SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
PENILAIAN PEMBELAJARAN DENGAN PORTOFOLIO 
A.M. Slamet Soewandi 
FKIP-Program Studi PBSID, Universitas Sanata Dharma 
ABSTRAK 
Untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki seseorang, perlu alat yang dinamakan evaluasi. Ada dua hal yang perlu dibedakan dalam evaluasi, yakni pengukuran dan penilaian atau penafsiran. Untuk dapat mengukur secara benar, perlu alat ukur yang benar pula. Alat ukur yang benar harus memenuhi beberapa syarat, antara lain: sahih (valid), ajeg (reliabel), dan praktis. 
Ada beberapa macam alat ukur. Di samping ada alat-alat ukur subjektif (esei), objektif (pilihan ganda, penjodohan, isian singkat, dan benar-salah), dan penampilan (performance), sekarang mulai dikenal adanya alat ukur portofolio. Portofolio itu merupakan kumpulan karya seorang siswa sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. 
1. PENDAHULUAN 
Dalam pendidikan, tiga hal berikut harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem penilaiannya (Surapranata dan Hatta, 2006: 1), dan ketiganya harus dikuasai secara seimbang. Lemah dalam salah satu hal, lemah juga sebagai seorang guru profesional, dengan akibat gagal mencapai output dan outcome yang diharapkan. Paham sekali tentang kurikulum, juga paham sekali tentang proses pembelajaran, tetapi lemah pemahamannya dalam penilaian, berakibat fatal bagi peserta didik karena “nilai” bagi peserta didik adalah “nasib” baginya. Salah guru menilai berarti menjatuhkan vonis yang tidak semestinya kepada anak didiknya. Sebaliknya, takut menilai apa adanya juga menjatuhkan vonis buruk kepada mereka, juga tidak memberikan gambaran yang benar kepada pengguna lulusan (user, stakeholder). 
Kompetensi berarti “pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. “Sedangkan kebiasaan berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten dan terus-menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk melakukan sesuatu” (KBK, 2002 via Soewandi, 2002). 
Di dalam sistem pendidikan yang visinya ingin mewujudkan manusia yang kompeten, dikenal, antara lain, istilah kompetensi dasar, dan indikator hasil belajar, dan diusahakan untuk dicapai melalui program-program pembelajaran yang terencana secara akuntabel (bertanggung jawab). Dalam kurikulum sebelumnya (Kurikulum 1994), kedua istilah itu dapat disamakan dengan tujuan pembelajaran umum suatu topik (materi pokok, pokok bahasan), dan tujuan-tujuan pembelajaran khusus suatu topik. 
Jika kita menginginkan berhasil dalam pembelajaran, memang kedua jenis kompetensi itu harus tercapai. Karena tujuannya mencapai kompetensi, bukan menguasai materi pembelajaran, maka materi yang harus dipelajari tidak selalu 
197
198 
sebanyak materi substansial dari suatu mata pelajaran; harus dipilih materi yang benar-benar berfungsi untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan di jenjang pendidikan tertentu. 
Untuk mengetahui tercapai-tidaknya kompetensi itu, perlu alat yang dinamakan evaluasi. Dalam evaluasi perlu dibedakan dua hal ini, yaitu pengukuran (measurement) dan penilaian atau penafsiran (evaluation), atau dua kegiatan ini: mengukur (measure) dan menilai (evaluate). Pengukuran terjadi apabila seorang guru dengan soal yang dibuatnya, atau tugas yang diberikannya meminta siswa- siswanya mengerjakan soal itu, kemudian mengoreksinya, dan memberikan skor atas pekerjaan siswa-siswanya. Untuk dapat mengukur secara benar, perlu alat ukur yang benar pula. Alat ukur yang benar harus memenuhi syarat: sahih (valid), ajeg (reliabel), dan praktis. Dalam dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi: Penilaian Berbasis Kelas (Puskur, 2000), bahkan ditambahkan syarat-syarat lain tentang penilaian yang baik di samping sahih (valid), ajeg, dan praktis, yaitu (a) berorientasi pada kompetensi, (b) adil dan objektif, (c) terbuka, (d) berkesinambungan, (e) menyeluruh, dan (f) bermakna (mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan). Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 7–12) masih menambahkan, ciri (g) dapat memberikan motivasi, dan (h) edukakatif, dengan maksud, ketika seorang siswa sampai pada tingkat pencapaian kompetensi tertentu, ia terdorong untuk mencapai kompetensi lebih. 
Hasil pengukuran berupa skor, misalnya, skor 55, 64, 49, 79, 56, atau 67. Skor ini belum mempunyai makna sebelum ditafsirkan (dinilai), misalnya ditafsirkan lulus, atau tidak lulus, atau diberi nilai huruf A, atau B, atau C. Untuk dapat menafsirkan suatu skor perlu patokan. Ada patokan-di-dalam (patokan norma), dan patokan-di-luar (patokan kriteria). Patokan norma berupa patokan yang ditetapkan sesudah diketahui kompetensi yang dicapai kelas, sedangkan patokan kriteria ditetapkan sebelum diketahui keadaan kelas itu. (Harap tidak dikacaukan dengan penilaian berbasis kelas, yang akan diuraikan di bawah). 
Pilihan terhadap patokan mana bergantung pada visi dan misi lembaga pendidikan, atau pada amanat (dasar pijak) kurikulum. Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengamanatkan berlakunya penilaian berdasarkan kriteria, bukan norma. Dengan dasar inilah, maka diberlakukan pendekatan belajar tuntas (mastery learning), yaitu pendekatan belajar yang mengharuskan siswa mencapai batas kualifikasi kompetensi tertentu. (Berdasarkan KTSP, setiap satuan jenjang pendidikan dapat menetapkan tingkat ketercapaian tertentu bagi anak didiknya, misalnya, pencapaian 56% dari kompetensi yang seharusnya dicapai, atau 60%, atau 65%, bahkan 70%; malahan diberikan kebebasan bagi guru di satuan pendidikan untuk menetapkan kebijakan batas ketuntasan secara bertahap dari semester ke semester untuk mata pelajaran yang diampunya). 
Di samping ada alat-alat ukur subjektif (esei), objektif (pilihan ganda, penjodohan, isian singkat, dan benar-salah), dan penampilan (performance), sekarang mulai dikenal adanya alat ukur portofolio. Meskipun di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 20, Tahun 2007, tentang Standar Penilaian portofolio tidak secara eksplisit disebutkan sebagai salah satu alat ukur penilaian, tidak dinafikan untuk dipakai dalam penilaian baik proses maupun produk pembelajaran karena berbagai kelebihan yang dimiliki jenis penilaian tersebut. Apalagi, jenis penilaian portofolio ini oleh pemerintah ditetapkan sebagai satu-
satunya alat sertifikasi guru-guru. Oleh karena itu, di bawah ini dibicarakan serba singkat (1) mengapa diberlakukan penilaian dengan portofolio, (2) apa hakikat penilaian dengan portofolio, dan (3) bagaimana menyusun portofolio dan seperti apa bentuknya. 
2. MENGAPA DIBERLAKUKAN PENILAIAN 
DENGAN PORTOFOLIO? 
Empat sumber berikut memberikan peneguhan perlunya ditetapkan kebijakan penilaian dengan portofolio, di samping penilaian-penilain lain. 
Dalam studinya tentang praktik penilaian di lapangan, Pusat Kurikulum (2000) menemukan kenyataan bahwa praktik penilaian di kelas kurang menggunakan cara dan alat yang lebih bervariasi. Termasuk aspek yang dinilai pun, masih lebih menekankan aspek (ranah) kognitif, dengan sedikit psikomotor, dan hampir tidak disentuh penilaian aspek afektif, itu pun masih belum sampai pada taraf kognitif yang tinggi. Dari pihak penentu kebijakan, kenyataan seperti itu, tentu saja, dipandang merugikan peserta didik. Itulah sebabnya mengapa diterbitkan kebijakan yang dinamakan penilaian berbasis kelas (PBK), dengan tujuan supaya terjadi keseimbangan penilaian pada ketiga ranah psikologis itu, dengan menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak resmi, dan secara berkesinambungan (Puskur, 2000). 
