BAB I memberikan latar belakang penelitian tentang multifungsi ruang gang di permukiman kampung kota sebagai sarana interaksi sosial, ekonomi, dan bermain anak. Tujuan penelitian adalah mendapatkan desain model gang ramah anak dan lingkungan.
BAB II melakukan kajian pustaka tentang konsep inovasi, model, dan desain. Inovasi dijelaskan sebagai kombinasi baru faktor produksi, sedangkan model adalah representasi dari
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak dan lingkungan (baru)
1. Daftar isi
BAB I..................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belekang........................................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 6
BAB II ................................................................................................................................... 7
KAJIAN PUSTAKA............................................................................................................... 7
2.1 Inovasi ..................................................................................................................... 7
2.2 Model....................................................................................................................... 9
2.3 Desain .................................................................................................................... 10
2.4 Jalan Lingkungan atau Gang............................................................................... 11
2.4.1 Jalan Lingkungan .......................................................................................... 11
2.4.2 Gang ............................................................................................................... 12
2.5 Permukiman Kampung Kota............................................................................... 13
2.5.1 Permukiman Kota ........................................................................................... 13
2.5.2 Kampung Kota............................................................................................... 14
2.6 Pengertian Lingkungan Ramah Anak ................................................................. 14
2.6.1 Lingkungan .................................................................................................... 14
2. 2.6.2 Anak ............................................................................................................... 18
2.6.3 Lingkungan ramah anak ............................................................................... 19
2.7 Ramah Lingkungan .............................................................................................. 21
2.7.1 Pengetahuan Ramah Lingkungan................................................................. 22
BAB III ................................................................................................................................ 25
METODE PENELITIAN...................................................................................................... 25
3.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................................... 27
Gambar 3.1 Peta Kelurahan Cepokomulyo ........................................................................... 27
3.2 Teori....................................................................................................................... 28
3.3 Faktor Pembeda Peta Mental............................................................................... 29
3.4 Cara Mengukur Peta Mental ............................................................................... 30
3.5 Metode Penelitian .................................................................................................. 31
............................................................................................................................................. 32
3.6 Alur Penelitian........................................................................................................ 32
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belekang
Banyak terjadi interaksi sosial di permukiman sudah cukup padat menjadi hiburan disaat
warga penat di dalam rumah. Aktivitas interaksi sosial yang terjadi sering kali tak bisa terjadi
secara kondusif karena sering kali lebar penggal jalan /gang dipermukiman padat tidak lebih
dari 1,5 - < 3 meter harus berbagi dengan pengguna kendaraan bermotor yang berlalu lalang
dan saluran drainase. Tanpa disadari jalan ini seolah memiliki fungsi ganda selain sebagai jalur
sirkulasi juga sebagai wadah interaksi warga serta ruang bermain anak yang cukup vital
pengaruhnya dalam kualitas kehidupan sosial dalam jalan kecil ( path ) penggal jalan tersebut.
Pada Pasal 10 Ayat 4 peraturan tersebut disebutkan bahwa jalan lingkungan primer
menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam
lingkungan kawasan perdesaan. Sedangkan pada Pasal 11 Ayat 4 selanjutnya disebutkan bahwa
jalan lingkungan sekunder menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan.
Jalan lingkungan atau lebih dikenal sebagai gang sering menjadi tempat interaksi sosial
manusia dalam kehidupan bertetangga. Interaksi sederhana sekedar menyapa saat berpapasan
atau bahkan obrolan panjang kerap terjadi di penggal jalan ini. Banyak terjadi interaksi sosial
4. di salah satu penggal jalan di kawasan lingkungan pemukiman. Gang di permukiman kampung
kota tidak hanya menjadi ruang jalan yang berfungsi sebagai sarana sirkulasi untuk
menghubungkan satu tempat ke tempat lain tetapi juga menjadi sarana berbagai aktivitas
masyarakat lainnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Gang merupakan ruang publik
terbuka secara responsive, gang dirancang sebagai alur sirkulasi. Tetapi, gang disini bernilai
meaningful karena dipakai berulang kali oleh anak-anak untuk bermain sepeda dan berlari-
larian. Stephen Carr dkk (1992:19) Meskipun lebar jalan tidak cukup comfort untuk dilalui
banyak orang, tetapi jalan pada gang ini dianggap cukup democratic bagi pengguna untuk
berbagai macam kegiatan.
Kenyataan tersebut di atas memunculkan fenomena-fenomena yang penting untuk
dikaji karena multifungsi ruang gang menjadikan jenis jalan ini penuh dengan aktivitas
masyarakat sepanjang hari. Mulai dari terbit fajar hingga tengah malam koridor gang tidak
pernah sepi dari aktivitas warga. Kondisi ini terjadi dikarenakan pada permukiman kampung
kota, lahan yang penuh dengan padatnya penduduk dan bangunan seringkali tidak menyisakan
tempat untuk masyarakat melakukan kegiatan-kegiatan kesehariannya dan ketiadaan ruang
publik yang bisa digunakan untuk bersosisialisasi sehingga keberadaan ruang gang mau tidak
mau akhirnya menjadi wadah bagi beragam aktivitas warga. Penelitian ini dilakukan agar kita
sebagai perancang kota dapat memahami bagaimana sebuah ruang publik khususnya jalan
lingkungan dapat dimaknai sesuai fungsi yang direncanakan, ataupun seandainya terjadi
pemaknaan lain, tentunya menjadi pemaknaan yang dapat diprediksi bagaimana akibat dan
penanganannya.
