Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kemampuan, pengertian guru, pengertian kompetensi kemampuan guru, macam-macam kemampuan guru, dan faktor yang mempengaruhi kemampuan guru. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa kemampuan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas, guru adalah tenaga profesional yang bertugas mendidik, kompetensi guru terdiri
1. 7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kemampuan
Menurut Milman Yusdi (2010: 10), mengartikan bahwa “kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan, kakuatan seseorang berusaha dengan diri sendiri”.
Sedangkan Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati (2001: 34), mendefenisikan
“kemampuan sebagai suatu dasar seseorang dalam pelaksanaan pekerjaan secara
efektif atau sangat berhasil”. Sementara itu, Robbin (2007: 57) menyatakan
“kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan, kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa
yang dapat dilakukan seseorang”.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata mampu
yang berarti kuasa (bisa, sanggup melaksanakan sesuatu). Kemudian kata mampu
tersebut mendapatkan awalan kedan akhiran an, sehingga kemampuan berarti
kesanggupan, kecakapan, kekuatan.
Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor, Robbin
(2007:57) menyatakan sebagai berikut : “(a) Kemampuan intelektual (intelectual
ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas
mental, berfikir, menalar dan memecahkan masalah. (b) Kemampuan fisik (physical
ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina,
keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai
keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
2. 8
2.2. Pengertian Guru
Pengertian guru menurut Undang-undang “Guru dan Dosen adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (UUD, 2006:2).
Pendapat senada dikemukakan Mulyasa (2003: 100) bahwa “guru atau tenaga
pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian kepada masyarakat terutama pada pendidik di perguruan tinggi”.
Pengertian guru berdasarkan Tut Wuri Handayani yaitu “guru disebut
pamong yang didefinisikan sebagai pemimpin yang berdiri dibelakang untuk tetap
mempengaruhi dengan member kesempatan kepada anak didik untuk berjalan
sendiri, dan tidak terus-menerus dicampur atau diperintah atau dipaksa” (Rahmat dan
Husain, 2012: 4). Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling
penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi anak didik, guru
sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Disekolah guru
merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain
unsur anak didik dan fasilitas lainnya. Keberadaan guru memegang peranan penting
dalam pencapaian tujuan pendidikan khususnya pendidikan anak.
Demikian pula Sukadi (2007: 9-10) mengemukakan bahwa “guru dapat
diartikan sebagai orang yang tugasnya mengajar, mendidik, dan melatih peserta
didik, serta memenuhi kompetensi sebagai orang yang patut digugu dan ditiru
dalam ucapan dan tingkah lakunya. Ini berarti seorang guru bukan saja bertugas
3. 9
mentransfer nilai gagasan kepada anak tetapi juga memiliki kemampuan
profesional dan memiliki tingkah laku yang patut diikuti dan ditiru oleh anak
didiknya”. Dalam pengertian lain menurut Mulyasa (2006: 37) bahwa “guru adalah
pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta, dan
lingkungannya”.
Menurut Saondi dan Suherman (2010: 4) bahwa “guru sebagai pekerja
hanya berkemampuan yang meliputi pengusaan materi pelajaran, pprofesional
keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan
berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus
merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Guru merupakan salah satu
faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan yang mempunyai posisi
strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan
perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlahnya maupun
mutunya”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang tenaga
profesional dan terdidik yang memperoleh kepercayaan untuk melaksanakan tugas
mendidik dan mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi anak didik setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
2.3. Pengertian Kompetensi / Kemampuan Guru
Istilah kompetensi berasal dari interest. Dalam Kamus Inggris Indonesia,
kompetensi berarti wewenang. Menurut Majid (2005:6) menjelaskan “kompetensi
yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar.
4. 10
Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan
profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru”.
Sejalan dengan itu Mulyasa (2006:38) mengartikan “kompetensi sebagai
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan
untuk menunjang keberhasilan. Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung
pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan”.
Selanjutnya Mulyasa (dalam Musfah, 2011:27) bahwa “Kompetensi Guru
merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan
spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang
mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang
mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas”.
Kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa
kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan
kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di
perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan,
dan keterampilan.
Muhaimin (2004:151) menjelaskan “kompetensi adalah seperangkat tindakan
intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat
intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak”.
Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang
5. 11
dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Depdiknas (2008:7)
merumuskan definisi “kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak”. Menurut Syah
(2003:230) “kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau
memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih bahwa Kompetensi
Pedagogik Guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak”.
Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan
kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.
Kompetensi dikatakan underlying characteristic karena karakteristik merupakan
bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang dan dapat
memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan. Dikatakan causally related, karena
kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Dikatakan criterion-
referenced, karena kompetensi itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang
kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria atau standar tertentu.
2.4. Macam-macam Kemampuan Guru
Seorang guru akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia
memiliki kemampuan dasar atau kompetensi keguruan yang dimilikinya. Karena
hal ini mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keberhasilan pengajarannya.
Karena seorang guru harus memiliki kompetensi atau kemampuan. Maka menurut
Mulyasa (2006:17) dalam bukunya yang berjudul standar kompetensi dan sertifikasi
guru. “Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial”.
6. 12
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
Dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
2. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
Dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
Dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan.
4. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
Dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte
didik, dan masyarakat sekitar.
7. 13
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kompetensi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan intelektualitas,
sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses pendidikan secara
akademis.
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Guru
Guru adalah salah satu bentuk jasa profesional yang dibutuhkan dalam
bidang pendidikan. Oleh karena itu, standar guru profesional merupakan sebuah
kebutuhan mendasar yang sudah tidak bisa ditawar lagi. Hal ini tercermin dalam
Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional yang terdiri
atas 8 Standar Nasional Pendidikan, dan salah satu dari standar tersebut
mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan yang menjelaskan bahwa
guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sebagai agen
pembelajaran, serta sertifikasi sebagai pendidik yang profesional. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi kemampuan guru antara lain:
1. Kepribadian yang menyangkut tingkah laku, wibawa, karakter dan
2. lain-lain yang akan berpengaruh terhadap proses interaksi.
3. Penguasaan bahan pelajaran.
4. Penguasaan kelas.
5. Cara guru berbicara atau berkomunikasi dengan peserta didik.
6. Cara menciptakan suasana kelas yang kondusif.
7. Memperhatikan prinsip individualitas.
8. Standar kelulusan.
Kesimpulannya adalah dengan adanya faktor yang mempengaruhi kemampuan
guru di atas maka kesuksesan seorang guru atau tim pengajar di dalam
8. 14
menciptakan proses belajar mengajar akan terjamin dan berhasil. Kemampuan guru
dalam membuat perencanaan pembelajaran termasuk dalam kompetensi pedagogik,
salah satunya dalam perencanaan pembelajaran adalah bagaimana tugas guru di
dalam merumuskan indikator hasil belajar. Penyusunan indikator pada RPP itu
harus dilakukan sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan.
2.6. Peran Guru
Peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian, cita-cita, dan visi misi
yang menjadi impian hidup anak didiknya dimasa depan. Dibalik kesuksesan anak
didik, selalu ada guru yang memberikan inspirasi dan motivasi besar pada dirinya
sebagai sumber stamina dan energi untuk selalu belajar dan bergerak mengejar
ketertinggalan dan menggapai kemajuan. Menurut Fakhruddin (2012: 35) bahwa
“peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang
dilakukan dalam suatu tertentu, serta berhubungan dengan kemajuan perubahan
tingkah laku dan perkembangan anak menjadi tujuannya”. Ini semua dilakukan oleh
seorang guru dengan semangat dan jiwa ingin memberikan yang terbaik kepada anak-
anak didiknya”.
Untuk lebih memahami tentang peran guru, Asmani (2013: 39-54)
menyebutkan beberapa peran guru antara lain:
1. Educator (pendidik)
Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi
pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat
utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsif terhadap
masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas pendidikan.
9. 15
2. Leader (pemimpin)
Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa menguasai,
mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang
berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru harus terbuka, demokratis, egaliter, dan
menghindari cara-cara kekerasan. Seorang guru harus suka mengedepankan
musyawarah dengan murid-muridnya untuk mencapai kesepakatan bersama yang
dihargai semua pihak. Ia juga harus suka mendengar aspirasi murid-muridnya
mengenai pembelajaran yang disampaikan.
3. Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan
mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan bakat anak didik bukan persoalan
mudah, ia membutuhkan eksperiementasi maksimal, latihan terus menrus, dan evaluasi
rutin.
Menurut Mulyasa (dalam Asmani, 2013: 42) guru sebagai fasilitator harus
memiliki tujuah sikap sebagai berikut: 1) Tidak berlebihan mempertahankan
pendapat dan keyakinannya atau urang terbuka 2) Dapat lebih mendengarkan
anak didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya. 3) Mau dan mampu
menerima ide anak didik yang inovatif, kreatif, bahkan bahkan yang sulit
sekalipun. 4) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan
anak didik seperti halnya terhadap vahan pembelajaran. 5) Dapat menerima
komentar balik (feadback), baik yang bersifat positif maupun negatif, dan
menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan
perilakunya. 6) Toleran terhadap kesalahan yang diperbuat anak didik selama
proses pembelajaran. 7) Menghargai anak didik meskipun biasanya mereka
sudah tahu prestasi yang dicapainya.
4. Motivator
Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan
semangat da mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup
keluarganya. Bagaimanapun kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat
tantantangannya. Sebagai seorang mativator, guru adalah psikolog yang diharapkan
10. 16
mampu menyelami psikologi anak didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir
batinnya.
5. Administrator
Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari
mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat keputusan
yayasan atau kepala sekolah. Dalam mengajar, guru harus mengabsen terlebih dahulu,
mengisi jurnal kelas dengan kelas dengan lengkap, mulai dari nama, materi yang
disampaikan, kondisi anak didik dan tanda tangan.
6. Evaluator
Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu dibenahi
dan dismpernukan. Disinilah pentingnya evauasi seorang guru. Dalam evaluasi ini,
guru bisa memakai banyak cara, dengan merenungkan sendiri proses pembelajaran
yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang lebih
objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala seolah, guru yang lain dan
muridnya.
2.7. Guru Profesional
Dalam teks Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 memuat salah satu tujuan
negara antara lain adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Keadaan kehidupan bangsa
Indonesia saat ini masih jauh dari cita-cita bangsa yang cerdas. Reformasi yang
ditandai keterbukaan, jaminan kepastian hukum, demokrasi, hak asasi manusia masih
jauh dari harapan. Disinilah dituntut peran guru yang profesional untuk tampil
melaksanakan tugasnya untuk membawa bangsa dan negara kearah yang lebih baik.
Dari peserta didik yang nasionalis sejati diharapkan terbentuk dari guru guru
profesional, peserta didik inilah yang nantinya akan memegang tongkat estafet
11. 17
kepemimpinan dimasa depan, yaitu pemimpin yang nasionalis yang mampu membawa
bangsa dan negara duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan negara-negara
maju di dunia ini.
Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia, kehadiran guru bagi peserta
didik ibarat sebuah lilin yang menjadi penerang tanpa batas tanpa membedakan siapa
yang diteranginya demikian pula terhadap peserta didik. Tetapi, dalam mengemban
amanah sebagai seorang guru, perlu kiranya tampil sebagai sosok profesional. Sosok
yang memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan, sosok yang dapat memberi contoh
teladan dan sosok yang selalu berusaha untuk maju, terdepan dan mengembangkan diri
untuk mendapatkan inovasiyang bermanfaat sebagai bahan pengajaran kepada anak
didik.
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini
meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan professional, baik yang bersifat
pribadi, social, maupun akademis. Dengan kata lain, pengertian guru profesional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal. Guru yang professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik
serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa guru
profesional adalah guru pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Sekolah
Menengan Atas (SMA) yang memiliki kemampuan yang kompleks dalam bidangnya
dan mampu mengaplikasikannya secara utuh kepada anak didik.
12. 18
2.8. Peran Guru Profesional
2.8.1. Peran Guru Profesional dalam Pendidikan Formal
Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menegaskan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiriatas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Pendidikan formal harus berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara
yang demokratis serta bertanggung jawab, pendidikan diselenggarakan sebagai satu
kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna, (Marwanti, dkk,
2009:5).
