteme burhani yaitu Ibnu
Rusyd, al-Syatibi, dan Ibnu Khaldun. Menurut Ibnu Rusyd ia berusaha menerapkan dasar-
dasar episteme dengan cara membela argumen secara kausalitas. Ia menolak pandangan
Asy'ariyah tentang prinsip tajwiz yang dianggap mengingkari hukum kausalitas. Begitu juga
dengan al-Syatibi yang di amini-nya dalam disiplin usul fikih. Sedangkan Ibnu Khaldun, ia
menyingkap sejumlah tabir riwayat hidup para pendahulu, kemudian di analisis satu peristiwa
ke peristiwa berikutnya. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa Ibnu Khaldun ingin
menjadikan
Metode rasional atau burhani ini semakin masuk sebagai salah satu sistem pemikiran islam Arab
adalah setelah masa AL-Razi(865-925 M). Ia lebih ekstrim dalam teologi dan dikenal sebagai
seseorang rasionalis murni yang hanya mempercayai akal. Menurut al-Razi ,semua
pengetahuan pada prinsipnya dapat diperoleh manusia selama ia menjadi manusia. Akal yang
menjadi hakekat kemanusiaan, dan akal adalah satu-satunya alat untuk memperoleh
pengetahuan tentang dunia fisik dan tentang konsep baik dan buruk;setiap sumber
pengetahuan lain yang bukan akal hanya omong kosong, dugaaan belaka dan kebohongan.
Jadi setiap ilmu burhani berpola dari nalar burhani dan nalar burhan bermula dari proses
abstraksi yang bersifat akali terhadap realitas sehingga muncul makna, sedang makna sendiri
butuh aktualisasi sebagai upaya untuk bisa dipahami dan dimengerti, sehingga di sinilah
ditempatkan kata-kata; dengan redaksi lain, kata-kata adalah sebagai alat komunikasi dan
sarana berpikir di samping sebagai sibol pernyataan makna. sejarah sebagai ilmu burhani.
Epistimologi Irfani
Irfan mengandung beberapa pengertian antara lain : 'ilmu atau ma'rifah; metode ilham
dan kashf yang telah dikenal jauh sebelum Islam; dan al-ghanus atau gnosis. Ketika irfan
diadopsi ke dalam Islam, para ahl al-'irfan mempermudahnya menjadi pembicaraannya
mengenai; 1) al-naql dan al-tawzif; dan upaya menyingkap wacana qur'ani dan memperluas
'ibarahnya untuk memperbanyak makna. Jadi pendekatan irgani adalah suatu pendekatan
yang dipergunakan dalam kajian pemikiran Islam oleh para mutasawwifun dan 'arifun untuk
mengeluarkan makna batin dari batin lafz dan 'ibarah; ia juga merupakan istinbat al-ma'rifah
al-qalbiyyah dari Al-Qur'an.
Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen
pengalam batin, dhawq, qalb, wijdan, basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang
dipergunakan meliputi manhaj kashfi dan manhaj iktishafi. Manhaj kashfi disebut juga
manhaj ma'rifah 'irfani yang tidak menggunakan indera atau akal, tetapi kashf dengan riyadah
dan mujahadah. Manhaj iktishafi disebut juga al-mumathilah (analogi), yaitu metode untuk
menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi. Analogi dalam
manhaj ini mencakup : a) analogi berdasarkan angka atau jumlah seperti 1/2 = 2/4 = 4/8, dst;
b) tamthil yang meliputi silogisme dan induksi; dan c) surah dan ashkal. Dengan demikian,
al-mumathilah adalah manhaj iktishafi dan bukan manhaj kashfi. Pendekatan 'irfani juga
menolak atau menghindari mitologi. Kaum 'irfaniyyun tidak berurusan dengan mitologi,
bahkan justru membersihkannya dari persoalan-persoalan agama dan dengan irfani pula
mereka lebih mengupayakan menangkap haqiqah yang terletak di balik shari'ah, dan yang
batin (al-dalalah al-isharah wa al-ramziyah) di balik yang zahir (al-dalalah al-lughawiyyah).