Gang Teratai di RT 06 dan RT 07, RW 01, Kelurahan Cepokomulyo, Kepanjen, Malang,
Jawa Timur, tidak hanya berfungsi sebagai jalan penghubung, namun juga sebagai sarana
5. bersosialisasi warga, aktivitas ekonomi, rekreasi hingga tempat bermain anak. Kondisi jalur
gang menyesuaikan rumah-rumah warga dengan segala bentuk aktivitasnya, termasuk anak-
anak di lingkungan setempat. Keberadaan Gang Teratai penting untuk dikaji karena
multifungsi ruang gang dengan aktivitas warganya, terutama bagai mana mendapatkan ide
kreatif sebagai tujuan mendapatkan inovasi desain model gang pemukiman kota ramah anak
dan ramah lingkungan. Sudah saatnya peran anak ditingkatkan kualitasnya, terutama dalam
mendesign sebuah kota guna meningkatkan kualitas pendidikan dan karakter sebuah daerah
atau bangsa. Agar budaya menghargai beda pendapat dapat diterapkan. Akibat positifnya
budaya harga menghargai, budaya kompromi dan budaya bermufakat untuk kepentingan
bersama bagi kebaikan dapat dikembangkan sejak dini.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang terkait multifungsi ruang gang dengan aktivitas warganya,
maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana karakteristik fisik gang dan aktivitas harian warga kecenderungan
prilaku dalam pemanfaatan ruang gang ramah anak dan ramah lingkungan?
2. Bagaimana desain ruang gang permukiman kampung kota sebagai ruang publik
ramah anak dan ramah lingkungan yang ada pada saat ini?
3. Bagaimana desain ruang gang yang mampu mengakomodir akvitas bermain
ramah anak dan ramah lingkungan tanpa menganggu fungsi utama gang sebagai
sarana sirkulasi milik publik?
6. 1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan desain model gang permukiman kampung
kota sebagai ruang publik ramah anak dan lingkungan. Tujuan pokok tersebut dirinci dalam
beberapa tujuan khusus seperti berikut:
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik fisik gang dan aktivitas harian warga
dalam pemanfaatan ruang gang.
2. Untuk mengidentifikasi desain ruang gang permukiman kampung kota sebagai
ruang publik ramah anak dan ramah lingkungan yang ada pada saat ini.
3. Menemukan inovasi model gang yang mampu mengakomodir akvitas bermain
ramah anak dan ramah lingkungan tanpa menganggu fungsi utama gang sebagai
sarana sirkulasi milik publik.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, serta kontribusi pemikiran bagi pembuat kebijakan untuk bahan kajian dalam
membuat putusan-putusan bagi perbaikan permukiman kumuh di masa yang akan datang.
Secara terinci penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk desain model gang
permukiman kampung kota sebagai ruang publik ramah anak dan lingkungan .
1. Memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya di bidang arsitektur
lingkungan dan perilaku dalam hubungannya dengan penggunaan ruang gang
sebagai wadah bagi aktivitas masyarakat di permukiman kampung kota
2. Memberi masukan bagi pengembangan interaksi masyarakat permukiman
kampung kota dengan lingkungannya dan antar anggota masyarakat sendiri,
untuk meningkatkan kehidupan bermukim yang lebih berkualitas.
7. 3. Memberi masukan bagi perencanaan dan perancangan arsitektur perumahan dan
permukiman kampung kota yang berkualitas dan mampu mengakomodasi
kebutuhan karakteristik masyarakat pengguna
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Inovasi
Schumpeter (1934) merupakan ahli yang pertama kali mengemukakan konsep inovasi.
Ia mendefinisikan “inovasi” sebagai kombinasi baru dari faktor-faktor produksi yang dibuat
oleh pengusaha dan pemikiran inovasi adalah kekuatan pendorong yang penting (critical
driving force) dalam pertumbuhan ekonomi. Konsep inovasi Schumpeter(1934) melibatkan
inovasi produk, inovasi proses, inovasi pasar, penggunaan bahan baku baru dan mendapatkan
bahan baku tersebut dengan cara-cara dan inovasi pada organisasi. Dengan demikian
Schumpter telah meletakkan pondasi dasar teori mengenai inovasi untuk penelitian
selanjutnya.
Yang kemudian oleh beberapa peneliti dilakukan pergeseran fokus dalam penelitiannya,
dari konsep inovasi secara makro bergeser pada konsep inovasi yang lebih mikro. Konsep
inovasi makro ini terkait dengan inovasi yang dilakukan secara makro yang berhubungan
dengan pertumbuhan ekonomi sedangkan konsep inovasi secara mikro terkait dengan inovasi
yang dilakukan oleh perusahaan (Xu dkk., 2006). Dengan berkembangnya inovasi dari sisi
8. fokus penelitian secara makro oleh para ahli, terdapat dua pendekatan yang berbeda mengenai
konsep inovasi yang mereka kemukakan sebagai pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan
dalam menciptakan inovasi. Pendekatan pertama adalah “innovation as a process”, dimana
inovasi didefinisikan dengan lebih menekankan pada proses inovasi dalam organisasi dan
proses sosial yang menghasilkan inovasi sebagai kreativitas individu (individual creativity),
budaya organisasi (organization culture), kondisi lingkungan (environment context), dan
faktor-faktor sosio ekonomi (social and economic factors) (Xu dkk,2009;Castro dkk, 2011)
Pendekatan kedua adalah “innovation as an outcome”, dimana dikatakan bahwa inovasi adalah
produk yang dibuat atau penciptaan produk yang memiliki nilai tambah. Dalam perspektif
inovasi sebagai sebuah hasil (an outcome), inovasi dibagi menjadi dua jenis yaitu inovasi
radikal dan inovasi inkremental , inovasi radikal adalah adanya teknologi yang mendorong
inovasi (technology push) dalam menciptakan sesuatu yang baru bagi perusahaan dan juga
untuk pasar atau pelanggan. Inovasi inkremantal (incremental innovation) biasanya
dikategorikan sebagai inovasi yang berorientasi pasar (market pull) karena ide-ide yang
didapatkan dalam penciptaan produk baru berasal pasar, sehingga sering disebut sebagai
produk yang berorientasi pasar atau marketable product (Darroch dan McNAughton, 2002).
