SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
Halaman 1 dari 29
muka | daftar isi
Halaman 2 dari 29
muka | daftar isi
Halaman 3 dari 29
muka | daftar isi

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT)
Shalat Orang Sakit
Penulis : Ahmad Sarwat, Lc., MA
29 hlm
ISBN 978-602-1989-1-9
Judul Buku
Shalat Orang Sakit
Penulis
Ahmad Sarwat, Lc., MA
Editor
Fatih
Setting & Lay out
Fayyad & Fawwaz
Desain Cover
Faqih
Penerbit
Rumah Fiqih Publishing
Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan
Setiabudi Jakarta Selatan 12940
Cet 1 – 10 September 2018
Halaman 4 dari 29
muka | daftar isi
Daftar Isi
Daftar Isi................................................................. 4
A. Ketentuan Dalam Masalah Keringanan ................. 5
1. Sakit Tidak Menggugurkan Kewajiban Shalat .. 5
2. Lakukan Yang Bisa Dilakukan ........................... 5
3. Keringanan Tidak Boleh Mengarang Sendiri.... 6
B. Bentuk Keringan Yang Syar'i ............................... 8
1. Keringanan Dalam Bersuci ............................... 8
2. Keringanan Tidak Bisa Berdiri .......................... 9
3. Keringanan Tidak Bisa Ruku ........................... 10
a. Jumhur Ulama ........................................... 10
b. Al-Hanafiyah.............................................. 11
4. Keringanan Tidak Bisa Sujud .......................... 11
5. Keringanan Tidak Wajib Shalat Berjamaah .... 12
6. Keringanan Tidak Wajib Shalat Jumat............ 14
C. Ketentuan Orang Sakit Dalam Shalat....................15
1. Tetap Wajib Shalat Menghadap Kiblat........... 15
2. Orang Sakit Menjama’ Shalat......................... 16
a. Tidak Boleh Dijama’................................... 16
b. Boleh Dijama’............................................ 17
3. Tidak Boleh Mengqashar ............................... 19
4. Mengganti Shalat Yang Terlewat ................... 19
5. Bolehkah Orang Sakit Jadi Imam?.................. 20
a. Tidak Boleh dan Tidak Sah......................... 21
b. Boleh dan Sah............................................ 24
Halaman 5 dari 29
muka | daftar isi
A. Ketentuan Dalam Masalah Keringanan
Sebagaimana disebutkan di muka, bahwa para
prinsipnya orang sakit tidak dicabut kewajiban
shalatnya. Namun mendapatkan beberapa
keringanan. Untuk itu dalam menetapkan bentuk-
bentuk keringanan, ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan, antara lain :
1. Sakit Tidak Menggugurkan Kewajiban
Shalat
Ini adalah prinsip yang paling dasar dan sangat
penting. Sebab banyak sekali orang yang keliru dalam
memahami bentuk-bentuk keringanan, sehingga
terlalu memudah-mudahkan hingga keluar batas.
Tidak mentang-mentang seseorang menderita
suatu penyakit, lantas dia boleh meninggalkan shalat
seenaknya. Kalau pun terpaksa harus meninggalkan
shalat, karena alasan sakit yang tidak mungkin bisa
mengerjakan shalat, tetap saja shalat itu menjadi
hutang yang harus dibayarkan di kemudian hari.
2. Lakukan Yang Bisa Dilakukan
Seseorang yang sakit tetap diwajibkan untuk
mendirikan shalat dengan melakukan gerakan dan
posisi-posisi shalat sebisa dan semampu yang dia
lakukan, meski pun tidak sampai sempurna. Dalilnya
adalah firman Allah SWT :
Halaman 6 dari 29
muka | daftar isi
‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ
‫س‬ ‫ا‬َ
‫م‬ َ‫هللا‬ ‫ا‬‫و‬ُ
‫ق‬َّ‫ات‬َ‫ف‬
Dan bertaqwalah kepada Allah semampu yang
kamu bisa (QS. At-Taghabun : 16)
Dan juga sabda Rasulullah SAW :
‫ا‬َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
ْ
‫م‬ُ
‫ك‬ُ‫ت‬ْ
‫ر‬َ
‫َم‬‫أ‬
‫ر‬ْ
‫َم‬ِ
‫ِب‬
‫ا‬‫و‬ُ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ف‬
ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ
‫م‬
‫ا‬َ
‫م‬
ْ
‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ
‫اس‬
Bila kalian diperintah untuk mengerjakan sesuatu,
maka kerjakannya semampu yang bisa kamu
lakukan. (HR.Bukhari)
Prinsipnya, apa pun gerakan dan bacaan shalat
yang masih bisa dikerjakan, maka tetap wajib untuk
dikerjakan. Dan apa yang sama sekali sudah mustahil
bisa dilakukan, barulah boleh untuk ditinggalkan.
Dalam konteks ini, kita tidak mengenal prinsip take it
or leave it. Tapi yang berlaku adalah sebagaimana
kaidah berikut ini :
ُ
‫ه‬
ُّ
‫ل‬ ُ
‫ج‬
ُ
‫ك‬َ ْْ
‫ت‬ُ‫ي‬
َ
‫ال‬
ُ
‫ه‬
ُّ
‫ل‬
ُ
‫ك‬
ُ
‫ك‬َ
‫ر‬
ْ
‫د‬ُ‫ي‬
َ
‫اال‬ َ‫م‬
Apa yang tidak bisa didapat secara
keseluruhannya, bukan berarti harus ditinggalkan
semuanya.
3. Keringanan Tidak Boleh Mengarang
Sendiri
Tidak mentang-mentang mendapatkan
keringanan, lantas kita boleh mengarang-ngarang
sendiri bentuk keringanan seenak selera kita.
Keringanan yang Allah SWT berikan kepada orang
Halaman 7 dari 29
muka | daftar isi
sakit bukanlah cek kosong yang boleh diisi
seenaknya. Tetap saja ada banyak keterbatasan
syariah yang mengiringi.
Misalnya, orang sakit tetap wajib shalat sejumlah
rakaat yang telah ditetapkan, dan tidak boleh
mengurangi jumlah rakaat.
Yang tadinya shalat Dzhuhur empat rakaat, tidak
boleh tiba-tiba dikurangi jadi tinggal 1 rakaat, dengan
alasan lagi sakit. Begitu juga yang seharusnya shalat
itu 5 waktu dalam sehari semalam, tidak boleh kita
ubah jadi cuma 3 waktu saja.
Maka keringanan yang dijalankan harus bentuk-
bentuk keringanan yang ada dalilnya dan tidak boleh
keringanan yang seenak selera pribadi. Di antaranya
adalah :
▪ Wudhu atau mandi janabah boleh diganti
dengan tayammum
▪ Tidak bisa berdiri boleh shalat sambil duduk
atau berbaring
▪ Tidak bisa menghadap kiblat
▪ Gugurnya kewajiban shalat berjamaah
▪ Gugurnya kewajiban Shalat Jumat
Halaman 8 dari 29
muka | daftar isi
B. Bentuk Keringan Yang Syar'i
Berikut ini adalah beberapa bentuk keringanan
yang diberikan kepada orang sakit secara syar'i :
1. Keringanan Dalam Bersuci
Dalam perkara bersuci untuk mengangkat hadats,
apabila tidak dimungkinkan bagi orang yang sedang
sakit untuk menggunakan air, baik untuk berwudhu'
atau mandi janabah, maka para ulama menetapkan
kebolehan bertayammum.
Tidak boleh terkena air itu karena ditakutnya akan
semakin parah sakitnya atau terlambat
kesembuhannya oleh sebab air itu. Baik atas dasar
pengalaman pribadi maupun atas petunjuk dari
dokter atau ahli dalam masalah penyakit itu. Maka
pada saat itu boleh baginya untuk bertayammum.
Dalilnya adalah hadits Rasulullah SAW berikut ini :
َ
‫ع‬
ْ
‫ن‬
َ
‫ج‬
ِ‫ب‬‫ا‬
‫ر‬
َ‫ق‬
َ
‫ال‬
:
َ
‫خ‬
َ
‫ر‬
ْ
‫ج‬
َ‫ن‬
ِ
‫ف‬ ‫ا‬
َ
‫س‬
َ
‫ف‬
‫ر‬
َ‫ف‬
َ‫أ‬
َ
‫ص‬
َ
‫اب‬
َ
‫ر‬
ُ
‫ج‬
‫ا‬‫ل‬
ِ
‫م‬
َّ‫ن‬
َ
‫ح‬ ‫ا‬
َ
‫ج‬
‫ر‬
َ‫ف‬
َ
‫ش‬
َّ
‫ج‬
ُ‫ه‬
ِ
‫ف‬
َ
‫ر‬
ْ‫أ‬
ِ
‫س‬
ِ
‫ه‬
َُّ
‫ث‬
ْ
‫اح‬
َ‫ت‬
َ‫ل‬
َ
‫م‬
َ‫ف‬
َ
‫س‬
َ‫أ‬
َ
‫ل‬
َ‫أ‬
ْ
‫ص‬
َ
‫ح‬
َ‫اب‬
ُ‫ه‬
َ
‫ه‬
ْ
‫ل‬
َِ
‫ت‬
ُ
‫د‬
َ
‫ن‬‫و‬
ِ
‫ل‬
ُ
‫ر‬
ْ
‫خ‬
َ
‫ص‬
‫ا‬‫ة‬
ِ
‫ف‬
َّ‫الت‬
َ‫ي‬
‫م‬
َ‫ف‬ ‫؟‬ ‫م‬
َ
‫ق‬
ُ‫ل‬‫ا‬
َ
‫م‬ : ‫ا‬‫و‬
َِ
‫ن‬ ‫ا‬
ُ
‫د‬
َ‫ل‬
َ
‫ك‬
ُ
‫ر‬
ْ
‫خ‬
َ
‫ص‬
‫ا‬‫ة‬
َ
‫و‬
َ‫أ‬
ْ‫ن‬
َ
‫ت‬
َ‫ت‬
ْ
‫ق‬
ِ
‫د‬
ُ
‫ر‬
َ
‫ع‬
َ
‫ال‬ ‫لى‬
َ‫ف‬ ‫اء‬
ْ‫غ‬‫ا‬
َ‫ت‬
َ
‫س‬
َ
‫ل‬
َ‫ف‬
َ
‫م‬
َ
‫ات‬
َ‫ف‬
َ‫ل‬
َّ
‫م‬
َ‫ق‬ ‫ا‬
ِ
‫د‬
ْ
‫م‬
َ‫ن‬
َ
‫ع‬ ‫ا‬
َ
‫لى‬
َ
‫ر‬
ُ
‫س‬
ِ
‫ول‬
Halaman 9 dari 29
muka | daftar isi
ِ
‫هللا‬
s
َ‫أ‬
ْ
‫خ‬
ََ
‫ب‬
ِ‫ب‬
َ
‫ذ‬
ِ‫ل‬
َ
‫ك‬
َ‫ف‬
َ
‫ق‬
َ
‫ال‬
َ‫ق‬ :
َ‫ت‬
ُ‫ل‬
ُ‫وه‬
َ‫ق‬
َ‫ت‬
َ‫ل‬
ُ
‫ه‬
ُ
‫م‬
َ‫أ‬ ‫هللا‬
َ‫ل‬
َ
‫س‬
َ‫أ‬
ُ‫ل‬
ِ‫إ‬ ‫ا‬‫و‬
َ
‫ذ‬
‫ا‬
َ
‫ل‬
َ‫ي‬
ْ‫ع‬
َ‫ل‬
ُ
‫م‬
َ‫ف‬ ‫؟‬ ‫ا‬‫و‬
ِ
‫إ‬
ََّ
‫ّن‬
ِ
‫ش‬ ‫ا‬
َ
‫ف‬
ُ‫اء‬
َ
‫الع‬
ِ
‫ي‬
‫الس‬
َ
‫ؤ‬
‫ال‬
ْ
‫ن‬َ‫أ‬ ِ
‫يه‬ِ
‫ف‬ْ
‫ك‬َ‫ي‬ َ
‫ن‬‫ا‬َ
‫ك‬‫ا‬ََّ
‫ّن‬ِ‫إ‬
‫ا‬َ
‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ
‫ع‬ َ
‫ح‬َ
‫س‬َْ
‫َي‬ َُّ
‫ث‬ ‫ا‬‫ة‬َ‫ق‬ْ
‫ر‬ِ
‫خ‬ ِ
‫ه‬ِ
‫ح‬ْ
‫ر‬ُ
‫ج‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ
‫ع‬ َ
‫ب‬ِ
‫ص‬ْ‫ع‬َ‫ي‬َ
‫و‬ َ
‫م‬َّ
‫م‬َ‫ي‬َ‫ت‬َ‫ي‬
ِ
‫ه‬ِ
‫د‬َ
‫س‬َ
‫ج‬ َ
‫ر‬ِ‫ائ‬َ
‫س‬ َ
‫ل‬ِ
‫س‬ْ‫غ‬َ‫ي‬َ
‫و‬
Dari Jabir radhiyallahuanhu berkata"Kami dalam
perjalanan tiba-tiba salah seorang dari kami
tertimpa batu dan pecah kepalanya. Namun (ketika
tidur) dia mimpi basah. Lalu dia bertanya kepada
temannya"Apakah kalian membolehkan aku
bertayammum ?". Teman-temannya
menjawab"Kami tidak menemukan keringanan
bagimu untuk bertayammum. Sebab kamu bisa
mendapatkan air". Lalu mandilah orang itu dan
kemudian mati (akibat mandi). Ketika kami sampai
kepada Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu
bersabdalah beliau"Mereka telah membunuhnya
semoga Allah memerangi mereka. Mengapa tidak
bertanya bila tidak tahu ? Sesungguhnya obat
kebodohan itu adalah bertanya. Cukuplah baginya
untuk tayammum ...(HR. Abu Daud, Ad-
Daruquthuny).
2. Keringanan Tidak Bisa Berdiri
Berdiri merupakan rukun di dalam shalat fardhu,
dimana seorang bila meninggalkan salah satu dari
rukun shalat, maka hukum shalatnya itu tidak sah.
Namun bila seseorang karena penyakit yang
dideritanya, dia tidak mampu berdiri tegak, maka dia
Halaman 10 dari 29
muka | daftar isi
dibolehkan shalat dengan posisi duduk.1
Dasarnya adalah hadits nabawi berikut ini :
ْ
‫ت‬َ‫ن‬‫ا‬َ
‫ك‬
ِ
‫ب‬
ُ‫ي‬ِ
‫اس‬َ
‫و‬َ‫ب‬
ُ
‫ت‬ْ‫ل‬َ‫أ‬َ
‫س‬َ‫ف‬
‫ول‬ُ
‫س‬َ
‫ر‬
َِّ
‫اّلل‬