Kebijakan yang tertuang dalam PBK mengamanatkan juga bahwa (1) yang dinilai adalah kompetensi (bukan materi), dan (2) dilakukan dengan (a) tes tertulis, (b) tes perbuatan, (c) pemberian tugas, (d) penilaian proyek, (e) penilaian produk, (f) penilaian sikap, dan (g) penilaian portofolio (Surapranata dan Hatta, 2006: 18–21); dan (3) apa pun jenis penilaiannya harus memungkinkan adanya kesempatan terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta mendemonstrasikan kemampuan mereka. Dari kebijakan inilah mulai dikenalkan penilaian dengan portofolio. 
Dalam dokumen Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio untuk Penilaian, Kurikulum 2004 SMA (Depdiknas, 2004: 2) dicatat adanya enam masalah yang berkaitan dengan penilaian hasil belajar—yang memunculkan penilaian dengan portofolio—seperti dikatakan berikut. 
1. Tes baku biasanya tidak menilai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara luas. 
2. Tes tertutup (tes dengan jawaban tunggal) tidak memberikan gambaran yang memadai tentang kemampuan siswa. 
3. Penilaian tidak disesuaikan dengan cara belajar siswa yang biasanya bervariasi. 
4. Penilaian tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya, bukan ketidakmampuannya. 
5. Penilaian kurang mempertimbangkan kemajuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. 
6. Penilaian tidak dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran. 
Sumber lain (Sinaradi dalam Suparno, 2001), menyebutkan beberapa alasan diterapkannya kebijakan penilaian dengan portofolio, antara lain, 
199
200 
1. Sampai sekarang yang dilakukan guru hanya mencari kesalahan, bukan keunggulan peserta didik, termasuk penilaian melalui UUB, atau UN. 
2. Yang dinilai sifatnya sektoral: hanya ranah kognitif, dan sedikit psikomotoris, padahal cita-cita pendidikan adalah pembentukan pribadi secara utuh. 
3. Penilaian hanya merupakan hasil rekaman sesaat, seperti suatu foto sesaat saja. 
Di beberapa negara, bahkan, ditemukan kenyataan bahwa sebagian guru kurang memahami penilaian secara mendalam karena kebanyakan guru tidak memiliki latar belakang pendidikan formal secara khusus dalam penilaian pendidikan (Surapranata dan Hatta, 2004: 70). 
Di dalam PBK juga diterapkan penilaian otentik, yaitu (1) penilaian yang “melibatkan peserta didik secara realistis dalam menilai prestasi mereka sendiri” (2004: 71), (2) “penilaian yang berbasis unjuk kerja, realistis, dan sesuai dengan pengajaran” (3) “… berisi informasi atau data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, melalui berbagai metode, dan melalui berbagai titik waktu” (2004: 71). Salah satu penilaian otentik yang efektif adalah penilaian dengan portofolio (2004: 71). 
3. APAKAH PENILAIAN DENGAN PORTOFOLIO ITU? 
Kata yang bersifat umum, setelah dipergunakan dalam bidang keilmuan tertentu, diberi isi (makna) tertentu pula. Karena itu, timbullah apa yang disebut istilah, atau kata-kata teknis (technical terms). Kata portofolio merupakan kata umum juga. Akan tetapi, dalam bidang keilmuan tertentu kata yang umum itu diberi makna tertentu pula. Sebagai contoh kata meja hijau. Dalam bidang hukum, meja hijau diberi makna ‘pengadilan’, padahal sebagai kata umum artinya ‘meja yang berwarna hijau’. 
Arti asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case for carrying loose papers, pictures, or phamplets (semacam map, kotak, atau tas yang fleksibel untuk dipakai membawa surat-surat [dokumen-dokumen] lepas, gambar-gambar, atau pamfle- pamfet lepas). Jadi, portofolio berupa suatu koleksi hasil kerja seseorang yang berupa kumpulan dokumen secara lepas. Dengan melihat koleksi itu, seseorang dapat menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apa pun yang telah dicapainya (Soewandi, 2005). 
Di dunia perusahaan, portofolio diberi makna kumpulan dokumen yang dimiliki perusahaan dan dipergunakan untuk menilai keberhasilan proses pencapaian tujuan suatu program atau rencana produksi (Surapranata dan Hatta, 2004: 26). Di dunia fotografer portofolio juga diberi makna kumpulan dokumen yang akan dipakai untuk memperlihatkan prospektif pekerjaannya kepada pelanggan dengan menunjukkan koleksi pekerjaan yang dimilikinya (Surapranata dan Hatta, 2004: 30). Di dunia kesehatan, portofolio berupa dokumen yang digunakan untuk memantau perkembangan kesehatan seseorang. Di dunia pendidikan, secara umum portofolio berarti juga kumpulan evidence (dokumen, bukti) yang berisi informasi tentang kemampuan dan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu (Surapranata dan Hatta, 2004: 30). 
Pengertian portofolio seperti itu diadopsi ke dalam sistem pendidikan, dan secara khusus diadopsi menjadi salah satu alat penilaian, khususnya untuk menilai
(1) proses belajar, (2) hasil belajar, atau (3) proses dan hasil belajar peserta didik (Cole, Ryan, dan Kick, 1995 via Surapranata dan Hatta, 2004: 46; Depdiknas, 2004: 9). Hanya perlu dicatat bahwa penilaian pembelajaran dengan portofolio tidak boleh meniadakan penilaian dengan cara-cara lain, misalnya, dengan tes, perbuatan, atau yang lain. 
Akan tetapi, tidak setiap kumpulan karya seorang siswa disebut portofolio. Portofolio “hanya kumpulan karya seorang siswa sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum” (Depdiknas, 2004: 3). Ini pun “difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa yang produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan, atau tidak dapat dijawab, atau tidak dapat dipecahkan oleh siswa” (Depdiknas, 2004: 3). Kata ‘kumpulan dokumen’ dalam definisi itu harus diartikan ‘dokumen-dokumen yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi’ (Surapranata dan Hatta, 2004: 28); dan waktu penyelesaian tugas dibatasi, dan hanya dipilih yang sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan. 
Karya apa saja yang dapat dikumpulkan dalam sebuah portofolio? Diberikan beberapa contoh berikut: 
1. hasil proyek penyelidikan, atau praktik siswa yang disajikan secara tertulis 
2. hasil kerja siswa dengan menggunakan alat rekam, atau komputer, atau disket 
3. gambar atau laporan hasil pengamatan 
4. deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah 
5. laporan kerja kelompok 
6. laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran (Depdiknas, 2004: 4), 
7. penghargaan tertulis 
8. hasil karya berupa tulisan, ringkasan (Surapranata dan Hatta, 2004: 39). 
Khusus mata pelajaran bahasa, Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 36) memberikan contoh dokumen dalam portofolio sebagai berikut: 
1. catatan observasi guru tentang kemampuan berbicara siswa 
2. tanggapan siswa terhadap cerita/dongeng yang dibacakan guru 
3. daftar dan komentar singkat tentang buku yang telah dibaca 
4. sinopsis bacaan yang dibuat 
5. surat-surat yang dibuat 
6. naskah pidato 
7. karangan bebas (puisi, prosa) 
8. laporan kunjungan 
9. tulisan di majalah dinding. 
Apa yang dikatakan di atas (dan juga di bawah ini) adalah tuntutan portofolio secara ideal. Tentang itu, Depdiknas (2004: 6) mengingatkan adanya dua kelemahan penggunaan portofolio sebagai penilaian. 
1. Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraiannya secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa tulis, penggunaan portofolio merupakan beban tambahan yang memberatkan. 
2. Bagi guru penggunaan portofolio sebagai alat penilaian memerlukan banyak waktu untuk melakukan penskoran, apalagi kalau kelasnya besar. 