Untuk membuat terobosan diatas perlu adanya dukungan untuk menfasilitasi inovasi
1. Kreatifitas,
Kreatifitas adalah sebuah ide, gagasan yang mampu membawa
perubahan dalam sebuah aktifitas kehidupan. Organisasi membutuhkan ide
atau gagasan baik dari internal organisasi maupun eksternal organisasi.
2. Pengetahuan,
9. Pengetahuan merupakan semua pemahaman relevan yang membawa
individu mengusahakan kreativitas. Sehingga sebuah inovasi akan muncul
apabila kreatifitas dan pengetahuan menjadi satu.
Gambar 1. Inovesi Knowlege
3. Selain kreativitas dan pengetahuan inovasi menuntut berbagai kompetensi pada
setiap tahapan proses
4. Inovasi perlu didorong oleh kebutuhan masyarakat daripada kebijakan dan
proses.
2.2 Model
Menurut Eriyatno (1998) model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi
dari sebuah obyek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung
maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Oleh karena
suatu model adalah abstraksi dari realitas, pada wujudnya kurang kompleks daripada realitas
itu sendiri. Jadi, model adalah suatu penyederhanaan dari suatu realitas yang kompleks. Model
dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang
dikaji. Model dapat dikategorikan menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan pokok pengkajian
atau derajat keabstrakannya. Jenis model yang ada dapat dikelompokkan sebagai model
ikonik, analog dan model simbolik. Dalam uraian dibawah ini dijelaskan beberapa model yang
termasuk model simbolik atau model matematik. Model menyediakan cara yang efektif untuk
10. melihat fenomena yang kompleks, yang mungkin tidak mudah dipahami oleh pengamatan
sederhana. Model dapat memberikan informasi dengan biaya lebih rendah
cepat, dibandingkan dengan sistem yang sebenarnya (Askin, Standridge, 1993).
Tujuan penyusunan model adalah antara lain: (a) memahami proses yang terjadi dalam
kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai; (b) model digunakan untuk prediksi dan sangat
penting untuk ketepatan (akurasi) prediksi model; (c) model digunakan untuk menunjang
pengambilan keputusan, untuk dijadikan alat membantu proses pengambilan keputusan
(Muhammadi dan Soesilo 2001).
2.3 Desain
Adalah suatu sistem yang berlaku untuk segala jenis perancangan dimana titik beratnya
adalah melihat segala sesuatu persoalan tidak secara terpisah atau tersendiri, melainkan
sebagai suatu kesatuan dimana satu masalah dengan lainnya saling terkait .
Gambar 2.3.1.Proses desain menurut Archer
Dari proses perancangan tersebut, Archer mengidentifikasi enam jenis kegiatan yaitu sebagai
berikut:
11. 1. Programming menetapkan isu yang penting; mengajukan tindakan pengumpulan data
2. Pengumpulan data; mengklasifikasi dan menyimpan data
3. Analisis mengidentifikasi submasalah; menyediakan spesifikasi perfomansi (atau
rancangan); menaksi ulang program yang diajukan dan memperkirakan
4. Sintesis menyiapkan garis besar proposal rancangan
5. Pengembangan prototype rancangan, menyiapkan dan menjalankan studi validitas
6. Komunikasi menyiapkan dokumen manufaktur
Archer meringkaskan proses ini dengan membagi menjadi tiga fase yaitu analisis, kreatif,
dan pelaksanaan. Beliau menyarankan bahwa salah satu dari keistimewaan proses perancangan
adalah fase analisis yang memerlukan observasi obyektif dan pemikiran induktif sedangkan
fase kreatif memerlukan keterlibatan pendapat subyektif dan pemikiran deduktif. Setelah
keputusan dibuat, proses perancangan dilanjutkan dengan pelaksanaan pengerjaan gambar
teknik, jadwal dan lain-lain yang juga dalam keadaan obyektif dan deskriptif. (Sumber:
Rosnani Ginting : Perancangan Produk)
2.4 Jalan Lingkungan atau Gang
2.4.1 Jalan Lingkungan
Adalah jalan yang berada di lingkungan perumahan, atau jalan servis untuk lingkungan
perumahan (Joyopuspito, 1989). Namun berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, jalan lingkungan terbagi lagi atas dua jenis,
yaitu jalan lingkungan primer dan jalan lingkungan sekunder. Pada Pasal 10 Ayat 4 peraturan
tersebut disebutkan bahwa jalan lingkungan primer menghubungkan antar pusat kegiatan di
dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Sedangkan pada
12. Pasal 11 Ayat 4 selanjutnya disebutkan bahwa jalan lingkungan sekunder menghubungkan
antar persil dalam kawasan perkotaan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan pada Pasal
12 Ayat 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan persyaratan teknis jalan dalam
pelaksanaan pembangunan jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan
masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, penggunaan jalan
sesuai dengan fungsinya dan tidak terputus. Dengan demikian, persyatan teknis jalan secara
singkat dapat dikatakan harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan dan lingkungan.
Khusus untuk jalan lingkungan, dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan bahwa jalan lingkungan primer didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikir 6,5 meter. Persyaratan teknis jalan lingkungan primer diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih. Sedangkan jalan lingkungan primer yang tidak
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih, harus mempunyai lebar badan
jalan paling sedikit 3,5 meter.
Sedangkan untuk persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder dijabarkan dalam Pasal 20
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Disebutkan
bahwa jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter. Persyaratan teknis jalan
lingkungan sekunder diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih.
Sedangkan jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda
tiga atau lebih, harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 meter.
