Shalat Sunnah Tasbih dan Shalat Taubat merupakan shalat sunnah yang dianjurkan Nabi untuk mensucikan Allah dan memohon ampun dosa. Shalat Tasbih dilakukan empat rakaat dengan membaca doa tasbih sedangkan Shalat Taubat dua rakaat untuk memohon ampun setelah berbuat dosa. Kedua shalat sunnah ini dapat membersihkan dosa dan mendapatkan ampunan Allah.
2. Shalat Tasbih adalah shalat untuk mensucikan Allah dari segala sekutunya agar menambah kuat
iman kita dan terhindar dari perbuatan syirik. Tidak mempunyai waktu tertentu, asal tidak dilakukan pada
waktu yang dilarang,jumlah rakaatnya empat. Jika dilakukan pada siang hari empat rakaat dengan sekali
salam dan jika dilakukan pada malam hari maka empat rakaat dengan dua kali salam ( setiap dua rakaat dua
kali salam ). Sabda Nabi saw : " Jika kamu mampu shalat Tasbih setiap hari maka lakukanlah, jika tidak
mampu maka tiap hari jum'at atau setahun sekali atau seumur hidup sekali " ( HR.Abu Daud dan Ibnu
Majah ).
Cara Melaksakan Shalat Sunnah Tasbih :
> Niat dalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram
> "Aku niat shalat sunah Tasbih karena Allah"
> Membaca doa Iftitah, surat Al Fatihah dan salah satu surat didalam Al Qur'an. Afdhalnya, rakaat
pertama membaca surat At Takatsur dan rakaat kedua membaca surat Al Ikhlas. Membaca tasbih
15 X sebelum Ruku.
> Ruku' dan membaca tasbih ruku' tiga kali, kemudian membaca tasbih 10 X
> I'tidal dan membaca bacaannya, kemudian membaca tasbih 10 X
> Sujud pertama dan membaca tasbih sujud tiga kali, kemudian membaca tasbih 10 X
> Duduk diantara dua sujud dan membaca bacaannya, kemudian membaca tasbih 10 X
> Sujud kedua dan membaca tasbih sujud tiga kali, kemudian membaca tasbih 10 X
> Duduk sejenak (duduk Istirahat) seperti duduk diantara dua sujud dan membaca tasbih 10 X
> Setelah membaca Tasyahhud lalu membaca tasbih 10 X kemudian memberi salam dua kali.
Rakaat-rakaat selanjutnya seperti kelakuan di atas, sehingga tiap satu rakaat 75 tasbih dikalikan
empat rakaat jumlahnya 75 X 4 = 300 tasbih
Tentang
ShalatTasbih
Ditulis oleh Ulin Niam Masruri
Kita sering mendengar yang namanya sholat tasbih, sebagian besar umat Islam sering
melakukannya, karena merupakan salah satu sholat sunnah yang mana bisa dilakukan pada
malam hari. maupun pada siang hari. Imam Ghozali dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin
mengatakan “Sholat tasbih ini adalah merupakan sholat yang pernah dilakukan oleh
Rosululloh Saw, makanya kalau bisa alangkah baiknya bagi orang Islam untuk melakukannya
minimal dalam seminggu sekali atau kalau tidak mampu mungkin dalam sebulan cukup
sekali”.
Adapun tendensi hadis yang digunakan oleh ulama’ yang mengatakan bahwa sholat tasbih
adalah sunnah berupa hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab sholat bab
sholat tasbih, Imam Turmuzi, Ibnu Majjah dalam kitab Iqoomah Assholah bab sholat tasbih,
Ibnu Khuzaimah, Imam Baihaqi dalam bab sholat tasbih, Imam Thobroni dalam Mu’jam
Alkabir dari Ibnu Abbas dan Abu Rofi’ bahwa dalam syarah hadis, Nabi telah menjelaskan
kepada pamannya Abbas Bin Abdul Mutholib suatu amalan yang mana kalau dikerjakan oleh
beliau dapat menyebabkan diampuni dosannya baik yang akan datang maupun yang telah
3. lewat, salah satu amalan tersebut adalah sholat tasbih.
Adapun pakar hadis dalam menganalisa hadis ini melalui jalur sanad maupun matan terjadi
perbedaan, diantara ulama’ ada yang mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih, ada lagi
yang mengatakan bahwa hadis ini adalah lemah, bahkan ada juga yang mengatakan bahwa
hadis ini sampai kederajad maudlu’.
a. Di antara pakar hadis yang mengatakan bahwa hadis ini shohih adalah Imam Muslim, Ibnu
Khuzaimah, Imam Hakim, Ibnu Sholah, Alkhotib Albaghdadi, Al Munzhiri, Imam Suyuti,
Abu Musa Almadini, Abu Said Al Sam’ani, Imam Nawawi, Abu Hasan Almaqdasi, Imam
Subuki, Ibnu Hajar Al Asqolany, Ibnu Hajar Al Haitamy, Syekh Albani, Syekh Syuab Al
Arnauth, Ahmad Syakir dan masih banyak lagi ulama’ yang lain.