201
202 
Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 73–74, 90–96), bahkan, menyebutkan beberapa kelemahan, antara lain, sebagai berikut. 
1. Di beberapa negara banyak guru mengalami kesulitan karena adanya kebiasaan guru yang memberikan tes dalam penilaian, dan kebiasaan ini mendarah daging. (Nampaknya keadaan ini juga berlaku bagi sebagian besar guru-guru di Indonesia. Tambahan lagi, kiranya masih juga diragukan apakah benar-benar mereka memahami hakikat tes, cara menyusun tes yang benar, dan cara menilai hasil tes) 
2. Guru memerlukan waktu ekstra untuk merencanakan dan melaksanakan penilaian dengan portofolio. 
3. Penilaian dengan portofolio kurang reliabel dibandingkan dengan penilaian- penilaian yang menggunakan ulangan harian, ulangan umum maupun ujian nasional yang menggunakan tes; apalagi penilaian sendiri oleh siswa (self-assessment) seperti yang dianjurkan dalam portofolio. 
4. Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir. Jika hal ini terjadi, berarti penilaian proses tidak mendapatkan perhatian sewajarnya. 
5. Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasana hubungan top- down: guru tahu segalanya dan peserta didik perlu diberi tahu. Jika demikian, inisiatif dan kreativitas peserta didik tidak berkembang, padahal penilaian dengan portofolio menghendaki adanya kedua hal itu. 
6. Ada unsur skeptis, khususnya orang tua, karena selama ini keberhasilan anaknya hanya didasarkan pada angka hasil tes akhir, peringkat, dan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Padahal penilaian dengan portofolio menghendaki sebaliknya, yaitu penilaian bukan berupa angka. Bagi guru, penilaian bukan berupa angka bukanlah pekerjaan mudah. 
7. Penilaian dengan portofolio memerlukan tempat penyimpanan evidence (dokumen) yang memadai, apalagi jika jumlah peserta didik cukup besar. 
Itulah sebabnya, Depdiknas (2004: 6) memberikan saran: “… portofolio yang ditugaskan untuk dibuat perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa berbahasa tulis Indonesia dan waktu yang tersedia bagi guru untuk membacanya”. 
4. BAGAIMANA MENYUSUN PORTOFOLIO DAN SEPERTI APA BENTUK PORTOFOLIONYA? 
Depdiknas (2004: 8-10) dalam dokumen Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio untuk Penilaian menyebutkan enam langkah penyusunan portofolio sebagai berikut. 
Langkah Pertama: Menentukan Maksud atau Fokus Portofolio 
Di dalam langkah ini guru melakukan kegiatan 
1. menentukan tujuan penilaian dengan protofolio: apakah untuk memantau proses pembelajaran (process oriented), atau mengevaluasi hasil belajar (product oriented), atau keduanya 
2. menentukan untuk apa penilaian dengan portofolio digunakan: apakah untuk menunjukkan proses pembelajaran kepada orang tua, atau penilaian pada akhir pembelajaran, atau pada akhir jenjang pendidikan
3. menentukan relevansi (kaitan) antara evidence dan tujuan (kompetensi) yang akan dinilai: perlu ditentukan apakah ada penilaian diri, audio, esai; apakah boleh dikerjakan bersama (kelompok) 
4. menentukan seberapa banyak evidence yang ada di portofolio akan digunakan sebagai bahan penilaian 
5. menentukan kompetensi (standar, dasar, dan indikator) apa yang ketercapaiannya hendak dinilai dengan portofolio 
6. menentukan evidence yang dikumpulkan: apakah hanya karya terbaik, atau pertumbuhan atau perkembangannya, atau keduanya 
7. menentukan apakah portofolio akan dipakai untuk penilaian formatif, atau sumatif, atau keduanya (lih. juga Surapranata dan Hatta, 2004: 75). 
Catatan: Ada contoh yang dipakai di Australia. Di dalam The Student Need Assessment Procedures diputuskan portofolio untuk penilaian formatif dan sumatif terhadap kemampuan siswa berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris. Isinya: 
Oral: 
Dua sampel diambil dari: 
1. retelling a story 
2. reporting on a process 
3. giving an opinion 
Written: 
Tiga sampel diambil dari: 
1. a recount 
2. an argument 
3. a narrative or a report 
(Surapranata dan Hatta, 2004: 106) 
8. menetapkan siapa yang menentukan isi portofolio: apakah guru saja, guru dan siswa, atau pihak lain (misalnya orang tua). 
Langkah Kedua: Menentukan Aspek Isi yang Dinilai (Lih. juga Suarapranata dan Hatta, 2004: 118) 
Di dalam lanagkah ini guru melakukan kegiatan 
1. menentukan hanya karya terbaik siswa, atau karya yang berisi perkembangan belajarnya 
2. menentukan pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa yang menjadi aspek utama untuk dinilai 
Catatan: Jadi, tidak setiap kompetensi dasar merupakan isi portofolio. 
3. menentukan banyaknya evidence yang akan digunakan sebagai bahan penilaian. 
Langkah Ketiga: Menentukan Bentuk, Susunan, atau Organisasi Portofolio (Lih. juga Surapranata dan Hatta, 2004: 30-38) 
Di dalam langkah ini guru melakukan kegiatan 
1. menentukan bentuk portofolio 
203
204 
Catatan: Pada umumnya bentuk portofolio terdiri atas (a) daftar isi dokumen, (b) isi dokumen, (c) batasan (pembatasan) untuk setiap dokumen (misalnya dengan kertas berwarna sebagai pembatas), dan (d) catatan guru dan orang tua. 
2. menentukan jenis isi dokumen, maksudnya, menentukan kompetensi dasar dan indikator apa yang harus dicapai dalam wujud evidence (yang mungkin berupa karya cipta atau catatan laporan, atau yang lain) 
3. memberikan catatan/komentar/nilai terhadap setiap evidence oleh guru/ orang tua 
Catatan: Contoh komentar guru dan orang tua di bawah ini diambil dari Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 38). 
Contoh Komentar Guru dan Orang Tua terhadap Hasil Penilian dengan Portofolio 
Penilaian Portofolio Bahasa Indonesia Kelas 3 SD 
Kompetensi Dasar 
Menceritakan peristiwa alam 
Nama peserta didik: Lilis 
Tanggal: 9 September 2004 
Indikator 
PENILAIAN 
jelek 
sekali 
jelek 
sedang 
Baik 
baik 
sekali 
• Menjelaskan peristiwa alam yang terjadi di sekitar 
• Menjelaskan isi gambar seri tentang peristiwa alam yang terjadi di sekitar 
• Memberikan tanggapan dan saran terhadap 
Í=== 
Í=== 
Í=== 
Í== 
Í== 
Í== 
===Î 
===Î 
===Î 
==Î 
==Î 
==Î 
=====Î 
=====Î 
=====Î 
Dicapai melalui: 
• pertolongan guru 
• seluruh kelas 
• kelompok kecil 
• sendiri 
Komentar guru: 
Lilis masih kurang baik dalam menjelaskan dan kurang mampu dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap tulisannya 
Komentar orangtua: 
Lilis masih perlu banyak latihan. Tapi hasil ini cukup memuaskan orangtua 
4. menentukan apa yang harus ada dalam daftar isi portofolio 
5. menentukan definisi tiap-tiap kategori atau jenis satuan isi dokumen.
Langkah Keempat: Menentukan Penggunaan Portofolio 
Dalam langkah ini guru melakukan kegiatan 
1. menentukan penggunaannya: apakah untuk siswa saja, atau orang tua saja, atau kepala sekolah, guru lain, dan siswa lain 
2. menentukan pembobotan nilai portofolio terhadap komponen penilaian lain dalam rangka penentuan nilai akhir/rapor. 
Langkah Kelima: Menentukan Cara Menilai Portofolio 
Dalam langkah ini guru melakukan kegiatan 
1. menentukan pedoman (rubrik) penskoran untuk setiap isi portofolio 
2. menentukan penilaiannya oleh guru sendiri atau guru dan siswa 
3. menentukan pembuatan rubrik (pedoman penilaian secara rinci) lebih dahulu untuk menentukan penilaian atas portofolio; (penilaian sebaiknya tidak hanya didasarkan pada keberhasilan, tetapi juga atas prosesnya). Itulah sebabnya, kriteria yang sebaiknya dipakai: 
a. bukti terjadinya proses 
b. mutu kegiatan: apakah menunjukkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan melibatkan beberapa materi pokok, atau tidak, 