‫ال‬َ
‫ق‬َ‫ف‬
:
‫ل‬َ
‫ص‬
‫ا‬‫ا‬
‫م‬ِ‫ائ‬َ‫ق‬
ْ
‫ن‬ِ
‫إ‬َ‫ف‬
َْ
‫ل‬
ْ
‫ع‬ِ
‫ط‬َ‫ت‬ْ
‫س‬َ‫ت‬
‫ا‬‫ا‬
‫د‬ِ
‫اع‬َ
‫ق‬َ‫ف‬
ْ
‫ن‬ِ
‫إ‬َ‫ف‬
َْ
‫ل‬
ْ
‫ع‬ِ
‫ط‬َ‫ت‬ْ
‫س‬َ‫ت‬
‫ى‬َ‫ل‬َ
‫ع‬َ‫ف‬
َ
‫ك‬ِ‫ب‬ْ‫ن‬َ
‫ج‬
Dari Imran bin Hushain berkata,”Aku menderita
wasir, maka aku bertanya kepada Rasulullah SAW.
Beliau bersabda,”Shalatlah sambil berdiri, kalau
tidak bisa, maka shalatlah sambil duduk. Kalau
tidak bisa, shalatlah di atas lambungmu. (HR.
Bukhari)
3. Keringanan Tidak Bisa Ruku
Sebagaimana kita ketahui bahwa ruku’ di dalam
shalat adalah rukun yang bila tidak dikerjakan, maka
shalat itu tidak sah hukumnya. Di dalam Al-Quran
Allah SWT telah menetapkan :
‫ا‬‫و‬ُ‫ع‬َ
‫ك‬ْ
‫ار‬
‫ا‬‫و‬ُ
‫د‬ُ
‫ج‬ْ
‫اس‬َ
‫و‬
Ruku’ lah dan sujudlah (QS. Al-Hajj : 77)
Dan alasan sakit membolehkan seseorang tidak
melakukan gerakan ruku’ yang seharusnya. Hanya
saja para ulama agak sedikit berbeda tentang posisi
yang menggantikan ruku.
a. Jumhur Ulama
Menurut jumhur ulama, orang yang tidak bisa
1 Asy-Syarhu Ash-Shaghir, jilid 1 hal. 489
Halaman 11 dari 29
muka | daftar isi
melakukan gerakan atau berposisi ruku’, dia harus
berdiri tegak, lalu mengangguk kepala, namun masih
tetap berdiri.2
Dasarnya adalah hadits berikut ini :
‫ا‬‫و‬ُ
‫وم‬ُ‫ق‬َ
‫و‬
َِِّ
‫ّلل‬
َ
‫ي‬ِ‫ت‬ِ‫ان‬َ‫ق‬
Berdirilah untuk Allah dengan Khusyu’
Maksudnya, bila orang sakit tidak mampu
melakukan gerakan ruku, maka dia mengambil posisi
dasar yaitu berdiri. Ruku’nya hanya dengan
mengangguk saja.
b. Al-Hanafiyah
Namun menurut pendapat Al-Hanafiyah, orang
yang tidak mampu melakukan gerakan ruku’, secara
otomatis tidak lagi wajib melakukan posisi berdiri.
Sehingga dia shalat sambil duduk saja, rukunnya
dengan cara mengangguk dalam posisi duduk, bukan
dari posisi berdiri.3
4. Keringanan Tidak Bisa Sujud
Posisi sujud adalah bagian dari rukun shalat yang
apabila ditinggalkan akan membuat shalat itu
menjadi tidak sah. Sebagaimana ruku’ yang juga
merupakan rukun shalat, sujud juga diperintahkan di
dalam Al-Quran.
‫ا‬‫و‬ُ‫ع‬َ
‫ك‬ْ
‫ار‬
‫ا‬‫و‬ُ
‫د‬ُ
‫ج‬ْ
‫اس‬َ
‫و‬
2 Al-Muhadzdzab jilid 1 hal. 81
3 Al-Hidayah, jilid 1 hal. 77
Halaman 12 dari 29
muka | daftar isi
Ruku’ lah dan sujudlah (QS. Al-Hajj : 77)
Namun orang yang sakit dan tidak mampu untuk
melakukan gerakan sujud, tentu tidak bisa dipaksa.
Dia mendapatkan keringanan dari Allah SWT untuk
sebisa-bisanya melakukan sujud, meski tidak
sempurna.
Orang yang bisa berdiri tapi tidak bisa sujud, dia
cukup membungkuk sedikit saja dengan badan masih
dalam keadaan berdiri. Dia tidak boleh berbaring,
sambil menganggukkan kepala untuk sujud. Bila hal
itu dilakukannya malah akan membatalkan
shalatnya.4
Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW :
ِ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ
‫اس‬
ْ
‫ن‬َ‫أ‬
َ
‫د‬ُ
‫ج‬ْ
‫س‬َ‫ت‬
‫ى‬َ‫ل‬َ
‫ع‬
ِ
‫ض‬ْ
‫ر‬ْ‫أل‬‫ا‬
َّ‫ل‬ِ‫إ‬َ
‫و‬
ْ
‫ئ‬ِ
‫م‬ْ
‫َو‬‫أ‬َ‫ف‬
‫ا‬‫اء‬َ‫َي‬ِ‫إ‬
‫ل‬َ
‫ع‬ْ
‫اج‬َ
‫و‬
َ
‫ك‬َ
‫ود‬ُ
‫ج‬ُ
‫س‬
َ
‫ض‬َ
‫ف‬ْ
‫َخ‬‫أ‬
ْ
‫ن‬ِ
‫م‬
َ
‫ك‬ِ
‫وع‬ُ
‫ك‬
ُ
‫ر‬
Bila kamu mampu untuk sujud di atas tanah, maka
lakukanlah. Namun bila tidak, maka anggukan
kepala. Jadikan sujudmu lebih rendah dari ruku’mu.
(HR. Ath-Thabrani)
5. Keringanan Tidak Wajib Shalat
Berjamaah
Meskipun jumhur ulama tidak mewajibkan shalat
berjamaah, namun mazhab Al-Hanabilah
berpendapat bahwa shalat berjamaah di masjid
bersama imam hukumnya fardhu 'ain.
4 Ash-Syarhu Ash-Shaghir, jilid 9 hal. 493
Halaman 13 dari 29
muka | daftar isi
Salah satu dalil yang dipakai untuk mewajibkan
shalat berjamaah adalah bahwa Rasulullah SAW
tetap mewajibkan Abdullah bin Ummi Maktuh yang
buta untuk ke masjid shalat berjamaah.
ْ
‫ن‬َ
‫ع‬
ِ
‫َب‬‫أ‬
َ
‫ة‬َ
‫ر‬ْ‫ي‬َ
‫ر‬ُ
‫ه‬

‫ال‬َ‫ق‬
:
‫ى‬َ‫ت‬َ‫أ‬
َِّ
‫َّب‬‫ن‬‫ال‬

‫ل‬ُ
‫ج‬َ
‫ر‬
‫ى‬َ
‫م‬ْ‫َع‬‫أ‬
‫ال‬َ
‫ق‬َ‫ف‬
:
َ
‫ي‬
‫ول‬ُ
‫س‬َ
‫ر‬
َِّ
‫اّلل‬
ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫س‬ْ‫ي‬َ‫ل‬
ِ
‫ل‬
‫د‬ِ‫ائ‬َ‫ق‬
ِ
‫ن‬ُ
‫ود‬ُ
‫ق‬َ‫ي‬
َ
‫ل‬ِ‫إ‬
ِ
‫د‬ِ
‫ج‬ْ
‫س‬َ
‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬
‫َل‬‫أ‬َ
‫س‬َ‫ف‬
‫ول‬ُ
‫س‬َ
‫ر‬
َِّ
‫اّلل‬

ْ
‫ن‬َ‫أ‬
َ
‫ص‬ِ
‫خ‬َ
‫ر‬ُ‫ي‬
ُ‫ه‬َ‫ل‬
‫ي‬ِ‫ل‬َ
‫ص‬ُ‫ي‬َ‫ف‬
ِ
‫ف‬
ِ
‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬
َ
‫ص‬َّ
‫خ‬َ
‫ر‬َ‫ف‬
ُ‫ه‬َ‫ل‬
‫ا‬َّ
‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬
َّ
‫ل‬َ
‫و‬
ُ‫اه‬َ
‫ع‬َ
‫د‬
‫ال‬َ
‫ق‬َ‫ف‬
:
‫ل‬َ
‫ه‬
ُ
‫ع‬َ
‫م‬ْ
‫س‬َ‫ت‬
َ‫اء‬َ
‫د‬ِ‫الن‬
ِ
‫ة‬َ‫ل‬َّ
‫لص‬ِ
‫ِب‬
‫؟‬
‫ال‬َ‫ق‬
:
ْ
‫م‬َ
‫ع‬َ‫ن‬
‫ال‬َ‫ق‬
:
ْ
‫ب‬ ِ
‫َج‬‫أ‬َ‫ف‬
Dari Abi Hurairah radhiyallahuanhu berkata bahwa
Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki
yang buta dan berkata,"Ya Rasulullah, tidak ada
orang yang menuntunku ke masjid. Rasulullah SAW
berkata untuk memberikan keringanan untuknya.
Ketika sudah berlalu, Rasulullah SAW
memanggilnya dan bertanya,'Apakah kamu
dengar adzan shalat?'. 'Ya', jawabnya.
'Datangilah', kata Rasulullah SAW. (HR. Muslim)
Namun dalam kasus seorang sedang mengalami
sakit, kewajiban shalat berjamaah di masjid bersama
imam menjadi gugur. Orang sakit boleh shalat
sendirian di rumahnya.
Lalu kenapa orang buta tetap wajib shalat
berjamaah, bukankah dia termasuk orang cacat?
Jawabnya bahwa orang buta itu memang cacat
Halaman 14 dari 29
muka | daftar isi
dan tidak bisa melihat, namun badannya ttap sehat.
Hal ini berbeda dengan orang sakit yang memang
mendapat udzur syar'i untuk tidak berjamaah ke
masjid. Ini adalah bentuk keringanan yang diberikan
oleh mazhab Al-Hanabilah sebagai pendapat yang
asalnya mewajibkan shalat berjamaah.
6. Keringanan Tidak Wajib Shalat Jumat
Seluruh ulama sepakat bahwa orang sakit
termasuk mereka yang gugur kewajibannya untuk
mengerjakan shalat Jumat. Namun demikian, dia
tetap diwajibkan mengerjakan shalat Dzhuhur
sendirian.
Dalil bolehnya orang sakit tidak ikut shalat Jumat
ada banyak, salah satunya hadits berikut ini :
‫اب‬َ
‫ه‬ِ
‫ش‬ ِ
‫ن‬ْ‫ب‬ ِ
‫ق‬ِ
‫ر‬‫ا‬َ‫ط‬ ْ
‫ن‬َ
‫ع‬َ
‫و‬

َِّ
‫اّلل‬ َ
‫ول‬ُ
‫س‬َ
‫ر‬ َّ
‫َن‬‫أ‬

‫وك‬ُ‫ل‬َْ
‫َم‬ َ
‫ال‬َ‫ق‬
‫يض‬ِ
‫ر‬َ
‫م‬َ
‫و‬ ٌِّ
‫ب‬َ
‫ص‬َ
‫و‬ ‫َة‬‫أ‬َ
‫ر‬ْ
‫ام‬َ
‫و‬
Dari Thariq bin Syihab radhiyallahuanhu bahwa
Rasulullah SAW bersabda,"Shalat Jumat itu adalah
kewajiban bagi setiap muslim dengan berjamaah,
kecuali (tidak diwajibkan) atas 4 orang, yaitu
budak, wanita, anak kecil dan orang sakit." (HR.
Abu Daud)
Halaman 15 dari 29
muka | daftar isi
C. Ketentuan Orang Sakit Dalam Shalat
1. Tetap Wajib Shalat Menghadap Kiblat
Seseorang yang sedang menderita sakit tertentu
sehingga tidak mampu berdiri atau duduk, maka dia
tetap wajib shlat dengan menghadap kiblat. Namun
caranya memang agak berbeda-beda di antara para
ulama.
Sebagian mengatakan bahwa caranya dengan
berbaring miring, posisi bagian kanan tubuhnya ada
di bawah dan bagian kiri tubuhnya di atas. Mirip
dengan posisi mayat yang masuk ke liang lahat.
Dalilnya karena dalam pandangan mereka, yang
dimaksud dengan menghadap kiblat harus dada dan
bukan wajah. Maka intinya adalah bagaimana dada
itu bisa menghadap kiblat. Dan caranya dengan
shalat dengan posisi miring.
Dalil lainnya adalah sabda Rasulullah SAW sendiri
yang memerintahkan untuk shalat di atas lambung.
Dasarnya adalah hadits nabawi berikut ini :
ْ
‫ت‬َ‫ن‬‫ا‬َ
‫ك‬
ِ
‫ب‬
ُ‫ي‬ِ
‫اس‬َ
‫و‬َ‫ب‬
ُ
‫ت‬ْ‫ل‬َ‫أ‬َ
‫س‬َ‫ف‬
‫ول‬ُ
‫س‬َ
‫ر‬
‫ا‬
َِّ
‫ّلل‬

