SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Utang Luar Negeri Dan Tingkat Kemiskinan

“Solidarity requires that global challenges must be managed in a way that distributes cost
and burden fairly, those who suffer most, deserve help from those who benefit most”.
(Millenium Declaration)
Target mengakhiri kemiskinan, seperti diungkapkan oleh Jeffry Sachs dalam bukunya The
End of Poverty, merupakan tanggung jawab bersama negara-negara di dunia yang melintasi
batas nasionalisme. Kemiskinan yang melanda suatu negara merupakan sebuah penyakit
yang sangat sulit dientaskan tanpa adanya pertolongan dari negara lain.
Sejak tahun 2000, semua negara anggota PBB memiliki kesepakatan yang dituangkan dalam
Milleneum Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan utamanya adalah pengurangan
angka kemiskinan menjadi separuh pada 2015. Kemudian, sebuah pertanyaan besar yang
menyoal bagaimana target itu bisa terpenuhi pun mengemuka. Pertanyaan ini memang
sudah sewajarnya diungkapkan mengingat kondisi dan kapasitas APBN yang kurang
mumpuni.
Konsekuensi berutang terlalu banyak
Sejatinya, utang dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB). Akan tetapi, Pattilo, Pairson dan Ricci pada tahun 2002, menemukan
hubungan yang negatif antara utang dengan tingkat pendapatan perkapita. Dari 100 negara
yang diteliti, mereka menemukan kontribusi utang terhadap pendapatan perkapita suatu
negara adalah negatif untuk rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) yang berada pada
kisaran persentase 35-45%.
Lebih lanjut, tingginya level utang tersebut dapat menyebabkan berkurangnya sumber daya
yang dapat dialokasikan untuk kepentingan investasi yang dapat memperbaiki kinerja
ekspor.
Indonesia, berdasarkan data tahun 2005, memiliki debt to gdp ratio sebesar 45,63%. Dengan
berlandaskan penelitian yang dilakukan oleh Pattilo dkk, maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa utang luar negeri mempunyai dampak yang kurang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dengan berutang, penyediaan sarana dan prasarana publik pun menjadi terkendala. Betapa
tidak, setiap tahun fiskal 48.70% PPh dan PPn (Rp 210.71 T+ Rp 128.31 T=Rp 339.02 T) yang
dibebankan ke masyarakat, habis untuk bayar hutang pemerintah. Hal ini menjadi sebuah
hal yang ironis mengingat salah satu fungsi utama pajak adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan mesyarakat melalui penyediaan barang-barang kebutuhan public (public
goods). Jadi, alih-alih mensejahterakan negara, dengan menambah utang justru semakin
menyengsarakan negara.
Peruntukan utang luar negeri yang tidak jelas
Periode 1974 hingga 1981 sebenarnya adalah periode dimana Indonesia tidak
membutuhkan utang luar negeri karena penerimaan negara pada saat itu sudah sangat
mumpuni. Besarnya penerimaan negara pada saat itu adalah lebih karena adanya windfall
profit dari naiknya harga minyak internasional. Tetapi apa lacur, justru pada periode ini lah
Indonesia memanen utang luar negeri, sungguh tak masuk diakal.
Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah kira-kira peribahasa yang tepat untuk menceritakan
kondisi Indonesia. Kedatangan utang yang tidak tepat itu ditambah lagi dengan mekanisme
peruntukan utang yang tidak jelas. Utang luar negeri lebih difokuskan pada kegiatankegiatan yang sifatnya konsumtif ketimbang investasi. Tidak seperti kegiatan investasi yang
menjanjikan tingkat pengembalian (rate of return) yang pasti , kegiatan konsumsi justru
tidak memberikan kepastian rate of return. Pada gilirannya kondisi ini menciptakan sebuah
kendala akan ketidaksinambungan pembayaran utang (debt unsustainability).
Dengan demikian, dengan utang luar negeri yang besar, Indonesia mengalami resource
drain. Ini terjadi karena net welfare effect yang negatif dari utang luar negeri. Kontribusi
utang luar negeri yang sedikit terhadap kesejahteraan Indonesia harus dibenturkan dengan
kenyataan akan tingginya jumlah cicilan pokok utang dan beban bunga yang harus dibayar
setiap tahun fiskal. Angka Rp 91.6 T dalam APBN 2006 sedikit banyak telah menceritakan
betapa pahitnya mempunyai utang luar negeri. Bandingkan dengan dana BLT (Bantuan
Langsung Tunai) yang hanya sebesar Rp 17 T! bagaimana Indonesia bisa lepas dari jerat
kemiskinan?
Pentingnya meminta pengurangan utang
Pelbagai fakta dan argumentasi diatas kiranya sudah cukup untuk dijadikan alasan yang kuat
untuk mendorong pemerintah Indonesia meminta pengurangan utang luar negeri kepada
negara-negara kreditor. Pengurangan utang luar negeri tak pelak lagi menjadi jalan keluar
utama untuk membiayai aktivitas pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Utang luar negeri memang menjadi polemik yang tiada habis-habisnya. Dunia seakan terbagi
menjadi dua kiblat yang besar. Yang satu setuju dengan pelbagai argumentasi yang
mengangkasa, sementara yang lain menolak dengan argumentasi dan tentangan yang tak
kalah mengesankan. Utang, pada level tertentu memang diperlukan, akan tetapi terlalu
banyak berutang justru akan membuat negara menjadi sakit. Hal ini sepertinya sudah
menjadi logika yang masuk akal dalam konteks ilmu ekonomi. The law of diminishing return
kiranya sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan fenomena yang satu ini. Teori ini