c. keragaman pendekatan yang dipakai 
Langkah Keenam: Menentukan Bentuk atau Penggunaan Rubrik (Depdiknas, 2004: 10) 
Dalam langkah ini ditentukan apakah nilai portofolio akan dinyatakan sebagai satu skor saja dalam keseluruhan penilaian, atau tidak. 
Untuk menugasi siswa membuat portofolio, guru membuat persiapan sebagai berikut. 
1. menentukan maksud portofolio: guru menetapkan apakah untuk menilai karya terbaik, atau menilai kemajuan siswa 
2. menyesuaikan tugas dengan kurikulum, atau menyesuaikan tugas dengan tujuan mata pelajaran (kompetensi dan indikatornya) 
3. menentukan indikasi: guru menentukan butir-butir apa yang harus terdapat dalam portofolio 
4. menentukan format portofolio 
5. menentukan pembatasan kuantitas, maksudnya panjang portofolio perlu dibatasi supaya tidak menjadi beban guru 
6. menentukan rubrik (pedoman penskoran) 
Khusus penentuan rubrik penilaian dapat dipilih kriteria verbal, misalnya, kurang baik – baik – baik sekali; atau jelek sekali – jelek – sedang – baik – baik sekali; atau dengan angka. Level nilai yang ditetapkan bergantung pada terpenuhi atau tidaknya, atau lengkap-tidaknya persyaratan yang dipenuhi: makin lengkap, makin tinggi level nilainya. Contoh penilaian secara verbal dapat dibuka lagi di halaman 12 di muka, atau di Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 127). Berikut diberikan contoh penilaian dengan angka yang diambil juga dari Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 144). 
205
206 
Contoh Penilaian dengan Angka 
Kompetensi Dasar 
Melakukan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah 
Nama peserta didik: Agus Suparman 
Tanggal: 28 Februari 2004 
Indikator 
PENILAIAN 
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
• Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat 
• Menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan FPB dan KPK beberapa bilangan sampai 3 bilangan 
< 
< 
< 
< 
< 
< 
< 
< 
< 
< 
< 
< 
< 
< 
< 
> 
> 
> 
> 
> 
Dicapai melalui: 
• pertolongan guru 
• seluruh kelas 
• kelompok kecil 
• sendiri 
Komentar guru: 
Agus Suparman sudah sangat baik menggunakan sifat- sifat operasi hitung 
Komentar orangtua: 
Khusus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia diberikan contoh rubrik penilaian dokumen pembuatan sinopsis atau ringkasan cerita sebagai berikut (Surapranata dan Hatta, 2004: 122). 
No 
Kriteria 
Skor 
1 
2 
3 
4 
5 
Sistematika 
Kesesuaian isi cerita dengan judul 
Alur 
EYD 
Bentuk dan kerapihan tulisan 
0 – 20 
0 - 35 
0 – 15 
0 - 20 
0 – 10 
5. ADDENDUM 
Pertama, perlu diingat sekali lagi bahwa tidak setiap kompetensi (standar, dasar, dan indikator) dapat diwujudkan dengan dokumen (evidence) yang berbentuk kinerja. Jadi, tidak setiap kompetensi dapat dinilai dengan portofolio.
Kedua, kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia berupa keterampilan dan dibedakan menjadi empat jenis, baik pada aspek berbahasa maupun aspek bersastra. Keempat keterampilan ini (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) masing-masing memiliki kompetensi sendiri. Namun demikian, beberapa kompetensi dari keempat keterampilan itu dapat diramu menjadi sebuah kompetensi kinerja yang dapat didokumentasikan dalam sebuah portofolio. 
Ketiga, marilah kita simak kompetensi-kompetensi yang diambil dari KTSP jenjang pendidikan SMA berikut. 
Kelas XI, Semester I 
Keterampilan Menulis 
Standar Kompetensi 
4. Mengungkapkan informasi dalam bentuk proposal, surat dagang, karangan ilmiah 
Kompetensi Dasar 
4.1 Menulis proposal untuk berbagai keperluan 
4.2 Melengkapi karya tulis dengan daftar pustaka dan catatan kaki. 
Kelas XI, Semester II 
Keterampilan Mendengarkan 
Standar Kompetensi 
9. Memahami pendapat dan informasi dari berbagai sumber dalam diskusi atau seminar 
Kompetensi Dasar 
9.1 Merangkum isi pembicaraan dalam suatu diskusi atau seminar 
9.2 Mengomentari pendapat seseorang dalam suatu diskusi atau seminar 
Keterampilan Berbicara 
Standar Kompetensi 
10. Menyampaikan laporan hasil penelitian dalam diskusi atau seminar 
Kompetensi Dasar 
10.1 Mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan mengguna-kan bahasa yang baik dan benar. 
10.1 Mengomentari tanggapan orang lain terhadap presentasi hasil penelitian 
Keterampilan Menulis 
Standar Kompetensi 
12. Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman/ringkasan, notulen rapat, dan karya ilmiah 
Kompetensi Dasar 
12.2 Menulis notulen rapat sesuai dengan pola penulisannya 
207
208 
Kelas XII, Semester I 
Keterampilan Membaca 
Standar Kompetensi 
3. Memahami artikel dan teks pidato 
Kompetensi Dasar 
3.1 Menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel melalui kegiatan membaca intensif 
Keempat, kelima standar kompetensi dengan kompetensi dasar-kompetensi dasar sebagai rinciannya itu dapat diwujudkan dalam dokumen unjuk kerja (kinerja) dalam kegiatan seminar. Dokumen tersebut berupa: (1) karya ilmiah yang dipresentasikan oleh pemakalah, (2) pembahasan tertulis yang dipresentasikan oleh pembahas, (3) pemandu yang mengatur jalannya seminar dalam bentuk data audiovisual, (4) notulen seminar yang disusun oleh notulis, dan (5) keterlibatan anggota seminar dalam seminar dalam bentuk data audiovisual juga. Kelima unjuk kerja itu masing-masing dapat dinilai dengan bobot yang berbeda-beda, misalnya sebagai berikut. 
1. Pemakalah dan makalah yang dipresentasikan: 5 
2. Pembahasan dan makalah bahasannya yang dipresentasikan: 2 
3. Pemandu yang mengatur jalannya seminar: 1 
4. Notulis yang membuat notulen: 1 
5. Anggota seminar yang aktif terlibat: 1 
Penilaian setiap komponen seminar didasarkan atas, misalnya sebagai berikut. 
1. Komponen pemakalah dinilai dari (a) kualitas makalah yang dibuat, (b) kualitas presentasinya, (c) kualitas jawaban terhadap sanggahan dan pertanyaan. 
2. Komponen pembahas dinilai dari kualitas (a) isi sanggahan tertulis yang dibuat, (b) kualitas presentasinya. 
3. Komponen moderator dinilai dari (a) kemampuannya mengatur waktu, (b) memberikan giliran, dan (c) merangkum diskusi. 
4. Komponen notulis dinilai dari kemampuannya (a) menangkap hal-hal yang pokok yang terjadi dalam diskusi, (b) menangkap hal-hal yang pokok dalam makalah presentasi dan bahasan, (c) menyusun secara sistematis dalam notulennya. 
5. Komponen anggota seminar dinilai dari (a) frekuensi pengajuan pertanyaan atau komentar, dan (b) kualitas komentar atau pertanyaannya.
DAFTAR PUSTAKA 
Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004: Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio untuk Penilaian. 
Rina, Tri Kartika. 2002, 8 Februari. “Penilaian Portofolio”. Kompas. 
Sinaradi, F. 2001. “Metode Penilaian Hasil belajar Peserta Didik dengan Portofolio”. Dalam P. Suparno, dkk. (peny.). 2001. Menuju Pempelajaran Aktif. Yogyakarta: Penerbitan USD. 
Soewandi, A.M. Slamet. 2002. “Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Makalah Seminar Sehari Sosialisasi KBK bagi dosen-dosen FKIP, USD, 4 Desember. 
–––––––––. 2005. “Kurikulum Berbasis Kompetensi: Penilaian Berbasis Kelas”. Makalah disampaikan kepada guru-guru SD, SMP, dan SMA YPKK KMS Wilayah Sorong, Papua, tanggal 8–11 Agustus. 
–––––––––. 2005. “Penilaian Pembelajaran dengan Portofolio”. Makalah disampaikan kepada guru-guru SMA Katolik Taruna Jaya, Sampit, Kalimantan Tengah, 28–30 November. 
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006. Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 
209