Imam Hakim mengatakan bahwa yang menjadikan standar hadis tentang sholat tasbih shohih
adalah terbiasa dikerjakan mulai para Tabiit Tabi’in sampai zaman sekarang .
Imam Daruqutni mengatakan hadis yang paling shohih dalam keutamaan surat adalah hadis
yang menjelaskan keutamaan surat Al Ikhlas dan hadis yang paling shohih dalam keutamaan
sholat adalah hadis yang menjelaskan tentang sholat tasbih.
Demikian juga Syekh Muhammad Mubarokfuri mengatakan bahwa hadis yang menjelaskan
tentang sholat tasbih tidak sampai turun pada derajat hadis hasan.
b. Sedangkan pakar hadis yang mengatakan bahwa hadis ini dhoif adalah Imam Ahmad Bin
Hambal, Imam Mizzi, Syekh Ibnu Taimiyah, Ibnu Qudamah dan Imam Syaukani, sehingga
dalam madzhab Hambali dijelaskan bahwa barang siapa yang melakukan sholat tasbih
hukumnya adalah makruh akan tetapi seandainya ada orang yang melaksanakan sholat
tersebut tidak apa-apa, karena perbuatan yang sunnah tidak harus dengan menggunakan dalil
hadis yang shohih, namun pada akhirnya Imam Ahmad menarik fatwanya dengan
mengatakan bahwa sholat tasbih adalah merupakan sesuatu amalan yang sunnah.
c. Adapun pernyataan Imam Ibnu Jauzi yang memasukkan hadis ini dalam kategori hadis
maudlu’ mendapat banyak kritikan dari pakar hadis, mereka menganggap bahwa Ibnu Jauzi
terlalu mempermudah dalam menghukumi suatu hadis sehingga hukum hadis yang
sebetulnya shohih ataupun hasan kalau tidak sesuai dengan syarat yang beliau tetapkan
langsung dilempar dalam hukum maudlu’.
Dari kajiaan sanad yang telah dilakukan oleh pakar hadis dapat disimpulkan bahwa hadis ini
adalah hasan atau shohih karena banyaknya jalan periwayatan dan tidak adanya cacat, adapun
yang mengatakan bahwa hadis ini adalah dloif karena hanya melihat satu jalan periwayatan
saja dan tidak menggabungkan jalan periwayatan yang satu dengan yang lain, adapun
pendapat Ibnu Jauzi tidak bersandarkan pada dalil yang kuat sehingga lemah untuk bisa
diterima sebagai sandaran hukum.
Adapun cara kita melakukan sholat tasbih sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab
fikih ada dua cara, yaitu sebagaimana berikut:
1. Melakukan sholat tasbih sebanyak empat rakaat, dimulai dengan takbir ikhrom setelah itu
membaca doa istiftah kemudian membaca surat alfatihah dan membaca surat kemudian
4. membaca:
س بحان الله اَل حمد لله لَا ال إلا الله الله اك بر لاح لُ لَا ق ةُ إلا ب الله ال ع لي ال عظ يم
Sebanyak 15 kali kemudian ruku’ dengan membaca
س بحان رب ي ال عظ يم بَ حمدي
Sebanyak 3 kali kemudian membaca
لا ب الله ال ع لي ال عظ يم س بحان الله اَل حمد لله لَا ال إلا الله الله اك بر لاح لُ لَا ق ةُ إ
Sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku membaca:
رب ىا ل ك ال حمد حمدا ط ي با ك ث يرا م بارك ا ....ال ج
Kemudian membaca
س بحان الله اَل حمد لله لَا ال إلا الله الله اك بر لاح لُ لَا ق ةُ إلا ب الله ال ع لي ال عظ يم
Demikian juga dalam sujud dan ketika bangun dari sujud, akan tetapi diperhatikan bahwa
bacaan ini:
س بحان الله اَل حمد لله لَا ال إلا الله الله اك بر لاح لُ لَا ق ةُ إلا ب الله ال ع لي ال عظ يم
.juga dibaca sebelum membaca tahiyyat ( tasyahud)
2. Setelah membaca takbir ikhrom dan doa iftitah membaca
س بحان الله اَل حمد لله لَا ال إلا الله الله اك بر لاح لُ لَا ق ةُ إلا ب الله ال ع لي ال عظ يم
Sebanyak 15 kali kemudian membaca surat alfatihah dan surat kemudian membaca:
ال عظ يم س بحان الله اَل حمد لله لَا ال إلا الله الله اك بر لاح لُ لَا ق ةُ إلا ب الله ال ع لي
Sebanyak 10 kali sebagaimana dalam cara yang pertama tadi, akan tetapi perlu diperhatikan
bahwa dalam keadaan duduk istirahat (diantara dua sujud ) dan sebelum tasyahud tidak di
anjurkan untuk membaca
ب ر لاح لُ لَا ق ةُ إلا ب الله ال ع لي ال عظ يم س بحان الله اَل حمد لله لَا ال إلا الله الله اك
Cara yang kedua inilah menurut Iimam Ghozali yang paling baik. Demikianlah kajian hadis
yang dapat kami sampaikan dalam kegiatan I’tikaf pada kali ini, semoga bermanfaat.