2.4.2 Gang
13. Adalah jalan lingkungan yang digunakan sebagai sarana sirkulasi untuk keluar-masuk
permukiman Kampung Kota. Gang di permukiman kampung kota tidak hanya menjadi ruang
jalan yang berfungsi sebagai sarana sirkulasi untuk menghubungkan satu tempat ke tempat lain
tetapi juga menjadi sarana berbagai aktivitas masyarakat lainnya dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Gang di permukiman kampung-kota tidak hanya menjadi ruang jalan
yang berfungsi sebagai sarana sirkulasi untuk menghubungkan satu tempat ke tempat lain
tetapi juga menjadi sarana berbagai aktivitas masyarakat lainnya dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari (Ramelan,2007). Sehingga dapat dikatakan gang merupakan pusat
kehidupan sebuah permukiman kampung kota. Dengan mengamati aktivitas, kondisi sirkulasi
dan karakter visual gang pada sebuah permukiman kampung.
Michael Southworth & Eran ben – Joseph (1996:6-7) menjelaskan bahwa jalan-jalan di
lingkungan permukiman tidak hanya berfungsi sebagai akses kendaraan, tetapi sebagai tempat
aktivitas sosial termasuk tempat bermain anak dan tempat rekreasi. J.B. Jackson (dalam Girling
dan Helpband, 1994:34) menjelaskan pengertian jalan adalah koridor sirkulasi, tempat orang
berjalan, ruang sosial, dan ruang terbuka utama untuk rekreasi. Lynch (1991:306) berpendapat
bahwa jalan jalan juga dapat berfungsi sebagai identitas yang mencerminkan karakter dari
suatu tempat dan menjadi tempat yang bisa dikenang/ tak terlupakan.
2.5 Permukiman Kampung Kota
2.5.1 Permukiman Kota
(Sudharto, 2005:104). Permukiman terbentuk atas kesatuan antara manusia dan
lingkungan di sekitarnya. Permukiman terdiri dari dua bagian yaitu manusia (baik sebagai pribadi
maupun dalam hubungan sosial) dan tempat yang mewadahi manusia berupa bangunan (baik rumah
maupun elemen penunjang lain). Menurut Costantinos A. Doxiadis (1968), terdapat lima elemen
14. dasar permukiman, yakni alam (nature), manusia (antropos), masyarakat (society), ruang kehidupan
(shell), dan jaringan atau sarana prasarana (networks).
2.5.2 Kampung Kota
(Nababan, 2015). Kampung merupakan bagian dari perkotaan yang umumnya tidak
dibangun dengan sengaja oleh perancang kota, namun direncanakan dan dikerjakan sesuai
keinginan masing– masing penghuninya. Sehingga, tentunya ruang publik yang terbentuk
dapat menggambarkan bagaimana aspirasi warga terhadap ruang publik mereka. Kondisi ini
terjadi dikarenakan pada permukiman kampung kota, lahan yang penuh dengan padatnya
penduduk dan bangunan seringkali tidak menyisakan tempat untuk masyarakat melakukan
kegiatan-kegiatan kesehariannya dan ketiadaan ruang publik yang bisa digunakan untuk
bersosisialisasi sehingga keberadaan ruang gang mau tidak mau akhirnya menjadi wadah bagi
beragam aktivitas warga. Kenyataan tersebut di atas memunculkan fenomena-fenomena yang
penting untuk dikaji karena multifungsi ruang gang menjadikan jenis jalan ini penuh dengan
aktivitas masyarakat sepanjang hari. Mulai dari terbit fajar hingga tengah malam koridor gang
tidak pernah sepi dari aktivitas warga.
2.6 Pengertian Lingkungan Ramah Anak
2.6.1 Lingkungan
Lingkungan menurut Sartain dibagi menjadi 3 bagian, yakni lingkungan alam/luar,
lingkungan dalam dan lingkungan social/masyarakat. Dalam konteks pendidikan anak usia
dini yang harus diciptakan adalah lingkungan yang menyenangkan sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang optimal. M Agung Hidayatullah dalam Nadwa :Jurnal Pendidikan
15. Islam memaparkan karakteristik lingkungan menyenangkan menurut pemikiran Montessori,
sebagai berikut (Hidayatullah, 2014: 144-146):
1. Accessibility and availability (mudah diakses dan tersedia). Kebanyakan anak
menyukai area terbuka yang dapat digunakan untuk berbagai aktivitas individu
maupun kelompok. Montessori menganjurkan pula bahwa taman atau area
terbukahendaknya memiliki area tertutup juga, sehingga memungkinkan untuk
digunakan anak dalam berbagai cuaca. Organisasi materi atau alat-alat,
aktivitas, dan kesibukan lain juga merupakan aspek lingkungan menyenangkan
yang menawarkan ketersediaan dan kemudahan akses. Secara umum, tiap-tiap
aktivitas memiliki areanya yang mendukung anak untuk bebas memilih.
2. Freedom of movement and choice (ada kebebasan bergerak dan memilih).
Terkait dengan hal ini, guru hendaknya memiliki rasa percaya dan hormat
kepada anak. Anak akan bisa menentukan pilihan yang “tepat” jika ia memiliki
kesempatan untuk bergerak ke mana pun yang ia suka, dan menemukan apa yang
ia butuhkan untuk memuaskan dirinya. Untuk poin kedua ini, Montessori
merasa, “...there must be freedom within the prepared environment to develop
his physical, mental, and spiritual growth.”
3. Personal responsibility (penuh tanggung jawab personal). Pemberian kebebasan
perlu didukung dengan pelatihan sikap bertanggung jawab kepada anak. Sikap
ini bisa dibentuk misalnya dengan melatih seorang anak untuk mengembalikan
mainan atau sarana belajar ke tempatnya semula. Anak juga dilatih untuk
memiliki kesadaran sosial, yakni kemampuan untuk berbagi dengan sesama
16. 4. Reality and nature (nyata dan alami). Model nyata seperti benda 3D (tiga
dimensi) dianggap lebih representatif daripada 2D (dua dimensi). Misalnya,
penggunaan kerangka tubuh manusia berbentuk 3D akan lebih mudah dicerna
oleh anak dibandingkan gambar 2D. Contoh lainnya, keberadaan kubus 3D akan
lebih mudah dipahami daripada gambar kubus 2D. Kesan alami akan tampak
ketika anak diberikan kesempatan lebih untuk bereksplorasi melalui berkebun,
kelas alam, dan segala aktivitas yang bersentuhan langsung dengan alam. Kelas
indoor pun akan terlihat lebih alami ketika dihiasi dengan bunga atau tanaman
yang asli, bukan buatan.