Dengan memperhatikan dua metode di atas, kita mengetahui bahwa sumber pengetahuan
dalam irfani mencakup ilham/intuisi dan teks (yang dicari makna batinnya melalui ta'wil).
Kata-kata kunci yang terdapat dalam pendekatan 'irfani meliputi tanzil-ta'wil, haqiqi-
majazi, mumathilah dan zahir-batin. Hubungan zahir-batin terbagi menjadi 3 segi : 1)siyasi
mubashar, yaitu memalingkan makna-makna ibarat pada sebagian ayat dan lafz kepada
pribadi tertentu; 2) ideologi mazhab, yaitu memalingkan makna-makna yang disandarkan
pada mazhab atau ideologi tertentu; dan 3) metafisika, yakni memalingkan makna-makna
kepada gambaran metafisik yang berkaitan dengan al-ilah al-mut'aliyah dan aql kully dan
nafs al-kulliyah.
Contoh konkrit dari pendekatan 'irfani lainnya adalah falsafah ishraqi yang
memandang pengetahuan diskursif (al-hikmah al-batiniyyah) harus dipadu secara kreatif
harmonis dengan pengetahuan intuitif (al-hikmah al-dhawqiyah). Dengan pemaduan tersebut
pengetahuan yang diperoleh menjadi pengetahuan yang mencerahkan, bahkan akan mencapai
al-hikmah al-haqiqah. Pengalaman batin Rasulullah saw. dalam menerima wahyu al-Qur'an
merupakan contoh konkret dari pengetahuan 'irfani. Namun dengan keyakinan yang kita
pegangi salama ini, mungkin pengetahuan 'irfani yang akan dikembangkan dalam kerangka
ittiba' al-Rasul.
Implikasi dari pengetahuan 'irfani dalam konteks pemikiran keislaman, adalah
mengahmpiri agama-agama pada tataran substantif dan esensi spiritualitasnya, dan
mengembangkannya dengan penuh kesadaran akan adanya pengalaman keagamaan orang
lain (the otherness) yang berbeda aksidensi dan ekspresinya, namun memiliki substansi dan
esensi yang kurang lebih sama. Kedekatan kepada Tuhan yang transhistoris, transkultural,
dan dan transreligius diimbangi rasa empati dan simpati kepada orang lain secara elegan dan
setara. Termasuk di dalamnya kepekaan terhadap problem-problem kemanusiaan,
pengembanagan budaya dan peradaban yang disinari oleh pancaran fitrah ilahiyah.
Dari pemaparan bentuk-bentuk metodologi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sebenarnya terdapat benang merah antara ketiganya. Bahwa epistemologi bayani menekankan
kajian dari teks (nas) ijma' dengan ijtihad sebagai referensi dasarnya dalam rangka
menjustifikasi aqidah tertentu; sedangkan irfani dibangun di atas semangat intuisi (kashshf)
yang banyak menekankan aspek kewalian (al-wilayah) yang inheren dengan ajaran monisme
atau kesatuan dengan Tuhan dan epistemologi burhani menekankan visinya pada potensi
bawaan manusia secara naluriyah, inderawi, eksperimentasi, dan konspetualisasi (al-hiss, al
tajribah wa muhakamah 'aqliyah)
Sikap terhadap ketiga epistimologi diatas yaitu, bayani, burhani, dan irfani bukan
berarti harus dipisahkan dan hanya boleh memilih salah satu diantaranya. Malah untuk
menyelesaikan problem-problem dalam studi islam justru dianjurkan untuk memadukan
ketiganya. Dari perpaduan ketiganya akan muncul ilmu islam yang lengkap (komprehensif),
dan kelak dapat menuntaskan problem-problem sosial kekinian dan keindonesiian.
Nasrah, “Pengetahuan Manusia dan Epistemologi Islam”,
Universitas Sumatera Utara
akcaya2.blogspot.com/2013/09/filsafat-ilmu-apa-pengertian.html
http://akcaya2.blogspot.com/2013/09/filsafat-ilmu-apa-pengertian.html
http://tugas-fpi.blogspot.com/2010/10/epistemologi-burhani.html