‫ال‬َ
‫ق‬َ‫ف‬
:
‫ل‬َ
‫ص‬
‫ا‬‫ا‬
‫م‬ِ‫ائ‬َ‫ق‬
ْ
‫ن‬ِ
‫إ‬َ‫ف‬
َْ
‫ل‬
ْ
‫ع‬ِ
‫ط‬َ‫ت‬ْ
‫س‬َ‫ت‬
‫ا‬‫ا‬
‫د‬ِ
‫اع‬َ
‫ق‬َ‫ف‬
ْ
‫ن‬ِ
‫إ‬َ‫ف‬
َْ
‫ل‬
ْ
‫ع‬ِ
‫ط‬َ‫ت‬ْ
‫س‬َ‫ت‬
‫ى‬َ‫ل‬َ
‫ع‬َ‫ف‬
َ
‫ك‬ِ‫ب‬ْ‫ن‬َ
‫ج‬
Dari Imran bin Hushain berkata,”Aku menderita
wasir, maka aku bertanya kepada Rasulullah SAW.
Halaman 16 dari 29
muka | daftar isi
Beliau bersabda,”Shalatlah sambil berdiri, kalau
tidak bisa, maka shalatlah sambil duduk. Kalau
tidak bisa, shalatlah di atas lambungmu. (HR.
Bukhari)
Namun sebagian ulama yang lain mengatakan
bahwa yang menjadi ukuran dalam menghadap
kiblat adalah kaki, bukan dada. Asalkan kakinya sudah
menghadap kiblat, maka dianggap posisi badannya
sudah memenuhi syarat.
Maka orang yang sakit itu dalam posisi telentang
dan kakinya membujur ke arah kiblat.
Namun akan jauh lebih baik bila badannya bisa
sedikit dinaikkan dan bersender di bantal, karena
baik dada mau pun kaki sama-sama bisa menghadap
kiblat. Umumnya ranjang di rumah sakit bisa
ditinggikan di bagian kepala, maka ranjang seperti ini
tentu akan lebih baik lagi.
Adapun seseorang yang sakitnya amat parah
sehingga tidak bisa lagi menggerakkan badan atau
menggeser posisinya agar menghadap ke kiblat, dan
juga tidak ada yang membantunya untuk
menggeserkan posisi shalat menghadap ke kiblat,
maka dia boleh menghadap ke arah mana saja.
2. Orang Sakit Menjama’ Shalat
Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan
orang yang sedang sakit untuk menjama’ shalatnya.
Sebagian ulama tidak memperbolehkannya, namun
sebagian yang lain membolehkan adanya shalat
jama’ bagi orang yang sedang sakit.
a. Tidak Boleh Dijama’
Halaman 17 dari 29
muka | daftar isi
Mereka yang tidak membolehkan orang sakit
untuk menjama’ shalat di antaranya adalah mazhab
Al-Hanafiyah dan Asy-Syafi’iyah, serta sebagian dari
ulama dari mazhab Al-Malikiyah.
Dasarnya karena sama sekali tidak ada dalil apa
pun dari Rasulullah SAW yang membolehkan hal itu.
Dan selama tidak ada dalil, maka kita tidak boleh
mengarang sendiri sebuah aturan tentang shalat.5
Sehingga setiap orang yang sakit wajib
menjalankan shalat sesuai dengan waktu-waktu
shalat yang telah ditetapkan, dan tidak ada istilah
untuk dijama’.
Jama' Shuri
Untuk itu jalan keluar yang bisa dilakukan adalah
melakukan shalat dengan bentuk jama' shuri.
b. Boleh Dijama’
Imam Ahmad bin Hanbal membolehkan jama'
karena disebabkan sakit. Begitu juga Imam Malik dan
sebagian pengikut Asy-Syafi'iyyah.
Sedangkan dalam kitab Al-Mughni karya Ibnu
Qudamah dari mazhab Al-Hanabilah menuliskan
bahwa sakit adalah hal yang membolehkan jama'
shalat. Syeikh Sayyid Sabiq menukil masalah ini
dalam Fiqhussunnah-nya.
Sedangkan Al-Imam An-Nawawi dari mazhab Asy-
Syafi'iyyah menyebutkan bahwa sebagian imam
berpendapat membolehkan menjama' shalat saat
mukim (tidak safar) karena keperluan tapi bukan
5 Hasyiatu Ibnu Abidin, jilid 1 hal. 255-256
Halaman 18 dari 29
muka | daftar isi
menjadi kebiasaan6
.
Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Ibnu
Sirin dan Asyhab dari kalangan Al-Malikiyah. Begitu
juga Al-Khattabi menceritakan dari Al-Quffal dan
Asysyasyi al-kabir dari kalangan Asy-Syafi'iyyah.
Begitu juga dengan Ibnul Munzir yang menguatkan
pendapat dibolehkannya jama' ini dengan perkataan
Ibnu Abbas ra, “beliau tidak ingin memberatkan
ummatnya”.
Allah SWT berfirman :
‫ج‬َ
‫ر‬َ
‫ح‬ ْ
‫ن‬ِ
‫م‬ ِ
‫ن‬‫ي‬ِ
‫الد‬ ِ
‫ف‬ ْ
‫م‬ُ
‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ
‫ع‬ َ
‫ل‬َ
‫ع‬َ
‫ج‬ ‫ا‬َ
‫م‬َ
‫و‬
Allah tidak menjadikan dalam agama ini kesulitan.
(QS. Al-Hajj : 78)
َ‫ل‬َ
‫ع‬ َ
‫س‬ْ‫ي‬َ‫ل‬
‫األ‬ ‫ى‬
‫األ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ
‫ع‬ ‫ل‬َ
‫و‬ ‫ج‬َ
‫ر‬َ
‫ح‬ ‫ى‬َ
‫م‬ْ‫ع‬
‫ى‬َ‫ل‬َ
‫ع‬ ‫ل‬َ
‫و‬ ‫ج‬َ
‫ر‬َ
‫ح‬ ِ
‫ج‬َ
‫ر‬ْ‫ع‬
‫ج‬َ
‫ر‬َ
‫ح‬ ِ
‫يض‬ِ
‫ر‬َ
‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬
Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak bagi
orang pincang, tidak bagi orang sakit. (QS. Annur :
61)
Mazhab Al-Hanabilah dan sebagian ulama dari
kalangan mazhab Al-Malikiyah berpendapat bahwa
seorang yang sedang sakit diberi keringanan untuk
menjama’ dua shalat, baik jama’ taqdim atau pun
jama’ ta’khir.
Dalil lainnya adalah asumsi bahwa Nabi SAW
6 Syarah An-Nawawi jilid 5 hal. 219
Halaman 19 dari 29
muka | daftar isi
pernah menjamak shalat di Madinah, yang mana
alasannya bukan karena safar, takut, hujan atau haji.
Maka asumsinya adalah karena sakit.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu bahwa
Rasulullah SAW menjama' zhuhur, Ashar, Maghrib
dan Isya' di Madinah meski tidak dalam keadaan
takut maupun hujan.” (HR. Muslim)
3. Tidak Boleh Mengqashar
Meskipun ada pendapat yang membolehkan
orang sakit menjama' shalatnya, namun perlu
digaris-bawahi bahwa qashar tetap tidak berlaku.
Artinya, orang sakit tidak diberikan keringanan untuk
mengqashar shalat.
Selama ini banyak orang yang terlanjur
menyamakan antara jama' dan qashar, sehingga
dalam benak mereka kalau boleh menjama' berarti
juga boleh mengqashar.
Padahal tidak demikian, mengqashar shalat itu
hanya dibolehkan karena satu alasan, yaitu safar.
Safar adalah satu-satunya alasan dari dibolehkannya
qashar shalat.
Sedangkan jama' memang dibolehkan untuk selain
alasan safar, seperti karena hujan, sakit dan udzur
lainnya, meski tetap dalam hal ini para ulama
berbeda-beda pendapat.
Maka dimungkinkan dengan menggunakan
pendapat tertentu bagi orang sakit untuk menjama'
shalat, tetapi seluruh ulama sepakat bahwa orang
sakit tetap tidak diperbolehkan mengqashar shalat.
4. Mengganti Shalat Yang Terlewat
Halaman 20 dari 29
muka | daftar isi
Apabila karena alasan sakit seseorang terpaksa
harus meninggalkan shalat fardhu dari waktunya,
maka hukumnya secara syariah tidak berarti
kewajiban shalat atasnya menjadi gugur.
Shalat fardhu lima waktu tetap menjadi kewajiban
atasnya, hanya saja ketika sakit dan tidak mampu
dikerjakan, sementara tidak perlu dikerjakan.
Misalnya ketika seorang pasien sedang dioperasi
yang membutuhkan waktu panjang, dan tidak
mungkin shalat-shalat itu dijamak sebelum atau
sesudahnya. Maka apabila selama masa operasi
kedokteran itu pasien harus meninggalkan beberapa
waktu shalat, ada kewajiban untuk mengganti shalat-
shalat itu begitu nanti sudah mampu dilakukan.
Demikian juga para ulama sepakat bahwa orang
yang pingsan, hukumnya sama dengan orang yang
tidur. Bila ada pasien berada dalam keadaan pingsan
atau koma, maka semua shalat fardhu yang
ditinggalkannya itu wajib diganti kalau sudah sehat.
5. Bolehkah Orang Sakit Jadi Imam?
Para ulama sepakat orang sakit boleh shalat
sambil duduk atau berbaring, asalkan shalat sendiri
atau jadi makmum. Sedangkan bila dia menjadi imam
dimana makmumnya mampu berdiri, para ulama
berbeda pendapat tentang kebolehannya dan
bagaimana dengan makmumnya. Sebagian
mengatakan boleh dan sebagian mengatakan tidak
boleh.
Dalam hal ini yang menjadi wilayah pembahasan
hanya sebatas shalat fardhu lima waktu. Sedangkan
dalam shalat sunnah berjamaah seperti tarawih atau
Halaman 21 dari 29
muka | daftar isi
Idul Fithr dan lainnya, di luar pembicaraan.
a. Tidak Boleh dan Tidak Sah
Secara resmi mazhab Al-Malikiyah dan Al-
Hanabilah mengatakan tidak boleh. Imam yang tidak
mampu berdiri, ruku’ atau sujud, tidak
diperkenankan menjadi imam bagi orang-orang yang
sehat dan mampu berdiri, ruku’ dan sujud. Pendapat
ini juga didukung oleh Muhammad bin Hasan Asy-
Syaibani yang merupakan salah satu murid Al-Imam
Abu Hanifah.
Al-Qarafi (w. 684 H) salah satu ulama mazhab Al-
Malikiyah menyebutkan hal itu di dalam kitabnya
Adz-Dzakhirah.
‫كا‬
‫ر‬‫تا‬ ‫فيكون‬ ‫اءة‬‫ر‬‫الق‬ ‫بدليل‬ ‫المأموم‬ ‫صالة‬ ‫ي‬
‫ه‬ ‫اإلمام‬ ‫صالة‬ ‫أن‬
‫صالته‬ ‫تصح‬ ‫فال‬ ‫القدرة‬ ‫مع‬ ‫للقيام‬
Shalatnya imam menjadi shalatnya makmum
dengan dalil qiraaat, maka imam yang tidak berdiri
tidak sah shalatnya. 7
Al-Khalil (w. 776 H) salah satu ulama mazhab Al-
Malikyah di dalam kitabnya At-Taudhih Syarah
Mukhtashar Ibnul Hajib atau sering disingkat menjadi
Mukhtashar menyebutkan bahwa tidak sah
bermakmum kepada imam yang tidak mampu
melakukan salah satu rukun shalat.
‫أو‬ ‫مشكال‬ ‫ى‬
‫خنث‬ ‫أو‬ ‫أة‬‫ر‬‫ام‬ ‫أو‬ ‫ا‬‫ر‬‫كاف‬ ‫بان‬ ‫بمن‬ ‫باقتداء‬ ‫وبطلت‬
َ
‫م‬ِ‫ل‬ َ‫ع‬ ْ
‫و‬
َ
‫أ‬
َ
‫د‬ َّ‫م‬ َ‫ع‬
َ
‫ت‬
ْ
‫إن‬ ‫ا‬
ً
‫ث‬ ِ
‫د‬ ْ
‫ح‬ ُ‫م‬ ْ
‫و‬
َ
‫أ‬ ‫مأموما‬ ‫أو‬ ‫بجارحة‬ ‫فاسقا‬ ‫أو‬ ‫مجنونا‬
7 Al-Qarafi, Adz-Dzakhirah, jilid 2 hal. 247
Halaman 22 dari 29
muka | daftar isi
‫كن‬
‫ر‬ ‫عن‬ ‫وبعاجز‬
ُ
‫ه‬ ُّ‫م‬
َ
‫ت‬
ْ
‫ؤ‬ ُ‫م‬
Batal shalat dengan bermakmum kepada orang
yang jelas-jelas kafirnya, wanita, khuntsa musykil,
orang gila, fasik, makmum, berhadats dengan
sengaja dan yang tidak mampu melakukan rukun
shalat. 8
Al-Buhuti (w. 885 H) salah satu ulama mazhab Al-
Hanabilah dalam kitabnya Kasysyaf Al-Qinna’
menegaskan tidak sahnya bermakmum kepada imam
yang tidak bisa berdiri.
ْ
‫ن‬ َ‫ع‬ َ
‫ز‬ َ
‫ج‬ َ‫ع‬
ُ
‫ه‬
َّ
‫ن‬
َ
‫أل‬ ) ِ
‫ام‬َ‫ي‬ ِ
‫ق‬
ْ
‫ال‬ ْ
‫ن‬ َ‫ع‬ ٍ
‫ز‬ ِ
‫اج‬ َ‫ع‬ َ
‫ف‬
ْ
‫ل‬
َ
‫خ‬ (
ُ
‫الة‬ َّ
‫الص‬
ُّ
‫ح‬ ِ
‫ص‬
َ
‫ت‬ ‫ال‬ َ
‫و‬
ِ
‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫اء‬
َ
‫د‬ِ‫ت‬
ْ
‫االق‬
َّ
‫ح‬ ِ
‫ص‬َ‫ي‬ ْ
‫م‬
َ
‫ل‬
َ
‫ف‬ ِ‫الة‬ َّ
‫الص‬ ِ
‫ان‬
َ
‫ك‬ْ
‫ر‬
َ
‫أ‬ ْ
‫ن‬ ِ
‫م‬ ٍ
‫ن‬
ْ
‫ك‬ُ
‫ر‬
Tidak sah shalat di belakang imam yang tidak
mampu berdiri, karena dia tidak melakukan salah
satu rukun shalat, maka tidak sah bermakmum
padanya. 9
Semua hal di atas dengan catatan bahwa shalat itu
sekedar shalat jamaah secara umum. Namun khusus
shalat berjamaah di masjid dengan imam al-hay ( ‫إمام‬
‫الحي‬), maka hukumnya dibolehkan meski tetap lebih
utama jangan mengimami.
Yang dimaksud dengan imam al-hay (‫الحي‬ ‫إمام‬)
adalah imam masjid yang resmi atau yang kita kenal
dengan sebutan imam rawatib di suatu masjid. Hal
itu mengingat kedudukan imam resmi ini memang
8 Al-Allamah Khalil Al-Maliki, At-Taudhih Syarah Mukhtashar
Ibnul Hajib, hal. 40
9 Al-Buhuti, Kasysyaf Al-Qinna’, jilid 1 hal. 477
Halaman 23 dari 29
muka | daftar isi
sangat penting dan diperhitungkan dalam mazhab
mereka.
Maka Ibnu Qudamah (w. 620 H) membolehkan
imam resmi yang sakit untuk mengimami sambil
duduk dan jamaah harus ikut shalat sambil duduk
juga.
‫ا‬ ‫إمام‬ ‫صىل‬ ‫وإذا‬
. )‫جلوسا‬ ‫اءه‬‫ر‬‫و‬ ‫من‬ ‫صىل‬ ‫جالسا‬ ‫ي‬
‫لح‬
‫يستخلف؛‬ ‫أن‬ ،‫القيام‬ ‫عن‬‫وعجز‬ ،‫مرض‬ ‫إذا‬ ‫لإلمام‬ ‫المستحب‬
‫الخالف‬ ‫من‬ ‫فيخرج‬ ،‫إمامته‬ ‫صحة‬ ‫ي‬
‫ف‬ ‫اختلفوا‬ ‫الناس‬ ‫ألن‬
Bila imam resmi shalat sambil duduk maka para
makmum shalat sambil duduk juga. Namun yang
mustahab, bila imam sakit dan tidak mampu
berdiri, sebaiknya dia melakukan istikhlaf, sebab
ada perbedaan pendapat atas sah tidaknya.
Sebaiknya tidak masuk ke dalam khilafiyah.
Namun yang lebih utama dia tidak jadi imam
karena para ulama berbeda pendapat apakah sah
atau tidak.
‫ف‬ :‫قيل‬ ‫فإن‬
‫ي‬
‫النث‬ ‫صىل‬ ‫قد‬
-
‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صىل‬
-
‫قاعدا‬
،‫الجواز‬ ‫ليبي‬ ‫قاعدا‬ ‫صىل‬ :‫قلنا‬ .‫يستخلف‬ ‫ولم‬ ،‫بأصحابه‬
‫ي‬
‫النث‬ ‫صالة‬ ‫وألن‬ ،‫أخرى‬ ‫مرة‬ ‫واستخلف‬
-
‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صىل‬
‫وسلم‬
-
‫بهم‬ ‫صىل‬ ‫فإن‬ .‫قائما‬ ‫ه‬‫غت‬ ‫صالة‬ ‫من‬ ‫أفضل‬ ‫قاعدا‬
.‫جلوسا‬ ‫ائه‬‫ر‬‫و‬ ‫من‬ ‫ويصلون‬ ،‫جاز‬ ‫قاعدا‬
Bila ada yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW
pernah menjadi imam sambil duduk dan tidak
melakukan istikhlaf, maka kita katakan bahwa hal
itu untuk menunjukkan kebolehan, namun Beliau
SAW pernah melakukan istikhlaf juga pada
Halaman 24 dari 29
muka | daftar isi
kesempatan yang berbeda. Selain itu karena lebih
utama diimami oleh Rasulullah SAW meski hanya
sambil duduk ketimbang diimami oleh selain beliau
meski sambil berdiri. Namun intinya boleh jadi
imam meski sambil duduk dna makmumnya shalat
juga sambil duduk. 10
b. Boleh dan Sah
Sedangkan yang membolehkan bermakmum
kepada imam yang duduk karena sakit adalah
Mazhab Al-Hanafiyah dan Asy-Syafi’iyah.
Perbedaan di antara keduanya bahwa Mazhab Al-
Hanafiyah mensyaratkan imam harus bisa ruku’ dan
sujud secara normal. Kalau ruku’ dan sujud secara
normal itu pun tidak bisa dilakukannya, maka
hukumnya tidak boleh dijadikan imam.
Ibnu Abdin (w. 1252 H) salah satu ulama rujukan
dalam mazhab Al-Hanafiyah menuliskan di dalam
kitabnya Hasyiah Ibnu Abdin atau yang lebih dikenal
dengan Radd Al-Muhtar ‘ala Ad-Dur Al-Mukhtar
dengan mengutipkan matan dari kitab yang
disyarahnya sebagai berikut :
‫ا‬
ّ
‫وصح‬
‫ه‬
ّ
‫ألن‬ ‫جد؛‬ ْ
‫ويس‬ ‫كع‬ْ
‫ير‬ ٍ
‫بقاعد‬ ٍ
‫وقائم‬ ‫تداء‬
ْ
‫ق‬
-
‫ه‬ْ‫علي‬
‫ى‬
‫اّلل‬
‫ى‬
‫صىل‬
‫م‬
‫ى‬
‫وسل‬
-
ٌ
‫قيام‬ ْ
‫وهم‬ ‫ا‬
ً
‫قاعد‬ ‫صالته‬ ‫آخر‬
‫ى‬
‫صىل‬
Sah hukumnya orang yang berdiri bermakmum
kepada imam yang duduk asalkan masih bisa ruku’
dan sujud. Sebab Nabi SAW di akhir hayatnya
shalat sambil duduk, sedangkan para shahabat jadi
10 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, jilid 2 hal. 162
Halaman 25 dari 29
muka | daftar isi
makmum sambil berdiri. 11
Sedangkan dalam mazhab As-Syafi’iyah, meski pun
imam tidak bisa ruku’ dan sujud dengan normal,
hukumnya tetap boleh boleh jadi imam orang yang
sehat.
An-Nawawi (w. 676 H) salah satu ulama mazhab
Asy-Syafi’iyah menyebutkan di dalam kitabnya Al-
Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab sebagai berikut :
‫العاجز‬ ‫القاعد‬ ‫خلف‬ ‫القائم‬ ‫صالة‬ ‫جواز‬ ‫مذهبنا‬ ‫أن‬ ‫نا‬‫ر‬‫ذك‬ ‫قد‬
‫قعودا‬ ‫اءه‬‫ر‬‫و‬ ‫صالتهم‬ ‫تجوز‬ ‫ال‬ ‫وأنه‬
Telah kami sebutkan bahwa mazhab kami
membolehkan shalat di belakanga imam yang
duduk karena tidak mampu. Namun makmumnya
tidak boleh duduk harus berdiri. 12
Al-Khatib Asy-Syirbini (w. 977 H), salah satu ulama
mazhab Asy-Syafi’iyah menyebutkan di dalam
kitabnya Mughni Al-Muhtaj, sebagai berikut :
ّ
‫وتصح‬
‫ر‬ ‫لما‬ ‫طجع‬
ْ
‫مض‬
ْ
‫وال‬ ‫قاعد‬
ْ
‫بال‬ ‫قائم‬
ْ
‫لل‬
ْ
‫عن‬ ّ
‫بخاري‬
ْ
‫ال‬ ‫وى‬
‫عائشة‬
-
‫ها‬
ْ
‫عن‬ ‫تعاىل‬
‫ى‬
‫اّلل‬ ‫ي‬
‫رض‬
-
‫ه‬
ّ
‫أن‬
-
‫م‬
‫ى‬
‫وسل‬ ‫ه‬ْ‫علي‬
‫ى‬
‫اّلل‬
‫ى‬
‫صىل‬
-
‫ا‬ ً‫قيام‬ ‫اس‬
ّ
‫والن‬ ٍ
‫ر‬
ْ
‫بك‬‫وأبو‬ ‫ا‬
ً
‫قاعد‬ ‫ته‬ ْ
‫مو‬ ‫مرض‬ ‫ي‬
‫ف‬
‫ى‬
‫صىل‬
Dan sah bagi makmum yang berdiri untuk
bermakmum kepada imam yang duduk. Dasarnya
11 Ibnu Abdin, Radd Al-Muhtar ‘ala Ad-Dur Al-Mukhtar, jilid 1
hal. 588
12 An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, jilid 2 hal.
465
Halaman 26 dari 29
muka | daftar isi
hadits riwayat Bukhari dari Aisyah
radhiyallahuanha bahwa Nabi SAW shalat kala
sakit wafatnya sambil duduk, sementara Abu Bakar
dan orang-orang berdiri. 13
Al-Baihaqi menjelaskan lebih jauh bahwa hal itu
terjadi pada hari Sabtu atau Ahad, dimana Rasulullah
SAW SAW wafat pada Senin pagi hari berikutnya.
Maka hadits ini menasakh (menghapus) hadits lain
yang sama-sama diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dari Aisyah juga yang bunyinya :
‫ا‬‫ا‬
‫س‬ِ‫ال‬َ
‫ج‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ
‫ص‬ ‫ا‬َ
‫ذ‬ِ‫إ‬َ
‫و‬ َ
‫ال‬َ‫ق‬ ْ
‫ن‬َ‫أ‬ َ
‫إل‬ ِ
‫ه‬ِ‫ب‬ ََّ
‫َت‬ْ
‫ؤ‬ُ‫ي‬ِ‫ل‬ ُ
‫ام‬َ
‫م‬ِْ
‫اْل‬ َ
‫ل‬ِ‫ع‬ُ
‫ج‬ ‫ا‬ََّ
‫إّن‬
َ
‫ي‬ِ‫ع‬َْ
‫َْج‬‫أ‬ ‫ا‬‫ا‬
‫وس‬ُ‫ل‬ُ
‫ج‬ ‫ا‬‫و‬‫ل‬َ
‫ص‬َ‫ف‬
Seungguhnya Imam itu untuk diikuti, bila dia shalat
sambil duduk maka duduklah kalian semua. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Untuk lebih jelasnya kita buatkan perbedaan
pendapat para ulama ini dalam format tabel, sebagai
berikut :
Hanafi Maliki Syafii Hambali
Imam
duduk
Boleh Tidak
boleh
Boleh Tidak boleh
Imam
rawatib
duduk
Tidak
boleh
Boleh Boleh
Tidak
ruku’
Tidak Boleh
13 Al-Khatib Asy-Syirbini , Mughni Al-Muhtaj, jilid 1 hal 483
Halaman 27 dari 29
muka | daftar isi
sujud Boleh
Makmum Berdiri - Berdiri Duduk