5. Beauty and harmony (indah dan selaras). Aspek keindahan bisa diperoleh
misalnya dari dekorasi ruangan yang sederhana, artinya tidak berlebihan dan
tidak mengalihkan perhatian anak. Sedangkan kesan selaras bisa didapat dari
ketepatan pengorganisasian ruang belajar. Montessori menyarankan agar ruang
kelas tidak terlalu sunyi, tetapi juga tidak ramai atau semrawut. Sebagaimana
yang ada di Casa Dei Bambini, ruang kelas bagi anak usia 3-6 tahun di sana
dinilai menyenangkan, sehingga anak bisa santai dan merasa seperti di rumah
sendiri.
Adalah lingkungan sosial bagi perkembangan anak. Menurut Urin Bonfrenbrenner, seorang
pakar perkembangan mengatakan bahwa, anak-anak berkembang dipengaruhi oleh konteks sosial dalam
kehidupan anak-anak. Lingkuangan atau Ruang publik menurut teori ekologi ditempatkan sebagai
mesosistem, yakni ruang kolektif di mana anak-anak melaksanakan tugas-tugas perkembangannya di luar
rumah. Ruang kolektif ini sangat menentukan kualitas perkembangan anak, sehingga ruang publik adalah
bagian penting dari pembentukan kualitas sosial perkembangan anak di luar rumah. Ruang publik
17. berupa taman bermain adalah suatu lingkungan yang penting bagi anak-anak untuk bermain dan bergaul
dengan teman sebaya mereka.
a. Aktivitas anak-anak pada taman bermain akan lebih hidup jika pada taman bermain
dilengkapi dengan fasilitas bermain yang aman dan nyaman sehingga anak-anak merasa
senang dan menikmati waktu mereka. Meskipun aman dan nyaman, pengawasan orang
tua tetapdibutuhkan untuk memastikan bahwa anak-anak tersebut dijaga sehingga aman.
Mengawasi anak secara langsung atau bahkan bermain dengan anak adalah suatu
kesempatan bagi orang tua untuk mengakrabkan diri sekaligus menjalankan kewajiban
orang tua untuk mendidik anak. Pengawasan orang tua menjadi hal yang penting dan
merupakan salah satu persyaratan ruang publik ramah anak. Perlindungan anak
diusahakan oleh setiap orang, orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah maupun
negara. Sesuai dengan Undang- Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
yang menyebutkan bahwa negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua
berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Kalau kita merujuk kembali ke Undang-Undang Perlindungan Anak No 35 Tahun 2014
dan peraturan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, berikut
ini adalah beberapa hak anak yang dapat terpenuhi dengan adanya taman bermain yang
ramah anak
1. Anak dapat bertemu dan bermain bersama teman-temannya
2. Anak aman bermain di taman ini
3. Merupakan ruang hijau dan pohon-pohonnya berfungsi membersihkan
udara
4. Semua orang bisa mengakses taman karena tidak dikenakan biaya masuk
18. 5. Menjadi sarana berkegiatan bersama keluarga (membantu orang
tua melaksanakan kewajiban orang tua untuk mengasuh dan
mendidik anak, pasal 26, Perkembangan ruang ramah anak tidak
membutuhkan modal besar, hanya sebuah taman yang dilengkapi
sarana permainan anak dan berbagai jenis pohon dan tanaman
sebagai vegetasi yang dapat menyejukkan dan memberi rasa
nyaman.
2.6.2 Anak
Pengertian anak menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak tercantum
dalam Pasal I butir I menyatakan bahwa: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Anak merupakan potensi
generasi penerus bangsa, anak juga merupakan potensi sumber daya manusia untuk
pembangunan bangsa. Untuk itu anak memerlukan pembinaan dan perlindungan agar kelak
menjadi penerus bangsa yang handal. Hal seperti ini menunjukkan bahwa anak adalah investasi
bagi peradaban bangsa, maka haruslah diperhatikan pendidikan serta hak-haknya. Orang tua
memiliki tugas yang amat penting dalam menjaga dan memperhatikan hak-hak anak. Jika hak
anak terpenuhi, maka anak akan tumbuh dengan sempurna, sehat jasmani dan rohani sehingga
dapat menjadi generasi penerus bangsa.
Anak adalah mereka yang berusia antara 0-16 tahun (ILO). Sedangkan dalam sebuah
perkuliahan tahun 2002, ahli perancangan kota dan sosiolog perkotaan dari Universitas
Indonesia, Prof. Gunawan, M. Arch menyatakan Anak adalah seseorang yang masih harus
19. dibina dan diajarkan. Anak adalah bagian termuda dalam sebuah keluarga namun memiliki
energi dan tenaga yang luar biasa, pada masa pertumbuhannya. Karena itu anak harus
diberikan ruang bermain dan belajar yang bebas untuk menyalurkan energi dan tenaganya yang
luar biasa. Karena kadang kekuatannya tidak dapat dibayangkan oleh orang dewasa maupun
oleh orang tuanya sekalipun. Karena itu dalam merencanakan sebuah kota maupun ruang
publik hendaknya ada ruang khusus untuk seorang anak dalam menyalurkan energinya yang
luar biasa. Usia dini merupakan usia yang paling peka bagi anak, sehingga usia ini menjadi
titik tolak paling strategis untuk mengukir kualitas seorang anak di masa depan. Anak kaya
akan daya khayal, pikir, rasa ingin tahu dan kreativitas yang tinggi (Ismail, 2009: 115).