menjelaskan bagaimana suatu barang akan sangat bermanfaat bagi sang pemakai akan
tetapi menjadi penyakit ketika dikonsumsi secara berlebihan.
Memang, pengurangan utang bukan merupakan satu-satunya solusi untuk mengentaskan
kemiskinan. Permasalahan kemiskinan pada dasarnya juga mempunyai kaitan yang erat
dengan besar kecilnya arus modal yang masuk ke Indonesia. Oleh karenanya, seperti
diungkapkan oleh Ragnar Nurske lewat bukunya “The Capital Accumulation In The Less
Developed Countries (1953)” tujuan utama pembangunan ekonomi memang harus melalui
(a). peningkatan pendapatan perkepala; (b) penanaman modal. Namun, seperti juga
diungkapkan oleh ekonom kenamaan Swedia Gunnar Myrdal, kemiskinan juga merupakan
masalah politik. Oleh karenanya diperlukan suatu keputusan politik oleh pimpinan suatu
negara. Karena masalah kemiskinan merupakan permasalah struktural, maka pemecahan
masalah ini juga harus terkait dengan perencanaan pembangunan jangka panjang. Tidak
mungkin diselesaikan langsung seketika tanpa suatu perencanaan dan penanganan yang
matang. Berangkat dari pernyataan Myrdal tersebut, jelaslah sudah bahwa program
pengentasan kemiskinan melalui jalur pertumbuhan ekonomi memerlukan waktu yang
panjang dan jalan yang berliku. John Maynard Keynes bahkan pernah setengah berkelakar
dengan menyatakan “How long is the long run? In the long run we are all dead”. Pendapat
Keynes itu mungkin sangat kontekstual dengan pembahasan kita sekarang, pertumbuhan
ekonomi memang pada akhirnya dapat mengentaskan kemiskinan, tetapi sampai kapan?
Mungkin, hingga hari kiamat tiba, permasalahan kemiskinan boleh jadi tidak akan pernah
selesai.
Pengurangan utang luar negeri memang masih meninggalkan polemik hingga kini. Akan
tetapi, program ini sepertinya merupakan obat yang paling mujarab untuk menuntaskan
penyakit bernama kemiskinan. Kemiskinan, tidak dapat diatasi dengan memakai satu obat
saja berupa liberalisasi dan deregulasi, bak aspirin yang dipakai untuk mengobati segala
penyakit. Kemiskinan, harus langsung diobati dan ditangani langsung pada akarnya yaitu
pengalihan sumber daya (resource allocation) dari sumber yang sedianya dialokasikan untuk
membayar utang luar negeri (external debt repayment) kepada program pengentasan
kemiskinan.
Indonesia sangat layak untuk mendapatkan pengurangan utang luar negeri
Negara-negara yang tergabung dalam G8, pada tahun 2003 melakukan sebuah pertemuan
di Evian. Melalui pertemuan ini, G8 lantas mengklasifikasikan pendekatan baru untuk
menanggulangi permasalahan utang pada negara-negara berpendapatan menengah (middle
income countries). Pendekatan ini bertujuan untuk menyelesaikan dan memformalkan solusi
dari permasalahan sustainabilitas dari negara-negara non-HIPC (Highly Indebted Poor
Countries), dan untuk menyediakan sebuah kerangka analisa kondisi utang di masing-masing
negara. Pendekatan Evian ini pada dasarnya diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan
sustainabilitas utang jangka panjang ketimbang jangka pendek. Jika ketidak mampuan suatu
negara untuk membayar utang lebih dikarenakan permasalahan likuiditas, maka Paris Club
akan terus melanjutkan pendekatan Houston dan klasik (tidak ada pengurangan stok utang
luar negeri). Akan tetapi jika ketidak mampuan membayar utang dikarenakan permasalahan
sustainabilitas yang teramat parah, maka mekanisme yang diterapkan bisa sangat ekstrim
seperti hair cut dan write off.
Indonesia, seperti telah dijelaskan diatas, memiliki masalah sustainabilitas yang teramat
parah. Angka 45,63% debt to GDP ratio sedikit banyak telah bercerita. Oleh karenanya,
Indonesia layak dan bahkan sangat layak untuk mendapatkan pengurangan utang.
Penjadwalan pembayaran utang luar negeri yang telah berjalan selama ini, baik disadari
atau tidak, telah menciptakan ketidak pastian dan memiliki imbas yang negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Betapa tidak, penjadwalan yang harus menembus birokrasi yang
rumit dan panjang tak pelak telah mengakibatkan banyaknya waktu yang terbuang. Ilmu
ekonomi mengenal sebuah konsep yang bernama opportunity cost, yaitu konsep yang
menjelaskan sebuah potensi keuntungan yang hilang sebagai akibat tersitanya waktu untuk
melakukan aktivitas yang menguntungkan. Coba bayangkan, berapa besar kerugian yang
harus terjadi karena terlalu sering bernegosiasi untuk penjadwalan utang (multiple
resecheduling exercices)? Jadi untuk mengeliminir negosiasi yang berlarut-larut,
pengurangan utang luar negeri sepertinya merupakan sebuah jalan keluar yang tepat.
Dengan demikian, negara tidak perlu secara berkesinambungan melakukan penjadwalan
utang luar negeri karena stok nya sudah jauh berkurang dari level yang mematikan.
Pengurangan utang luar negeri memang terus mendapat tentangan hingga kini, hal ini
dapat dimaklumi mengingat pengurangan utang ditenggarai merupakan tindakan yang
dapat “memanjakan” negara-negara debitor. Apalagi melihat analogi yang dikembangkan
oleh negara-negara kreditor yang seringkali menyatakan lebih baik memberikan kail
daripada ikan. Tetapi, bagaimana bisa memancing kalau lapar? Beri dulu ikan supaya bisa
berdiri memancing!
“Like Slavery and apharteid, poverty is not natural. It is man made and it can overcome and
eradicated by the action of human beings” (Nelson Mandela)
Utang luar negeri dan tingkat kemiskinan