More Related Content

What's hot

Standar penilaian k13 lang assesment & evaluation
Standar penilaian k13  lang assesment & evaluationStandar penilaian k13  lang assesment & evaluation
Standar penilaian k13 lang assesment & evaluationat'z Farida
 
Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015
Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015
Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015Kahar Muzakkir
 
Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Rancangan Penilaian Hasil BelajarRancangan Penilaian Hasil Belajar
Rancangan Penilaian Hasil BelajarM Fadli Suriadi
 
Modul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranModul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranRAHMANULJA
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil BelajarPengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil BelajarHaristian Sahroni Putra
 
Buku model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik smp (baru, maret 04)
Buku model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik smp (baru, maret 04)Buku model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik smp (baru, maret 04)
Buku model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik smp (baru, maret 04)Pugar Cristina
 
Model penilaian smp kurikulum 2013
Model penilaian smp kurikulum 2013Model penilaian smp kurikulum 2013
Model penilaian smp kurikulum 2013Maria Al-fajar
 
Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajarPenilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajarSheila Drew
 
173749490 makalah-penilaian
173749490 makalah-penilaian173749490 makalah-penilaian
173749490 makalah-penilaianSunrise James
 
Penilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasPenilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasunesa
 
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (SD) berdasarkan Permendikbud No. 53 Ta...
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (SD) berdasarkan Permendikbud No. 53 Ta...Panduan penilaian untuk sekolah dasar (SD) berdasarkan Permendikbud No. 53 Ta...
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (SD) berdasarkan Permendikbud No. 53 Ta...Kahar Muzakkir
 
Assesment_Panduan penilaian di sekolah dasar versi dirjen
Assesment_Panduan penilaian di sekolah dasar versi dirjenAssesment_Panduan penilaian di sekolah dasar versi dirjen
Assesment_Panduan penilaian di sekolah dasar versi dirjenHosyatul Aliyah
 
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (sd)
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (sd)Panduan penilaian untuk sekolah dasar (sd)
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (sd)Dhamy Manesi
 
Presentasi makalah penilaian
Presentasi makalah penilaianPresentasi makalah penilaian
Presentasi makalah penilaianLukman Nulhakim
 

What's hot (20)

Book model penilaian
Book model penilaianBook model penilaian
Book model penilaian
 
Standar penilaian k13 lang assesment & evaluation
Standar penilaian k13  lang assesment & evaluationStandar penilaian k13  lang assesment & evaluation
Standar penilaian k13 lang assesment & evaluation
 
Panduan Penilaian Baru
Panduan Penilaian BaruPanduan Penilaian Baru
Panduan Penilaian Baru
 
Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015
Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015
Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015
 
Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Rancangan Penilaian Hasil BelajarRancangan Penilaian Hasil Belajar
Rancangan Penilaian Hasil Belajar
 
Modul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranModul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaran
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil BelajarPengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
 
Buku model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik smp (baru, maret 04)
Buku model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik smp (baru, maret 04)Buku model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik smp (baru, maret 04)
Buku model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik smp (baru, maret 04)
 
Model penilaian smp kurikulum 2013
Model penilaian smp kurikulum 2013Model penilaian smp kurikulum 2013
Model penilaian smp kurikulum 2013
 
2 pengelolaan-penilaian
2 pengelolaan-penilaian2 pengelolaan-penilaian
2 pengelolaan-penilaian
 
Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajarPenilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar
 
173749490 makalah-penilaian
173749490 makalah-penilaian173749490 makalah-penilaian
173749490 makalah-penilaian
 
Rancangan penilaian pkn
Rancangan penilaian pknRancangan penilaian pkn
Rancangan penilaian pkn
 
Penilaian
PenilaianPenilaian
Penilaian
 
Model penilaian rev
Model penilaian revModel penilaian rev
Model penilaian rev
 
Penilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasPenilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelas
 
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (SD) berdasarkan Permendikbud No. 53 Ta...
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (SD) berdasarkan Permendikbud No. 53 Ta...Panduan penilaian untuk sekolah dasar (SD) berdasarkan Permendikbud No. 53 Ta...
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (SD) berdasarkan Permendikbud No. 53 Ta...
 
Assesment_Panduan penilaian di sekolah dasar versi dirjen
Assesment_Panduan penilaian di sekolah dasar versi dirjenAssesment_Panduan penilaian di sekolah dasar versi dirjen
Assesment_Panduan penilaian di sekolah dasar versi dirjen
 
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (sd)
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (sd)Panduan penilaian untuk sekolah dasar (sd)
Panduan penilaian untuk sekolah dasar (sd)
 
Presentasi makalah penilaian
Presentasi makalah penilaianPresentasi makalah penilaian
Presentasi makalah penilaian
 

Viewers also liked

Notulen rapat 02 maret 2014
Notulen rapat 02 maret 2014 Notulen rapat 02 maret 2014
Notulen rapat 02 maret 2014 Sidik Abdullah
 
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012M. Adli
 
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)M. Adli
 
PENILAIAN, PTK dan RND
PENILAIAN, PTK dan RNDPENILAIAN, PTK dan RND
PENILAIAN, PTK dan RNDIcal Azmy
 
Laporan analisis 1
Laporan analisis 1Laporan analisis 1
Laporan analisis 1Lee Cyee
 
Portofolio mata kuliah farusa
Portofolio mata kuliah farusaPortofolio mata kuliah farusa
Portofolio mata kuliah farusaIlmam Fahmi
 