Halaman 28 dari 29
muka | daftar isi
Ahmad Sarwat, Lc,MA
Saat ini penulis menjabat sebagai Direktur Rumah
Fiqih Indonesia (www.rumahfiqih.com), sebuah
institusi nirlaba yang bertujuan melahirkan para
kader ulama di masa mendatang, dengan misi
mengkaji Ilmu Fiqih perbandingan yang original,
mendalam, serta seimbang antara mazhab-mazhab
yang ada.
Selain aktif menulis, juga menghadiri undangan
dari berbagai majelis taklim baik di masjid,
perkantoran atau pun di perumahan di Jakarta dan
sekitarnya. Penulis juga sering diundang menjadi
pembicara, baik ke pelosok negeri ataupun juga
menjadi pembicara di mancanegara seperti Jepang,
Qatar, Mesir, Singapura, Hongkong dan lainnya.
Secara rutin menjadi nara sumber pada acara
TANYA KHAZANAH di tv nasional TransTV dan juga
beberapa televisi nasional lainnya.
Namun yang paling banyak dilakukan oleh Penulis
adalah menulis karya dalam Ilmu Fiqih yang terdiri
dari 18 jilid Seri Fiqih Kehidupan. Salah satunya
adalah buku yang ada di tangan Anda saat ini.
Halaman 29 dari 29
muka | daftar isi
RUMAH FIQIH adalah sebuah institusi non-profit
yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan
pelayanan konsultasi hukum-hukum agama Islam.
Didirikan dan bernaung di bawah Yayasan Daarul-
Uluum Al-Islamiyah yang berkedudukan di Jakarta,
Indonesia.
RUMAH FIQIH adalah ladang amal shalih untuk
mendapatkan keridhaan Allah SWT. Rumah Fiqih
Indonesia bisa diakses di rumahfiqih.com

More Related Content

What's hot

Adzan & iqomah (4 Madzhab)
Adzan & iqomah (4 Madzhab)Adzan & iqomah (4 Madzhab)
Adzan & iqomah (4 Madzhab)
Muhammad Jamhuri
 
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islamPelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Operator Warnet Vast Raha
 
Tata Cara Fardhu 5 Waktu Lengkap Dengan Gerakannya
Tata Cara Fardhu 5 Waktu Lengkap Dengan GerakannyaTata Cara Fardhu 5 Waktu Lengkap Dengan Gerakannya
Tata Cara Fardhu 5 Waktu Lengkap Dengan Gerakannya
Firdika Arini
 
macam-macam sujud
macam-macam sujudmacam-macam sujud
macam-macam sujud
Ami Pertiwi
 
Solat istikharah
Solat istikharahSolat istikharah
Solat istikharah
sakura rena
 
Slide adzan dan iqamah
Slide adzan dan iqamahSlide adzan dan iqamah
Slide adzan dan iqamah
Jusuf AN
 
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustakaSholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
Jae Aya
 
fiqh 3 - 2010 shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
fiqh 3 - 2010  shalat wajib, jama'ah, sujud-sujudfiqh 3 - 2010  shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
fiqh 3 - 2010 shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
Marhamah Saleh
 

What's hot (20)

Adzan & iqomah (4 Madzhab)
Adzan & iqomah (4 Madzhab)Adzan & iqomah (4 Madzhab)
Adzan & iqomah (4 Madzhab)
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
Makalah sholat
Makalah sholatMakalah sholat
Makalah sholat
 
Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbih
 
1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat
 
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islamPelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
 
Media pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukur
Media pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukurMedia pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukur
Media pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukur
 
Tata Cara Fardhu 5 Waktu Lengkap Dengan Gerakannya
Tata Cara Fardhu 5 Waktu Lengkap Dengan GerakannyaTata Cara Fardhu 5 Waktu Lengkap Dengan Gerakannya
Tata Cara Fardhu 5 Waktu Lengkap Dengan Gerakannya
 
macam-macam sujud
macam-macam sujudmacam-macam sujud
macam-macam sujud
 
Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8
 
Solat istikharah
Solat istikharahSolat istikharah
Solat istikharah
 
Slide adzan dan iqamah
Slide adzan dan iqamahSlide adzan dan iqamah
Slide adzan dan iqamah
 
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustakaSholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
 
Sholat
SholatSholat
Sholat
 
Power point shalat
Power point shalatPower point shalat
Power point shalat
 
25 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 2
25 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 225 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 2
25 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 2
 
fiqh 3 - 2010 shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
fiqh 3 - 2010  shalat wajib, jama'ah, sujud-sujudfiqh 3 - 2010  shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
fiqh 3 - 2010 shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
 
Shalat sunnah tasbih
Shalat sunnah tasbihShalat sunnah tasbih
Shalat sunnah tasbih
 
Solat sunat aidilfitri
Solat sunat aidilfitriSolat sunat aidilfitri
Solat sunat aidilfitri
 
Mengumandangkan azan dan iqamah
Mengumandangkan azan dan iqamahMengumandangkan azan dan iqamah
Mengumandangkan azan dan iqamah
 

Similar to 1_Sholat Orang Sakit.pdf

KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KANDA IZUL
 
Wudhu, mandi, tayammum
Wudhu, mandi, tayammumWudhu, mandi, tayammum
Wudhu, mandi, tayammum
N Marwa
 

Similar to 1_Sholat Orang Sakit.pdf (20)

Panduan ibadah pesakit
Panduan ibadah pesakitPanduan ibadah pesakit
Panduan ibadah pesakit
 
Materi fiqih kelas MI kelas 3
Materi fiqih kelas MI kelas 3Materi fiqih kelas MI kelas 3
Materi fiqih kelas MI kelas 3
 
93993970 tata-cara-ruqyah-yang-benar
93993970 tata-cara-ruqyah-yang-benar93993970 tata-cara-ruqyah-yang-benar
93993970 tata-cara-ruqyah-yang-benar
 
Haryanti modul (belajar shalat)
Haryanti modul (belajar shalat)Haryanti modul (belajar shalat)
Haryanti modul (belajar shalat)
 
Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3
Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3
Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3
 
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
 
E Book Nasehat bagi Tenaga Kesehatan Muslim.pdf
E Book Nasehat bagi Tenaga Kesehatan  Muslim.pdfE Book Nasehat bagi Tenaga Kesehatan  Muslim.pdf
E Book Nasehat bagi Tenaga Kesehatan Muslim.pdf
 
E Book Nasehat bagi Tenaga Kesehatan Muslim.pdf
E Book Nasehat bagi Tenaga Kesehatan  Muslim.pdfE Book Nasehat bagi Tenaga Kesehatan  Muslim.pdf
E Book Nasehat bagi Tenaga Kesehatan Muslim.pdf
 
Manfaat Wudhu & Shalat Bagi Kesehatan Baik Rohani Maupun Jasmani
Manfaat Wudhu & Shalat Bagi Kesehatan Baik Rohani Maupun JasmaniManfaat Wudhu & Shalat Bagi Kesehatan Baik Rohani Maupun Jasmani
Manfaat Wudhu & Shalat Bagi Kesehatan Baik Rohani Maupun Jasmani
 
30 kesalahan sholat di masyarakat
30 kesalahan sholat di masyarakat30 kesalahan sholat di masyarakat
30 kesalahan sholat di masyarakat
 
KDI 2293 KAEDAH FIQH.pptx
KDI 2293 KAEDAH FIQH.pptxKDI 2293 KAEDAH FIQH.pptx
KDI 2293 KAEDAH FIQH.pptx
 
Wudhu, mandi, tayammum
Wudhu, mandi, tayammumWudhu, mandi, tayammum
Wudhu, mandi, tayammum
 
Ppt fiqih MI kelas 3
Ppt fiqih MI kelas 3Ppt fiqih MI kelas 3
Ppt fiqih MI kelas 3
 
Fiqih puasa
Fiqih puasaFiqih puasa
Fiqih puasa
 
Qawaid fiqh koleksi pt 2
Qawaid fiqh koleksi pt 2Qawaid fiqh koleksi pt 2
Qawaid fiqh koleksi pt 2
 
Makalah agama islam 3 kelompok 5
Makalah agama islam 3 kelompok 5Makalah agama islam 3 kelompok 5
Makalah agama islam 3 kelompok 5
 
Megobati penyakit
Megobati penyakitMegobati penyakit
Megobati penyakit
 
Ebook mengobatipenyakitbekam abuazzam
Ebook mengobatipenyakitbekam abuazzamEbook mengobatipenyakitbekam abuazzam
Ebook mengobatipenyakitbekam abuazzam
 
Solat : Jangan Abai Toma'ninah
Solat : Jangan Abai Toma'ninahSolat : Jangan Abai Toma'ninah
Solat : Jangan Abai Toma'ninah
 
Rukun solat
Rukun solatRukun solat
Rukun solat
 

Recently uploaded

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 

1_Sholat Orang Sakit.pdf

  • 1. Halaman 1 dari 29 muka | daftar isi
  • 2. Halaman 2 dari 29 muka | daftar isi
  • 3. Halaman 3 dari 29 muka | daftar isi  Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT) Shalat Orang Sakit Penulis : Ahmad Sarwat, Lc., MA 29 hlm ISBN 978-602-1989-1-9 Judul Buku Shalat Orang Sakit Penulis Ahmad Sarwat, Lc., MA Editor Fatih Setting & Lay out Fayyad & Fawwaz Desain Cover Faqih Penerbit Rumah Fiqih Publishing Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940 Cet 1 – 10 September 2018
  • 4. Halaman 4 dari 29 muka | daftar isi Daftar Isi Daftar Isi................................................................. 4 A. Ketentuan Dalam Masalah Keringanan ................. 5 1. Sakit Tidak Menggugurkan Kewajiban Shalat .. 5 2. Lakukan Yang Bisa Dilakukan ........................... 5 3. Keringanan Tidak Boleh Mengarang Sendiri.... 6 B. Bentuk Keringan Yang Syar'i ............................... 8 1. Keringanan Dalam Bersuci ............................... 8 2. Keringanan Tidak Bisa Berdiri .......................... 9 3. Keringanan Tidak Bisa Ruku ........................... 10 a. Jumhur Ulama ........................................... 10 b. Al-Hanafiyah.............................................. 11 4. Keringanan Tidak Bisa Sujud .......................... 11 5. Keringanan Tidak Wajib Shalat Berjamaah .... 12 6. Keringanan Tidak Wajib Shalat Jumat............ 14 C. Ketentuan Orang Sakit Dalam Shalat....................15 1. Tetap Wajib Shalat Menghadap Kiblat........... 15 2. Orang Sakit Menjama’ Shalat......................... 16 a. Tidak Boleh Dijama’................................... 16 b. Boleh Dijama’............................................ 17 3. Tidak Boleh Mengqashar ............................... 19 4. Mengganti Shalat Yang Terlewat ................... 19 5. Bolehkah Orang Sakit Jadi Imam?.................. 20 a. Tidak Boleh dan Tidak Sah......................... 21 b. Boleh dan Sah............................................ 24
  • 5. Halaman 5 dari 29 muka | daftar isi A. Ketentuan Dalam Masalah Keringanan Sebagaimana disebutkan di muka, bahwa para prinsipnya orang sakit tidak dicabut kewajiban shalatnya. Namun mendapatkan beberapa keringanan. Untuk itu dalam menetapkan bentuk- bentuk keringanan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain : 1. Sakit Tidak Menggugurkan Kewajiban Shalat Ini adalah prinsip yang paling dasar dan sangat penting. Sebab banyak sekali orang yang keliru dalam memahami bentuk-bentuk keringanan, sehingga terlalu memudah-mudahkan hingga keluar batas. Tidak mentang-mentang seseorang menderita suatu penyakit, lantas dia boleh meninggalkan shalat seenaknya. Kalau pun terpaksa harus meninggalkan shalat, karena alasan sakit yang tidak mungkin bisa mengerjakan shalat, tetap saja shalat itu menjadi hutang yang harus dibayarkan di kemudian hari. 2. Lakukan Yang Bisa Dilakukan Seseorang yang sakit tetap diwajibkan untuk mendirikan shalat dengan melakukan gerakan dan posisi-posisi shalat sebisa dan semampu yang dia lakukan, meski pun tidak sampai sempurna. Dalilnya adalah firman Allah SWT :
  • 6. Halaman 6 dari 29 muka | daftar isi ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ ‫س‬ ‫ا‬َ ‫م‬ َ‫هللا‬ ‫ا‬‫و‬ُ ‫ق‬َّ‫ات‬َ‫ف‬ Dan bertaqwalah kepada Allah semampu yang kamu bisa (QS. At-Taghabun : 16) Dan juga sabda Rasulullah SAW : ‫ا‬َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ ْ ‫م‬ُ ‫ك‬ُ‫ت‬ْ ‫ر‬َ ‫َم‬‫أ‬ ‫ر‬ْ ‫َم‬ِ ‫ِب‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ ‫م‬ ‫ا‬َ ‫م‬ ْ ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ ‫اس‬ Bila kalian diperintah untuk mengerjakan sesuatu, maka kerjakannya semampu yang bisa kamu lakukan. (HR.Bukhari) Prinsipnya, apa pun gerakan dan bacaan shalat yang masih bisa dikerjakan, maka tetap wajib untuk dikerjakan. Dan apa yang sama sekali sudah mustahil bisa dilakukan, barulah boleh untuk ditinggalkan. Dalam konteks ini, kita tidak mengenal prinsip take it or leave it. Tapi yang berlaku adalah sebagaimana kaidah berikut ini : ُ ‫ه‬ ُّ ‫ل‬ ُ ‫ج‬ ُ ‫ك‬َ ْْ ‫ت‬ُ‫ي‬ َ ‫ال‬ ُ ‫ه‬ ُّ ‫ل‬ ُ ‫ك‬ ُ ‫ك‬َ ‫ر‬ ْ ‫د‬ُ‫ي‬ َ ‫اال‬ َ‫م‬ Apa yang tidak bisa didapat secara keseluruhannya, bukan berarti harus ditinggalkan semuanya. 3. Keringanan Tidak Boleh Mengarang Sendiri Tidak mentang-mentang mendapatkan keringanan, lantas kita boleh mengarang-ngarang sendiri bentuk keringanan seenak selera kita. Keringanan yang Allah SWT berikan kepada orang
  • 7. Halaman 7 dari 29 muka | daftar isi sakit bukanlah cek kosong yang boleh diisi seenaknya. Tetap saja ada banyak keterbatasan syariah yang mengiringi. Misalnya, orang sakit tetap wajib shalat sejumlah rakaat yang telah ditetapkan, dan tidak boleh mengurangi jumlah rakaat. Yang tadinya shalat Dzhuhur empat rakaat, tidak boleh tiba-tiba dikurangi jadi tinggal 1 rakaat, dengan alasan lagi sakit. Begitu juga yang seharusnya shalat itu 5 waktu dalam sehari semalam, tidak boleh kita ubah jadi cuma 3 waktu saja. Maka keringanan yang dijalankan harus bentuk- bentuk keringanan yang ada dalilnya dan tidak boleh keringanan yang seenak selera pribadi. Di antaranya adalah : ▪ Wudhu atau mandi janabah boleh diganti dengan tayammum ▪ Tidak bisa berdiri boleh shalat sambil duduk atau berbaring ▪ Tidak bisa menghadap kiblat ▪ Gugurnya kewajiban shalat berjamaah ▪ Gugurnya kewajiban Shalat Jumat
  • 8. Halaman 8 dari 29 muka | daftar isi B. Bentuk Keringan Yang Syar'i Berikut ini adalah beberapa bentuk keringanan yang diberikan kepada orang sakit secara syar'i : 1. Keringanan Dalam Bersuci Dalam perkara bersuci untuk mengangkat hadats, apabila tidak dimungkinkan bagi orang yang sedang sakit untuk menggunakan air, baik untuk berwudhu' atau mandi janabah, maka para ulama menetapkan kebolehan bertayammum. Tidak boleh terkena air itu karena ditakutnya akan semakin parah sakitnya atau terlambat kesembuhannya oleh sebab air itu. Baik atas dasar pengalaman pribadi maupun atas petunjuk dari dokter atau ahli dalam masalah penyakit itu. Maka pada saat itu boleh baginya untuk bertayammum. Dalilnya adalah hadits Rasulullah SAW berikut ini : َ ‫ع‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ج‬ ِ‫ب‬‫ا‬ ‫ر‬ َ‫ق‬ َ ‫ال‬ : َ ‫خ‬ َ ‫ر‬ ْ ‫ج‬ َ‫ن‬ ِ ‫ف‬ ‫ا‬ َ ‫س‬ َ ‫ف‬ ‫ر‬ َ‫ف‬ َ‫أ‬ َ ‫ص‬ َ ‫اب‬ َ ‫ر‬ ُ ‫ج‬ ‫ا‬‫ل‬ ِ ‫م‬ َّ‫ن‬ َ ‫ح‬ ‫ا‬ َ ‫ج‬ ‫ر‬ َ‫ف‬ َ ‫ش‬ َّ ‫ج‬ ُ‫ه‬ ِ ‫ف‬ َ ‫ر‬ ْ‫أ‬ ِ ‫س‬ ِ ‫ه‬ َُّ ‫ث‬ ْ ‫اح‬ َ‫ت‬ َ‫ل‬ َ ‫م‬ َ‫ف‬ َ ‫س‬ َ‫أ‬ َ ‫ل‬ َ‫أ‬ ْ ‫ص‬ َ ‫ح‬ َ‫اب‬ ُ‫ه‬ َ ‫ه‬ ْ ‫ل‬ َِ ‫ت‬ ُ ‫د‬ َ ‫ن‬‫و‬ ِ ‫ل‬ ُ ‫ر‬ ْ ‫خ‬ َ ‫ص‬ ‫ا‬‫ة‬ ِ ‫ف‬ َّ‫الت‬ َ‫ي‬ ‫م‬ َ‫ف‬ ‫؟‬ ‫م‬ َ ‫ق‬ ُ‫ل‬‫ا‬ َ ‫م‬ : ‫ا‬‫و‬ َِ ‫ن‬ ‫ا‬ ُ ‫د‬ َ‫ل‬ َ ‫ك‬ ُ ‫ر‬ ْ ‫خ‬ َ ‫ص‬ ‫ا‬‫ة‬ َ ‫و‬ َ‫أ‬ ْ‫ن‬ َ ‫ت‬ َ‫ت‬ ْ ‫ق‬ ِ ‫د‬ ُ ‫ر‬ َ ‫ع‬ َ ‫ال‬ ‫لى‬ َ‫ف‬ ‫اء‬ ْ‫غ‬‫ا‬ َ‫ت‬ َ ‫س‬ َ ‫ل‬ َ‫ف‬ َ ‫م‬ َ ‫ات‬ َ‫ف‬ َ‫ل‬ َّ ‫م‬ َ‫ق‬ ‫ا‬ ِ ‫د‬ ْ ‫م‬ َ‫ن‬ َ ‫ع‬ ‫ا‬ َ ‫لى‬ َ ‫ر‬ ُ ‫س‬ ِ ‫ول‬
  • 9. Halaman 9 dari 29 muka | daftar isi ِ ‫هللا‬ s َ‫أ‬ ْ ‫خ‬ ََ ‫ب‬ ِ‫ب‬ َ ‫ذ‬ ِ‫ل‬ َ ‫ك‬ َ‫ف‬ َ ‫ق‬ َ ‫ال‬ َ‫ق‬ : َ‫ت‬ ُ‫ل‬ ُ‫وه‬ َ‫ق‬ َ‫ت‬ َ‫ل‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫م‬ َ‫أ‬ ‫هللا‬ َ‫ل‬ َ ‫س‬ َ‫أ‬ ُ‫ل‬ ِ‫إ‬ ‫ا‬‫و‬ َ ‫ذ‬ ‫ا‬ َ ‫ل‬ َ‫ي‬ ْ‫ع‬ َ‫ل‬ ُ ‫م‬ َ‫ف‬ ‫؟‬ ‫ا‬‫و‬ ِ ‫إ‬ ََّ ‫ّن‬ ِ ‫ش‬ ‫ا‬ َ ‫ف‬ ُ‫اء‬ َ ‫الع‬ ِ ‫ي‬ ‫الس‬ َ ‫ؤ‬ ‫ال‬ ْ ‫ن‬َ‫أ‬ ِ ‫يه‬ِ ‫ف‬ْ ‫ك‬َ‫ي‬ َ ‫ن‬‫ا‬َ ‫ك‬‫ا‬ََّ ‫ّن‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ ‫ع‬ َ ‫ح‬َ ‫س‬َْ ‫َي‬ َُّ ‫ث‬ ‫ا‬‫ة‬َ‫ق‬ْ ‫ر‬ِ ‫خ‬ ِ ‫ه‬ِ ‫ح‬ْ ‫ر‬ُ ‫ج‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ ‫ع‬ َ ‫ب‬ِ ‫ص‬ْ‫ع‬َ‫ي‬َ ‫و‬ َ ‫م‬َّ ‫م‬َ‫ي‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ِ ‫ه‬ِ ‫د‬َ ‫س‬َ ‫ج‬ َ ‫ر‬ِ‫ائ‬َ ‫س‬ َ ‫ل‬ِ ‫س‬ْ‫غ‬َ‫ي‬َ ‫و‬ Dari Jabir radhiyallahuanhu berkata"Kami dalam perjalanan tiba-tiba salah seorang dari kami tertimpa batu dan pecah kepalanya. Namun (ketika tidur) dia mimpi basah. Lalu dia bertanya kepada temannya"Apakah kalian membolehkan aku bertayammum ?". Teman-temannya menjawab"Kami tidak menemukan keringanan bagimu untuk bertayammum. Sebab kamu bisa mendapatkan air". Lalu mandilah orang itu dan kemudian mati (akibat mandi). Ketika kami sampai kepada Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu bersabdalah beliau"Mereka telah membunuhnya semoga Allah memerangi mereka. Mengapa tidak bertanya bila tidak tahu ? Sesungguhnya obat kebodohan itu adalah bertanya. Cukuplah baginya untuk tayammum ...(HR. Abu Daud, Ad- Daruquthuny). 2. Keringanan Tidak Bisa Berdiri Berdiri merupakan rukun di dalam shalat fardhu, dimana seorang bila meninggalkan salah satu dari rukun shalat, maka hukum shalatnya itu tidak sah. Namun bila seseorang karena penyakit yang dideritanya, dia tidak mampu berdiri tegak, maka dia
  • 10. Halaman 10 dari 29 muka | daftar isi dibolehkan shalat dengan posisi duduk.1 Dasarnya adalah hadits nabawi berikut ini : ْ ‫ت‬َ‫ن‬‫ا‬َ ‫ك‬ ِ ‫ب‬ ُ‫ي‬ِ ‫اس‬َ ‫و‬َ‫ب‬ ُ ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫أ‬َ ‫س‬َ‫ف‬ ‫ول‬ُ ‫س‬َ ‫ر‬ َِّ ‫اّلل‬  ‫ال‬َ ‫ق‬َ‫ف‬ : ‫ل‬َ ‫ص‬ ‫ا‬‫ا‬ ‫م‬ِ‫ائ‬َ‫ق‬ ْ ‫ن‬ِ ‫إ‬َ‫ف‬ َْ ‫ل‬ ْ ‫ع‬ِ ‫ط‬َ‫ت‬ْ ‫س‬َ‫ت‬ ‫ا‬‫ا‬ ‫د‬ِ ‫اع‬َ ‫ق‬َ‫ف‬ ْ ‫ن‬ِ ‫إ‬َ‫ف‬ َْ ‫ل‬ ْ ‫ع‬ِ ‫ط‬َ‫ت‬ْ ‫س‬َ‫ت‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ ‫ع‬َ‫ف‬ َ ‫ك‬ِ‫ب‬ْ‫ن‬َ ‫ج‬ Dari Imran bin Hushain berkata,”Aku menderita wasir, maka aku bertanya kepada Rasulullah SAW. Beliau bersabda,”Shalatlah sambil berdiri, kalau tidak bisa, maka shalatlah sambil duduk. Kalau tidak bisa, shalatlah di atas lambungmu. (HR. Bukhari) 3. Keringanan Tidak Bisa Ruku Sebagaimana kita ketahui bahwa ruku’ di dalam shalat adalah rukun yang bila tidak dikerjakan, maka shalat itu tidak sah hukumnya. Di dalam Al-Quran Allah SWT telah menetapkan : ‫ا‬‫و‬ُ‫ع‬َ ‫ك‬ْ ‫ار‬ ‫ا‬‫و‬ُ ‫د‬ُ ‫ج‬ْ ‫اس‬َ ‫و‬ Ruku’ lah dan sujudlah (QS. Al-Hajj : 77) Dan alasan sakit membolehkan seseorang tidak melakukan gerakan ruku’ yang seharusnya. Hanya saja para ulama agak sedikit berbeda tentang posisi yang menggantikan ruku. a. Jumhur Ulama Menurut jumhur ulama, orang yang tidak bisa 1 Asy-Syarhu Ash-Shaghir, jilid 1 hal. 489
  • 11. Halaman 11 dari 29 muka | daftar isi melakukan gerakan atau berposisi ruku’, dia harus berdiri tegak, lalu mengangguk kepala, namun masih tetap berdiri.2 Dasarnya adalah hadits berikut ini : ‫ا‬‫و‬ُ ‫وم‬ُ‫ق‬َ ‫و‬ َِِّ ‫ّلل‬ َ ‫ي‬ِ‫ت‬ِ‫ان‬َ‫ق‬ Berdirilah untuk Allah dengan Khusyu’ Maksudnya, bila orang sakit tidak mampu melakukan gerakan ruku, maka dia mengambil posisi dasar yaitu berdiri. Ruku’nya hanya dengan mengangguk saja. b. Al-Hanafiyah Namun menurut pendapat Al-Hanafiyah, orang yang tidak mampu melakukan gerakan ruku’, secara otomatis tidak lagi wajib melakukan posisi berdiri. Sehingga dia shalat sambil duduk saja, rukunnya dengan cara mengangguk dalam posisi duduk, bukan dari posisi berdiri.3 4. Keringanan Tidak Bisa Sujud Posisi sujud adalah bagian dari rukun shalat yang apabila ditinggalkan akan membuat shalat itu menjadi tidak sah. Sebagaimana ruku’ yang juga merupakan rukun shalat, sujud juga diperintahkan di dalam Al-Quran. ‫ا‬‫و‬ُ‫ع‬َ ‫ك‬ْ ‫ار‬ ‫ا‬‫و‬ُ ‫د‬ُ ‫ج‬ْ ‫اس‬َ ‫و‬ 2 Al-Muhadzdzab jilid 1 hal. 81 3 Al-Hidayah, jilid 1 hal. 77
  • 12. Halaman 12 dari 29 muka | daftar isi Ruku’ lah dan sujudlah (QS. Al-Hajj : 77) Namun orang yang sakit dan tidak mampu untuk melakukan gerakan sujud, tentu tidak bisa dipaksa. Dia mendapatkan keringanan dari Allah SWT untuk sebisa-bisanya melakukan sujud, meski tidak sempurna. Orang yang bisa berdiri tapi tidak bisa sujud, dia cukup membungkuk sedikit saja dengan badan masih dalam keadaan berdiri. Dia tidak boleh berbaring, sambil menganggukkan kepala untuk sujud. Bila hal itu dilakukannya malah akan membatalkan shalatnya.4 Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW : ِ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ ‫اس‬ ْ ‫ن‬َ‫أ‬ َ ‫د‬ُ ‫ج‬ْ ‫س‬َ‫ت‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ ‫ع‬ ِ ‫ض‬ْ ‫ر‬ْ‫أل‬‫ا‬ َّ‫ل‬ِ‫إ‬َ ‫و‬ ْ ‫ئ‬ِ ‫م‬ْ ‫َو‬‫أ‬َ‫ف‬ ‫ا‬‫اء‬َ‫َي‬ِ‫إ‬ ‫ل‬َ ‫ع‬ْ ‫اج‬َ ‫و‬ َ ‫ك‬َ ‫ود‬ُ ‫ج‬ُ ‫س‬ َ ‫ض‬َ ‫ف‬ْ ‫َخ‬‫أ‬ ْ ‫ن‬ِ ‫م‬ َ ‫ك‬ِ ‫وع‬ُ ‫ك‬ ُ ‫ر‬ Bila kamu mampu untuk sujud di atas tanah, maka lakukanlah. Namun bila tidak, maka anggukan kepala. Jadikan sujudmu lebih rendah dari ruku’mu. (HR. Ath-Thabrani) 5. Keringanan Tidak Wajib Shalat Berjamaah Meskipun jumhur ulama tidak mewajibkan shalat berjamaah, namun mazhab Al-Hanabilah berpendapat bahwa shalat berjamaah di masjid bersama imam hukumnya fardhu 'ain. 4 Ash-Syarhu Ash-Shaghir, jilid 9 hal. 493
  • 13. Halaman 13 dari 29 muka | daftar isi Salah satu dalil yang dipakai untuk mewajibkan shalat berjamaah adalah bahwa Rasulullah SAW tetap mewajibkan Abdullah bin Ummi Maktuh yang buta untuk ke masjid shalat berjamaah. ْ ‫ن‬َ ‫ع‬ ِ ‫َب‬‫أ‬ َ ‫ة‬َ ‫ر‬ْ‫ي‬َ ‫ر‬ُ ‫ه‬  ‫ال‬َ‫ق‬ : ‫ى‬َ‫ت‬َ‫أ‬ َِّ ‫َّب‬‫ن‬‫ال‬  ‫ل‬ُ ‫ج‬َ ‫ر‬ ‫ى‬َ ‫م‬ْ‫َع‬‫أ‬ ‫ال‬َ ‫ق‬َ‫ف‬ : َ ‫ي‬ ‫ول‬ُ ‫س‬َ ‫ر‬ َِّ ‫اّلل‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫س‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ ِ ‫ل‬ ‫د‬ِ‫ائ‬َ‫ق‬ ِ ‫ن‬ُ ‫ود‬ُ ‫ق‬َ‫ي‬ َ ‫ل‬ِ‫إ‬ ِ ‫د‬ِ ‫ج‬ْ ‫س‬َ ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫َل‬‫أ‬َ ‫س‬َ‫ف‬ ‫ول‬ُ ‫س‬َ ‫ر‬ َِّ ‫اّلل‬  ْ ‫ن‬َ‫أ‬ َ ‫ص‬ِ ‫خ‬َ ‫ر‬ُ‫ي‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ي‬ِ‫ل‬َ ‫ص‬ُ‫ي‬َ‫ف‬ ِ ‫ف‬ ِ ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ ‫ص‬َّ ‫خ‬َ ‫ر‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬َّ ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َّ ‫ل‬َ ‫و‬ ُ‫اه‬َ ‫ع‬َ ‫د‬ ‫ال‬َ ‫ق‬َ‫ف‬ : ‫ل‬َ ‫ه‬ ُ ‫ع‬َ ‫م‬ْ ‫س‬َ‫ت‬ َ‫اء‬َ ‫د‬ِ‫الن‬ ِ ‫ة‬َ‫ل‬َّ ‫لص‬ِ ‫ِب‬ ‫؟‬ ‫ال‬َ‫ق‬ : ْ ‫م‬َ ‫ع‬َ‫ن‬ ‫ال‬َ‫ق‬ : ْ ‫ب‬ ِ ‫َج‬‫أ‬َ‫ف‬ Dari Abi Hurairah radhiyallahuanhu berkata bahwa Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang buta dan berkata,"Ya Rasulullah, tidak ada orang yang menuntunku ke masjid. Rasulullah SAW berkata untuk memberikan keringanan untuknya. Ketika sudah berlalu, Rasulullah SAW memanggilnya dan bertanya,'Apakah kamu dengar adzan shalat?'. 'Ya', jawabnya. 'Datangilah', kata Rasulullah SAW. (HR. Muslim) Namun dalam kasus seorang sedang mengalami sakit, kewajiban shalat berjamaah di masjid bersama imam menjadi gugur. Orang sakit boleh shalat sendirian di rumahnya. Lalu kenapa orang buta tetap wajib shalat berjamaah, bukankah dia termasuk orang cacat? Jawabnya bahwa orang buta itu memang cacat
  • 14. Halaman 14 dari 29 muka | daftar isi dan tidak bisa melihat, namun badannya ttap sehat. Hal ini berbeda dengan orang sakit yang memang mendapat udzur syar'i untuk tidak berjamaah ke masjid. Ini adalah bentuk keringanan yang diberikan oleh mazhab Al-Hanabilah sebagai pendapat yang asalnya mewajibkan shalat berjamaah. 6. Keringanan Tidak Wajib Shalat Jumat Seluruh ulama sepakat bahwa orang sakit termasuk mereka yang gugur kewajibannya untuk mengerjakan shalat Jumat. Namun demikian, dia tetap diwajibkan mengerjakan shalat Dzhuhur sendirian. Dalil bolehnya orang sakit tidak ikut shalat Jumat ada banyak, salah satunya hadits berikut ini : ‫اب‬َ ‫ه‬ِ ‫ش‬ ِ ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ ‫ق‬ِ ‫ر‬‫ا‬َ‫ط‬ ْ ‫ن‬َ ‫ع‬َ ‫و‬  َِّ ‫اّلل‬ َ ‫ول‬ُ ‫س‬َ ‫ر‬ َّ ‫َن‬‫أ‬  ‫وك‬ُ‫ل‬َْ ‫َم‬ َ ‫ال‬َ‫ق‬ ‫يض‬ِ ‫ر‬َ ‫م‬َ ‫و‬ ٌِّ ‫ب‬َ ‫ص‬َ ‫و‬ ‫َة‬‫أ‬َ ‫ر‬ْ ‫ام‬َ ‫و‬ Dari Thariq bin Syihab radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Shalat Jumat itu adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan berjamaah, kecuali (tidak diwajibkan) atas 4 orang, yaitu budak, wanita, anak kecil dan orang sakit." (HR. Abu Daud)
  • 15. Halaman 15 dari 29 muka | daftar isi C. Ketentuan Orang Sakit Dalam Shalat 1. Tetap Wajib Shalat Menghadap Kiblat Seseorang yang sedang menderita sakit tertentu sehingga tidak mampu berdiri atau duduk, maka dia tetap wajib shlat dengan menghadap kiblat. Namun caranya memang agak berbeda-beda di antara para ulama. Sebagian mengatakan bahwa caranya dengan berbaring miring, posisi bagian kanan tubuhnya ada di bawah dan bagian kiri tubuhnya di atas. Mirip dengan posisi mayat yang masuk ke liang lahat. Dalilnya karena dalam pandangan mereka, yang dimaksud dengan menghadap kiblat harus dada dan bukan wajah. Maka intinya adalah bagaimana dada itu bisa menghadap kiblat. Dan caranya dengan shalat dengan posisi miring. Dalil lainnya adalah sabda Rasulullah SAW sendiri yang memerintahkan untuk shalat di atas lambung. Dasarnya adalah hadits nabawi berikut ini : ْ ‫ت‬َ‫ن‬‫ا‬َ ‫ك‬ ِ ‫ب‬ ُ‫ي‬ِ ‫اس‬َ ‫و‬َ‫ب‬ ُ ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫أ‬َ ‫س‬َ‫ف‬ ‫ول‬ُ ‫س‬َ ‫ر‬ ‫ا‬ َِّ ‫ّلل‬  ‫ال‬َ ‫ق‬َ‫ف‬ : ‫ل‬َ ‫ص‬ ‫ا‬‫ا‬ ‫م‬ِ‫ائ‬َ‫ق‬ ْ ‫ن‬ِ ‫إ‬َ‫ف‬ َْ ‫ل‬ ْ ‫ع‬ِ ‫ط‬َ‫ت‬ْ ‫س‬َ‫ت‬ ‫ا‬‫ا‬ ‫د‬ِ ‫اع‬َ ‫ق‬َ‫ف‬ ْ ‫ن‬ِ ‫إ‬َ‫ف‬ َْ ‫ل‬ ْ ‫ع‬ِ ‫ط‬َ‫ت‬ْ ‫س‬َ‫ت‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ ‫ع‬َ‫ف‬ َ ‫ك‬ِ‫ب‬ْ‫ن‬َ ‫ج‬ Dari Imran bin Hushain berkata,”Aku menderita wasir, maka aku bertanya kepada Rasulullah SAW.
  • 16. Halaman 16 dari 29 muka | daftar isi Beliau bersabda,”Shalatlah sambil berdiri, kalau tidak bisa, maka shalatlah sambil duduk. Kalau tidak bisa, shalatlah di atas lambungmu. (HR. Bukhari) Namun sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa yang menjadi ukuran dalam menghadap kiblat adalah kaki, bukan dada. Asalkan kakinya sudah menghadap kiblat, maka dianggap posisi badannya sudah memenuhi syarat. Maka orang yang sakit itu dalam posisi telentang dan kakinya membujur ke arah kiblat. Namun akan jauh lebih baik bila badannya bisa sedikit dinaikkan dan bersender di bantal, karena baik dada mau pun kaki sama-sama bisa menghadap kiblat. Umumnya ranjang di rumah sakit bisa ditinggikan di bagian kepala, maka ranjang seperti ini tentu akan lebih baik lagi. Adapun seseorang yang sakitnya amat parah sehingga tidak bisa lagi menggerakkan badan atau menggeser posisinya agar menghadap ke kiblat, dan juga tidak ada yang membantunya untuk menggeserkan posisi shalat menghadap ke kiblat, maka dia boleh menghadap ke arah mana saja. 2. Orang Sakit Menjama’ Shalat Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan orang yang sedang sakit untuk menjama’ shalatnya. Sebagian ulama tidak memperbolehkannya, namun sebagian yang lain membolehkan adanya shalat jama’ bagi orang yang sedang sakit. a. Tidak Boleh Dijama’
  • 17. Halaman 17 dari 29 muka | daftar isi Mereka yang tidak membolehkan orang sakit untuk menjama’ shalat di antaranya adalah mazhab Al-Hanafiyah dan Asy-Syafi’iyah, serta sebagian dari ulama dari mazhab Al-Malikiyah. Dasarnya karena sama sekali tidak ada dalil apa pun dari Rasulullah SAW yang membolehkan hal itu. Dan selama tidak ada dalil, maka kita tidak boleh mengarang sendiri sebuah aturan tentang shalat.5 Sehingga setiap orang yang sakit wajib menjalankan shalat sesuai dengan waktu-waktu shalat yang telah ditetapkan, dan tidak ada istilah untuk dijama’. Jama' Shuri Untuk itu jalan keluar yang bisa dilakukan adalah melakukan shalat dengan bentuk jama' shuri. b. Boleh Dijama’ Imam Ahmad bin Hanbal membolehkan jama' karena disebabkan sakit. Begitu juga Imam Malik dan sebagian pengikut Asy-Syafi'iyyah. Sedangkan dalam kitab Al-Mughni karya Ibnu Qudamah dari mazhab Al-Hanabilah menuliskan bahwa sakit adalah hal yang membolehkan jama' shalat. Syeikh Sayyid Sabiq menukil masalah ini dalam Fiqhussunnah-nya. Sedangkan Al-Imam An-Nawawi dari mazhab Asy- Syafi'iyyah menyebutkan bahwa sebagian imam berpendapat membolehkan menjama' shalat saat mukim (tidak safar) karena keperluan tapi bukan 5 Hasyiatu Ibnu Abidin, jilid 1 hal. 255-256
  • 18. Halaman 18 dari 29 muka | daftar isi menjadi kebiasaan6 . Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Ibnu Sirin dan Asyhab dari kalangan Al-Malikiyah. Begitu juga Al-Khattabi menceritakan dari Al-Quffal dan Asysyasyi al-kabir dari kalangan Asy-Syafi'iyyah. Begitu juga dengan Ibnul Munzir yang menguatkan pendapat dibolehkannya jama' ini dengan perkataan Ibnu Abbas ra, “beliau tidak ingin memberatkan ummatnya”. Allah SWT berfirman : ‫ج‬َ ‫ر‬َ ‫ح‬ ْ ‫ن‬ِ ‫م‬ ِ ‫ن‬‫ي‬ِ ‫الد‬ ِ ‫ف‬ ْ ‫م‬ُ ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ ‫ع‬ َ ‫ل‬َ ‫ع‬َ ‫ج‬ ‫ا‬َ ‫م‬َ ‫و‬ Allah tidak menjadikan dalam agama ini kesulitan. (QS. Al-Hajj : 78) َ‫ل‬َ ‫ع‬ َ ‫س‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ ‫األ‬ ‫ى‬ ‫األ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ ‫ع‬ ‫ل‬َ ‫و‬ ‫ج‬َ ‫ر‬َ ‫ح‬ ‫ى‬َ ‫م‬ْ‫ع‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ ‫ع‬ ‫ل‬َ ‫و‬ ‫ج‬َ ‫ر‬َ ‫ح‬ ِ ‫ج‬َ ‫ر‬ْ‫ع‬ ‫ج‬َ ‫ر‬َ ‫ح‬ ِ ‫يض‬ِ ‫ر‬َ ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak bagi orang pincang, tidak bagi orang sakit. (QS. Annur : 61) Mazhab Al-Hanabilah dan sebagian ulama dari kalangan mazhab Al-Malikiyah berpendapat bahwa seorang yang sedang sakit diberi keringanan untuk menjama’ dua shalat, baik jama’ taqdim atau pun jama’ ta’khir. Dalil lainnya adalah asumsi bahwa Nabi SAW 6 Syarah An-Nawawi jilid 5 hal. 219
  • 19. Halaman 19 dari 29 muka | daftar isi pernah menjamak shalat di Madinah, yang mana alasannya bukan karena safar, takut, hujan atau haji. Maka asumsinya adalah karena sakit. Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW menjama' zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya' di Madinah meski tidak dalam keadaan takut maupun hujan.” (HR. Muslim) 3. Tidak Boleh Mengqashar Meskipun ada pendapat yang membolehkan orang sakit menjama' shalatnya, namun perlu digaris-bawahi bahwa qashar tetap tidak berlaku. Artinya, orang sakit tidak diberikan keringanan untuk mengqashar shalat. Selama ini banyak orang yang terlanjur menyamakan antara jama' dan qashar, sehingga dalam benak mereka kalau boleh menjama' berarti juga boleh mengqashar. Padahal tidak demikian, mengqashar shalat itu hanya dibolehkan karena satu alasan, yaitu safar. Safar adalah satu-satunya alasan dari dibolehkannya qashar shalat. Sedangkan jama' memang dibolehkan untuk selain alasan safar, seperti karena hujan, sakit dan udzur lainnya, meski tetap dalam hal ini para ulama berbeda-beda pendapat. Maka dimungkinkan dengan menggunakan pendapat tertentu bagi orang sakit untuk menjama' shalat, tetapi seluruh ulama sepakat bahwa orang sakit tetap tidak diperbolehkan mengqashar shalat. 4. Mengganti Shalat Yang Terlewat
  • 20. Halaman 20 dari 29 muka | daftar isi Apabila karena alasan sakit seseorang terpaksa harus meninggalkan shalat fardhu dari waktunya, maka hukumnya secara syariah tidak berarti kewajiban shalat atasnya menjadi gugur. Shalat fardhu lima waktu tetap menjadi kewajiban atasnya, hanya saja ketika sakit dan tidak mampu dikerjakan, sementara tidak perlu dikerjakan. Misalnya ketika seorang pasien sedang dioperasi yang membutuhkan waktu panjang, dan tidak mungkin shalat-shalat itu dijamak sebelum atau sesudahnya. Maka apabila selama masa operasi kedokteran itu pasien harus meninggalkan beberapa waktu shalat, ada kewajiban untuk mengganti shalat- shalat itu begitu nanti sudah mampu dilakukan. Demikian juga para ulama sepakat bahwa orang yang pingsan, hukumnya sama dengan orang yang tidur. Bila ada pasien berada dalam keadaan pingsan atau koma, maka semua shalat fardhu yang ditinggalkannya itu wajib diganti kalau sudah sehat. 5. Bolehkah Orang Sakit Jadi Imam? Para ulama sepakat orang sakit boleh shalat sambil duduk atau berbaring, asalkan shalat sendiri atau jadi makmum. Sedangkan bila dia menjadi imam dimana makmumnya mampu berdiri, para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya dan bagaimana dengan makmumnya. Sebagian mengatakan boleh dan sebagian mengatakan tidak boleh. Dalam hal ini yang menjadi wilayah pembahasan hanya sebatas shalat fardhu lima waktu. Sedangkan dalam shalat sunnah berjamaah seperti tarawih atau
  • 21. Halaman 21 dari 29 muka | daftar isi Idul Fithr dan lainnya, di luar pembicaraan. a. Tidak Boleh dan Tidak Sah Secara resmi mazhab Al-Malikiyah dan Al- Hanabilah mengatakan tidak boleh. Imam yang tidak mampu berdiri, ruku’ atau sujud, tidak diperkenankan menjadi imam bagi orang-orang yang sehat dan mampu berdiri, ruku’ dan sujud. Pendapat ini juga didukung oleh Muhammad bin Hasan Asy- Syaibani yang merupakan salah satu murid Al-Imam Abu Hanifah. Al-Qarafi (w. 684 H) salah satu ulama mazhab Al- Malikiyah menyebutkan hal itu di dalam kitabnya Adz-Dzakhirah. ‫كا‬ ‫ر‬‫تا‬ ‫فيكون‬ ‫اءة‬‫ر‬‫الق‬ ‫بدليل‬ ‫المأموم‬ ‫صالة‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫اإلمام‬ ‫صالة‬ ‫أن‬ ‫صالته‬ ‫تصح‬ ‫فال‬ ‫القدرة‬ ‫مع‬ ‫للقيام‬ Shalatnya imam menjadi shalatnya makmum dengan dalil qiraaat, maka imam yang tidak berdiri tidak sah shalatnya. 7 Al-Khalil (w. 776 H) salah satu ulama mazhab Al- Malikyah di dalam kitabnya At-Taudhih Syarah Mukhtashar Ibnul Hajib atau sering disingkat menjadi Mukhtashar menyebutkan bahwa tidak sah bermakmum kepada imam yang tidak mampu melakukan salah satu rukun shalat. ‫أو‬ ‫مشكال‬ ‫ى‬ ‫خنث‬ ‫أو‬ ‫أة‬‫ر‬‫ام‬ ‫أو‬ ‫ا‬‫ر‬‫كاف‬ ‫بان‬ ‫بمن‬ ‫باقتداء‬ ‫وبطلت‬ َ ‫م‬ِ‫ل‬ َ‫ع‬ ْ ‫و‬ َ ‫أ‬ َ ‫د‬ َّ‫م‬ َ‫ع‬ َ ‫ت‬ ْ ‫إن‬ ‫ا‬ ً ‫ث‬ ِ ‫د‬ ْ ‫ح‬ ُ‫م‬ ْ ‫و‬ َ ‫أ‬ ‫مأموما‬ ‫أو‬ ‫بجارحة‬ ‫فاسقا‬ ‫أو‬ ‫مجنونا‬ 7 Al-Qarafi, Adz-Dzakhirah, jilid 2 hal. 247
  • 22. Halaman 22 dari 29 muka | daftar isi ‫كن‬ ‫ر‬ ‫عن‬ ‫وبعاجز‬ ُ ‫ه‬ ُّ‫م‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ؤ‬ ُ‫م‬ Batal shalat dengan bermakmum kepada orang yang jelas-jelas kafirnya, wanita, khuntsa musykil, orang gila, fasik, makmum, berhadats dengan sengaja dan yang tidak mampu melakukan rukun shalat. 8 Al-Buhuti (w. 885 H) salah satu ulama mazhab Al- Hanabilah dalam kitabnya Kasysyaf Al-Qinna’ menegaskan tidak sahnya bermakmum kepada imam yang tidak bisa berdiri. ْ ‫ن‬ َ‫ع‬ َ ‫ز‬ َ ‫ج‬ َ‫ع‬ ُ ‫ه‬ َّ ‫ن‬ َ ‫أل‬ ) ِ ‫ام‬َ‫ي‬ ِ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ ْ ‫ن‬ َ‫ع‬ ٍ ‫ز‬ ِ ‫اج‬ َ‫ع‬ َ ‫ف‬ ْ ‫ل‬ َ ‫خ‬ ( ُ ‫الة‬ َّ ‫الص‬ ُّ ‫ح‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ت‬ ‫ال‬ َ ‫و‬ ِ ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫اء‬ َ ‫د‬ِ‫ت‬ ْ ‫االق‬ َّ ‫ح‬ ِ ‫ص‬َ‫ي‬ ْ ‫م‬ َ ‫ل‬ َ ‫ف‬ ِ‫الة‬ َّ ‫الص‬ ِ ‫ان‬ َ ‫ك‬ْ ‫ر‬ َ ‫أ‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫م‬ ٍ ‫ن‬ ْ ‫ك‬ُ ‫ر‬ Tidak sah shalat di belakang imam yang tidak mampu berdiri, karena dia tidak melakukan salah satu rukun shalat, maka tidak sah bermakmum padanya. 9 Semua hal di atas dengan catatan bahwa shalat itu sekedar shalat jamaah secara umum. Namun khusus shalat berjamaah di masjid dengan imam al-hay ( ‫إمام‬ ‫الحي‬), maka hukumnya dibolehkan meski tetap lebih utama jangan mengimami. Yang dimaksud dengan imam al-hay (‫الحي‬ ‫إمام‬) adalah imam masjid yang resmi atau yang kita kenal dengan sebutan imam rawatib di suatu masjid. Hal itu mengingat kedudukan imam resmi ini memang 8 Al-Allamah Khalil Al-Maliki, At-Taudhih Syarah Mukhtashar Ibnul Hajib, hal. 40 9 Al-Buhuti, Kasysyaf Al-Qinna’, jilid 1 hal. 477
  • 23. Halaman 23 dari 29 muka | daftar isi sangat penting dan diperhitungkan dalam mazhab mereka. Maka Ibnu Qudamah (w. 620 H) membolehkan imam resmi yang sakit untuk mengimami sambil duduk dan jamaah harus ikut shalat sambil duduk juga. ‫ا‬ ‫إمام‬ ‫صىل‬ ‫وإذا‬ . )‫جلوسا‬ ‫اءه‬‫ر‬‫و‬ ‫من‬ ‫صىل‬ ‫جالسا‬ ‫ي‬ ‫لح‬ ‫يستخلف؛‬ ‫أن‬ ،‫القيام‬ ‫عن‬‫وعجز‬ ،‫مرض‬ ‫إذا‬ ‫لإلمام‬ ‫المستحب‬ ‫الخالف‬ ‫من‬ ‫فيخرج‬ ،‫إمامته‬ ‫صحة‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫اختلفوا‬ ‫الناس‬ ‫ألن‬ Bila imam resmi shalat sambil duduk maka para makmum shalat sambil duduk juga. Namun yang mustahab, bila imam sakit dan tidak mampu berdiri, sebaiknya dia melakukan istikhlaf, sebab ada perbedaan pendapat atas sah tidaknya. Sebaiknya tidak masuk ke dalam khilafiyah. Namun yang lebih utama dia tidak jadi imam karena para ulama berbeda pendapat apakah sah atau tidak. ‫ف‬ :‫قيل‬ ‫فإن‬ ‫ي‬ ‫النث‬ ‫صىل‬ ‫قد‬ - ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صىل‬ - ‫قاعدا‬ ،‫الجواز‬ ‫ليبي‬ ‫قاعدا‬ ‫صىل‬ :‫قلنا‬ .‫يستخلف‬ ‫ولم‬ ،‫بأصحابه‬ ‫ي‬ ‫النث‬ ‫صالة‬ ‫وألن‬ ،‫أخرى‬ ‫مرة‬ ‫واستخلف‬ - ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صىل‬ ‫وسلم‬ - ‫بهم‬ ‫صىل‬ ‫فإن‬ .‫قائما‬ ‫ه‬‫غت‬ ‫صالة‬ ‫من‬ ‫أفضل‬ ‫قاعدا‬ .‫جلوسا‬ ‫ائه‬‫ر‬‫و‬ ‫من‬ ‫ويصلون‬ ،‫جاز‬ ‫قاعدا‬ Bila ada yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah menjadi imam sambil duduk dan tidak melakukan istikhlaf, maka kita katakan bahwa hal itu untuk menunjukkan kebolehan, namun Beliau SAW pernah melakukan istikhlaf juga pada
  • 24. Halaman 24 dari 29 muka | daftar isi kesempatan yang berbeda. Selain itu karena lebih utama diimami oleh Rasulullah SAW meski hanya sambil duduk ketimbang diimami oleh selain beliau meski sambil berdiri. Namun intinya boleh jadi imam meski sambil duduk dna makmumnya shalat juga sambil duduk. 10 b. Boleh dan Sah Sedangkan yang membolehkan bermakmum kepada imam yang duduk karena sakit adalah Mazhab Al-Hanafiyah dan Asy-Syafi’iyah. Perbedaan di antara keduanya bahwa Mazhab Al- Hanafiyah mensyaratkan imam harus bisa ruku’ dan sujud secara normal. Kalau ruku’ dan sujud secara normal itu pun tidak bisa dilakukannya, maka hukumnya tidak boleh dijadikan imam. Ibnu Abdin (w. 1252 H) salah satu ulama rujukan dalam mazhab Al-Hanafiyah menuliskan di dalam kitabnya Hasyiah Ibnu Abdin atau yang lebih dikenal dengan Radd Al-Muhtar ‘ala Ad-Dur Al-Mukhtar dengan mengutipkan matan dari kitab yang disyarahnya sebagai berikut : ‫ا‬ ّ ‫وصح‬ ‫ه‬ ّ ‫ألن‬ ‫جد؛‬ ْ ‫ويس‬ ‫كع‬ْ ‫ير‬ ٍ ‫بقاعد‬ ٍ ‫وقائم‬ ‫تداء‬ ْ ‫ق‬ - ‫ه‬ْ‫علي‬ ‫ى‬ ‫اّلل‬ ‫ى‬ ‫صىل‬ ‫م‬ ‫ى‬ ‫وسل‬ - ٌ ‫قيام‬ ْ ‫وهم‬ ‫ا‬ ً ‫قاعد‬ ‫صالته‬ ‫آخر‬ ‫ى‬ ‫صىل‬ Sah hukumnya orang yang berdiri bermakmum kepada imam yang duduk asalkan masih bisa ruku’ dan sujud. Sebab Nabi SAW di akhir hayatnya shalat sambil duduk, sedangkan para shahabat jadi 10 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, jilid 2 hal. 162
  • 25. Halaman 25 dari 29 muka | daftar isi makmum sambil berdiri. 11 Sedangkan dalam mazhab As-Syafi’iyah, meski pun imam tidak bisa ruku’ dan sujud dengan normal, hukumnya tetap boleh boleh jadi imam orang yang sehat. An-Nawawi (w. 676 H) salah satu ulama mazhab Asy-Syafi’iyah menyebutkan di dalam kitabnya Al- Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab sebagai berikut : ‫العاجز‬ ‫القاعد‬ ‫خلف‬ ‫القائم‬ ‫صالة‬ ‫جواز‬ ‫مذهبنا‬ ‫أن‬ ‫نا‬‫ر‬‫ذك‬ ‫قد‬ ‫قعودا‬ ‫اءه‬‫ر‬‫و‬ ‫صالتهم‬ ‫تجوز‬ ‫ال‬ ‫وأنه‬ Telah kami sebutkan bahwa mazhab kami membolehkan shalat di belakanga imam yang duduk karena tidak mampu. Namun makmumnya tidak boleh duduk harus berdiri. 12 Al-Khatib Asy-Syirbini (w. 977 H), salah satu ulama mazhab Asy-Syafi’iyah menyebutkan di dalam kitabnya Mughni Al-Muhtaj, sebagai berikut : ّ ‫وتصح‬ ‫ر‬ ‫لما‬ ‫طجع‬ ْ ‫مض‬ ْ ‫وال‬ ‫قاعد‬ ْ ‫بال‬ ‫قائم‬ ْ ‫لل‬ ْ ‫عن‬ ّ ‫بخاري‬ ْ ‫ال‬ ‫وى‬ ‫عائشة‬ - ‫ها‬ ْ ‫عن‬ ‫تعاىل‬ ‫ى‬ ‫اّلل‬ ‫ي‬ ‫رض‬ - ‫ه‬ ّ ‫أن‬ - ‫م‬ ‫ى‬ ‫وسل‬ ‫ه‬ْ‫علي‬ ‫ى‬ ‫اّلل‬ ‫ى‬ ‫صىل‬ - ‫ا‬ ً‫قيام‬ ‫اس‬ ّ ‫والن‬ ٍ ‫ر‬ ْ ‫بك‬‫وأبو‬ ‫ا‬ ً ‫قاعد‬ ‫ته‬ ْ ‫مو‬ ‫مرض‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ى‬ ‫صىل‬ Dan sah bagi makmum yang berdiri untuk bermakmum kepada imam yang duduk. Dasarnya 11 Ibnu Abdin, Radd Al-Muhtar ‘ala Ad-Dur Al-Mukhtar, jilid 1 hal. 588 12 An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, jilid 2 hal. 465
  • 26. Halaman 26 dari 29 muka | daftar isi hadits riwayat Bukhari dari Aisyah radhiyallahuanha bahwa Nabi SAW shalat kala sakit wafatnya sambil duduk, sementara Abu Bakar dan orang-orang berdiri. 13 Al-Baihaqi menjelaskan lebih jauh bahwa hal itu terjadi pada hari Sabtu atau Ahad, dimana Rasulullah SAW SAW wafat pada Senin pagi hari berikutnya. Maka hadits ini menasakh (menghapus) hadits lain yang sama-sama diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah juga yang bunyinya : ‫ا‬‫ا‬ ‫س‬ِ‫ال‬َ ‫ج‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ ‫ص‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬ِ‫إ‬َ ‫و‬ َ ‫ال‬َ‫ق‬ ْ ‫ن‬َ‫أ‬ َ ‫إل‬ ِ ‫ه‬ِ‫ب‬ ََّ ‫َت‬ْ ‫ؤ‬ُ‫ي‬ِ‫ل‬ ُ ‫ام‬َ ‫م‬ِْ ‫اْل‬ َ ‫ل‬ِ‫ع‬ُ ‫ج‬ ‫ا‬ََّ ‫إّن‬ َ ‫ي‬ِ‫ع‬َْ ‫َْج‬‫أ‬ ‫ا‬‫ا‬ ‫وس‬ُ‫ل‬ُ ‫ج‬ ‫ا‬‫و‬‫ل‬َ ‫ص‬َ‫ف‬ Seungguhnya Imam itu untuk diikuti, bila dia shalat sambil duduk maka duduklah kalian semua. (HR. Bukhari dan Muslim) Untuk lebih jelasnya kita buatkan perbedaan pendapat para ulama ini dalam format tabel, sebagai berikut : Hanafi Maliki Syafii Hambali Imam duduk Boleh Tidak boleh Boleh Tidak boleh Imam rawatib duduk Tidak boleh Boleh Boleh Tidak ruku’ Tidak Boleh 13 Al-Khatib Asy-Syirbini , Mughni Al-Muhtaj, jilid 1 hal 483
  • 27. Halaman 27 dari 29 muka | daftar isi sujud Boleh Makmum Berdiri - Berdiri Duduk 
  • 28. Halaman 28 dari 29 muka | daftar isi Ahmad Sarwat, Lc,MA Saat ini penulis menjabat sebagai Direktur Rumah Fiqih Indonesia (www.rumahfiqih.com), sebuah institusi nirlaba yang bertujuan melahirkan para kader ulama di masa mendatang, dengan misi mengkaji Ilmu Fiqih perbandingan yang original, mendalam, serta seimbang antara mazhab-mazhab yang ada. Selain aktif menulis, juga menghadiri undangan dari berbagai majelis taklim baik di masjid, perkantoran atau pun di perumahan di Jakarta dan sekitarnya. Penulis juga sering diundang menjadi pembicara, baik ke pelosok negeri ataupun juga menjadi pembicara di mancanegara seperti Jepang, Qatar, Mesir, Singapura, Hongkong dan lainnya. Secara rutin menjadi nara sumber pada acara TANYA KHAZANAH di tv nasional TransTV dan juga beberapa televisi nasional lainnya. Namun yang paling banyak dilakukan oleh Penulis adalah menulis karya dalam Ilmu Fiqih yang terdiri dari 18 jilid Seri Fiqih Kehidupan. Salah satunya adalah buku yang ada di tangan Anda saat ini.
  • 29. Halaman 29 dari 29 muka | daftar isi RUMAH FIQIH adalah sebuah institusi non-profit yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan pelayanan konsultasi hukum-hukum agama Islam. Didirikan dan bernaung di bawah Yayasan Daarul- Uluum Al-Islamiyah yang berkedudukan di Jakarta, Indonesia. RUMAH FIQIH adalah ladang amal shalih untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Rumah Fiqih Indonesia bisa diakses di rumahfiqih.com