SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
PDB dan Angka Kemiskinan
Oleh Fahruddin Salim | Jumat, 11 Februari 2011 | 11:43

Setiap orang bisa berbohong dengan statistik. Itulah pesan yang disampaikan Darrel Huff
dalam bukunya Berbohong dengan Statistik.
Rapat khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan para menteri bidang ekonomi
pada akhir Desember 2010 menyajikan sejumlah pencapaian pembangunan yang cukup
optimistis.
Dalam rapat tersebut dilaporkan bahwa pemerintah berhasil menurunkan jumlah penduduk
miskin. Berdasarkan angka statistik, kemiskinan turun 1,5 juta, dari jumlah orang miskin
sebesar 32,5 juta menjadi 31,02 juta. Meski jumlah penduduk miskin dilaporkan menurun,
pada sisi lain, masih terdapat sekitar 70 juta penduduk yang mengantre mendapatkan jatah
beras untuk orang miskin (raskin).
Lebih ironis lagi, tak lama setelah pemerintah mengumumkan pencapaian pertumbuhan
ekonomi sebesar 6% dan jumlah penduduk miskin yang turun menjadi 31,02 juta, tersebar
berita yang menyebutkan enam orang bersaudara anak keluarga Jamhamid di daerah Jepara,
Jawa Tengah, tewas akibat keracunan tiwul. Mereka makan tiwul karena tidak mampu
membeli beras mengingat keluarga itu memiliki penghasilan hanya sekitar Rp 150 ribu per
minggu.
Pendapatan Jamhamid sebesar Rp 150 ribu per minggu jelas tak cukup untuk biaya hidup satu
keluarga dengan tujuh orang itu. Jika diandaikan pengeluaran sebesar US$ 1 — dengan kurs
sekarang Rp 9.000 sebagai ukuran miskin – itu berarti pengeluaran untuk ketujuh anggota
Jamhamid minimal Rp 63 ribu/hari atau Rp 441 ribu per minggu untuk masuk kategori
miskin.
Dengan memakai ukuran Badan Pusat Statistik (BPS) yang berpatokan pengeluaran US$
0,75/orang/hari, maka keluarga Jamhamid termasuk kategori sangat miskin. Ukuran BPS
tersebut jelas jauh lebih rendah dari patokan Bank Dunia yang menyebutkan seorang disebut
miskin jika pengeluarannya US$ 2 per hari. Kalau saja ukuran Bank Dunia ini yang dipakai,
itu berarti penduduk miskin Indonesia jumlahnya bisa mencapai sekitar 120 juta, dengan tak
sedikit di antaranya justru hidup dengan kondisi ekonomi yang jauh lebih parah dari
Jamhamid.
PDB Bukan Cerminan
Selama ini pemerintah mengklaim berhasil memacu pertumbuhan ekonomi mencapai sekitar
6% yang diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Padahal,
penanggulangan kemiskinan tidak hanya memerlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tapi
juga kualitas pertumbuhan yang menyentuh langsung perbaikan nasib rakyat miskin.
Kondisi inilah yang belum sepenuhnya bisa dilakukan pemerintah. Statistik menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh konsumsi dari kelompok masyarakat yang
masih kuat membelanjakan uangnya. Lapangan kehidupan yang menjadi tumpuan hajat hidup
rakyat banyak, seperti sector pertanian, perikanan, dan kehutanan serta industri manufaktur
justru masih terseok-seok. Padahal, di sector inilah sebagian besar rakyat menggantungkan
hidupnya.
Pemerintah juga mengklaim bahwa penurunan penduduk miskin bisa dilihat dari kenaikan
pendapatan per kapita. Menurut data BPS, pendapatan per kapita penduduk Indonesia kini
sekitar US$ 3.000 per tahun. Angka ini dihitung dari jumlah produk domestik bruto (PDB)
yang kini mencapai sekitar Rp 6.300 triliun dibagi dengan jumlah penduduk yang kini
tercatat sebanyak sekitar 240 juta jiwa. Dari sinilah ditemukan angka per kapita Rp 27 juta
dalam setahun.
Pertanyaannya, benarkah rakyat Indonesia sudah memiliki pendapatan sebesar itu dalam
setahun? Peningkatan PDB atau pendapatan per kapita juga tidak menjadi cerminan
membaiknya tingkat kesejahteraan rakyat, manakala peningkatan PDB kita tidak mampu
mencerminkan membaiknya keadilan dan distribusi pendapatan secara merata.
Apalagi proses pembentukan PDB kita yang dihitung dengan memasukkan kontribusi
orang/badan asing yang berada di Indonesia, sehingga bukan tidak mungkin peningkatan
PDB kita banyak berasal dari kontribusi orang/badan usaha asing di Indonesia, yang kini
memang banyak menguasai perekonomian. Penguasaan asing terhadap sumber daya ekonomi
nasional sudah sangat mengkhawatirkan. Sumber daya alam kita, seperti pertambangan dan
migas, banyak dikuasai asing. Begitu pula sumber daya finansial, seperti dunia perbankan,
kini banyak berada di tangan korporasi asing.
Temukan Akar Masalah
Kemiskinan yang terjadi di Negara kita memang sangat kompleks, dan tidak hanya dapat
diatasi hanya dengan memacu tinginya pertumbuhan ekonomi. Sudah cukup banyak bukti
bahwa trickel down effect atau menetes ke bawah dari kue pertumbuhan ekonomi tak selalu
terjadi. Di sinilah pentingnya pemerintah perlu terlebih dahulu mencari solusi untuk
mengatasi jebakan kemiskinan.
Jeffrey Sachs dalam The End of Poverty (2005), mengatakan, orang miskin tak bisa keluar
dari lingkaran kemiskinan dengan kekuatannya sendiri. Pasalnya, begitu banyak faktor yang
membuat mereka menjadi tak berdaya: penyakit, cuaca buruk, lingkungan yang hancur,
isolasi fisik, dan tentu saja tiadanya cukup uang. Di luar faktor ini, banyak kasus kemiskinan
yang justru terjadi karena adanya salah urus atau salah kebijakan yang dibuat pemerintah.
Apa yang disampaikan oleh Jeffrey Sachs, juga menyentuh kondisi kemiskinan di negara
kita. Penyebab terjadinya kemiskinan di negeri kita jelas tidak tunggal. Sayangnya, mata
pemerintah sering hanya terbelalak dan terfokus pada sajian angka-angka kemiskinan tanpa
melihat akar masalah yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi.
Pemerintah sepertinya enggan mencari dan mengkaji akar-akar permasalahan atau faktorfaktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan. Makanya tidak heran apabila kesalahan
persepsi dalam mengatasi masalah kemiskinan ini berakibat pula pada kesalahan penanganan
masalah kemiskinan itu sendiri.
Penulis adalah dosen dan Tim Ahli di DPR RI, doktor manajemen bisnis Unpad Bandung

More Related Content

What's hot

7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatanfirman sahari
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanifat fatiroh
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanWisnu G P
 
9.2 pembangunan ekonomi daerah
9.2 pembangunan ekonomi daerah9.2 pembangunan ekonomi daerah
9.2 pembangunan ekonomi daerahvia ultuflia
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanInas Intishar
 
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatanAndi Sutandi
 
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatanPertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatanmariatul qibtiyah
 
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiPertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiLucky Maharani Safitri
 
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATAN
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATANBab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATAN
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATANxNet8
 
Perkondo kemiskinan & kesenjangan pendapatan
Perkondo kemiskinan & kesenjangan pendapatanPerkondo kemiskinan & kesenjangan pendapatan
Perkondo kemiskinan & kesenjangan pendapatanReinhart Tresnadiputra
 
3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk
3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk
3 pertumbuhan dan pertambahan pendudukbodarianna
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanEnengNs
 
Pembangunan dan pemerataan ekonomi (piramida pembangunan)
Pembangunan dan pemerataan ekonomi (piramida pembangunan)Pembangunan dan pemerataan ekonomi (piramida pembangunan)
Pembangunan dan pemerataan ekonomi (piramida pembangunan)muktiimam
 
Indonesia .Negara maju dan berkembang
Indonesia .Negara maju dan berkembangIndonesia .Negara maju dan berkembang
Indonesia .Negara maju dan berkembangAnnisa Wasistiana
 
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 7
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 7Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 7
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 7Rostiawati Hasan
 
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatanElisabeth Marina
 
Bab11 hubungan kependudukan dengan sumber
Bab11 hubungan kependudukan dengan sumberBab11 hubungan kependudukan dengan sumber
Bab11 hubungan kependudukan dengan sumberCIKGUZARINAMN MN
 

What's hot (19)

7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
9.2 pembangunan ekonomi daerah
9.2 pembangunan ekonomi daerah9.2 pembangunan ekonomi daerah
9.2 pembangunan ekonomi daerah
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemisikinan dan kesenjangan pendapatan
 
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatanPertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiPertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
 
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATAN
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATANBab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATAN
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATAN
 
Kapitalisme
Kapitalisme Kapitalisme
Kapitalisme
 
Perkondo kemiskinan & kesenjangan pendapatan
Perkondo kemiskinan & kesenjangan pendapatanPerkondo kemiskinan & kesenjangan pendapatan
Perkondo kemiskinan & kesenjangan pendapatan
 
3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk
3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk
3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Pembangunan dan pemerataan ekonomi (piramida pembangunan)
Pembangunan dan pemerataan ekonomi (piramida pembangunan)Pembangunan dan pemerataan ekonomi (piramida pembangunan)
Pembangunan dan pemerataan ekonomi (piramida pembangunan)
 
Indonesia .Negara maju dan berkembang
Indonesia .Negara maju dan berkembangIndonesia .Negara maju dan berkembang
Indonesia .Negara maju dan berkembang
 
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 7
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 7Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 7
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 7
 
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
(6)kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Bab11 hubungan kependudukan dengan sumber
Bab11 hubungan kependudukan dengan sumberBab11 hubungan kependudukan dengan sumber
Bab11 hubungan kependudukan dengan sumber
 
Makalah raskin
Makalah raskinMakalah raskin
Makalah raskin
 

Similar to PDB Bukan Cerminan

6. kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemiskinan dan kesenjangan pendapatan6. kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemiskinan dan kesenjangan pendapatanFindi Rifa'i
 
5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesiaErlita Marcelia II
 
6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatansitiaisah12140250
 
Perkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiaPerkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiahendricksonsagala
 
Perkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiaPerkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiahendricksonsagala
 
Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963abdul ajid
 
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Vinny Ariva
 
Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatanTugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatansiti aisah
 
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatan
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatanM6. kemiskinan&kesenjangan pendapatan
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatanerlina na
 
ANALISIS KEBIJAKAN DAN EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx
ANALISIS KEBIJAKAN DAN EKONOMI PEMBANGUNAN.pptxANALISIS KEBIJAKAN DAN EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx
ANALISIS KEBIJAKAN DAN EKONOMI PEMBANGUNAN.pptxIndraDarmawan41
 
Presentasi bab 5 ok
Presentasi bab 5 okPresentasi bab 5 ok
Presentasi bab 5 okIrawan Willy
 
Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan.docx
Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan.docxKemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan.docx
Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan.docxPutuSinta
 
Kemiskinan & kesenjangan pendapatan
Kemiskinan & kesenjangan pendapatanKemiskinan & kesenjangan pendapatan
Kemiskinan & kesenjangan pendapatanMUHAMAD ZAKY MUJAHID
 
Tugas makro ekonomi
Tugas makro ekonomiTugas makro ekonomi
Tugas makro ekonomiLuh Nurjani
 
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1bella gustiana
 
PPT Ekonomi Mikro Sintiawati Ali.pptx
PPT Ekonomi Mikro Sintiawati Ali.pptxPPT Ekonomi Mikro Sintiawati Ali.pptx
PPT Ekonomi Mikro Sintiawati Ali.pptxSintaAli1
 

Similar to PDB Bukan Cerminan (20)

6. kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemiskinan dan kesenjangan pendapatan6. kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6. kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Makalah raskin
Makalah raskinMakalah raskin
Makalah raskin
 
5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia
 
Makalah raskin
Makalah raskinMakalah raskin
Makalah raskin
 
6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Perkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiaPerkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesia
 
Perkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesiaPerkembangan penduduk indonesia
Perkembangan penduduk indonesia
 
Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963
 
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
 
Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatanTugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Tugas 6.kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatan
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatanM6. kemiskinan&kesenjangan pendapatan
M6. kemiskinan&kesenjangan pendapatan
 
ANALISIS KEBIJAKAN DAN EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx
ANALISIS KEBIJAKAN DAN EKONOMI PEMBANGUNAN.pptxANALISIS KEBIJAKAN DAN EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx
ANALISIS KEBIJAKAN DAN EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx
 
Presentasi bab 5 ok
Presentasi bab 5 okPresentasi bab 5 ok
Presentasi bab 5 ok
 
Makalah_55 Kemiskinan desa dan kota (timeseries)
Makalah_55 Kemiskinan desa dan kota (timeseries)Makalah_55 Kemiskinan desa dan kota (timeseries)
Makalah_55 Kemiskinan desa dan kota (timeseries)
 
Negara khilafa mampu mengentaskan kemiskinan
Negara khilafa mampu mengentaskan kemiskinanNegara khilafa mampu mengentaskan kemiskinan
Negara khilafa mampu mengentaskan kemiskinan
 
Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan.docx
Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan.docxKemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan.docx
Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan.docx
 
Kemiskinan & kesenjangan pendapatan
Kemiskinan & kesenjangan pendapatanKemiskinan & kesenjangan pendapatan
Kemiskinan & kesenjangan pendapatan
 
Tugas makro ekonomi
Tugas makro ekonomiTugas makro ekonomi
Tugas makro ekonomi
 
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
 
PPT Ekonomi Mikro Sintiawati Ali.pptx
PPT Ekonomi Mikro Sintiawati Ali.pptxPPT Ekonomi Mikro Sintiawati Ali.pptx
PPT Ekonomi Mikro Sintiawati Ali.pptx
 

More from Irvan Malvinas

Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro
Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makroPerbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro
Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makroIrvan Malvinas
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro
Perbedaan eko.mikro & eko.makroPerbedaan eko.mikro & eko.makro
Perbedaan eko.mikro & eko.makroIrvan Malvinas
 
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3Irvan Malvinas
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4Perbedaan eko.mikro & eko.makro4
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4Irvan Malvinas
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5Perbedaan eko.mikro & eko.makro5
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5Irvan Malvinas
 
Penjelasan pdb indonesia2
Penjelasan pdb indonesia2Penjelasan pdb indonesia2
Penjelasan pdb indonesia2Irvan Malvinas
 
Penjelasan pdb indonesia
Penjelasan pdb indonesiaPenjelasan pdb indonesia
Penjelasan pdb indonesiaIrvan Malvinas
 
Ringkasan accounting bab1 (summary)
Ringkasan accounting bab1 (summary)Ringkasan accounting bab1 (summary)
Ringkasan accounting bab1 (summary)Irvan Malvinas
 
Presentasi makalah p kn
Presentasi makalah p knPresentasi makalah p kn
Presentasi makalah p knIrvan Malvinas
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanIrvan Malvinas
 
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)Irvan Malvinas
 
Teori pertumbuhan ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomiTeori pertumbuhan ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomiIrvan Malvinas
 
Utang luar negeri dan tingkat kemiskinan
Utang luar negeri dan tingkat kemiskinanUtang luar negeri dan tingkat kemiskinan
Utang luar negeri dan tingkat kemiskinanIrvan Malvinas
 
Manajemen keuangan wikipedia
Manajemen keuangan wikipediaManajemen keuangan wikipedia
Manajemen keuangan wikipediaIrvan Malvinas
 
Manajemen perkantoran , manajemen syariah
Manajemen perkantoran , manajemen syariahManajemen perkantoran , manajemen syariah
Manajemen perkantoran , manajemen syariahIrvan Malvinas
 

More from Irvan Malvinas (20)

Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro
Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makroPerbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro
Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro
Perbedaan eko.mikro & eko.makroPerbedaan eko.mikro & eko.makro
Perbedaan eko.mikro & eko.makro
 
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3
 
Mikro dan-makro
Mikro dan-makroMikro dan-makro
Mikro dan-makro
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4Perbedaan eko.mikro & eko.makro4
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5Perbedaan eko.mikro & eko.makro5
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5
 
Ekonomi makro 1
Ekonomi makro 1Ekonomi makro 1
Ekonomi makro 1
 
Penjelasan pdb indonesia2
Penjelasan pdb indonesia2Penjelasan pdb indonesia2
Penjelasan pdb indonesia2
 
Penjelasan pdb indonesia
Penjelasan pdb indonesiaPenjelasan pdb indonesia
Penjelasan pdb indonesia
 
Ringkasan accounting bab1 (summary)
Ringkasan accounting bab1 (summary)Ringkasan accounting bab1 (summary)
Ringkasan accounting bab1 (summary)
 
Buku besar
Buku besarBuku besar
Buku besar
 
Pengantar bisnis
Pengantar bisnisPengantar bisnis
Pengantar bisnis
 
Presentasi makalah p kn
Presentasi makalah p knPresentasi makalah p kn
Presentasi makalah p kn
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Manajemen wikipedia
Manajemen wikipediaManajemen wikipedia
Manajemen wikipedia
 
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)
 
Teori pertumbuhan ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomiTeori pertumbuhan ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi
 
Utang luar negeri dan tingkat kemiskinan
Utang luar negeri dan tingkat kemiskinanUtang luar negeri dan tingkat kemiskinan
Utang luar negeri dan tingkat kemiskinan
 
Manajemen keuangan wikipedia
Manajemen keuangan wikipediaManajemen keuangan wikipedia
Manajemen keuangan wikipedia
 
Manajemen perkantoran , manajemen syariah
Manajemen perkantoran , manajemen syariahManajemen perkantoran , manajemen syariah
Manajemen perkantoran , manajemen syariah
 

PDB Bukan Cerminan

  • 1. PDB dan Angka Kemiskinan Oleh Fahruddin Salim | Jumat, 11 Februari 2011 | 11:43 Setiap orang bisa berbohong dengan statistik. Itulah pesan yang disampaikan Darrel Huff dalam bukunya Berbohong dengan Statistik. Rapat khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan para menteri bidang ekonomi pada akhir Desember 2010 menyajikan sejumlah pencapaian pembangunan yang cukup optimistis. Dalam rapat tersebut dilaporkan bahwa pemerintah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin. Berdasarkan angka statistik, kemiskinan turun 1,5 juta, dari jumlah orang miskin sebesar 32,5 juta menjadi 31,02 juta. Meski jumlah penduduk miskin dilaporkan menurun, pada sisi lain, masih terdapat sekitar 70 juta penduduk yang mengantre mendapatkan jatah beras untuk orang miskin (raskin). Lebih ironis lagi, tak lama setelah pemerintah mengumumkan pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 6% dan jumlah penduduk miskin yang turun menjadi 31,02 juta, tersebar berita yang menyebutkan enam orang bersaudara anak keluarga Jamhamid di daerah Jepara, Jawa Tengah, tewas akibat keracunan tiwul. Mereka makan tiwul karena tidak mampu membeli beras mengingat keluarga itu memiliki penghasilan hanya sekitar Rp 150 ribu per minggu. Pendapatan Jamhamid sebesar Rp 150 ribu per minggu jelas tak cukup untuk biaya hidup satu keluarga dengan tujuh orang itu. Jika diandaikan pengeluaran sebesar US$ 1 — dengan kurs sekarang Rp 9.000 sebagai ukuran miskin – itu berarti pengeluaran untuk ketujuh anggota Jamhamid minimal Rp 63 ribu/hari atau Rp 441 ribu per minggu untuk masuk kategori miskin. Dengan memakai ukuran Badan Pusat Statistik (BPS) yang berpatokan pengeluaran US$ 0,75/orang/hari, maka keluarga Jamhamid termasuk kategori sangat miskin. Ukuran BPS tersebut jelas jauh lebih rendah dari patokan Bank Dunia yang menyebutkan seorang disebut miskin jika pengeluarannya US$ 2 per hari. Kalau saja ukuran Bank Dunia ini yang dipakai, itu berarti penduduk miskin Indonesia jumlahnya bisa mencapai sekitar 120 juta, dengan tak sedikit di antaranya justru hidup dengan kondisi ekonomi yang jauh lebih parah dari Jamhamid. PDB Bukan Cerminan Selama ini pemerintah mengklaim berhasil memacu pertumbuhan ekonomi mencapai sekitar 6% yang diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Padahal, penanggulangan kemiskinan tidak hanya memerlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tapi juga kualitas pertumbuhan yang menyentuh langsung perbaikan nasib rakyat miskin. Kondisi inilah yang belum sepenuhnya bisa dilakukan pemerintah. Statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh konsumsi dari kelompok masyarakat yang masih kuat membelanjakan uangnya. Lapangan kehidupan yang menjadi tumpuan hajat hidup rakyat banyak, seperti sector pertanian, perikanan, dan kehutanan serta industri manufaktur justru masih terseok-seok. Padahal, di sector inilah sebagian besar rakyat menggantungkan hidupnya.
  • 2. Pemerintah juga mengklaim bahwa penurunan penduduk miskin bisa dilihat dari kenaikan pendapatan per kapita. Menurut data BPS, pendapatan per kapita penduduk Indonesia kini sekitar US$ 3.000 per tahun. Angka ini dihitung dari jumlah produk domestik bruto (PDB) yang kini mencapai sekitar Rp 6.300 triliun dibagi dengan jumlah penduduk yang kini tercatat sebanyak sekitar 240 juta jiwa. Dari sinilah ditemukan angka per kapita Rp 27 juta dalam setahun. Pertanyaannya, benarkah rakyat Indonesia sudah memiliki pendapatan sebesar itu dalam setahun? Peningkatan PDB atau pendapatan per kapita juga tidak menjadi cerminan membaiknya tingkat kesejahteraan rakyat, manakala peningkatan PDB kita tidak mampu mencerminkan membaiknya keadilan dan distribusi pendapatan secara merata. Apalagi proses pembentukan PDB kita yang dihitung dengan memasukkan kontribusi orang/badan asing yang berada di Indonesia, sehingga bukan tidak mungkin peningkatan PDB kita banyak berasal dari kontribusi orang/badan usaha asing di Indonesia, yang kini memang banyak menguasai perekonomian. Penguasaan asing terhadap sumber daya ekonomi nasional sudah sangat mengkhawatirkan. Sumber daya alam kita, seperti pertambangan dan migas, banyak dikuasai asing. Begitu pula sumber daya finansial, seperti dunia perbankan, kini banyak berada di tangan korporasi asing. Temukan Akar Masalah Kemiskinan yang terjadi di Negara kita memang sangat kompleks, dan tidak hanya dapat diatasi hanya dengan memacu tinginya pertumbuhan ekonomi. Sudah cukup banyak bukti bahwa trickel down effect atau menetes ke bawah dari kue pertumbuhan ekonomi tak selalu terjadi. Di sinilah pentingnya pemerintah perlu terlebih dahulu mencari solusi untuk mengatasi jebakan kemiskinan. Jeffrey Sachs dalam The End of Poverty (2005), mengatakan, orang miskin tak bisa keluar dari lingkaran kemiskinan dengan kekuatannya sendiri. Pasalnya, begitu banyak faktor yang membuat mereka menjadi tak berdaya: penyakit, cuaca buruk, lingkungan yang hancur, isolasi fisik, dan tentu saja tiadanya cukup uang. Di luar faktor ini, banyak kasus kemiskinan yang justru terjadi karena adanya salah urus atau salah kebijakan yang dibuat pemerintah. Apa yang disampaikan oleh Jeffrey Sachs, juga menyentuh kondisi kemiskinan di negara kita. Penyebab terjadinya kemiskinan di negeri kita jelas tidak tunggal. Sayangnya, mata pemerintah sering hanya terbelalak dan terfokus pada sajian angka-angka kemiskinan tanpa melihat akar masalah yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi. Pemerintah sepertinya enggan mencari dan mengkaji akar-akar permasalahan atau faktorfaktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan. Makanya tidak heran apabila kesalahan persepsi dalam mengatasi masalah kemiskinan ini berakibat pula pada kesalahan penanganan masalah kemiskinan itu sendiri. Penulis adalah dosen dan Tim Ahli di DPR RI, doktor manajemen bisnis Unpad Bandung