More Related Content

Viewers also liked

Yeni microsoft word belgesi
Yeni microsoft word belgesiYeni microsoft word belgesi
Yeni microsoft word belgesiHasan Tekeoğlu
 
гласный звук [у], буквы уу
гласный звук [у], буквы уугласный звук [у], буквы уу
гласный звук [у], буквы ууМила Р-р-р
 
publicaciones
publicacionespublicaciones
publicacionesleo4000
 
PresentacióN Final Workshop Santiago Redesenho Nnss 3
PresentacióN Final Workshop Santiago Redesenho Nnss 3PresentacióN Final Workshop Santiago Redesenho Nnss 3
PresentacióN Final Workshop Santiago Redesenho Nnss 3Productiva
 
Rikomagic android 4.2 quad core mini pc MK902 TV box Ad
Rikomagic android 4.2 quad core mini pc MK902 TV box AdRikomagic android 4.2 quad core mini pc MK902 TV box Ad
Rikomagic android 4.2 quad core mini pc MK902 TV box AdTzahi Ar.
 
Mr. Ebron'srecommendationletter
Mr. Ebron'srecommendationletterMr. Ebron'srecommendationletter
Mr. Ebron'srecommendationletterAnthony Pastrana
 
RecommendationLetter
RecommendationLetterRecommendationLetter
RecommendationLetterLucie Zhang
 
Projeto água2.5
Projeto água2.5Projeto água2.5
Projeto água2.5beterato
 
ClusteredLightningApril17th2016Midland
ClusteredLightningApril17th2016MidlandClusteredLightningApril17th2016Midland
ClusteredLightningApril17th2016MidlandRonald Rutherford
 
JBSA Wingman Day
JBSA Wingman DayJBSA Wingman Day
JBSA Wingman DayNeil Colvin
 
Rete assistenziale per le Demenze nella ASL RM D
Rete assistenziale per le Demenze nella ASL RM DRete assistenziale per le Demenze nella ASL RM D
Rete assistenziale per le Demenze nella ASL RM DGiovanni Mancini
 
Fundamentos de Sociologia Unidade VI
Fundamentos de Sociologia Unidade VIFundamentos de Sociologia Unidade VI
Fundamentos de Sociologia Unidade VIHarutchy
 