Rubrik penilaian portofolio final
Rubrik penilaian portofolio finalRubrik penilaian portofolio final
Rubrik penilaian portofolio finalAde Himamudin
 
RE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER
RE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKERRE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER
RE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKERIAI PURBALINGGA
 
Label dokumen portofolio siswa
Label dokumen portofolio siswa Label dokumen portofolio siswa
Label dokumen portofolio siswa hadiprayitno78
 
Notulen juli2013
Notulen juli2013Notulen juli2013
Notulen juli2013roellys
 
Notulen rapat tinjauan manajemen mutu
Notulen rapat tinjauan manajemen mutuNotulen rapat tinjauan manajemen mutu
Notulen rapat tinjauan manajemen mutuSMKN 3 tenggarong
 
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDInstrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDNASuprawoto Sunardjo
 
Contoh Portofolio Kepala Sekolah TK Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat 2015
Contoh Portofolio Kepala Sekolah TK Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat 2015Contoh Portofolio Kepala Sekolah TK Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat 2015
Contoh Portofolio Kepala Sekolah TK Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat 2015Titin Sulistiawati
 
Folio tahun 5 penjajahan dan tokoh
Folio tahun 5 penjajahan dan tokohFolio tahun 5 penjajahan dan tokoh
Folio tahun 5 penjajahan dan tokohGinny Gouri
 
Pedoman Penyusunan Portofolio
Pedoman Penyusunan PortofolioPedoman Penyusunan Portofolio
Pedoman Penyusunan Portofoliosekolah maya
 
Panduan-Teknik-Penilaian-dan-Penulisan-Rapor-SD-K13-th-2014
Panduan-Teknik-Penilaian-dan-Penulisan-Rapor-SD-K13-th-2014Panduan-Teknik-Penilaian-dan-Penulisan-Rapor-SD-K13-th-2014
Panduan-Teknik-Penilaian-dan-Penulisan-Rapor-SD-K13-th-2014Edy Wihardjo
 

Viewers also liked (18)

Notulen rapat 02 maret 2014
Notulen rapat 02 maret 2014 Notulen rapat 02 maret 2014
Notulen rapat 02 maret 2014
 
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012
 
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
 
PENILAIAN, PTK dan RND
PENILAIAN, PTK dan RNDPENILAIAN, PTK dan RND
PENILAIAN, PTK dan RND
 
Laporan analisis 1
Laporan analisis 1Laporan analisis 1
Laporan analisis 1
 
Portofolio mata kuliah farusa
Portofolio mata kuliah farusaPortofolio mata kuliah farusa
Portofolio mata kuliah farusa
 
Rubrik penilaian portofolio final
Rubrik penilaian portofolio finalRubrik penilaian portofolio final
Rubrik penilaian portofolio final
 
RE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER
RE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKERRE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER
RE-SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER
 
Label dokumen portofolio siswa
Label dokumen portofolio siswa Label dokumen portofolio siswa
Label dokumen portofolio siswa
 
Notulen juli2013
Notulen juli2013Notulen juli2013
Notulen juli2013
 
Notulen rapat tinjauan manajemen mutu
Notulen rapat tinjauan manajemen mutuNotulen rapat tinjauan manajemen mutu
Notulen rapat tinjauan manajemen mutu
 
Lembar Evaluasi
Lembar EvaluasiLembar Evaluasi
Lembar Evaluasi
 
Portfolio lengkap
Portfolio lengkapPortfolio lengkap
Portfolio lengkap
 
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDInstrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
 
Contoh Portofolio Kepala Sekolah TK Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat 2015
Contoh Portofolio Kepala Sekolah TK Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat 2015Contoh Portofolio Kepala Sekolah TK Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat 2015
Contoh Portofolio Kepala Sekolah TK Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat 2015
 
Folio tahun 5 penjajahan dan tokoh
Folio tahun 5 penjajahan dan tokohFolio tahun 5 penjajahan dan tokoh
Folio tahun 5 penjajahan dan tokoh
 
Pedoman Penyusunan Portofolio
Pedoman Penyusunan PortofolioPedoman Penyusunan Portofolio
Pedoman Penyusunan Portofolio
 
Panduan-Teknik-Penilaian-dan-Penulisan-Rapor-SD-K13-th-2014
Panduan-Teknik-Penilaian-dan-Penulisan-Rapor-SD-K13-th-2014Panduan-Teknik-Penilaian-dan-Penulisan-Rapor-SD-K13-th-2014
Panduan-Teknik-Penilaian-dan-Penulisan-Rapor-SD-K13-th-2014
 

Similar to 01 penilaian portofolio (slamet soewandi)

MATERI PENILAIAN DAN PENYUSUNAN SOAL HOTS
MATERI PENILAIAN DAN PENYUSUNAN SOAL HOTSMATERI PENILAIAN DAN PENYUSUNAN SOAL HOTS
MATERI PENILAIAN DAN PENYUSUNAN SOAL HOTSIWAN SUKMA NURICHT
 
Materi ASSESSMEN untuk PPG PRA Jabatan semester 2
Materi ASSESSMEN untuk PPG PRA Jabatan semester 2Materi ASSESSMEN untuk PPG PRA Jabatan semester 2
Materi ASSESSMEN untuk PPG PRA Jabatan semester 2MellyCha2
 
EVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docx
EVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docxEVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docx
EVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docxandiyuliyanto1
 
Evaluasi kurikulumm
Evaluasi kurikulummEvaluasi kurikulumm
Evaluasi kurikulummnina sofhia
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiSeptian Muna Barakati
 
Asemen dalam pembelajaran sains sd
Asemen dalam pembelajaran sains sdAsemen dalam pembelajaran sains sd
Asemen dalam pembelajaran sains sdarif08
 
Pkt. 08.-penilaian-hasil-belajar
Pkt. 08.-penilaian-hasil-belajarPkt. 08.-penilaian-hasil-belajar
Pkt. 08.-penilaian-hasil-belajardidikefendi
 
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docxNi'matu Zuhro
 
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi KurikulumEvaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulumcuteeeee
 
E V A L U A S I K U R I K U L U M
E V A L U A S I  K U R I K U L U ME V A L U A S I  K U R I K U L U M
E V A L U A S I K U R I K U L U Mguest3b924e
 
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi KurikulumEvaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulumcuteeeee
 
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi KurikulumEvaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulumguest3b924e
 
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi KurikulumEvaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulumguest3b924e
 
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi KurikulumEvaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulum20091312
 
Artikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isuArtikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isuCik BaCo
 
Strategi pengembangan pbk
Strategi pengembangan pbkStrategi pengembangan pbk
Strategi pengembangan pbkEgi Ramadah
 

Similar to 01 penilaian portofolio (slamet soewandi) (20)

MATERI PENILAIAN DAN PENYUSUNAN SOAL HOTS
MATERI PENILAIAN DAN PENYUSUNAN SOAL HOTSMATERI PENILAIAN DAN PENYUSUNAN SOAL HOTS
MATERI PENILAIAN DAN PENYUSUNAN SOAL HOTS
 
Materi ASSESSMEN untuk PPG PRA Jabatan semester 2
Materi ASSESSMEN untuk PPG PRA Jabatan semester 2Materi ASSESSMEN untuk PPG PRA Jabatan semester 2
Materi ASSESSMEN untuk PPG PRA Jabatan semester 2
 
EVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docx
EVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docxEVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docx
EVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docx
 
MODUL
MODULMODUL
MODUL
 
Evaluasi kurikulumm
Evaluasi kurikulummEvaluasi kurikulumm
Evaluasi kurikulumm
 
Tik 2
Tik 2Tik 2
Tik 2
 
Gogo
GogoGogo
Gogo
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
 
Asemen dalam pembelajaran sains sd
Asemen dalam pembelajaran sains sdAsemen dalam pembelajaran sains sd
Asemen dalam pembelajaran sains sd
 