Dengan demikian antara pendidikan di sekolah anak usia dini, sekolah dasar,
sekolah menengah dan perguruan tinggi harus berkesinambungan. Dalam membentuk
manusia yang nasionalis dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi harus secara
berkesinambungan. nilai-nilai patriotisme, ketrampilan, ketakwaan, olah raga, ilmu
pengetahuan alam, cinta tanah air harus diajarkan disekolah dari SD sampai Perguruan
Tinggi untuk mencapai masyarakat adil makmur yang dicita-citakan bersama. Untuk
dapat meresap keperluan itu peserta didik dibutuhkan guru yang profesional dan dapat
mengubah pola pikir siswa serta dapat menjadi teladan bagi para peserta didik.
2.8.2. Peran Guru Profesional dalam Pendidikan Informal
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional N0.20 Tahun 2003,
Pendidikan informal adalah pendidikan melalui jalur keluarga dan lingkungan. Dengan
13. 19
demikian maka pendidikan dalam keluarga dianggap sangat penting dalam
memciptakan manusia yang cerdas dikelak kemudian hari. Pendidikan dalam keluarga
menjadi dominan karena anak sebagian besar waktunya lebih banyak ada dalam
keluarga atau dua pertiga waktunya ada dalam lingkungan keluarga. Karena lebih
banyak dalam keluarga maka keberhasilan pendidikan tidak semata-mata menjadi
tanggung jawab sekolah namun anggota keluarga mempunyai kewajiban mendidik
anaknya atau keluarganya. Pendidikan dari orang tua dan keluarga disini diperlukan
keteladanan.
Dalam masyarakat dan keluarga diperlukan guru yang profesional yang dapat
menjadi contoh dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, dengan bersikap
profesional maka masyarakat dan anggota keluarga akan mencontoh guru dalam
bersikap dan bertingkahlaku. Pendidikan informal selain dalam lingkungan keluarga
juga dalam lingkungan masyarakat luas. Hubungan antara anak dengan keluarga akan
semakin berkurang jika anak semakin besar, karena anak akan banyak berhubungan
dengan masyarakat luas, jika berhubungan dengan masyarakat luas tak terkontrol maka
akan terpengaruh oleh lingkungannya, jika baik akan berpengaruh positif namun jika
jelek maka akan terpengaruh oleh hal- hal yang negatif.
Maka jika pandai memilih lingkungan yang baik akan mempengaruhi teman-
teman bergaul anak yang baik maka besar kemungkinan anak akan menjadi anak yang
berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara dan dapat diharapkan menjadi generasi
penerus yang handal, sehingga guru yang profesional dapat mengubah pola pikir anak-
anak dilingkungannya, (Marwanti, dkk, 2009: 5).
14. 20
2.8.3. Peran Guru Profesional dalam Mengubah Pola Pikir Peserta Didik
Dalam pendidikan dibutuhkan guru yang mau meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan jaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang cerdas
dan berdedikasi tinggi. Yaitu guru yang mampu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu sesuai kurikulum yang berlaku,
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran dan kemudian melaksanakan tindak
lanjut. Pandai memilih materi yang harus ditekankan yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik setiap jenjang pendidikan.
Guru yang kurang profesional ditingkatkan melalui pendidikan dan latihan,
mengikuti seminar-seminar, mengikuti kursus TI, bahasa Inggris dan lain sebagainya
sebab jumlah guru profesional bagi bangsa Indonesia masih jauh dari harapan,
misalnya guru yang belum berpendidikan strata satu atau diploma empat, guru yang
mengajar dikelas belum semuanya dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Menggunakan buku-buku yang telah disyahkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan atau yang produk-produk lembaga negara yang formal. Jangan sampai
memakai buku yang tidak syah karena jika dikarang oleh orang yang tidak
bertanggung jawab bagi pendidikan dapat membayakan bagi generasi penerus.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005 ditegaskan buku
wajib yang digunakan disekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka
peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti luhur dan kepribadian, kemampuan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis,
potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Guru harus mengajarkan kepada peserta didik dengan bersemangat, berpenampilan
15. 21
menarik, sopan, berbahasa yang baik dan benar, menyenangkan, kontektual, sehingga
peserta didik tidak bosan. Menggunakan metode yang bervariasi, media yang baik dan
pengelolaan yang baik, (Marwanti, dkk, 2009: 5).
2.8.4. Karakteristik Guru Profesional
Karakteristik guru profesional pada dasarnya sangat banyak. Menurut Goodlad,
et al (dalam blog Irvan Dedy, 2011) bahwa “terdapat tiga gagasan yang diterima secara
umum dalam literatur pendidikan tentang guru yang professional yaitu: (1) Seorang
profesional harus memiliki tingkat bakat dan keterampilan yang tinggi; (2) Profesional
harus menggunakan keihnuannya untuk mendukung pekerjaannya; dan (3) Profesional
harus rnerniliki otonorni untuk membuat keputusan yang menggabungkan antara
keterarnpilan dan pengetahuannya”. Alasan konseptual mengemukakan bahwa guru
memerlukan keterlibatan pemikiran kompieks yang efektif dalam pekerjaannya.
Misalnya, keragaman siswa mernerlukan guru yang dapat mempertimbangkan cara
mengajar yang sesuai supaya materi dapat disampaikan kepada siswa dengan berbagai
latar belakang kemampuan.
Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi (2009: 43), sikap profesionalisme
keguruan ada 7 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Sikap terhadap peraturan perundangan
Pada butir (9) kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: “Guru melaksanakan
segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan” (PGRI, 1973).
Kebijaksanaan pendidikan di negara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan ialah segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh
16. 22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di pusat maupun di daerah, maupun
departemen lain dalarn rangka pernbinaan pendidikan di Negara kita. Sebagai contoh,
peraturan tentang berlakunya kurikulurn sekolah tertentu, pembebasan uang
sumbangan pembiayaan pendidikan (SPP), ketentuan tentang penerimaan murid baru
dan lain-lain.
2. Sikap terhadap organisasi profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi
memerlukan pembinaan agar lebih berdaya guna dan berhasil sebagai wadah untuk
membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Maka dari itu setiap orang harus
memberikan waktu sebagiannya untuk kepentingan pembinaan profesinya dan semua
waktu dan tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para
pejabat organisasi tersebut, sehingga pemanfaatannya menjadi efektif dan efisien.
3. Sikap terhadap teman sejawat
Dalam ayat (7) kode etik guru disebutkan bahwa "guru memelihara hubungan
seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial". Ini berarti bahwa:
(1) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam
lingkungan kerjanya, (2) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat
kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di lingkungan kerjanya.
4. Sikap terhadap anak didik
Dalam kode etik guru Indonesia dinyatakan bahwa: “Guru berbakti mernbimbing
peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila”.
Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam
17. 23
menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni: tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing, dan prinsip pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
5. Sikap terhadap tempat kerja
Hal yang perlu disadari oleh guru yaitu guru berkewajiban menciptakan suasana
yang baik dalam lingkungannya. Ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni: (1)
Terhadap guru sendiri. Dalarn kode etik telah dituliskan bahwa guru rnenciptakan
suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar;
dan (2) Terhadap masyarakat. Dalam menjalin kerjasama dengan masyarakat guru
harus melibatkan langsung peran masyarakat dalam menetapkan kebijaksanaan
sekolah, seperti menaikkan SPP danlain-lain.
6. Sikap terhadap pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun
organisasi yang lebih besar (Depdikbud) guru akan selalu berada dalam bimbingan
dan pengawasan pihak atasan. Pernirnpin dalam suatu organisasipun akan
mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana tiap
anggota dituntut untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut,
kerjasama dalam melaksanakan usulan/kritik yang membangun demi tujuan organisasi
tersebut. Oleh sebab itu, guru harus bersikap positif dalam pengertian harus
bekerjasarna dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
7. Sikap terhadap pekerjaan
Guru harus selalu dapat menyesuikan kemampuan dan pengetahuannya dengan
keinginan dan permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan orang taunya.