More Related Content

What's hot

Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamMarhamah Saleh
 
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawufHubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawufM Danial
 
Makalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwalMakalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwaljuniska efendi
 
Ulum al qur’an
Ulum al qur’anUlum al qur’an
Ulum al qur’anMul Yadi
 
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptx
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptxEpistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptx
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptxAchmadZuhri5
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabihqoida malik
 
Epistemologi irfani
Epistemologi irfaniEpistemologi irfani
Epistemologi irfaniAs Faizin
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisatjehh
 
Epistemologi Irfani
Epistemologi IrfaniEpistemologi Irfani
Epistemologi IrfaniRisal Fahmi
 
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamAnas Wibowo
 
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafiPerbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafiGatot Birowo - STIE AAS
 
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabat
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabatTafsir pada masa nabi saw dan sahabat
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabatJumal Ahmad
 
penghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanpenghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanKeonk Hawk
 
Makalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam MutasyabihMakalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam Mutasyabihazzaazza50746
 

What's hot (20)

Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
 
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawufHubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
 
Makalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwalMakalah maqamat dan ahwal
Makalah maqamat dan ahwal
 
Ulum al qur’an
Ulum al qur’anUlum al qur’an
Ulum al qur’an
 
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptx
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptxEpistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptx
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptx
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 
Epistemologi irfani
Epistemologi irfaniEpistemologi irfani
Epistemologi irfani
 
Naskh mansukh
Naskh mansukhNaskh mansukh
Naskh mansukh
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historis
 
Ushul Fiqh
Ushul FiqhUshul Fiqh
Ushul Fiqh
 
Epistemologi Irfani
Epistemologi IrfaniEpistemologi Irfani
Epistemologi Irfani
 
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
 
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafiPerbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi
 
Metode studi islam
Metode studi islamMetode studi islam
Metode studi islam
 
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabat
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabatTafsir pada masa nabi saw dan sahabat
Tafsir pada masa nabi saw dan sahabat
 
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAMAHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
penghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanpenghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraan
 
Makalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam MutasyabihMakalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam Mutasyabih
 

Similar to Epistimologi bayani

6. pengelompokan keilmuan dalam islam
6. pengelompokan keilmuan dalam islam6. pengelompokan keilmuan dalam islam
6. pengelompokan keilmuan dalam islamMarhamah Saleh
 
Islam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanIslam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanBun Faris
 
PPT. Epistemologi Islam.pptx
PPT. Epistemologi Islam.pptxPPT. Epistemologi Islam.pptx
PPT. Epistemologi Islam.pptxMuhamadSetioAdi
 
Epistemolgy Berpikir Burhani.pdf
Epistemolgy Berpikir Burhani.pdfEpistemolgy Berpikir Burhani.pdf
Epistemolgy Berpikir Burhani.pdfZukét Printing
 
Epistemolgy Berpikir Burhani.docx
Epistemolgy Berpikir Burhani.docxEpistemolgy Berpikir Burhani.docx
Epistemolgy Berpikir Burhani.docxZukét Printing
 
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.Faseha 3
 
Epistimology Filsafat Pendidikan Islam
Epistimology Filsafat Pendidikan IslamEpistimology Filsafat Pendidikan Islam
Epistimology Filsafat Pendidikan IslamIslamic Studies
 
Studi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islamStudi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islamApri Kusanto
 
makalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdfmakalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdfhspanggalih
 
Tentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafatTentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafatRiza Nisfu
 
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxArtikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxMetaFitriani1
 
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptx
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptxHUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptx
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptxAsepSuryadiMuharom
 
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)Edi Awaludin
 
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxPemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxNiaepa
 

Similar to Epistimologi bayani (20)