Anak-anak tidak terlepas dari kompleksitas permasalahan sosial, salah satunya kurang/
tidak terpenuhinya hak asasi mereka. Padahal anak adalah penduduk usia muda yang memiliki
potensi yang harus dikembangkan an dipenuhi kebutuhan serta hak-haknya seperti layaknya
penduduk dewasa. Dalam undangundang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
dijelaskan bahwa hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara (UU
No 23 Tahun 2002). Kebijakan ini berlandaskan Konvensi Hak Anak tahun 1989 dan Deklarasi
Dunia yang Layak untuk Anak (world fit for children). Hak anak yang perlu diperhatikan dan
dijamin oleh pemerintah sebagaimana tersebut dalam Konvensi Hak Anak antara lain hak
untuk tempat tinggal, hak untuk mendapatkan keleluasaan pribadi, hak untuk mendapatkan
rasa aman, hak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat, hak untuk bermain, hak untuk
mendapatkan pendidikan, dan hak untuk memperoleh transportasi umum.
2.6.3 Lingkungan ramah anak
20. Pada dasarnya, menurut teori belajar behaviorisme, perubahan atau perkembangan
perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis (Latif,
2014: 73). Oleh karena itu lingkungan yang diorganisasikan akan dapat memberikan stimulus
yang baik, sehingga pengaruh dari stimulus tersebut dapat memberikan respon dan hasil yang
diharapkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu faktor
internal (dari dalam) dalam hal ini ada genetik atau bawaan dan faktor eksternal (lingkungan).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi dua hal tersebut (Chamidah,
2009:85). Selain itu faktor nutrition atau gizi juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak usia dini.
Ketika berbica anak-anak, yang ada dalam bayangan adalah mahluk yang belum
memiliki daya sehingga membutuhkan perlindungan dan menyediakan segala kebutuhan untuk
memastikan kehidupan mereka aman dan nyaman (Tim Noura Books and Taman Gagasan
Anak, 2015: 43). Pada anak usia dini memang masih rentan sehingga masih memerlukan
perlindungan orang tua. Namun ada baiknya pula melihat potensi dan kekuatan yang dimiliki
oleh anak-anak sehingga fasilitas yang disediakan dapat menumbuhkan bakat anak serta
mengoptimalkan perkembangan anak usia dini. Bukan sebaliknya mematikan potensi anak usia
dini karena perlindungan yang berlebihan yang dilakukan oleh orang tua Tim Noura Books
and Taman Gagasan Anak, 2015: 44). Dalam pendidikan anak usia dini, penciptaan lingkungan
yang menyenangkan akan sangat membantu proses stimulasi perkembangan anak. Bahkan
lingkungan dapat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri atau kepribadian seseorang
(Purwanto, 2004).
21. Konsep lingkungan ramah anak, sudah sejak lama ada. Karena isyu ini telah menjadi
isyu sentral di kota – kota besar lainnya di Indonesia, bahkan di dunia sejak beberapa tahun
terakhir.Jika dihubungkan dengan konsep kota yang ideal Kevin Lynch, salah seorang ahli
perkotaan menyatakan : Kota yang baik adalah kota yang bisa memberikan akses kemudahan,
kenyamanan, keamanan dan adil bagi seluruh warganya serta dapat meningkatkan vitalitas,
sumber daya serta potensi yang ada di masyarakat dan wilayah. Dalam pengertian yang lebih
rinci dapat dinyatakan bahwa apa yang dinyatakan oleh Kevin Lynch yakni termasuk
kebutuhan anak dalam bermain dan belajar. Adapun setiap lingkungan menunjukkan adanya
sifat dapat dinikmati dan diakses oleh semua pihak tanpa terkecuali, tanpa memperhatikan
gender, usia, ataupun kemampuan fisik penggunanya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika
lingkungan harus mampu merespon kebutuhan penggunanya melalui desain yang sesuai atau
responsive (Widiyanto, , 2012: 211-216)
Di Indonesia sendiri, konsep kota layak anak sudah terakomodasi dalam satu Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 02 Tahun 2009 mengenai Kebijakan
Kabupaten/Kota Layak Anak. Di dalam Peraturan Menteri tersebut diketahui bahwa terdapat
indikator kota layak anak di Indonesia, antara lain kesehatan, pendidikan, perlindungan,
infrastruktur, lingkungan hidup dan pariwisata. Indikator-indikator tersebut menurut Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan di atas merupakan indikator umum.
2.7 Ramah Lingkungan
Permasalahan lingkungan kini menjadi hal yang tidak lepas dari perhatian masyarakat
dunia. Masalah tersebut terjadi karena rusaknya lingkungan dan tidak dapat mendukung
kehidupan manusia. Masyarakat kini dituntut untuk melakukan perubahan kebiasaan-
kebiasaan yang selama ini merugikan lingkungan demi mendapatkan lingkungan yang baik
22. kembali. Penghargaan terhadap lingkungan didefinisikan Amyx et al., dalam Shellyna (2005)
sebagai suatu derajat di mana seseorang mengekspresikan kepeduliannya pada isu-isu
ekologikal. Dengan kata lain, seberapa besar konsumen memandang perilaku yang mendukung
keberlangsungan lingkungan sebagai sesuatu yang penting bagi dirinya maupun masyarakat
pada umumnya. Seringkali seseorang secara individual merasa tidak nyaman dan tidak mudah
melakukan suatu kegiatan yang mendukung lingkungan. Misalnya mereka merasa bahwa daur
ulang sangat penting bagi masyarakat pada jangka panjang, namun secara personal mereka
tetap membeli barang-barang dengan kemasan anorganik karena kemudahan dan kepraktisan.