18. 24
Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang biasanya dioengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.. Kode
etik (6) dituntut guru baik secara pribadi maupun secara kelompok untuk
meningkatkan mutu pribadi maupun kelompok untuk selalu meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
2.9. Pengertian Manajemen Kelas
Menurut Adnan Sulaeman (2009:22) mendefinisikan manajemen kelas
merupakan “serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara
kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan belajar mencapai
tujuan belajar secara efesien atau memungkinkan pesrta didik belajar
dengan baik”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, (2006:44) mendefinisikan
manajemen kelas adalah “suatu usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan
belajar mengajar apa yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang
optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan
guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas melalui
penggunaan disiplin (pendekatan otoriter), yang terdiri atas perangkat-perangkat,
yakni (1) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan
ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (pendekatan intimidasi). (2)
Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (pendekatan
permisif). (3) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas dengan
cara mengikuti petunjuk/ resep yang telah di sajikan (pendekatan buku masak). (4)
Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui
19. 25
perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik
(pendekatan instruksional). (5) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan
tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang
tidak diinginkan (pendekatan pengubahan tingkah laku). (6) Seperangkat kegiatan
guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio
emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosioemosional). (7)
Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi
kelas yang efektif (pendekatan sistem sosial).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas
merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon
guru, guru baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman. Karena calon guru, guru
baru, dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat
belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan
dapat diterima oleh peserta didik dengan baik.
2.9.1. Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen kelas pada hakekatnya sudah terkandung pada tujuan
pendidikan secara umum. Menurut Sudirman (2000:11), tujuan manajemen kelas
adalah “sebagai penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa
dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas”. Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial
yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto, (2004:22) berpendapat bahwa tujuan manajemen kelas adalah
20. 26
“agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen
kelas secara umum adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar
siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas agar setiap
siswa dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara
maksimal.
2.9.2. Ruang Lingkup Manajemen Kelas
Menurut Arikunto, (2004:22) ruang lingkup manajemen kelas yaitu :
1. Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan kerja yang digunakan oleh seorang guru
sebagai pedoman yang akan dicapai di dalam proses belajar mengajar. Jadi
manajemen kurikulum adalah sebuah perencanaan atau pengarahan untuk
menyelesaikan kurukulum tersebut.
2. Manajemen peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia baik dari jalur jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Jadi, manajemen peserta didik adalah suatu
proses kegiatan yang rencanakan dan diusahakan secara sengaja serta
pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga
pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti PBM dengan efektif dan
efesien.
3. Kegiatan akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan PBM (teaching),
diantaranya membuat persiapan sebelum mengajar, melaksanakan pengajaran
yang telah dipersiapkan, dan menilai sejauh mana pelajaran yang sudah
disajikan itu berhasil dan dikuasai peserta didik.
4. Kegiatan administrative
Kegiatan administratif dikategorikan sebagai kegiatan "non teaching" sebagai
kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi kelancaran mengajarnya
seperti kegiatan-kegiatan prosedural, dan kegiatan organisasional.
Imam Gunawan, (2009:22) ruang lingkup manajemen kelas dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
21. 27
1. Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik
mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot kelas.
2. Nonfisik pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi siswa
dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau sekolahnya
sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini aspek psikologis,
sosial, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikan.
Dari pembahasan tentang ruang lingkup manajemen kelas, maka dapat kita
ambil kesimpulan bahwa manajemen kelas adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya yang
berupa manajemen kurikulum, manajemen peserta didik, kegiatan akademik, kegiatan
administrative, fisik dan nonfisik untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien dalam
bidang pendidikan.
2.9.3. Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Guru yang baik pasti sudah memahami dan memiliki keterampilan dalam
pengelolaan kelas,serta terampil didalam memilih bermacam- macam pendekatan
didalam pemecahan masalah manajemen kelas, sehingga pendekatan apa yang
cocok digunakan seorang guru dalam pemecahan masalah tersebut. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah (2006:33) adapun pendekatan berbagai pendekatan lain
tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
a. Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter memandang bahwa manajemen kelas sebagai suatu
pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru.
b. Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen
kelas sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik.
c. Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekan perlunya
memaksimal kebebasan peserta didik.
d. Pendekatan Buku Masak
Pendekatan buku masak adalah pendekatan yang berbentuk rekomendasi
berisi daptar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan
22. 28
oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manajemen
kelas.
e. Pendekatan Instruksional
Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan pada
pendirian bahwa pengajaran yang di rancang dan dilaksanakan dengan
cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajemen kelas.
f. Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip- prinsip psikologi
behaviorisme.
g. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada
psikologi penyuluhan klinik, dan karena itu memberi arti yang sangat
penting pada hubungan antar pribadi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan dalam
manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan belajar
secara efesien dan memungkinkan pesrta didik belajar dengan baik.