Epistemoogi Keilmuan Islam
Epistemoogi Keilmuan IslamEpistemoogi Keilmuan Islam
Epistemoogi Keilmuan Islam
 
6. pengelompokan keilmuan dalam islam
6. pengelompokan keilmuan dalam islam6. pengelompokan keilmuan dalam islam
6. pengelompokan keilmuan dalam islam
 
Islam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanIslam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuan
 
Filsafat final
Filsafat finalFilsafat final
Filsafat final
 
PPT. Epistemologi Islam.pptx
PPT. Epistemologi Islam.pptxPPT. Epistemologi Islam.pptx
PPT. Epistemologi Islam.pptx
 
Epistemolgy Berpikir Burhani.pdf
Epistemolgy Berpikir Burhani.pdfEpistemolgy Berpikir Burhani.pdf
Epistemolgy Berpikir Burhani.pdf
 
Epistemolgy Berpikir Burhani.docx
Epistemolgy Berpikir Burhani.docxEpistemolgy Berpikir Burhani.docx
Epistemolgy Berpikir Burhani.docx
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.
 
Falsafah KTI.docx
Falsafah KTI.docxFalsafah KTI.docx
Falsafah KTI.docx
 
DISIPLIN KEILMUANDALAM ISLAM
DISIPLIN KEILMUANDALAM ISLAMDISIPLIN KEILMUANDALAM ISLAM
DISIPLIN KEILMUANDALAM ISLAM
 
Epistimology Filsafat Pendidikan Islam
Epistimology Filsafat Pendidikan IslamEpistimology Filsafat Pendidikan Islam
Epistimology Filsafat Pendidikan Islam
 
Studi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islamStudi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islam
 
makalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdfmakalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdf
 
Tentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafatTentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafat
 
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxArtikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
 
Kel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptx
Kel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptxKel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptx
Kel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptx
 
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptx
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptxHUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptx
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptx
 
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
 
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxPemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
 

More from Khoiruddin Ahmuatd

More from Khoiruddin Ahmuatd (8)

Tema 4, keluargaku (kelas 1)
Tema 4, keluargaku (kelas 1)Tema 4, keluargaku (kelas 1)
Tema 4, keluargaku (kelas 1)
 
Tema 3, kegiatanku (kelas 1)
Tema 3, kegiatanku (kelas 1)Tema 3, kegiatanku (kelas 1)
Tema 3, kegiatanku (kelas 1)
 
Tema 1, diriku (kelas 1)
Tema 1, diriku (kelas 1)Tema 1, diriku (kelas 1)
Tema 1, diriku (kelas 1)
 
Tema 2, kegemaranku (kelas 1)
Tema 2, kegemaranku (kelas 1)Tema 2, kegemaranku (kelas 1)
Tema 2, kegemaranku (kelas 1)
 
Penulisan karya ilmiah
Penulisan karya ilmiahPenulisan karya ilmiah
Penulisan karya ilmiah
 
(Tugas)pengertian pembelajaran terpadu
(Tugas)pengertian pembelajaran terpadu(Tugas)pengertian pembelajaran terpadu
(Tugas)pengertian pembelajaran terpadu
 
Model jaringan (network)
Model jaringan (network)Model jaringan (network)
Model jaringan (network)
 
Layanan bk di sekolah dasar
Layanan bk di sekolah dasarLayanan bk di sekolah dasar
Layanan bk di sekolah dasar
 