What did you not know about pizza?
What did you not know about pizza? What did you not know about pizza?
What did you not know about pizza? We Buzz Corp
 

Viewers also liked (20)

Presentación2
Presentación2Presentación2
Presentación2
 
Yeni microsoft word belgesi
Yeni microsoft word belgesiYeni microsoft word belgesi
Yeni microsoft word belgesi
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
гласный звук [у], буквы уу
гласный звук [у], буквы уугласный звук [у], буквы уу
гласный звук [у], буквы уу
 
BendicióN AñO Nuevo 2010
BendicióN AñO Nuevo 2010BendicióN AñO Nuevo 2010
BendicióN AñO Nuevo 2010
 
publicaciones
publicacionespublicaciones
publicaciones
 
PresentacióN Final Workshop Santiago Redesenho Nnss 3
PresentacióN Final Workshop Santiago Redesenho Nnss 3PresentacióN Final Workshop Santiago Redesenho Nnss 3
PresentacióN Final Workshop Santiago Redesenho Nnss 3
 
Rikomagic android 4.2 quad core mini pc MK902 TV box Ad
Rikomagic android 4.2 quad core mini pc MK902 TV box AdRikomagic android 4.2 quad core mini pc MK902 TV box Ad
Rikomagic android 4.2 quad core mini pc MK902 TV box Ad
 
Mr. Ebron'srecommendationletter
Mr. Ebron'srecommendationletterMr. Ebron'srecommendationletter
Mr. Ebron'srecommendationletter
 
RecommendationLetter
RecommendationLetterRecommendationLetter
RecommendationLetter
 
Projeto água2.5
Projeto água2.5Projeto água2.5
Projeto água2.5
 
ClusteredLightningApril17th2016Midland
ClusteredLightningApril17th2016MidlandClusteredLightningApril17th2016Midland
ClusteredLightningApril17th2016Midland
 
JBSA Wingman Day
JBSA Wingman DayJBSA Wingman Day
JBSA Wingman Day
 
Listado de precios 05 de noviembre de 2013
Listado de precios 05 de noviembre de 2013Listado de precios 05 de noviembre de 2013
Listado de precios 05 de noviembre de 2013
 
Rete assistenziale per le Demenze nella ASL RM D
Rete assistenziale per le Demenze nella ASL RM DRete assistenziale per le Demenze nella ASL RM D
Rete assistenziale per le Demenze nella ASL RM D
 
V torc3a7c3a3o
V torc3a7c3a3oV torc3a7c3a3o
V torc3a7c3a3o
 
Fundamentos de Sociologia Unidade VI
Fundamentos de Sociologia Unidade VIFundamentos de Sociologia Unidade VI
Fundamentos de Sociologia Unidade VI
 
Presentac..
Presentac..Presentac..
Presentac..
 
What did you not know about pizza?
What did you not know about pizza? What did you not know about pizza?
What did you not know about pizza?
 
110305 celebración penitencial
110305 celebración penitencial110305 celebración penitencial
110305 celebración penitencial
 

Similar to Utang luar negeri dan tingkat kemiskinan

Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisit
Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisitKeefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisit
Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisitCahya Andriawan
 
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...Oswar Mungkasa
 
hutang luar negeri (adm.keuangan negara)
hutang luar negeri (adm.keuangan negara)hutang luar negeri (adm.keuangan negara)
hutang luar negeri (adm.keuangan negara)Marlina Deliana
 
8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunanJenita 'Nytha' Pangku
 
Ancaman hutang luar negeri
Ancaman hutang luar negeriAncaman hutang luar negeri
Ancaman hutang luar negeriAnton Setyawan
 
Tugas ringkasan
Tugas ringkasanTugas ringkasan
Tugas ringkasanCamommo
 
ARTIKEL - ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UTANG DAN KEWAJIBAN NEGARA
ARTIKEL - ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UTANG DAN KEWAJIBAN NEGARAARTIKEL - ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UTANG DAN KEWAJIBAN NEGARA
ARTIKEL - ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UTANG DAN KEWAJIBAN NEGARAaprillaily
 
Anggaran Negara dalam Era Otonomi Daerah
Anggaran Negara dalam Era Otonomi DaerahAnggaran Negara dalam Era Otonomi Daerah
Anggaran Negara dalam Era Otonomi DaerahDadang Solihin
 
Pengertian MDGs
Pengertian MDGsPengertian MDGs
Pengertian MDGsLiBra Must
 
Pemerintah antisipasif
Pemerintah antisipasifPemerintah antisipasif
Pemerintah antisipasifchynixza
 