Hal ini menjelaskan bahwa persepsi ketidakmudahan daur ulang mempengaruhi tindakan
mereka (Shellyna, 2005).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robbert dan Straughan dalam Shellyna
(2005) menunjukan bahwa segala sesuatu yang dipersepsikan konsumen tentang lingkungan
akan memberikan wawasan terbesar pada kesadaran konsumen akan lingkungan. Lebih
spesifik lagi, untuk memahami pergerseran lingkungan dari suatu Negara dengan melihat titik
awal bagaimana masyarakat konsumen merefleksikan perilaku konsumen pada permasalahan
yang berkaitan dengan keramahan lingkungan yang menjadi semakin hijau. Mayoritas
konsumen menyadari bahwa perilaku pembelian mereka secara berpengaruh pada berbagai
permasalahan ecological. Konsumen beradaptasi dengan situasi ini dengan
mempertimbangkan isu
lingkungan ketika berbelanja dan melalui perilaku beli mereka (Laronche et al.,)
dalam Shellyna (2005).
2.7.1 Pengetahuan Ramah Lingkungan
23. Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik.
1. Unsur Hayati (Biotik) yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk
hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian
berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh
tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang
dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
2. Unsur Sosial Budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia
yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai
makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat
adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota
masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik) yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-
benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan
lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap
kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka
bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak
akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan
dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai
penyakit, dan lain-lain.
Pengetahuan Lingkungan berkaitan dengan pengetahuan umum tentang fakta-fakta,
konsep, dan hubungan tentang lingkungan alam dan ekosistem (Fryxell dan Lo, 20030 dalam
24. Purnomo, 2014). Ini melibatkan apa yang orang tahu tentang lingkungan dalam hal bagaimana
produk yang dihasilkan, bagaimana ini mempengaruhi lingkungan, dan bagaimana tanggung
jawab kolektif diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan (Kaufmann et al., 2012 dalam
Purnomo, 2014). Pengetahuan konsumen lingkungan termasuk efek rumah kaca, pengelolaan
limbah, limbah berbahaya dan bahan daur ulang. Jika konsumen memiliki pengetahuan tentang
penyebab dan dampak terhadap lingkungan, tingkat kesadaran mereka akan meningkat dan
berpotensi akan mempromosikan sikap yang menguntungkan terhadap produk hijau (Cox,
2008; D' Souza et al., 2006).
Pengetahuan dikenal sebagai karakteristik yang mempengaruhi semua fase dalam
proses pengambilan keputusan, secara spesifik pengetahuan adalah konstruk yang relevan dan
penting yang mempengaruhi bagaimana konsumen mengumpulkan dan mengatur informasi
(Alba dan Hutchinson, 1987) seberapa banyak informasi digunakan untuk pembuatan
keputusan (Bruck,1985 dalam Laroche et al., 2001) dan bagaimana konsumen mengevaluasi
produk dan jasa (Murray dan Schlcater, 1990 dalam Laroche et al., 2001). Menurut Xiao dan
Hong (2010) dalam Trikrisna dan Rahyuda (2014) bahwa pengetahuan ramah lingkungan
konsumen diukur dengan: 1)Pengetahuan tentang global warming, 2) Pengetahuan tentang
tumbuhan, 3) Pengetahuan tentang produk perusak lingkungan. Pengukuran yang digunakan
dengan skala likert (sangat setuju- sangat tidak setuju). Menurut Zsoka et al (2013)
pengetahuan lingkungan bermakna pengetahuan dan kesadaran tentang permasalahan
lingkungan dan solusinya. Pada umumnya dimensi paling penting dari kesadaran lingkungan
setiap individu adalah pengetahuan lingkungan, nilai-nilai, kesediaan untuk bertindak dan
perilaku aktual yang dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk elemen niat dan situasi
25. BAB III
METODE PENELITIAN
Peta Mental (Mental map) Peta mental (Mental map) atau biasa juga disebut peta kognitif
secara sederhana dapat diartikan sebagai citra manusia terhadap ruang tempat hidupnya
(lingkungan geospasial). Dalam papernya, Golledge & Gärling (2002, hlm. 2) menyatakan
bahwa: “cognitive maps thus are the conceptual manifestations of place-based experience and
reasoning that allows one to determine where one is at any moment and what place-related
objects occur in that vicinity or in surrounding space.”
Dengan demikian, peta mental merupakan sebuah konsep sebagai manifestasi dari
pengalaman manusia terhadap suatu tempat, ruang atau lokasi beserta dengan unsur-unsur yang
ada pada tempat tersebut, baik berupa unsur fisik maupun unsur sosial, ataupun unsur yang
bersifat statis serta unsur yang bersifat dinamis, dikenal sebagai lingkungan geospasial. Oleh
karena itu, peta mental ini bersifat abstrak karena berada dalam kerangka kognitif yang
umumnya divisualisasikan melalui sketsa (gambar) atau dideskripsikan dalam bentuk narasi.
Pada dasarnya peta mental yang baik adalah yang informatif. Peta mental dikatakan informatif
jika mudah dibaca dan memiliki detail baik. Adapun karakteristik peta mental yang dijadikan
indikator variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
26.
27. 3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Kelurahan Cepokomulyo yang terletak di jalan (gang) Teratai
RT.06–RT.10RW.01KelurahanCepokomulyoKepanjenMalang. pada koordinat 8°07'59.2 LU
dan 112°34'05.7" BT. Lokasi penelitian dapat dilihatpada lampiran.
Gambar 3.1 Peta Kelurahan Cepokomulyo
28. 3.2 Teori
Ada beberapa ahli yang mengemukakan pengertian mengenai Mental Mapping (Peta Mental).