Pkt. 08.-penilaian-hasil-belajar
Pkt. 08.-penilaian-hasil-belajarPkt. 08.-penilaian-hasil-belajar
Pkt. 08.-penilaian-hasil-belajar
 
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
 
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi KurikulumEvaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulum
 
E V A L U A S I K U R I K U L U M
E V A L U A S I  K U R I K U L U ME V A L U A S I  K U R I K U L U M
E V A L U A S I K U R I K U L U M
 
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi KurikulumEvaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulum
 
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi KurikulumEvaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulum
 
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi KurikulumEvaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulum
 
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi KurikulumEvaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulum
 
Artikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isuArtikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isu
 
Evaluasi
EvaluasiEvaluasi
Evaluasi
 
Strategi pengembangan pbk
Strategi pengembangan pbkStrategi pengembangan pbk
Strategi pengembangan pbk
 

More from Ibenk Hallen

Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)Ibenk Hallen
 
(10) electron spin & angular momentum coupling
(10) electron spin & angular momentum coupling(10) electron spin & angular momentum coupling
(10) electron spin & angular momentum couplingIbenk Hallen
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Ibenk Hallen
 
Uji kualitas minyak goreng
Uji kualitas minyak gorengUji kualitas minyak goreng
Uji kualitas minyak gorengIbenk Hallen
 
Teknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselTeknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselIbenk Hallen
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasIbenk Hallen
 
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...Ibenk Hallen
 
Analisis vektor [compatibility_mode]
Analisis vektor [compatibility_mode]Analisis vektor [compatibility_mode]
Analisis vektor [compatibility_mode]Ibenk Hallen
 

More from Ibenk Hallen (12)

Smp7ipa ipa teguh
Smp7ipa ipa teguhSmp7ipa ipa teguh
Smp7ipa ipa teguh
 
Presentation ok
Presentation okPresentation ok
Presentation ok
 
Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)
 
Ppt fisika modern
Ppt fisika modernPpt fisika modern
Ppt fisika modern
 
(10) electron spin & angular momentum coupling
(10) electron spin & angular momentum coupling(10) electron spin & angular momentum coupling
(10) electron spin & angular momentum coupling
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1
 
Uji kualitas minyak goreng
Uji kualitas minyak gorengUji kualitas minyak goreng
Uji kualitas minyak goreng
 
Teknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodieselTeknologi pengolahan biodiesel
Teknologi pengolahan biodiesel
 
Spektro uv-vis
Spektro uv-visSpektro uv-vis
Spektro uv-vis
 
Minyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekasMinyak goreng dan bekas
Minyak goreng dan bekas
 
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...
118555616 penerapan-model-pembelajaran-berdasarkan-masalah-pada-pelajaran-ipa...
 
Analisis vektor [compatibility_mode]
Analisis vektor [compatibility_mode]Analisis vektor [compatibility_mode]
Analisis vektor [compatibility_mode]
 

01 penilaian portofolio (slamet soewandi)