Epistimologi bayani

  • 1. Epistimologi bayani Epistimologi bayani adalah pendekatan dengan cara menganilis teks. Maka sumber epistemologi bayani adalah teks. Sumber teks dalam studi Islam dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni : teks nash (al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW) dan teks non- nash berupa karya para ulama. Adapun corak berpikir yang diterapkan dalam ilmu ini cenderung deduktif, yakni mencari (apa) isi dari teks (analisis content). Ada beberapa kritik yang muncul terhadap epistemologi bayani yang dianggap menjadi titik kelemahan dari epistemologi ini. Diantaranya adalah : 1. Epistemology ini menempatkan teks yang dikaji sebagai suatu ajaran yang mutlak (dogma) yang harus dipatuhi, diikuti dan diamalkan, tidak boleh diperdebatkan, tidak boleh dipertanyakan apalagi ditolak. 2. Teks yang dikaji pada epistemology bayani tidak didekati atau diteliti historitasnya, barangkali historitas aslinya berbeda dengan historitas kita pada zaman global, post industry dan informatika, meestinya harus mendapat perhatian ketika dikaji pada masa kini untuk diberlakukan pada masa kini yang berbeda konteks. 3. Kajian dalam model epistemology bayani ini tidak diperkuat dengan analisis konteks, bahkan konstektualisasi (relevansi). Dalam bahasa filsafat yang disederhanakan, epistimologi bayani dapat diartikan sebagai Model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. Dalam hal ini teks sucilah yang memilki otoritas penuh menentukan arah kebenaran sebuah kitab. Fungsi akal hanya sebagai pengawal makna yang terkandung di dalamnya. epistemologi bayani menggunakan alat bantu (instrumen) berupa ilmu-ilmu bahasa dan uslub- uslubnya serta asbabu al-nuzul, dan istinbat atau istidlal sebagai metodenya. Sementara itu, kata-kata kunci yang sering dijumpai dalam pendekatan ini meliputi asli, far'I, lafz ma'na, khabar qiyas, dan otoritas salaf (sultah al-salaf). Dalam epistemologi bayani, oleh karena dominasi teks sedemikian kuat, maka peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahami atau diinterpretasi. Dalam aplikasinya, pendekatan bayani akan memperkaya ilmu fikih dan ushul fikih, lebih- lebih qawaidul lughahnya. Kelemahan mencolok pada Nalar Bayani adalah ketika harus berhadapan dengan teks-teks yang berbeda, milik komunitas, bangsa, atau masyarakat lainnya. Karena otoritas ada pada teks, dan rasio hanya berfungsi sebagai pengawal teks, sementara sebuah teks belum tentu diterima
  • 2. oleh golongan lain, maka ketika berhadapan, Nalar Bayani menghasilkan sikap mental yang dogmatis, defensif dan apologetik, sehingga dari sikap ini muncul suatu konsep atau sikap, pemahaman dengan semboyan kurang lebih : "right or wrong is my country" (dalam konteks ini tentu diterjemahkan : salah atau benar, yang penting inilah agama saya). Epistemologi Burhani Burhan adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum -hukum logika. Maksudnya bahwa untuk mengukur atau benarnya sesuatu adalah berdasarkan komponen kemampuan alamiah manusia berupa pengalaman dan akal tanpa teks wahyu suci, yang memuncukan peripatik. Maka sumber pengetahuan dengan nalar burhani adalah realitas dan empiris yang berkaitan dengan alam, social, dan humanities. Artinya ilmu diperoleh sebagai hasil penelitian, hasil percobaan, hasil eksperimen, baik di labolatorium maupun di alam nyata, baik yang bersifat alam maupun social. Corak model berpikir yang digunakan adalah induktif, yakni generalisasi dari hasil-hasil penelitian empiris. al-Burhan berarti argumen yang pasti dan jelas. Dalam pengertian yang sempit, burhani adalah aktivitas pikir untuk menetapkan kebenaran pernyataan melalui metode penalaran. seang dalam pengertian yang luas, burhani adalah setiap aktivitas untuk menetapkan kebenaran pernyataan. Sebagai aktivitas pengetahuan, burhani adalah episteme yang berargumentai secara deduktif, sedangkan sebagai diskursus pengetahuan, burhani merupakan dunia pengetahuan falsafah yang masuk ke budaya Arab Islam melalui terjemahan dari karya-karya Aristoteles. Untuk mengetahui suatu kebenaran, epistemologi Burhani menggunakan pendekatan empirisme yaitu pendekatan yang benar-benar bisa dibuktikan. Menurut al-Jabiri ada beberapa tokoh yng menerapkan dasar-dasar episteme burhani yaitu Ibnu Rusyd, al-Syatibi, dan Ibnu Khaldun. Menurut Ibnu Rusyd ia berusaha menerapkan dasar- dasar episteme dengan cara membela argumen secara kausalitas. Ia menolak pandangan Asy'ariyah tentang prinsip tajwiz yang dianggap mengingkari hukum kausalitas. Begitu juga dengan al-Syatibi yang di amini-nya dalam disiplin usul fikih. Sedangkan Ibnu Khaldun, ia menyingkap sejumlah tabir riwayat hidup para pendahulu, kemudian di analisis satu peristiwa ke peristiwa berikutnya. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa Ibnu Khaldun ingin menjadikan Metode rasional atau burhani ini semakin masuk sebagai salah satu sistem pemikiran islam Arab adalah setelah masa AL-Razi(865-925 M). Ia lebih ekstrim dalam teologi dan dikenal sebagai
  • 3. seseorang rasionalis murni yang hanya mempercayai akal. Menurut al-Razi ,semua pengetahuan pada prinsipnya dapat diperoleh manusia selama ia menjadi manusia. Akal yang menjadi hakekat kemanusiaan, dan akal adalah satu-satunya alat untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia fisik dan tentang konsep baik dan buruk;setiap sumber pengetahuan lain yang bukan akal hanya omong kosong, dugaaan belaka dan kebohongan. Jadi setiap ilmu burhani berpola dari nalar burhani dan nalar burhan bermula dari proses abstraksi yang bersifat akali terhadap realitas sehingga muncul makna, sedang makna sendiri butuh aktualisasi sebagai upaya untuk bisa dipahami dan dimengerti, sehingga di sinilah ditempatkan kata-kata; dengan redaksi lain, kata-kata adalah sebagai alat komunikasi dan sarana berpikir di samping sebagai sibol pernyataan makna. sejarah sebagai ilmu burhani. Epistimologi Irfani Irfan mengandung beberapa pengertian antara lain : 'ilmu atau ma'rifah; metode ilham dan kashf yang telah dikenal jauh sebelum Islam; dan al-ghanus atau gnosis. Ketika irfan diadopsi ke dalam Islam, para ahl al-'irfan mempermudahnya menjadi pembicaraannya mengenai; 1) al-naql dan al-tawzif; dan upaya menyingkap wacana qur'ani dan memperluas 'ibarahnya untuk memperbanyak makna. Jadi pendekatan irgani adalah suatu pendekatan yang dipergunakan dalam kajian pemikiran Islam oleh para mutasawwifun dan 'arifun untuk mengeluarkan makna batin dari batin lafz dan 'ibarah; ia juga merupakan istinbat al-ma'rifah al-qalbiyyah dari Al-Qur'an. Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalam batin, dhawq, qalb, wijdan, basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang dipergunakan meliputi manhaj kashfi dan manhaj iktishafi. Manhaj kashfi disebut juga manhaj ma'rifah 'irfani yang tidak menggunakan indera atau akal, tetapi kashf dengan riyadah dan mujahadah. Manhaj iktishafi disebut juga al-mumathilah (analogi), yaitu metode untuk menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi. Analogi dalam manhaj ini mencakup : a) analogi berdasarkan angka atau jumlah seperti 1/2 = 2/4 = 4/8, dst; b) tamthil yang meliputi silogisme dan induksi; dan c) surah dan ashkal. Dengan demikian, al-mumathilah adalah manhaj iktishafi dan bukan manhaj kashfi. Pendekatan 'irfani juga menolak atau menghindari mitologi. Kaum 'irfaniyyun tidak berurusan dengan mitologi, bahkan justru membersihkannya dari persoalan-persoalan agama dan dengan irfani pula mereka lebih mengupayakan menangkap haqiqah yang terletak di balik shari'ah, dan yang batin (al-dalalah al-isharah wa al-ramziyah) di balik yang zahir (al-dalalah al-lughawiyyah).
  • 4. Dengan memperhatikan dua metode di atas, kita mengetahui bahwa sumber pengetahuan dalam irfani mencakup ilham/intuisi dan teks (yang dicari makna batinnya melalui ta'wil). Kata-kata kunci yang terdapat dalam pendekatan 'irfani meliputi tanzil-ta'wil, haqiqi- majazi, mumathilah dan zahir-batin. Hubungan zahir-batin terbagi menjadi 3 segi : 1)siyasi mubashar, yaitu memalingkan makna-makna ibarat pada sebagian ayat dan lafz kepada pribadi tertentu; 2) ideologi mazhab, yaitu memalingkan makna-makna yang disandarkan pada mazhab atau ideologi tertentu; dan 3) metafisika, yakni memalingkan makna-makna kepada gambaran metafisik yang berkaitan dengan al-ilah al-mut'aliyah dan aql kully dan nafs al-kulliyah. Contoh konkrit dari pendekatan 'irfani lainnya adalah falsafah ishraqi yang memandang pengetahuan diskursif (al-hikmah al-batiniyyah) harus dipadu secara kreatif harmonis dengan pengetahuan intuitif (al-hikmah al-dhawqiyah). Dengan pemaduan tersebut pengetahuan yang diperoleh menjadi pengetahuan yang mencerahkan, bahkan akan mencapai al-hikmah al-haqiqah. Pengalaman batin Rasulullah saw. dalam menerima wahyu al-Qur'an merupakan contoh konkret dari pengetahuan 'irfani. Namun dengan keyakinan yang kita pegangi salama ini, mungkin pengetahuan 'irfani yang akan dikembangkan dalam kerangka ittiba' al-Rasul. Implikasi dari pengetahuan 'irfani dalam konteks pemikiran keislaman, adalah mengahmpiri agama-agama pada tataran substantif dan esensi spiritualitasnya, dan mengembangkannya dengan penuh kesadaran akan adanya pengalaman keagamaan orang lain (the otherness) yang berbeda aksidensi dan ekspresinya, namun memiliki substansi dan esensi yang kurang lebih sama. Kedekatan kepada Tuhan yang transhistoris, transkultural, dan dan transreligius diimbangi rasa empati dan simpati kepada orang lain secara elegan dan setara. Termasuk di dalamnya kepekaan terhadap problem-problem kemanusiaan, pengembanagan budaya dan peradaban yang disinari oleh pancaran fitrah ilahiyah. Dari pemaparan bentuk-bentuk metodologi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya terdapat benang merah antara ketiganya. Bahwa epistemologi bayani menekankan kajian dari teks (nas) ijma' dengan ijtihad sebagai referensi dasarnya dalam rangka menjustifikasi aqidah tertentu; sedangkan irfani dibangun di atas semangat intuisi (kashshf) yang banyak menekankan aspek kewalian (al-wilayah) yang inheren dengan ajaran monisme atau kesatuan dengan Tuhan dan epistemologi burhani menekankan visinya pada potensi bawaan manusia secara naluriyah, inderawi, eksperimentasi, dan konspetualisasi (al-hiss, al tajribah wa muhakamah 'aqliyah)
  • 5. Sikap terhadap ketiga epistimologi diatas yaitu, bayani, burhani, dan irfani bukan berarti harus dipisahkan dan hanya boleh memilih salah satu diantaranya. Malah untuk menyelesaikan problem-problem dalam studi islam justru dianjurkan untuk memadukan ketiganya. Dari perpaduan ketiganya akan muncul ilmu islam yang lengkap (komprehensif), dan kelak dapat menuntaskan problem-problem sosial kekinian dan keindonesiian. Nasrah, “Pengetahuan Manusia dan Epistemologi Islam”, Universitas Sumatera Utara akcaya2.blogspot.com/2013/09/filsafat-ilmu-apa-pengertian.html http://akcaya2.blogspot.com/2013/09/filsafat-ilmu-apa-pengertian.html http://tugas-fpi.blogspot.com/2010/10/epistemologi-burhani.html