Wallahu A’lam Bishowab.
5. Keutamaan Shalat Taubat
Dari Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu „anhu, dia berkata, “Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
م – ي ر اَ ت ركع يه – ل ي م – ي ر اَ ت يح ه ال – ما م ه ر و وب ا م ي ر
ا عل اَ ا ح ة ل م اَ ى م ك ر اَ ل ا ر اَ إ و ي لا ة لا ي ر م ر الله إ لا ر الله ل ل و بُ م م ه ر ال و إ لا الله لَ م ر اَ ل ما عل اُ م عل م ن
“Tidaklah seorang (muslim) melakukan suatu perbuatan dosa, lalu dia bersuci – dalam
riwayat lain: berwudhu dengan baik –, kemudian melaksanakan shalat – dalam riwayat lain:
dua rakaat –, lalu meminta ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuni
(dosa)nya”. Kemudian Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam membaca ayat ini (yang
artinya), “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah, dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui” (QS. Ali
„Imraan:135)[1].”
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan shalat dua rakaat ketika seorang bertaubat
dari perbuatan dosa dan janji pengampunan dosa dari Allah Ta‟ala bagi yang melakukan
shalat tersebut[2].
Beberapa faidah penting yang dapat kita petik dari hadits ini:
- Agungnya rahmat dan kasih sayang Allah Ta‟ala kepada hamba-hamba-Nya, karena Dia
mensyariatkan bagi mereka cara untuk membersihkan diri dari buruknya perbuatan dosa yang
telah mereka lakukan.
- Wajib bagi seorang muslim untuk selalu bertakwa kepada Allah Ta‟ala, merasakan
pengawasan-Nya, dan berusaha untuk menghindari perbuatan maksiat semaksimal mungkin.
Kalau dia terjerumus ke dalam dosa maka hendaknya dia segera bertaubat dan kembali
kepada Allah[3], agar Dia mengampuni dosanya, sebagaimana janji-Nya dalam firman-Nya:
{ لَ ك الله ل ي م كا ن الله ل ي ما ح ي ماإ و ما ال ب ت ل الله ل ل ه ع مل ن ال ب ال ت م بُ ن م ه ق ر }
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan
lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah
yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS an-
Nisaa’ 17).
- Yang dimaksud dengan “meminta ampun kepada Allah” dalam hadits ini adalah bertaubat
dengan sungguh-sungguh yang disertai sikap penyesalan atas perbuatan tersebut, menjauhkan
diri dari dosa tersebut dengan meninggalkan sebab-sebabnya, serta tekad yang bulat untuk
tidak mengulanginya selamanya, dan jika dosa tersebut berhubungan dengan hak orang lain
maka segera dia menyelesaikannya[4].
6. - Imam Ibnu Hajar berkata, “Meminta ampun kepada Allah (hanya) dengan lisan, tapi masih
tetap mengerjakan dosa (dengan anggota badan) adalah seperti bermain-main (dalam
bertaubat)[5].
- Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu „anhu berkata, “Sesungguhnya
orang yang beriman memandang dosanya seperti dia sedang berada di bawah sebuah gunung
(besar) yang dia takut gunung tersebut akan menimpa (dan membinasakan)nya, sedangkan
orang yang fajir (rusak imannya) memandang dosanya seperti seekor lalat yang lewat di
(depan) hidungnya kemudian dihalaunya dengan tangannya (dinggapnya remeh dan
kecil)”[6].
م ع يه آَخر د اُو ا ن ال حمد لله ر صَ ل الله سَ لم بَ ارك ل و ب ي ىا محمد آَل صَح ب ال عال م يه
Kota Kendari, 6 Sya’ban 1431 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA