SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Pembatal-Pembatal Wudhu <br />penulis Al Ustadz Abu Ishaq Muslim Al AtsariSyariah Seputar Hukum Islam 21 - Februari - 2005 19:47:16<br />Wudhu sebagai rangkaian ibadah yg tdk dapat dipisahkan dari shalat seorang hamba dapat batal krn beberapa perkara. Hal-hal yg bisa membatalkan ini diistilahkan dlm fiqih Nawaqidhul Wudhu . Wudhu yg telah batal akan membatalkan pula shalat seseorang sehingga mengharuskan utk berwudhu kembaliNawaqidhul wudhu ini ada yg disepakati oleh ulama krn ada sandaran dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dan telah terjadi ijma’ di antara mereka tentang permasalahan tersebut. Ada juga yg diperselisihkan oleh mereka keberadaan sebagai pembatal wudhu ataupun tidak. Hal ini disebabkan tdk ada dalil yg jelas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta tdk terjadi ijma’ sehingga kembali perkara ini kepada ijtihad masing-masing ahlul ilmi.<br />Pembatal wudhu yg disepakati1. KencingAbu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ أَحَدِكُمْ، إِذَا أَحْدَثَ، حَتَّى يَتَوَضَّأَ<br />“Allah tdk menerima shalat salah seorang dari kalian jika ia berhadats sampai ia berwudhu.”Hadits ini menunjukkan bahwa hadats kecil ataupun besar merupakan pembatal wudhu dan shalat seorang dan kencing termasuk hadats kecil.2.Buang Air BesarAllah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dlm ayat wudhu ketika menyebutkan perkara yg mengharuskan wudhu :<br />أَوْ جآءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغآئِطِ<br />“Atau salah seorang dari kalian kembali dari buang air besar…”Dengan demikian bila seseorang buang air besar batallah wudhunya.3. Keluar angin dari duburAngin yg keluar dari dubur membatalkan wudhu sehingga bila seseorang shalat lalu kentut mk ia harus membatalkan shalat dan berwudhu kembali lalu mengulangi shalat dari awal.Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim Al-Mazini radhiallahu ‘anhu berkata: “Diadukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang seseorang yg menyangka diri kentut ketika ia sedang mengerjakan shalat. mk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />لاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيْحًا<br />“Jangan ia berpaling sampai ia mendengar bunyi kentut tersebut atau mencium baunya.”Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ أَحَدِكُمْ، إِذَا أَحْدَثَ، حَتَّى يَتَوَضَّأَ<br />“Allah tdk menerima shalat salah seorang dari kalian jika ia berhadats sampai ia berwudhu.”Mendengar penyampaian Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ini berkatalah seorang lelaki dari Hadhramaut: “Seperti apa hadats itu wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab: “Angin yg keluar dari dubur yg bunyi maupun yg tdk bunyi.”Sementara perkataan Abu Hurairah ini dijelaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah beliau berkata: “Abu Hurairah menjelaskan tentang hadats dgn perkara yg paling khusus sebagai peringatan bahwa angin dari dubur ini adl hadats yg paling ringan sementara di sana ada hadats yg lbh berat darinya. Dan juga krn angin ini terkadang banyak keluar di saat seseorang melaksanakan shalat tdk seperti hadats yg lain.”Hadits ini dijadikan dalil bahwa shalat seseorang batal dgn keluar hadats sama saja baik keluar dgn keinginan ataupun terpaksa.Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: Salma maula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau istri Abu Rafi‘ maula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengadukan Abu Rafi’ yg telah memukulnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berta kepada Abu Rafi’: “Ada apa engkau dgn Salma wahai Abu Rafi‘?” Abu Rafi‘ menjawab: “Ia menyakitiku wahai Rasulullah.” Rasulullah berta lagi: “Dengan apa engkau menyakiti wahai Salma?” Kata Salma: “Ya Rasulullah aku tdk menyakiti dgn sesuatupun akan tetapi ia berhadats dlm keadaan ia sedang shalat mk kukatakan padanya: ‘Wahai Abu Rafi‘ sesungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kaum muslimin apabila salah seorang dari mereka kentut ia harus berwudhu.’ Abu Rafi‘ pun bangkit lalu memukulku.” Mendengar hal itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa seraya berkata: “Wahai Abu Rafi‘ sungguh Salma tdk menyuruhmu kecuali kepada kebaikan.”Adapun orang yg terus menerus keluar hadats dari seperti penderita penyakit beser atau orang yg kentut terus menerus atau buang air besar terus menerus mk ia diberi udzur di mana thaharah tidaklah dianggap batal dgn keluar hadats tersebut.4. Keluar MadziKeluar madzi termasuk pembatal wudhu sebagaimana ditunjukkan dlm hadits Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Ali berkata: “Aku seorang yg banyak mengeluarkan madzi namun aku malu utk berta langsung kepada Rasullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam krn keberadaan putri yg menjadi istriku. mk akupun meminta Miqdad ibnul Aswad radhiallahu ‘anhu utk menanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab:<br />يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَيَتَوَضَّأُ<br />“Hendaklah ia mencuci kemaluan dan berwudhu.”5. Keluar WadiKeberadaan wadi sama hal dgn madzi atau kencing sehingga keluar membatalkan wudhu seseorang.6. Keluar Darah Haid dan NifasDarah haid dan nifas yg keluar dari kemaluan seorang wanita adl hadats besar yg karena membatalkan wudhu wanita yg bersangkutan. Dalil adl hadits Abu Hurairah di atas tentang batal wudhu krn hadats. Dan selama masih keluar darah haid dan nifas ini diharamkan bagi mengerjakan shalat puasa dan bersenggama dgn suami sampai ia suci.Dikecualikan bila darah dari kemaluan itu keluar terus menerus di luar waktu kebiasaan haid dan bukan disebabkan melahirkan seperti pada wanita yg menderita istihadhah krn wanita yg istihadhah dihukumi sama dgn wanita yg suci sehingga ia tetap mengerjakan shalat walaupun darah terus keluar. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Bila si wanita yg menderita istihadhah itu ingin berwudhu utk shalat hendak ia mencuci terlebih dahulu kemaluan dari bekas darah dan menahan keluar darah dgn kain.”7. Keluar ManiSeseorang yg keluar mani wajib bagi mandi tdk cukup hanya berwudhu krn dgn keluar mani seseorang dia dihukumi dlm keadaan junub/ janabah yg berarti dia telah hadats besar. Berbeda dgn kencing BAB keluar angin keluar madzi dan wadi yg merupakan hadats kecil sehingga dicukupkan dgn wudhu.8. Jima’Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:<br />إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الأَرْبَعِ، ثُمَّ جَهَدَهَا، فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ<br />“Apabila seorang suami telah duduk di antara empat cabang istri kemudian dia bersungguh-sungguh pada mk sungguh telah wajib bagi utk mandi .”Dalam riwayat Muslim ada tambahan:<br />وَإِنْ لَمْ يُنْزِلْ<br />“Sekalipun ia tdk keluar mani.”Dari hadits di atas kita pahami bila jima‘ sekalipun tdk sampai keluar mani menyebabkan seseorang harus mandi sehingga jima‘ perkara yg membatalkan wudhu.<br />Pembatal wudhu yg diperselisihkandlm masalah fiqhiyyah baik itu fiqh ibadah ataupun fiqh muamalah sering sekali kita dapati perselisihan di antara ahlul ilmi. Hal ini disebabkan tersamar dalil yg jelas dlm pengetahuan mereka baik dari Al-Qur’an ataupun dari hadits dan krn satu keadaan dimana masing-masing mereka harus berijtihad terhadap permasalahan yg ada sehingga timbullah beragam pandangan. Permasalahan ini sebetul bukan permasalahan yg baru krn sejak zaman sahabat kita dapati mereka berselisih dlm beberapa masalah fiqhiyyah dan diikuti oleh zaman setelah dari kalangan para imam. Walaupun kita dapati mereka berselisih dlm berbagai permasalahan namun mereka terhadap satu dgn yg lain saling berlapang dada selama perkara itu bukanlah perkara yg ganjil yg menyelisihi pendapat yg ma‘ruf walaupun juga dlm banyak permasalahan kita dapati mereka bersepakat di atasnya.Demikianlah yg ingin kami utarakan sebelum masuk ke dlm masalah yg diperselisihkan di sini yg mana mungkin penulis berbeda pandangan dlm menguatkan satu permasalahan dgn pembaca sehingga bila didapati hal yg demikian hendak kita berlapang dada. Tentu dgn tdk menolak pandangan yg ada selama itu adl ma’ruf di kalangan ahlul ilmi salafus shalih. Mungkin penulis memberikan contoh waqi‘iyyah yg penulis sendiri mengalami . Suatu ketika penulis shalat berdampingan dlm satu shaf dgn guru kami Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muqbil rahimahullah. Pada waktu itu penulis berpandangan menggerak-gerakkan jari dlm tasyahud krn memilih pendapat tahrik sesuai dgn pendapat yg ma’ruf. Sementara guru kami adlorang yg sangat keras melemahkan hadits dlm masalah tahrik ini dan memandang syadz . Namun selesai shalat beliau rahimahullah tdk memaksakan pendapat kepada penulis dlm keadaan beliau berkuasa utk memaksa dan melakukan penekanan. Bahkan yg ada dlm berbagai majelis beliau berbangga dgn keberadaan murid-murid yg tdk taqlid kepada beliau tapi berpegang dgn dalil sekalipun harus berbeda pandangan dgn beliau rahimahullah rahmatan wasi‘atan.1. Menyentuh wanitaAhlul ilmi terbagi dlm dua pendapat dlm menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسآءَ<br />“Atau kalian menyentuh wanita …”Pertama: sebagian mereka menafsirkan “menyentuh” dgn jima’ seperti pendapat Ibnu ‘Abbas ‘Ali ‘Ubay bin Ka’b Mujahid Thawus Al-Hasan ‘Ubaid bin ‘Umair Sa’id bin Jubair Asy-Sya’bi Qatadah dan Muqatil bin Hayyan.Kedua: ahlul ilmi yg lain berpendapat “menyentuh” di sini lbh luas/ umum daripada jima’ sehingga termasuk di dlm menyentuh dgn tangan mencium bersenggolan dan semisalnya. Di antara yg berpendapat seperti ini adl Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Umar dari kalangan shahabat. Abu ‘Utsman An-Nahdi Abu ‘Ubaidah bin Abdillah bin Mas’ud ‘Amir Asy-Sya’bi Tsabit ibnul Hajjaj Ibrahim An-Nakha’i dan Zaid bin Aslam.Adapun pendapat pertama bila seseorang menyentuh wanita dgn tangan atau dgn seluruh tubuh selain jima’ mk tidaklah membatalkan wudhu.Sedangkan pendapat kedua menunjukkan sekedar menyentuh wanita walaupun tdk sampai jima’ membatalkan wudhu.Dari dua penafsiran di atas yg rajih adl penafsiran yg pertama bahwa yg dimaksud dgn menyentuh dlm ayat di atas adl jima’ sebagaimana hal ini ditunjukkan dlm Al-Qur’an sendiri1 dan juga dlm hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg menunjukkan bahwa semata-mata bersentuhan dgn wanita tidaklah membatalkan wudhu.Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Yang dimaukan adl jima’ sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dan selain dari kalangan Arab. Dan diriwayatkan hal ini dari ‘Ali radhiallahu ‘anhu dan selainnya. Inilah yg shahih tentang makna ayat ini. Sementara menyentuh wanita sama sekali tdk ada dalil dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah yg menunjukkan bahwa hal itu membatalkan wudhu. Adalah kaum muslimin senantiasa bersentuhan dgn istri-istri mereka namun tdk ada seorang muslim pun yg menukilkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan kepada seseorang utk berwudhu krn menyentuh para wanita .”Beliau juga berkata: “Telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar dan Al-Hasan bahwa menyentuh di sini dgn tangan dan ini merupakan pendapat sekelompok salaf. Adapun apabila menyentuh wanita tersebut dgn syahwat tidaklah wajib berwudhu karena namun apabila dia berwudhu perkara tersebut baik dan disenangi utk memadamkan syahwat sebagaimana disenangi berwudhu dari marah utk memadamkannya. Adapun menyentuh wanita tanpa syahwat mk aku sama sekali tdk mengetahui ada pendapat dari salaf bahwa hal itu membatalkan wudhu.”Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Pendapat yg rajih adl menyentuh wanita tdk membatalkan wudhu secara mutlak sama saja baik dgn syahwat atau tdk dgn syahwat kecuali bila keluar sesuatu dari . Bila yg keluar mani mk wajib bagi mandi sementara kalau yg keluar madzi mk wajib bagi mencuci dzakar- dan berwudhu.”Dalil dari As-Sunnah yg menunjukkan bahwa bersentuhan dgn wanita tidaklah membatalkan wudhu di antaranya:Aisyah radhiallahu ‘anha berkata:<br />كُنْتُ أَناَمُ بَيْنَ يَدَي رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلاَيَ فِي قِبْلَتِهِ، فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ، فَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهَا<br />“Aku pernah tidur di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm keadaan kedua kaki di arah kiblat beliau mk bila beliau sujud beliau menyentuhku hingga aku pun menekuk kedua kakiku. Bila beliau berdiri aku kembali membentangkan kedua kakiku.”Aisyah radhiallahu ‘anha juga mengabarkan:<br />فَقَدْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً مِنَ الْفِرَاشِ فَلْتَمَسْتُهُ فَوَقَعَتْ يَدِي عَلَى بَطْنِ قَدَمَيْهِ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ وَهُمَا مَنْصُوبَتَانِ وَهُوَ يَقُوْلُ: اللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ<br />“Suatu malam aku pernah kehilangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari tempat tidurku. mk aku pun meraba-raba mencari beliau hingga kedua tanganku menyentuh bagian dlm kedua telapak kaki beliau yg sedang ditegakkan. Ketika itu beliau di tempat shalat dan sedang berdoa: Ya Allah aku berlindung dgn keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu dan dgn maaf-Mu dari hukuman-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu aku tdk dapat menghitung pujian atas-Mu Engkau sebagaimana yg Engkau puji terhadap diri-Mu.”2. MuntahDi antara ulama ada yg berpendapat bahwa muntah mengharuskan seseorang utk berwudhu dgn dalil hadits Ma’dan bin Abi Thalhah dari Abu Ad-Darda bahwasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah muntah lalu beliau berbuka dan berwudhu. Kata Ma’dan: “Aku berjumpa dgn Tsauban di masjid Damaskus mk aku sebutkan hal itu pada Tsauban pun berkata: “Abu Ad-Darda benar akulah yg menuangkan air wudhu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata: “Al-Baihaqi mengatakan bahwa hadits ini diperselisihkan pada sanadnya. Kalaupun hadits ini shahih mk dibawa pemahaman pada muntah yg sengaja.” Di tempat lain Al-Baihaqi berkata: “Isnad hadits ini mudhtharib tdk bisa ditegakkan hujjah dengannya.” . Asy-Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah di dlm ta’liq beliau terhadap kitab Ar-Raudhatun Nadiyyah mengatakan: “Hadits-hadits yg diriwayatkan dlm masalah batal wudhu krn muntah adl lemah semua tdk dapat dijadikan hujjah.” 2Ulama berselisih pendapat dlm masalah muntah ini:- Di antara mereka ada yg berpendapat muntah itu membatalkan wudhu seperti Abu Hanifah dan pengikut mazhab Abu Hanifah dgn syarat muntah itu berasal dari dlm perut memenuhi mulut dan keluar sekaligus.Al-Imam At-Tirmidzi t berkata: “Sebagian ahlul ilmi dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selain mereka dari kalangan tabi’in berpandangan utk berwudhu disebabkan muntah dan mimisan. Demikian pendapat Sufyan Ats-Tsauri Ibnul Mubarak Ahmad dan Ishaq. Sementara sebagian ahlul ilmi yg lain berpendapat tdk ada keharusan berwudhu krn muntah dan mimisan demikian pendapat Malik dan Asy-Syafi’i.- Adapun ulama yg lain seperti 7 imam yg faqih dari Madinah Asy-Syafi‘i dan orang2 yg mengikuti mazhab Asy-Syafi’i juga satu riwayat dari Al-Imam Ahmad menunjukkan bahwa keluar sesuatu dari tubuh selain qubul dan dubur tidaklah membatalkan wudhu baik sedikit ataupun banyak kecuali bila yg keluar dari tubuh itu kencing ataupun tahi. . Inilah pendapat yg rajih dan menenangkan bagi kami. Mereka berdalil sebagai berikut:1. Hukum asal perkara ini tidaklah membatalkan wudhu. Sehingga barangsiapa yg menyatakan suatu perkara menyelisihi hukum asal mk hendaklah ia membawakan dalil.2. Suci orang yg berwudhu dinyatakan dgn pasti oleh kandungan dalil syar‘i mk apa yg telah pasti tidaklah mungkin mengangkat kesucian kecuali dgn dalil syar‘i.3. Hadits yg dijadikan dalil oleh pendapat pertama telah dilemahkan oleh mayoritas ulama.4. Apa yg ditunjukkan dlm hadits ini adl semata-mata fi‘il sedangkan yg semata-mata fi‘il tidaklah menunjukkan suatu yg wajib.Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Tidaklah batal wudhu dgn keluar sesuatu dari selain dua jalan seperti pendarahan darah yg keluar krn berbekam muntah dan mimisan sama saja baik keluar banyak ataupun sedikit.3 Demikian pendapat Ibnu ‘Abbas Ibnu ‘Umar Ibnu Abi Aufa Jabir Abu Hurairah ‘Aisyah Ibnul Musayyab Salim bin Abdillah bin ‘Umar Al-Qasim bin Muhammad Thawus ‘Atha Mak-hul Rabi’ah Malik Abu Tsaur dan Dawud. Al-Baghawi berkata: “Ini merupakan pendapat mayoritas shahabat dan tabi`in.”Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dlm Majmu’atur Rasail Al-Kubra beliau berpendapat hukum di sini adl sunnah sebagaimana dinukilkan oleh Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah. Demikian juga beliau menyatakan sunnah berwudhu setelah muntah.Sementara hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />مَنْ أَصَابَهَ قَيْءٌ أَوْ رُعَافٌ أَوْ قَلَسٌ أَوْ مَذِيٌ فَلْيَنْصَرِفْ، فَلْيَتَوَضَّأْ..<br />“Siapa yg ditimpa muntah mimisan qalas4 atau madzi hendaklah ia berpaling dari shalat lalu berwudhu.”Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata: “Hadits ini dinyatakan cacat oleh sebagian Ahlul Hadits krn tiap periwayatan Isma’il ibnu ‘Iyasy dari orang2 Hijaz semua dinilai lemah. Sementara dlm hadits ini Isma’il meriwayatkan dari Ibnu Juraij yg dia itu orang Hijaz. Juga krn para perawi yg meriwayatkan dari Ibnu Juraij –yang mereka itu adl para tokoh penghapal– meriwayatkan secara mursal – pen.} sebagaimana hal ini dikatakan oleh penulis kitab Muntaqal Akhbar. Terlebih lagi riwayat yg mursal ini dinyatakan shahih oleh Adz-Dzuhli Ad-Daruquthni dlm kitab Al-’Ilal begitu pula Abu Hatim dan beliau mengatakan telah terjadi kesalahan dlm periwayatan Isma’il. Ibnu Ma’in berkata hadits ini dha’if.Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan bahwa Al-Imam Ahmad dan selain beliau men-dha’if-kan hadits ini3. Darah yg keluar dari tubuhDarah yg keluar dari tubuh seseorang selain kemaluan tidaklah membatalkan wudhu sama saja apakah darah itu sedikit ataupun banyak. Demikian pendapat Ibnu ‘Abbas Ibnu Abi Aufa Abu Hurairah Jabir bin Zaid Ibnul Musayyab Mak-hul Rabi’ah An-Nashir Malik dan Asy-Syafi’i. . Dan ini pendapat yg rajih menurut penulis. Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.Dari kalangan ahlul ilmi ada yg membedakan antara darah sedikit dgn yg banyak. Bila keluar sedikit tdk membatalkan wudhu namun bila keluar banyak akan membatalkan wudhu. Hal ini seperti pendapat Abu Hanifah Al-Imam Ahmad dan Ishaq.Adapun dalil bahwa darah tdk membatalkan wudhu adl hadits tentang seorang shahabat Al-Anshari yg tetap mengerjakan shalat walaupun darah terus mengalir krn luka akibat tikaman anak panah pada tubuhSeandai darah yg banyak itu membatalkan wudhu niscaya shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu dilarang utk mengerjakan shalat dan akan disebutkan teguran dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas shalat yg ia kerjakan tersebut dan akan diterangkan kepada atau siapa yg bersamanya. Karena mengakhirkan penjelasan/ penerangan pada saat dibutuhkan penerangan tidaklah diperbolehkan. Mereka para shahabat radhiallahu ‘anhum sering terjun ke dlm medan pertempuran hingga badan dan pakaian mereka berlumuran darah. Namun tdk dinukilkan dari mereka bahwa mereka berwudhu karena dan tdk didengar dari mereka bahwa perkara ini membatalkan wudhu.Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab wal ilmu ‘indallah.<br />1 Seperti dlm ayat: “Wahai orang2 yg beriman apabila kalian menikahi wanita-wanita mukminah kemudian kalian menceraikan mereka sebelum kalian menyentuh mereka mk tdk ada kewajiban bagi mereka utk menjalani iddah.”Ayat ini jelas sekali menunjukkan bahwa menyentuh yg dikaitkan dgn wanita mk yg dimaksudkan adl jima’.2 Di antara imam ahlul hadits ada juga yg menguatkan hadits ini seperti Ibnu Mandah dan Asy-Syaikh Al-Albani di Tamamul Minnah beliau mengatakan sanad shahih3 Adapun permasalahan yg disebutkan di sini juga merupakan perkara yg diperselisihkan ahlul ilmi sebagaimana disebutkan sendiri oleh Al-Imam An-Nawawi dlm Al-Majmu‘ .4 Qalas adl muntah yg keluar dari tenggorokan bukan dari perut.<br />
Pembatal wudhu'
Pembatal wudhu'
Pembatal wudhu'
Pembatal wudhu'
Pembatal wudhu'

More Related Content

What's hot

Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Muhsin Hariyanto
 
macam-macam sujud
macam-macam sujudmacam-macam sujud
macam-macam sujud
Ami Pertiwi
 
Beberapa persoalan solat 2
Beberapa persoalan solat 2Beberapa persoalan solat 2
Beberapa persoalan solat 2
Mus Memali
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Muhsin Hariyanto
 
1_Sholat Orang Sakit.pdf
1_Sholat Orang Sakit.pdf1_Sholat Orang Sakit.pdf
1_Sholat Orang Sakit.pdf
imran521889
 

What's hot (20)

Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
macam-macam sujud
macam-macam sujudmacam-macam sujud
macam-macam sujud
 
Ebook Shalat Sunnah Qabliyah Jum'at
Ebook Shalat Sunnah Qabliyah Jum'atEbook Shalat Sunnah Qabliyah Jum'at
Ebook Shalat Sunnah Qabliyah Jum'at
 
Beberapa persoalan solat 2
Beberapa persoalan solat 2Beberapa persoalan solat 2
Beberapa persoalan solat 2
 
Makalah sholat
Makalah sholatMakalah sholat
Makalah sholat
 
Konsep dan Dalil tabarruk
Konsep dan Dalil tabarrukKonsep dan Dalil tabarruk
Konsep dan Dalil tabarruk
 
Sholat 5 waktu
Sholat 5 waktuSholat 5 waktu
Sholat 5 waktu
 
MM
MMMM
MM
 
Sholat
SholatSholat
Sholat
 
Sujud sahwi, tilawah dan syukur
Sujud sahwi, tilawah dan syukurSujud sahwi, tilawah dan syukur
Sujud sahwi, tilawah dan syukur
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Konsep tabaruk
Konsep tabarukKonsep tabaruk
Konsep tabaruk
 
Shalat sunnah tasbih
Shalat sunnah tasbihShalat sunnah tasbih
Shalat sunnah tasbih
 
1_Sholat Orang Sakit.pdf
1_Sholat Orang Sakit.pdf1_Sholat Orang Sakit.pdf
1_Sholat Orang Sakit.pdf
 
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholatAncaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
 
Tabarruk
Tabarruk Tabarruk
Tabarruk
 
Powerpoint Materi Sujud (Astri Nur Solecha, Teknologi Pendidikan)
Powerpoint Materi Sujud (Astri Nur Solecha, Teknologi Pendidikan)Powerpoint Materi Sujud (Astri Nur Solecha, Teknologi Pendidikan)
Powerpoint Materi Sujud (Astri Nur Solecha, Teknologi Pendidikan)
 
Gusdifa PM Ahkam Sholat
Gusdifa PM Ahkam SholatGusdifa PM Ahkam Sholat
Gusdifa PM Ahkam Sholat
 
Tanya jawab ucapan salam
Tanya jawab  ucapan salamTanya jawab  ucapan salam
Tanya jawab ucapan salam
 

Viewers also liked (6)

Berwudhu’
Berwudhu’Berwudhu’
Berwudhu’
 
Solat
SolatSolat
Solat
 
Jom Solat
Jom SolatJom Solat
Jom Solat
 
Panduan lengkap solat
Panduan lengkap solat Panduan lengkap solat
Panduan lengkap solat
 
Solat: Pengertian, Syarat, Rukun & Sunat
Solat: Pengertian, Syarat, Rukun & SunatSolat: Pengertian, Syarat, Rukun & Sunat
Solat: Pengertian, Syarat, Rukun & Sunat
 
Power point wudhu
Power point wudhuPower point wudhu
Power point wudhu
 

Similar to Pembatal wudhu'

Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islamPelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Operator Warnet Vast Raha
 
Perkara perkara-yang-merusak-puasa
Perkara perkara-yang-merusak-puasaPerkara perkara-yang-merusak-puasa
Perkara perkara-yang-merusak-puasa
Ra Hardianto
 
Ringkasan sifat-shalat-nabi
Ringkasan sifat-shalat-nabiRingkasan sifat-shalat-nabi
Ringkasan sifat-shalat-nabi
Sekolah Kiblah
 
Polemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbihPolemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbih
Muhsin Hariyanto
 
Tata Cara Shalat Rasul Utk Lelaki Perempuan
Tata Cara Shalat Rasul Utk Lelaki PerempuanTata Cara Shalat Rasul Utk Lelaki Perempuan
Tata Cara Shalat Rasul Utk Lelaki Perempuan
yayak
 

Similar to Pembatal wudhu' (20)

Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbih
 
Anjuran memperbagus shalat
Anjuran memperbagus shalatAnjuran memperbagus shalat
Anjuran memperbagus shalat
 
Sifat Wudhu
Sifat WudhuSifat Wudhu
Sifat Wudhu
 
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islamPelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
 
Kemudahan sifatwudhunabi ustadzabu‘abdilmuhsinas-soronji
Kemudahan sifatwudhunabi ustadzabu‘abdilmuhsinas-soronjiKemudahan sifatwudhunabi ustadzabu‘abdilmuhsinas-soronji
Kemudahan sifatwudhunabi ustadzabu‘abdilmuhsinas-soronji
 
Makalah 1
Makalah 1Makalah 1
Makalah 1
 
Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
Perkara perkara-yang-merusak-puasa
Perkara perkara-yang-merusak-puasaPerkara perkara-yang-merusak-puasa
Perkara perkara-yang-merusak-puasa
 
PESANTREN RAMADHAN 1444 H.pptx
PESANTREN RAMADHAN 1444 H.pptxPESANTREN RAMADHAN 1444 H.pptx
PESANTREN RAMADHAN 1444 H.pptx
 
Koreksi tata cara & bacaan sholat
Koreksi tata cara & bacaan sholatKoreksi tata cara & bacaan sholat
Koreksi tata cara & bacaan sholat
 
Tata cara sholat
Tata cara sholatTata cara sholat
Tata cara sholat
 
Sujud Tilawah, Sahwi & Syukur
Sujud Tilawah, Sahwi & SyukurSujud Tilawah, Sahwi & Syukur
Sujud Tilawah, Sahwi & Syukur
 
Ringkasan sifat-shalat-nabi
Ringkasan sifat-shalat-nabiRingkasan sifat-shalat-nabi
Ringkasan sifat-shalat-nabi
 
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'manAnta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
 
Tata cara shalat.pptx
Tata cara shalat.pptxTata cara shalat.pptx
Tata cara shalat.pptx
 
Sholluu kamaa roaitumuunii ushollii.pptx
Sholluu kamaa roaitumuunii ushollii.pptxSholluu kamaa roaitumuunii ushollii.pptx
Sholluu kamaa roaitumuunii ushollii.pptx
 
Polemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbihPolemik seputar shalat tasbih
Polemik seputar shalat tasbih
 
Tata Cara Shalat Rasul Utk Lelaki Perempuan
Tata Cara Shalat Rasul Utk Lelaki PerempuanTata Cara Shalat Rasul Utk Lelaki Perempuan
Tata Cara Shalat Rasul Utk Lelaki Perempuan
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 

Pembatal wudhu'

  • 1. Pembatal-Pembatal Wudhu <br />penulis Al Ustadz Abu Ishaq Muslim Al AtsariSyariah Seputar Hukum Islam 21 - Februari - 2005 19:47:16<br />Wudhu sebagai rangkaian ibadah yg tdk dapat dipisahkan dari shalat seorang hamba dapat batal krn beberapa perkara. Hal-hal yg bisa membatalkan ini diistilahkan dlm fiqih Nawaqidhul Wudhu . Wudhu yg telah batal akan membatalkan pula shalat seseorang sehingga mengharuskan utk berwudhu kembaliNawaqidhul wudhu ini ada yg disepakati oleh ulama krn ada sandaran dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dan telah terjadi ijma’ di antara mereka tentang permasalahan tersebut. Ada juga yg diperselisihkan oleh mereka keberadaan sebagai pembatal wudhu ataupun tidak. Hal ini disebabkan tdk ada dalil yg jelas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta tdk terjadi ijma’ sehingga kembali perkara ini kepada ijtihad masing-masing ahlul ilmi.<br />Pembatal wudhu yg disepakati1. KencingAbu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ أَحَدِكُمْ، إِذَا أَحْدَثَ، حَتَّى يَتَوَضَّأَ<br />“Allah tdk menerima shalat salah seorang dari kalian jika ia berhadats sampai ia berwudhu.”Hadits ini menunjukkan bahwa hadats kecil ataupun besar merupakan pembatal wudhu dan shalat seorang dan kencing termasuk hadats kecil.2.Buang Air BesarAllah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dlm ayat wudhu ketika menyebutkan perkara yg mengharuskan wudhu :<br />أَوْ جآءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغآئِطِ<br />“Atau salah seorang dari kalian kembali dari buang air besar…”Dengan demikian bila seseorang buang air besar batallah wudhunya.3. Keluar angin dari duburAngin yg keluar dari dubur membatalkan wudhu sehingga bila seseorang shalat lalu kentut mk ia harus membatalkan shalat dan berwudhu kembali lalu mengulangi shalat dari awal.Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim Al-Mazini radhiallahu ‘anhu berkata: “Diadukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang seseorang yg menyangka diri kentut ketika ia sedang mengerjakan shalat. mk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />لاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيْحًا<br />“Jangan ia berpaling sampai ia mendengar bunyi kentut tersebut atau mencium baunya.”Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ أَحَدِكُمْ، إِذَا أَحْدَثَ، حَتَّى يَتَوَضَّأَ<br />“Allah tdk menerima shalat salah seorang dari kalian jika ia berhadats sampai ia berwudhu.”Mendengar penyampaian Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ini berkatalah seorang lelaki dari Hadhramaut: “Seperti apa hadats itu wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab: “Angin yg keluar dari dubur yg bunyi maupun yg tdk bunyi.”Sementara perkataan Abu Hurairah ini dijelaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah beliau berkata: “Abu Hurairah menjelaskan tentang hadats dgn perkara yg paling khusus sebagai peringatan bahwa angin dari dubur ini adl hadats yg paling ringan sementara di sana ada hadats yg lbh berat darinya. Dan juga krn angin ini terkadang banyak keluar di saat seseorang melaksanakan shalat tdk seperti hadats yg lain.”Hadits ini dijadikan dalil bahwa shalat seseorang batal dgn keluar hadats sama saja baik keluar dgn keinginan ataupun terpaksa.Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: Salma maula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau istri Abu Rafi‘ maula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengadukan Abu Rafi’ yg telah memukulnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berta kepada Abu Rafi’: “Ada apa engkau dgn Salma wahai Abu Rafi‘?” Abu Rafi‘ menjawab: “Ia menyakitiku wahai Rasulullah.” Rasulullah berta lagi: “Dengan apa engkau menyakiti wahai Salma?” Kata Salma: “Ya Rasulullah aku tdk menyakiti dgn sesuatupun akan tetapi ia berhadats dlm keadaan ia sedang shalat mk kukatakan padanya: ‘Wahai Abu Rafi‘ sesungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kaum muslimin apabila salah seorang dari mereka kentut ia harus berwudhu.’ Abu Rafi‘ pun bangkit lalu memukulku.” Mendengar hal itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa seraya berkata: “Wahai Abu Rafi‘ sungguh Salma tdk menyuruhmu kecuali kepada kebaikan.”Adapun orang yg terus menerus keluar hadats dari seperti penderita penyakit beser atau orang yg kentut terus menerus atau buang air besar terus menerus mk ia diberi udzur di mana thaharah tidaklah dianggap batal dgn keluar hadats tersebut.4. Keluar MadziKeluar madzi termasuk pembatal wudhu sebagaimana ditunjukkan dlm hadits Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Ali berkata: “Aku seorang yg banyak mengeluarkan madzi namun aku malu utk berta langsung kepada Rasullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam krn keberadaan putri yg menjadi istriku. mk akupun meminta Miqdad ibnul Aswad radhiallahu ‘anhu utk menanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab:<br />يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَيَتَوَضَّأُ<br />“Hendaklah ia mencuci kemaluan dan berwudhu.”5. Keluar WadiKeberadaan wadi sama hal dgn madzi atau kencing sehingga keluar membatalkan wudhu seseorang.6. Keluar Darah Haid dan NifasDarah haid dan nifas yg keluar dari kemaluan seorang wanita adl hadats besar yg karena membatalkan wudhu wanita yg bersangkutan. Dalil adl hadits Abu Hurairah di atas tentang batal wudhu krn hadats. Dan selama masih keluar darah haid dan nifas ini diharamkan bagi mengerjakan shalat puasa dan bersenggama dgn suami sampai ia suci.Dikecualikan bila darah dari kemaluan itu keluar terus menerus di luar waktu kebiasaan haid dan bukan disebabkan melahirkan seperti pada wanita yg menderita istihadhah krn wanita yg istihadhah dihukumi sama dgn wanita yg suci sehingga ia tetap mengerjakan shalat walaupun darah terus keluar. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Bila si wanita yg menderita istihadhah itu ingin berwudhu utk shalat hendak ia mencuci terlebih dahulu kemaluan dari bekas darah dan menahan keluar darah dgn kain.”7. Keluar ManiSeseorang yg keluar mani wajib bagi mandi tdk cukup hanya berwudhu krn dgn keluar mani seseorang dia dihukumi dlm keadaan junub/ janabah yg berarti dia telah hadats besar. Berbeda dgn kencing BAB keluar angin keluar madzi dan wadi yg merupakan hadats kecil sehingga dicukupkan dgn wudhu.8. Jima’Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:<br />إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الأَرْبَعِ، ثُمَّ جَهَدَهَا، فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ<br />“Apabila seorang suami telah duduk di antara empat cabang istri kemudian dia bersungguh-sungguh pada mk sungguh telah wajib bagi utk mandi .”Dalam riwayat Muslim ada tambahan:<br />وَإِنْ لَمْ يُنْزِلْ<br />“Sekalipun ia tdk keluar mani.”Dari hadits di atas kita pahami bila jima‘ sekalipun tdk sampai keluar mani menyebabkan seseorang harus mandi sehingga jima‘ perkara yg membatalkan wudhu.<br />Pembatal wudhu yg diperselisihkandlm masalah fiqhiyyah baik itu fiqh ibadah ataupun fiqh muamalah sering sekali kita dapati perselisihan di antara ahlul ilmi. Hal ini disebabkan tersamar dalil yg jelas dlm pengetahuan mereka baik dari Al-Qur’an ataupun dari hadits dan krn satu keadaan dimana masing-masing mereka harus berijtihad terhadap permasalahan yg ada sehingga timbullah beragam pandangan. Permasalahan ini sebetul bukan permasalahan yg baru krn sejak zaman sahabat kita dapati mereka berselisih dlm beberapa masalah fiqhiyyah dan diikuti oleh zaman setelah dari kalangan para imam. Walaupun kita dapati mereka berselisih dlm berbagai permasalahan namun mereka terhadap satu dgn yg lain saling berlapang dada selama perkara itu bukanlah perkara yg ganjil yg menyelisihi pendapat yg ma‘ruf walaupun juga dlm banyak permasalahan kita dapati mereka bersepakat di atasnya.Demikianlah yg ingin kami utarakan sebelum masuk ke dlm masalah yg diperselisihkan di sini yg mana mungkin penulis berbeda pandangan dlm menguatkan satu permasalahan dgn pembaca sehingga bila didapati hal yg demikian hendak kita berlapang dada. Tentu dgn tdk menolak pandangan yg ada selama itu adl ma’ruf di kalangan ahlul ilmi salafus shalih. Mungkin penulis memberikan contoh waqi‘iyyah yg penulis sendiri mengalami . Suatu ketika penulis shalat berdampingan dlm satu shaf dgn guru kami Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muqbil rahimahullah. Pada waktu itu penulis berpandangan menggerak-gerakkan jari dlm tasyahud krn memilih pendapat tahrik sesuai dgn pendapat yg ma’ruf. Sementara guru kami adlorang yg sangat keras melemahkan hadits dlm masalah tahrik ini dan memandang syadz . Namun selesai shalat beliau rahimahullah tdk memaksakan pendapat kepada penulis dlm keadaan beliau berkuasa utk memaksa dan melakukan penekanan. Bahkan yg ada dlm berbagai majelis beliau berbangga dgn keberadaan murid-murid yg tdk taqlid kepada beliau tapi berpegang dgn dalil sekalipun harus berbeda pandangan dgn beliau rahimahullah rahmatan wasi‘atan.1. Menyentuh wanitaAhlul ilmi terbagi dlm dua pendapat dlm menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسآءَ<br />“Atau kalian menyentuh wanita …”Pertama: sebagian mereka menafsirkan “menyentuh” dgn jima’ seperti pendapat Ibnu ‘Abbas ‘Ali ‘Ubay bin Ka’b Mujahid Thawus Al-Hasan ‘Ubaid bin ‘Umair Sa’id bin Jubair Asy-Sya’bi Qatadah dan Muqatil bin Hayyan.Kedua: ahlul ilmi yg lain berpendapat “menyentuh” di sini lbh luas/ umum daripada jima’ sehingga termasuk di dlm menyentuh dgn tangan mencium bersenggolan dan semisalnya. Di antara yg berpendapat seperti ini adl Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Umar dari kalangan shahabat. Abu ‘Utsman An-Nahdi Abu ‘Ubaidah bin Abdillah bin Mas’ud ‘Amir Asy-Sya’bi Tsabit ibnul Hajjaj Ibrahim An-Nakha’i dan Zaid bin Aslam.Adapun pendapat pertama bila seseorang menyentuh wanita dgn tangan atau dgn seluruh tubuh selain jima’ mk tidaklah membatalkan wudhu.Sedangkan pendapat kedua menunjukkan sekedar menyentuh wanita walaupun tdk sampai jima’ membatalkan wudhu.Dari dua penafsiran di atas yg rajih adl penafsiran yg pertama bahwa yg dimaksud dgn menyentuh dlm ayat di atas adl jima’ sebagaimana hal ini ditunjukkan dlm Al-Qur’an sendiri1 dan juga dlm hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg menunjukkan bahwa semata-mata bersentuhan dgn wanita tidaklah membatalkan wudhu.Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Yang dimaukan adl jima’ sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dan selain dari kalangan Arab. Dan diriwayatkan hal ini dari ‘Ali radhiallahu ‘anhu dan selainnya. Inilah yg shahih tentang makna ayat ini. Sementara menyentuh wanita sama sekali tdk ada dalil dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah yg menunjukkan bahwa hal itu membatalkan wudhu. Adalah kaum muslimin senantiasa bersentuhan dgn istri-istri mereka namun tdk ada seorang muslim pun yg menukilkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan kepada seseorang utk berwudhu krn menyentuh para wanita .”Beliau juga berkata: “Telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar dan Al-Hasan bahwa menyentuh di sini dgn tangan dan ini merupakan pendapat sekelompok salaf. Adapun apabila menyentuh wanita tersebut dgn syahwat tidaklah wajib berwudhu karena namun apabila dia berwudhu perkara tersebut baik dan disenangi utk memadamkan syahwat sebagaimana disenangi berwudhu dari marah utk memadamkannya. Adapun menyentuh wanita tanpa syahwat mk aku sama sekali tdk mengetahui ada pendapat dari salaf bahwa hal itu membatalkan wudhu.”Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Pendapat yg rajih adl menyentuh wanita tdk membatalkan wudhu secara mutlak sama saja baik dgn syahwat atau tdk dgn syahwat kecuali bila keluar sesuatu dari . Bila yg keluar mani mk wajib bagi mandi sementara kalau yg keluar madzi mk wajib bagi mencuci dzakar- dan berwudhu.”Dalil dari As-Sunnah yg menunjukkan bahwa bersentuhan dgn wanita tidaklah membatalkan wudhu di antaranya:Aisyah radhiallahu ‘anha berkata:<br />كُنْتُ أَناَمُ بَيْنَ يَدَي رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلاَيَ فِي قِبْلَتِهِ، فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي فَقَبَضْتُ رِجْلَيَّ، فَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهَا<br />“Aku pernah tidur di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm keadaan kedua kaki di arah kiblat beliau mk bila beliau sujud beliau menyentuhku hingga aku pun menekuk kedua kakiku. Bila beliau berdiri aku kembali membentangkan kedua kakiku.”Aisyah radhiallahu ‘anha juga mengabarkan:<br />فَقَدْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً مِنَ الْفِرَاشِ فَلْتَمَسْتُهُ فَوَقَعَتْ يَدِي عَلَى بَطْنِ قَدَمَيْهِ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ وَهُمَا مَنْصُوبَتَانِ وَهُوَ يَقُوْلُ: اللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ<br />“Suatu malam aku pernah kehilangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari tempat tidurku. mk aku pun meraba-raba mencari beliau hingga kedua tanganku menyentuh bagian dlm kedua telapak kaki beliau yg sedang ditegakkan. Ketika itu beliau di tempat shalat dan sedang berdoa: Ya Allah aku berlindung dgn keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu dan dgn maaf-Mu dari hukuman-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu aku tdk dapat menghitung pujian atas-Mu Engkau sebagaimana yg Engkau puji terhadap diri-Mu.”2. MuntahDi antara ulama ada yg berpendapat bahwa muntah mengharuskan seseorang utk berwudhu dgn dalil hadits Ma’dan bin Abi Thalhah dari Abu Ad-Darda bahwasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah muntah lalu beliau berbuka dan berwudhu. Kata Ma’dan: “Aku berjumpa dgn Tsauban di masjid Damaskus mk aku sebutkan hal itu pada Tsauban pun berkata: “Abu Ad-Darda benar akulah yg menuangkan air wudhu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata: “Al-Baihaqi mengatakan bahwa hadits ini diperselisihkan pada sanadnya. Kalaupun hadits ini shahih mk dibawa pemahaman pada muntah yg sengaja.” Di tempat lain Al-Baihaqi berkata: “Isnad hadits ini mudhtharib tdk bisa ditegakkan hujjah dengannya.” . Asy-Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah di dlm ta’liq beliau terhadap kitab Ar-Raudhatun Nadiyyah mengatakan: “Hadits-hadits yg diriwayatkan dlm masalah batal wudhu krn muntah adl lemah semua tdk dapat dijadikan hujjah.” 2Ulama berselisih pendapat dlm masalah muntah ini:- Di antara mereka ada yg berpendapat muntah itu membatalkan wudhu seperti Abu Hanifah dan pengikut mazhab Abu Hanifah dgn syarat muntah itu berasal dari dlm perut memenuhi mulut dan keluar sekaligus.Al-Imam At-Tirmidzi t berkata: “Sebagian ahlul ilmi dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selain mereka dari kalangan tabi’in berpandangan utk berwudhu disebabkan muntah dan mimisan. Demikian pendapat Sufyan Ats-Tsauri Ibnul Mubarak Ahmad dan Ishaq. Sementara sebagian ahlul ilmi yg lain berpendapat tdk ada keharusan berwudhu krn muntah dan mimisan demikian pendapat Malik dan Asy-Syafi’i.- Adapun ulama yg lain seperti 7 imam yg faqih dari Madinah Asy-Syafi‘i dan orang2 yg mengikuti mazhab Asy-Syafi’i juga satu riwayat dari Al-Imam Ahmad menunjukkan bahwa keluar sesuatu dari tubuh selain qubul dan dubur tidaklah membatalkan wudhu baik sedikit ataupun banyak kecuali bila yg keluar dari tubuh itu kencing ataupun tahi. . Inilah pendapat yg rajih dan menenangkan bagi kami. Mereka berdalil sebagai berikut:1. Hukum asal perkara ini tidaklah membatalkan wudhu. Sehingga barangsiapa yg menyatakan suatu perkara menyelisihi hukum asal mk hendaklah ia membawakan dalil.2. Suci orang yg berwudhu dinyatakan dgn pasti oleh kandungan dalil syar‘i mk apa yg telah pasti tidaklah mungkin mengangkat kesucian kecuali dgn dalil syar‘i.3. Hadits yg dijadikan dalil oleh pendapat pertama telah dilemahkan oleh mayoritas ulama.4. Apa yg ditunjukkan dlm hadits ini adl semata-mata fi‘il sedangkan yg semata-mata fi‘il tidaklah menunjukkan suatu yg wajib.Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Tidaklah batal wudhu dgn keluar sesuatu dari selain dua jalan seperti pendarahan darah yg keluar krn berbekam muntah dan mimisan sama saja baik keluar banyak ataupun sedikit.3 Demikian pendapat Ibnu ‘Abbas Ibnu ‘Umar Ibnu Abi Aufa Jabir Abu Hurairah ‘Aisyah Ibnul Musayyab Salim bin Abdillah bin ‘Umar Al-Qasim bin Muhammad Thawus ‘Atha Mak-hul Rabi’ah Malik Abu Tsaur dan Dawud. Al-Baghawi berkata: “Ini merupakan pendapat mayoritas shahabat dan tabi`in.”Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dlm Majmu’atur Rasail Al-Kubra beliau berpendapat hukum di sini adl sunnah sebagaimana dinukilkan oleh Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah. Demikian juga beliau menyatakan sunnah berwudhu setelah muntah.Sementara hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />مَنْ أَصَابَهَ قَيْءٌ أَوْ رُعَافٌ أَوْ قَلَسٌ أَوْ مَذِيٌ فَلْيَنْصَرِفْ، فَلْيَتَوَضَّأْ..<br />“Siapa yg ditimpa muntah mimisan qalas4 atau madzi hendaklah ia berpaling dari shalat lalu berwudhu.”Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata: “Hadits ini dinyatakan cacat oleh sebagian Ahlul Hadits krn tiap periwayatan Isma’il ibnu ‘Iyasy dari orang2 Hijaz semua dinilai lemah. Sementara dlm hadits ini Isma’il meriwayatkan dari Ibnu Juraij yg dia itu orang Hijaz. Juga krn para perawi yg meriwayatkan dari Ibnu Juraij –yang mereka itu adl para tokoh penghapal– meriwayatkan secara mursal – pen.} sebagaimana hal ini dikatakan oleh penulis kitab Muntaqal Akhbar. Terlebih lagi riwayat yg mursal ini dinyatakan shahih oleh Adz-Dzuhli Ad-Daruquthni dlm kitab Al-’Ilal begitu pula Abu Hatim dan beliau mengatakan telah terjadi kesalahan dlm periwayatan Isma’il. Ibnu Ma’in berkata hadits ini dha’if.Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan bahwa Al-Imam Ahmad dan selain beliau men-dha’if-kan hadits ini3. Darah yg keluar dari tubuhDarah yg keluar dari tubuh seseorang selain kemaluan tidaklah membatalkan wudhu sama saja apakah darah itu sedikit ataupun banyak. Demikian pendapat Ibnu ‘Abbas Ibnu Abi Aufa Abu Hurairah Jabir bin Zaid Ibnul Musayyab Mak-hul Rabi’ah An-Nashir Malik dan Asy-Syafi’i. . Dan ini pendapat yg rajih menurut penulis. Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.Dari kalangan ahlul ilmi ada yg membedakan antara darah sedikit dgn yg banyak. Bila keluar sedikit tdk membatalkan wudhu namun bila keluar banyak akan membatalkan wudhu. Hal ini seperti pendapat Abu Hanifah Al-Imam Ahmad dan Ishaq.Adapun dalil bahwa darah tdk membatalkan wudhu adl hadits tentang seorang shahabat Al-Anshari yg tetap mengerjakan shalat walaupun darah terus mengalir krn luka akibat tikaman anak panah pada tubuhSeandai darah yg banyak itu membatalkan wudhu niscaya shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu dilarang utk mengerjakan shalat dan akan disebutkan teguran dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas shalat yg ia kerjakan tersebut dan akan diterangkan kepada atau siapa yg bersamanya. Karena mengakhirkan penjelasan/ penerangan pada saat dibutuhkan penerangan tidaklah diperbolehkan. Mereka para shahabat radhiallahu ‘anhum sering terjun ke dlm medan pertempuran hingga badan dan pakaian mereka berlumuran darah. Namun tdk dinukilkan dari mereka bahwa mereka berwudhu karena dan tdk didengar dari mereka bahwa perkara ini membatalkan wudhu.Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab wal ilmu ‘indallah.<br />1 Seperti dlm ayat: “Wahai orang2 yg beriman apabila kalian menikahi wanita-wanita mukminah kemudian kalian menceraikan mereka sebelum kalian menyentuh mereka mk tdk ada kewajiban bagi mereka utk menjalani iddah.”Ayat ini jelas sekali menunjukkan bahwa menyentuh yg dikaitkan dgn wanita mk yg dimaksudkan adl jima’.2 Di antara imam ahlul hadits ada juga yg menguatkan hadits ini seperti Ibnu Mandah dan Asy-Syaikh Al-Albani di Tamamul Minnah beliau mengatakan sanad shahih3 Adapun permasalahan yg disebutkan di sini juga merupakan perkara yg diperselisihkan ahlul ilmi sebagaimana disebutkan sendiri oleh Al-Imam An-Nawawi dlm Al-Majmu‘ .4 Qalas adl muntah yg keluar dari tenggorokan bukan dari perut.<br />