Definisi dan teori mengenai peta mental kali pertama dirintis oleh seorang ahli geografi
bernama Roger Downs yang bekerja sama dengan seorang ahli psikologi bernama David Sea
pada tahun 1973. Menurut Roger Downs dan David Sea mendefinisikan bahwa peta mental
(mental map) merupakan proses yang memungkinkan seseorang mengumpulkan,
mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil, dan menguraikan kembali
informasi mengenai lokasi relatif serta tanda-tanda mengenai lingkungan geografis. Sedangkan
Menurut Kitchin, Pemetaan kognitif menggambarkan pernikahan antara tata ruang dan
lingkungan tion cogni- - representasi mental pengetahuan spasial dan proses internal yang
mengilhami lingkungan dengan makna (Kitchin, 1994).
Tuan, (1975) dalam jurnal “Mental ma pping the „creative city” Pemetaan kognitif
adalah bidang multidisiplin dan karena itu, istilah dipertukarkan termasuk 'peta mental "secara
teratur berlaku. Dalam konteks studi khusus ini, pemetaan mental yang merupakan sarana
untuk memunculkan manifestasi fisik dari peta kognitif individu, atau presentasi ulang grafis
dari tempat (Tuan, 1975).
Menurut Lynch, 1960; Kitchin, 1994; Matei et al., 2001). Peta Mental(Mental
Mapping), atau peta sketsa, seperti yang juga dikenal, biasanya tangandigambar di per-pasien.
Gambar yang dihasilkan memberikan indikasi pentingnya bahwa tanda lahan tertentu bermain
di orientasi dan akibatnya, pembentukan seseorang imajinasi geografis tion (Lynch, 1960;
Kitchin, 1994; Matei et al., 2001).
29. Menurut Vajjhala, 2005 Pemetaan Mental juga dapat dilakukan pada peta dasar yang
terdiri dari lapisan dasar dari landmark atau rute, seperti yang ditemukan pada peta topografi,
direktori jalan dan di-mobil sistem GPS. Peta dasar ini berlabel memiliki keuntungan yang
berbeda di ranah GIS lebih peta mental bentuk yang unik karena mereka dapat dengan mudah
georeferensi untuk sistem koordinat umum (lihat Matei et al, 2001;. Vajjhala, 2005).
Menurut Willem Sulsters
Pemetaan Mental sebagai metode Batin pemetaan sebagai
1. Pemetaan Mental sebagai instrumen penelitian menggunakan peta mental dari individu
yang berbeda untuk mendapatkan wawasan dalam kolektif'operator'signifikansi dari
perkotaan itu kolektif operator dari arti dari itu perkotaan wilayah untuk kelompok
tertentu
2. pemetaan mental sebagai cara yang berbeda yang mewakili lanskap kota yang
mendapatkan bunga di kami masyarakat kontemporer kontemporer masyarakat
3.3 Faktor Pembeda Peta Mental
Setiap orang akan memiliki peta mental yang berbeda-beda. hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
1. Gaya Hidup Gaya hidup seseorang akan berpengaruh terhadap peta mental yang
dimilikinya. Pengaruhnya terhadap tempat-tempat yang pernah diketahui atau
didatanginya. Misalnya, teman kamu yang selalu diantar jemput kesekolah tidak akan
mengetahui rute angkutan yang menuju kesekolahnya.
2. Keakraban dengan Lingkungan Jika kamu mengenal lingkungan sekitarmu dengan
baik, akan semakin luas, semakin kaya, dan semakin rinci peta mentalmu.
30. 3. Keakraban Sosial Semakin pandai kamu bergaul, semakin banyak tempat baru yang
akan kamu kunjungi.hal ini berarti, kamu akan semakin mengenal wilayah-wilayah
lain diluar lingkunganmu sendiri.
3.4 Cara Mengukur Peta Mental
Peta mental seseorang dapat diukur melalui aspek-aspek sebagai berikut.
1. Tanda-tanda yang mencolok (landmarks), yaitu bangunan atau benda-benda alam yang
dapat dibedakan dari sekelilingnya dan dapat dilihat dari jauh. Misalnya, gedung,
patung,tugu, jembatan, jalan layang, pohon, penunjuk jalan, sungai dan lampu lalu
lintas.
2. Jalur-jalur jalan (paths) yang menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lain.
3. Titik temu antar jalu (nodes) misalnya pertigaan atau perempatan.
4. Batas-batas wilayah (edges) yang membedakan satu wilayah dn wilayah lainnya.
Misalnya, kompleks perumaan dibatasi oleh sungai.
5. Distrik, yaitu wilayah-wilayah homogen yang berbeda dari wilayah-wilayah lain.
Misalnya, pusat perdagangan ditandai oleh bangunan bertingkat dengan lalu lintas yang
padat.
Dengan menggunakan kelima unsur tersebut, seseorang akan mudah menggambar sketsa
wilayah, misalnya lokasi rumah atau sekolah. Namun, kedetailan sketsa tersebut sangat
bergantung pada kekuatan peta mental yang terdapat pada setiap orang dan seberapa sering
orang tersebut berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
31. 3.5 Metode Penelitian
Metode penelitian mempunyai peranan penting dalam upaya menghimpun data yang
diperlukan dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan peta mental tentang
pengetahuan terhadap Jalan (gang) Teratai RT.06 – RT.10 RW.01 Kelurahan Cepokomulyo
Kepanjen Malang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
penelitian adalah metode survey.
Metode penelitian survey adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan
sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam waktu bersamaan . Metode Mental
Mapping digunakan Untuk mengetahui penanda (Land Mark) Adapun pendekatan dalam
penelitian inimenggunakan pendekatan kualitatif.
Peta mental (mental map) merupakan proses yang memungkinkan seseorang mengumpulkan,
mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil, dan menguraikan kembali informasi
mengenai lokasi relatif serta tanda-tanda mengenai lingkungan geografis (Roger Downs dan Davi
Sea, 1973).Pada dasarnya peta mental yang baik adalah yang informatif. Peta mental dikatakan
informatifjika mudah dibaca dan memilikidetail baik.
Gambar.3.2 Citra Googele Map