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanikCatatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanikUmi Hanik
 
LKS Tentang Masalah Ekonomi
LKS Tentang Masalah EkonomiLKS Tentang Masalah Ekonomi
LKS Tentang Masalah Ekonomielzavebrian
 
LKS Tentang Masalah Ekonomi
LKS Tentang Masalah EkonomiLKS Tentang Masalah Ekonomi
LKS Tentang Masalah Ekonomielzavebrian
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...Trisno Harefa
 
Makalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguranMakalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguranMari belajar Exact
 
Utang Indonesia
Utang IndonesiaUtang Indonesia
Utang IndonesiaDwi Anita
 
Mikro dan-makro
Mikro dan-makroMikro dan-makro
Mikro dan-makroArul Jhaya
 

Similar to Utang luar negeri dan tingkat kemiskinan (20)

Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisit
Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisitKeefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisit
Keefektifan kebijakan pemerintah dalam menekan anggaran defisit
 
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
 
hutang luar negeri (adm.keuangan negara)
hutang luar negeri (adm.keuangan negara)hutang luar negeri (adm.keuangan negara)
hutang luar negeri (adm.keuangan negara)
 
8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
 
Ancaman hutang luar negeri
Ancaman hutang luar negeriAncaman hutang luar negeri
Ancaman hutang luar negeri
 
Tugas ringkasan
Tugas ringkasanTugas ringkasan
Tugas ringkasan
 
ARTIKEL - ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UTANG DAN KEWAJIBAN NEGARA
ARTIKEL - ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UTANG DAN KEWAJIBAN NEGARAARTIKEL - ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UTANG DAN KEWAJIBAN NEGARA
ARTIKEL - ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UTANG DAN KEWAJIBAN NEGARA
 
Anggaran Negara dalam Era Otonomi Daerah
Anggaran Negara dalam Era Otonomi DaerahAnggaran Negara dalam Era Otonomi Daerah
Anggaran Negara dalam Era Otonomi Daerah
 
Pengertian MDGs
Pengertian MDGsPengertian MDGs
Pengertian MDGs
 
100067054 makalah-mdgs
100067054 makalah-mdgs100067054 makalah-mdgs
100067054 makalah-mdgs
 
Kelompok 16
Kelompok 16Kelompok 16
Kelompok 16
 
Makro1
Makro1Makro1
Makro1
 
Pemerintah antisipasif
Pemerintah antisipasifPemerintah antisipasif
Pemerintah antisipasif
 
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanikCatatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
 
LKS Tentang Masalah Ekonomi
LKS Tentang Masalah EkonomiLKS Tentang Masalah Ekonomi
LKS Tentang Masalah Ekonomi
 
LKS Tentang Masalah Ekonomi
LKS Tentang Masalah EkonomiLKS Tentang Masalah Ekonomi
LKS Tentang Masalah Ekonomi
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR  NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2012 ...
 
Makalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguranMakalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguran
 
Utang Indonesia
Utang IndonesiaUtang Indonesia
Utang Indonesia
 
Mikro dan-makro
Mikro dan-makroMikro dan-makro
Mikro dan-makro
 

More from Irvan Malvinas

Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro
Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makroPerbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro
Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makroIrvan Malvinas
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro
Perbedaan eko.mikro & eko.makroPerbedaan eko.mikro & eko.makro
Perbedaan eko.mikro & eko.makroIrvan Malvinas
 
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3Irvan Malvinas
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4Perbedaan eko.mikro & eko.makro4
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4Irvan Malvinas
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5Perbedaan eko.mikro & eko.makro5
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5Irvan Malvinas
 
Penjelasan pdb indonesia2
Penjelasan pdb indonesia2Penjelasan pdb indonesia2
Penjelasan pdb indonesia2Irvan Malvinas
 
Penjelasan pdb indonesia
Penjelasan pdb indonesiaPenjelasan pdb indonesia
Penjelasan pdb indonesiaIrvan Malvinas
 
Ringkasan accounting bab1 (summary)
Ringkasan accounting bab1 (summary)Ringkasan accounting bab1 (summary)
Ringkasan accounting bab1 (summary)Irvan Malvinas
 
Presentasi makalah p kn
Presentasi makalah p knPresentasi makalah p kn
Presentasi makalah p knIrvan Malvinas
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanIrvan Malvinas
 
Pdb dan angka kemiskinan
Pdb dan angka kemiskinanPdb dan angka kemiskinan
Pdb dan angka kemiskinanIrvan Malvinas
 
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)Irvan Malvinas
 
Teori pertumbuhan ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomiTeori pertumbuhan ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomiIrvan Malvinas
 
Kemiskinan vs angka pdb
Kemiskinan vs angka pdbKemiskinan vs angka pdb
Kemiskinan vs angka pdbIrvan Malvinas
 
Manajemen keuangan wikipedia
Manajemen keuangan wikipediaManajemen keuangan wikipedia
Manajemen keuangan wikipediaIrvan Malvinas
 

More from Irvan Malvinas (20)

Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro
Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makroPerbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro
Perbedaan antara teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro
Perbedaan eko.mikro & eko.makroPerbedaan eko.mikro & eko.makro
Perbedaan eko.mikro & eko.makro
 
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3
Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro3
 
Mikro dan-makro
Mikro dan-makroMikro dan-makro
Mikro dan-makro
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4Perbedaan eko.mikro & eko.makro4
Perbedaan eko.mikro & eko.makro4
 
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5Perbedaan eko.mikro & eko.makro5
Perbedaan eko.mikro & eko.makro5
 
Ekonomi makro 1
Ekonomi makro 1Ekonomi makro 1
Ekonomi makro 1
 
Penjelasan pdb indonesia2
Penjelasan pdb indonesia2Penjelasan pdb indonesia2
Penjelasan pdb indonesia2
 
Penjelasan pdb indonesia
Penjelasan pdb indonesiaPenjelasan pdb indonesia
Penjelasan pdb indonesia
 
Ringkasan accounting bab1 (summary)
Ringkasan accounting bab1 (summary)Ringkasan accounting bab1 (summary)
Ringkasan accounting bab1 (summary)
 
Buku besar
Buku besarBuku besar
Buku besar
 
Pengantar bisnis
Pengantar bisnisPengantar bisnis
Pengantar bisnis
 
Presentasi makalah p kn
Presentasi makalah p knPresentasi makalah p kn
Presentasi makalah p kn
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Manajemen wikipedia
Manajemen wikipediaManajemen wikipedia
Manajemen wikipedia
 
Pdb dan angka kemiskinan
Pdb dan angka kemiskinanPdb dan angka kemiskinan
Pdb dan angka kemiskinan
 
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan (ciri2)
 
Teori pertumbuhan ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomiTeori pertumbuhan ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi
 
Kemiskinan vs angka pdb
Kemiskinan vs angka pdbKemiskinan vs angka pdb
Kemiskinan vs angka pdb
 
Manajemen keuangan wikipedia
Manajemen keuangan wikipediaManajemen keuangan wikipedia
Manajemen keuangan wikipedia
 

Utang luar negeri dan tingkat kemiskinan

  • 1. Utang Luar Negeri Dan Tingkat Kemiskinan “Solidarity requires that global challenges must be managed in a way that distributes cost and burden fairly, those who suffer most, deserve help from those who benefit most”. (Millenium Declaration) Target mengakhiri kemiskinan, seperti diungkapkan oleh Jeffry Sachs dalam bukunya The End of Poverty, merupakan tanggung jawab bersama negara-negara di dunia yang melintasi batas nasionalisme. Kemiskinan yang melanda suatu negara merupakan sebuah penyakit yang sangat sulit dientaskan tanpa adanya pertolongan dari negara lain. Sejak tahun 2000, semua negara anggota PBB memiliki kesepakatan yang dituangkan dalam Milleneum Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan utamanya adalah pengurangan angka kemiskinan menjadi separuh pada 2015. Kemudian, sebuah pertanyaan besar yang menyoal bagaimana target itu bisa terpenuhi pun mengemuka. Pertanyaan ini memang sudah sewajarnya diungkapkan mengingat kondisi dan kapasitas APBN yang kurang mumpuni. Konsekuensi berutang terlalu banyak Sejatinya, utang dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Akan tetapi, Pattilo, Pairson dan Ricci pada tahun 2002, menemukan hubungan yang negatif antara utang dengan tingkat pendapatan perkapita. Dari 100 negara yang diteliti, mereka menemukan kontribusi utang terhadap pendapatan perkapita suatu negara adalah negatif untuk rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) yang berada pada kisaran persentase 35-45%. Lebih lanjut, tingginya level utang tersebut dapat menyebabkan berkurangnya sumber daya yang dapat dialokasikan untuk kepentingan investasi yang dapat memperbaiki kinerja ekspor. Indonesia, berdasarkan data tahun 2005, memiliki debt to gdp ratio sebesar 45,63%. Dengan berlandaskan penelitian yang dilakukan oleh Pattilo dkk, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa utang luar negeri mempunyai dampak yang kurang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan berutang, penyediaan sarana dan prasarana publik pun menjadi terkendala. Betapa tidak, setiap tahun fiskal 48.70% PPh dan PPn (Rp 210.71 T+ Rp 128.31 T=Rp 339.02 T) yang dibebankan ke masyarakat, habis untuk bayar hutang pemerintah. Hal ini menjadi sebuah hal yang ironis mengingat salah satu fungsi utama pajak adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mesyarakat melalui penyediaan barang-barang kebutuhan public (public goods). Jadi, alih-alih mensejahterakan negara, dengan menambah utang justru semakin menyengsarakan negara. Peruntukan utang luar negeri yang tidak jelas Periode 1974 hingga 1981 sebenarnya adalah periode dimana Indonesia tidak membutuhkan utang luar negeri karena penerimaan negara pada saat itu sudah sangat mumpuni. Besarnya penerimaan negara pada saat itu adalah lebih karena adanya windfall profit dari naiknya harga minyak internasional. Tetapi apa lacur, justru pada periode ini lah Indonesia memanen utang luar negeri, sungguh tak masuk diakal. Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah kira-kira peribahasa yang tepat untuk menceritakan kondisi Indonesia. Kedatangan utang yang tidak tepat itu ditambah lagi dengan mekanisme
  • 2. peruntukan utang yang tidak jelas. Utang luar negeri lebih difokuskan pada kegiatankegiatan yang sifatnya konsumtif ketimbang investasi. Tidak seperti kegiatan investasi yang menjanjikan tingkat pengembalian (rate of return) yang pasti , kegiatan konsumsi justru tidak memberikan kepastian rate of return. Pada gilirannya kondisi ini menciptakan sebuah kendala akan ketidaksinambungan pembayaran utang (debt unsustainability). Dengan demikian, dengan utang luar negeri yang besar, Indonesia mengalami resource drain. Ini terjadi karena net welfare effect yang negatif dari utang luar negeri. Kontribusi utang luar negeri yang sedikit terhadap kesejahteraan Indonesia harus dibenturkan dengan kenyataan akan tingginya jumlah cicilan pokok utang dan beban bunga yang harus dibayar setiap tahun fiskal. Angka Rp 91.6 T dalam APBN 2006 sedikit banyak telah menceritakan betapa pahitnya mempunyai utang luar negeri. Bandingkan dengan dana BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang hanya sebesar Rp 17 T! bagaimana Indonesia bisa lepas dari jerat kemiskinan? Pentingnya meminta pengurangan utang Pelbagai fakta dan argumentasi diatas kiranya sudah cukup untuk dijadikan alasan yang kuat untuk mendorong pemerintah Indonesia meminta pengurangan utang luar negeri kepada negara-negara kreditor. Pengurangan utang luar negeri tak pelak lagi menjadi jalan keluar utama untuk membiayai aktivitas pengentasan kemiskinan di Indonesia. Utang luar negeri memang menjadi polemik yang tiada habis-habisnya. Dunia seakan terbagi menjadi dua kiblat yang besar. Yang satu setuju dengan pelbagai argumentasi yang mengangkasa, sementara yang lain menolak dengan argumentasi dan tentangan yang tak kalah mengesankan. Utang, pada level tertentu memang diperlukan, akan tetapi terlalu banyak berutang justru akan membuat negara menjadi sakit. Hal ini sepertinya sudah menjadi logika yang masuk akal dalam konteks ilmu ekonomi. The law of diminishing return kiranya sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan fenomena yang satu ini. Teori ini menjelaskan bagaimana suatu barang akan sangat bermanfaat bagi sang pemakai akan tetapi menjadi penyakit ketika dikonsumsi secara berlebihan. Memang, pengurangan utang bukan merupakan satu-satunya solusi untuk mengentaskan kemiskinan. Permasalahan kemiskinan pada dasarnya juga mempunyai kaitan yang erat dengan besar kecilnya arus modal yang masuk ke Indonesia. Oleh karenanya, seperti diungkapkan oleh Ragnar Nurske lewat bukunya “The Capital Accumulation In The Less Developed Countries (1953)” tujuan utama pembangunan ekonomi memang harus melalui (a). peningkatan pendapatan perkepala; (b) penanaman modal. Namun, seperti juga diungkapkan oleh ekonom kenamaan Swedia Gunnar Myrdal, kemiskinan juga merupakan masalah politik. Oleh karenanya diperlukan suatu keputusan politik oleh pimpinan suatu negara. Karena masalah kemiskinan merupakan permasalah struktural, maka pemecahan masalah ini juga harus terkait dengan perencanaan pembangunan jangka panjang. Tidak mungkin diselesaikan langsung seketika tanpa suatu perencanaan dan penanganan yang matang. Berangkat dari pernyataan Myrdal tersebut, jelaslah sudah bahwa program pengentasan kemiskinan melalui jalur pertumbuhan ekonomi memerlukan waktu yang panjang dan jalan yang berliku. John Maynard Keynes bahkan pernah setengah berkelakar dengan menyatakan “How long is the long run? In the long run we are all dead”. Pendapat Keynes itu mungkin sangat kontekstual dengan pembahasan kita sekarang, pertumbuhan ekonomi memang pada akhirnya dapat mengentaskan kemiskinan, tetapi sampai kapan? Mungkin, hingga hari kiamat tiba, permasalahan kemiskinan boleh jadi tidak akan pernah selesai.
  • 3. Pengurangan utang luar negeri memang masih meninggalkan polemik hingga kini. Akan tetapi, program ini sepertinya merupakan obat yang paling mujarab untuk menuntaskan penyakit bernama kemiskinan. Kemiskinan, tidak dapat diatasi dengan memakai satu obat saja berupa liberalisasi dan deregulasi, bak aspirin yang dipakai untuk mengobati segala penyakit. Kemiskinan, harus langsung diobati dan ditangani langsung pada akarnya yaitu pengalihan sumber daya (resource allocation) dari sumber yang sedianya dialokasikan untuk membayar utang luar negeri (external debt repayment) kepada program pengentasan kemiskinan. Indonesia sangat layak untuk mendapatkan pengurangan utang luar negeri Negara-negara yang tergabung dalam G8, pada tahun 2003 melakukan sebuah pertemuan di Evian. Melalui pertemuan ini, G8 lantas mengklasifikasikan pendekatan baru untuk menanggulangi permasalahan utang pada negara-negara berpendapatan menengah (middle income countries). Pendekatan ini bertujuan untuk menyelesaikan dan memformalkan solusi dari permasalahan sustainabilitas dari negara-negara non-HIPC (Highly Indebted Poor Countries), dan untuk menyediakan sebuah kerangka analisa kondisi utang di masing-masing negara. Pendekatan Evian ini pada dasarnya diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan sustainabilitas utang jangka panjang ketimbang jangka pendek. Jika ketidak mampuan suatu negara untuk membayar utang lebih dikarenakan permasalahan likuiditas, maka Paris Club akan terus melanjutkan pendekatan Houston dan klasik (tidak ada pengurangan stok utang luar negeri). Akan tetapi jika ketidak mampuan membayar utang dikarenakan permasalahan sustainabilitas yang teramat parah, maka mekanisme yang diterapkan bisa sangat ekstrim seperti hair cut dan write off. Indonesia, seperti telah dijelaskan diatas, memiliki masalah sustainabilitas yang teramat parah. Angka 45,63% debt to GDP ratio sedikit banyak telah bercerita. Oleh karenanya, Indonesia layak dan bahkan sangat layak untuk mendapatkan pengurangan utang. Penjadwalan pembayaran utang luar negeri yang telah berjalan selama ini, baik disadari atau tidak, telah menciptakan ketidak pastian dan memiliki imbas yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Betapa tidak, penjadwalan yang harus menembus birokrasi yang rumit dan panjang tak pelak telah mengakibatkan banyaknya waktu yang terbuang. Ilmu ekonomi mengenal sebuah konsep yang bernama opportunity cost, yaitu konsep yang menjelaskan sebuah potensi keuntungan yang hilang sebagai akibat tersitanya waktu untuk melakukan aktivitas yang menguntungkan. Coba bayangkan, berapa besar kerugian yang harus terjadi karena terlalu sering bernegosiasi untuk penjadwalan utang (multiple resecheduling exercices)? Jadi untuk mengeliminir negosiasi yang berlarut-larut, pengurangan utang luar negeri sepertinya merupakan sebuah jalan keluar yang tepat. Dengan demikian, negara tidak perlu secara berkesinambungan melakukan penjadwalan utang luar negeri karena stok nya sudah jauh berkurang dari level yang mematikan. Pengurangan utang luar negeri memang terus mendapat tentangan hingga kini, hal ini dapat dimaklumi mengingat pengurangan utang ditenggarai merupakan tindakan yang dapat “memanjakan” negara-negara debitor. Apalagi melihat analogi yang dikembangkan oleh negara-negara kreditor yang seringkali menyatakan lebih baik memberikan kail daripada ikan. Tetapi, bagaimana bisa memancing kalau lapar? Beri dulu ikan supaya bisa berdiri memancing! “Like Slavery and apharteid, poverty is not natural. It is man made and it can overcome and eradicated by the action of human beings” (Nelson Mandela)