  • 1. PENILAIAN PEMBELAJARAN DENGAN PORTOFOLIO A.M. Slamet Soewandi FKIP-Program Studi PBSID, Universitas Sanata Dharma ABSTRAK Untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki seseorang, perlu alat yang dinamakan evaluasi. Ada dua hal yang perlu dibedakan dalam evaluasi, yakni pengukuran dan penilaian atau penafsiran. Untuk dapat mengukur secara benar, perlu alat ukur yang benar pula. Alat ukur yang benar harus memenuhi beberapa syarat, antara lain: sahih (valid), ajeg (reliabel), dan praktis. Ada beberapa macam alat ukur. Di samping ada alat-alat ukur subjektif (esei), objektif (pilihan ganda, penjodohan, isian singkat, dan benar-salah), dan penampilan (performance), sekarang mulai dikenal adanya alat ukur portofolio. Portofolio itu merupakan kumpulan karya seorang siswa sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. 1. PENDAHULUAN Dalam pendidikan, tiga hal berikut harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem penilaiannya (Surapranata dan Hatta, 2006: 1), dan ketiganya harus dikuasai secara seimbang. Lemah dalam salah satu hal, lemah juga sebagai seorang guru profesional, dengan akibat gagal mencapai output dan outcome yang diharapkan. Paham sekali tentang kurikulum, juga paham sekali tentang proses pembelajaran, tetapi lemah pemahamannya dalam penilaian, berakibat fatal bagi peserta didik karena “nilai” bagi peserta didik adalah “nasib” baginya. Salah guru menilai berarti menjatuhkan vonis yang tidak semestinya kepada anak didiknya. Sebaliknya, takut menilai apa adanya juga menjatuhkan vonis buruk kepada mereka, juga tidak memberikan gambaran yang benar kepada pengguna lulusan (user, stakeholder). Kompetensi berarti “pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. “Sedangkan kebiasaan berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten dan terus-menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk melakukan sesuatu” (KBK, 2002 via Soewandi, 2002). Di dalam sistem pendidikan yang visinya ingin mewujudkan manusia yang kompeten, dikenal, antara lain, istilah kompetensi dasar, dan indikator hasil belajar, dan diusahakan untuk dicapai melalui program-program pembelajaran yang terencana secara akuntabel (bertanggung jawab). Dalam kurikulum sebelumnya (Kurikulum 1994), kedua istilah itu dapat disamakan dengan tujuan pembelajaran umum suatu topik (materi pokok, pokok bahasan), dan tujuan-tujuan pembelajaran khusus suatu topik. Jika kita menginginkan berhasil dalam pembelajaran, memang kedua jenis kompetensi itu harus tercapai. Karena tujuannya mencapai kompetensi, bukan menguasai materi pembelajaran, maka materi yang harus dipelajari tidak selalu 197
  • 2. 198 sebanyak materi substansial dari suatu mata pelajaran; harus dipilih materi yang benar-benar berfungsi untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan di jenjang pendidikan tertentu. Untuk mengetahui tercapai-tidaknya kompetensi itu, perlu alat yang dinamakan evaluasi. Dalam evaluasi perlu dibedakan dua hal ini, yaitu pengukuran (measurement) dan penilaian atau penafsiran (evaluation), atau dua kegiatan ini: mengukur (measure) dan menilai (evaluate). Pengukuran terjadi apabila seorang guru dengan soal yang dibuatnya, atau tugas yang diberikannya meminta siswa- siswanya mengerjakan soal itu, kemudian mengoreksinya, dan memberikan skor atas pekerjaan siswa-siswanya. Untuk dapat mengukur secara benar, perlu alat ukur yang benar pula. Alat ukur yang benar harus memenuhi syarat: sahih (valid), ajeg (reliabel), dan praktis. Dalam dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi: Penilaian Berbasis Kelas (Puskur, 2000), bahkan ditambahkan syarat-syarat lain tentang penilaian yang baik di samping sahih (valid), ajeg, dan praktis, yaitu (a) berorientasi pada kompetensi, (b) adil dan objektif, (c) terbuka, (d) berkesinambungan, (e) menyeluruh, dan (f) bermakna (mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan). Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 7–12) masih menambahkan, ciri (g) dapat memberikan motivasi, dan (h) edukakatif, dengan maksud, ketika seorang siswa sampai pada tingkat pencapaian kompetensi tertentu, ia terdorong untuk mencapai kompetensi lebih. Hasil pengukuran berupa skor, misalnya, skor 55, 64, 49, 79, 56, atau 67. Skor ini belum mempunyai makna sebelum ditafsirkan (dinilai), misalnya ditafsirkan lulus, atau tidak lulus, atau diberi nilai huruf A, atau B, atau C. Untuk dapat menafsirkan suatu skor perlu patokan. Ada patokan-di-dalam (patokan norma), dan patokan-di-luar (patokan kriteria). Patokan norma berupa patokan yang ditetapkan sesudah diketahui kompetensi yang dicapai kelas, sedangkan patokan kriteria ditetapkan sebelum diketahui keadaan kelas itu. (Harap tidak dikacaukan dengan penilaian berbasis kelas, yang akan diuraikan di bawah). Pilihan terhadap patokan mana bergantung pada visi dan misi lembaga pendidikan, atau pada amanat (dasar pijak) kurikulum. Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengamanatkan berlakunya penilaian berdasarkan kriteria, bukan norma. Dengan dasar inilah, maka diberlakukan pendekatan belajar tuntas (mastery learning), yaitu pendekatan belajar yang mengharuskan siswa mencapai batas kualifikasi kompetensi tertentu. (Berdasarkan KTSP, setiap satuan jenjang pendidikan dapat menetapkan tingkat ketercapaian tertentu bagi anak didiknya, misalnya, pencapaian 56% dari kompetensi yang seharusnya dicapai, atau 60%, atau 65%, bahkan 70%; malahan diberikan kebebasan bagi guru di satuan pendidikan untuk menetapkan kebijakan batas ketuntasan secara bertahap dari semester ke semester untuk mata pelajaran yang diampunya). Di samping ada alat-alat ukur subjektif (esei), objektif (pilihan ganda, penjodohan, isian singkat, dan benar-salah), dan penampilan (performance), sekarang mulai dikenal adanya alat ukur portofolio. Meskipun di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 20, Tahun 2007, tentang Standar Penilaian portofolio tidak secara eksplisit disebutkan sebagai salah satu alat ukur penilaian, tidak dinafikan untuk dipakai dalam penilaian baik proses maupun produk pembelajaran karena berbagai kelebihan yang dimiliki jenis penilaian tersebut. Apalagi, jenis penilaian portofolio ini oleh pemerintah ditetapkan sebagai satu-
  • 3. satunya alat sertifikasi guru-guru. Oleh karena itu, di bawah ini dibicarakan serba singkat (1) mengapa diberlakukan penilaian dengan portofolio, (2) apa hakikat penilaian dengan portofolio, dan (3) bagaimana menyusun portofolio dan seperti apa bentuknya. 2. MENGAPA DIBERLAKUKAN PENILAIAN DENGAN PORTOFOLIO? Empat sumber berikut memberikan peneguhan perlunya ditetapkan kebijakan penilaian dengan portofolio, di samping penilaian-penilain lain. Dalam studinya tentang praktik penilaian di lapangan, Pusat Kurikulum (2000) menemukan kenyataan bahwa praktik penilaian di kelas kurang menggunakan cara dan alat yang lebih bervariasi. Termasuk aspek yang dinilai pun, masih lebih menekankan aspek (ranah) kognitif, dengan sedikit psikomotor, dan hampir tidak disentuh penilaian aspek afektif, itu pun masih belum sampai pada taraf kognitif yang tinggi. Dari pihak penentu kebijakan, kenyataan seperti itu, tentu saja, dipandang merugikan peserta didik. Itulah sebabnya mengapa diterbitkan kebijakan yang dinamakan penilaian berbasis kelas (PBK), dengan tujuan supaya terjadi keseimbangan penilaian pada ketiga ranah psikologis itu, dengan menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak resmi, dan secara berkesinambungan (Puskur, 2000). Kebijakan yang tertuang dalam PBK mengamanatkan juga bahwa (1) yang dinilai adalah kompetensi (bukan materi), dan (2) dilakukan dengan (a) tes tertulis, (b) tes perbuatan, (c) pemberian tugas, (d) penilaian proyek, (e) penilaian produk, (f) penilaian sikap, dan (g) penilaian portofolio (Surapranata dan Hatta, 2006: 18–21); dan (3) apa pun jenis penilaiannya harus memungkinkan adanya kesempatan terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta mendemonstrasikan kemampuan mereka. Dari kebijakan inilah mulai dikenalkan penilaian dengan portofolio. Dalam dokumen Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio untuk Penilaian, Kurikulum 2004 SMA (Depdiknas, 2004: 2) dicatat adanya enam masalah yang berkaitan dengan penilaian hasil belajar—yang memunculkan penilaian dengan portofolio—seperti dikatakan berikut. 1. Tes baku biasanya tidak menilai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara luas. 2. Tes tertutup (tes dengan jawaban tunggal) tidak memberikan gambaran yang memadai tentang kemampuan siswa. 3. Penilaian tidak disesuaikan dengan cara belajar siswa yang biasanya bervariasi. 4. Penilaian tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya, bukan ketidakmampuannya. 5. Penilaian kurang mempertimbangkan kemajuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. 6. Penilaian tidak dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran. Sumber lain (Sinaradi dalam Suparno, 2001), menyebutkan beberapa alasan diterapkannya kebijakan penilaian dengan portofolio, antara lain, 199
  • 4. 200 1. Sampai sekarang yang dilakukan guru hanya mencari kesalahan, bukan keunggulan peserta didik, termasuk penilaian melalui UUB, atau UN. 2. Yang dinilai sifatnya sektoral: hanya ranah kognitif, dan sedikit psikomotoris, padahal cita-cita pendidikan adalah pembentukan pribadi secara utuh. 3. Penilaian hanya merupakan hasil rekaman sesaat, seperti suatu foto sesaat saja. Di beberapa negara, bahkan, ditemukan kenyataan bahwa sebagian guru kurang memahami penilaian secara mendalam karena kebanyakan guru tidak memiliki latar belakang pendidikan formal secara khusus dalam penilaian pendidikan (Surapranata dan Hatta, 2004: 70). Di dalam PBK juga diterapkan penilaian otentik, yaitu (1) penilaian yang “melibatkan peserta didik secara realistis dalam menilai prestasi mereka sendiri” (2004: 71), (2) “penilaian yang berbasis unjuk kerja, realistis, dan sesuai dengan pengajaran” (3) “… berisi informasi atau data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, melalui berbagai metode, dan melalui berbagai titik waktu” (2004: 71). Salah satu penilaian otentik yang efektif adalah penilaian dengan portofolio (2004: 71). 3. APAKAH PENILAIAN DENGAN PORTOFOLIO ITU? Kata yang bersifat umum, setelah dipergunakan dalam bidang keilmuan tertentu, diberi isi (makna) tertentu pula. Karena itu, timbullah apa yang disebut istilah, atau kata-kata teknis (technical terms). Kata portofolio merupakan kata umum juga. Akan tetapi, dalam bidang keilmuan tertentu kata yang umum itu diberi makna tertentu pula. Sebagai contoh kata meja hijau. Dalam bidang hukum, meja hijau diberi makna ‘pengadilan’, padahal sebagai kata umum artinya ‘meja yang berwarna hijau’. Arti asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case for carrying loose papers, pictures, or phamplets (semacam map, kotak, atau tas yang fleksibel untuk dipakai membawa surat-surat [dokumen-dokumen] lepas, gambar-gambar, atau pamfle- pamfet lepas). Jadi, portofolio berupa suatu koleksi hasil kerja seseorang yang berupa kumpulan dokumen secara lepas. Dengan melihat koleksi itu, seseorang dapat menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apa pun yang telah dicapainya (Soewandi, 2005). Di dunia perusahaan, portofolio diberi makna kumpulan dokumen yang dimiliki perusahaan dan dipergunakan untuk menilai keberhasilan proses pencapaian tujuan suatu program atau rencana produksi (Surapranata dan Hatta, 2004: 26). Di dunia fotografer portofolio juga diberi makna kumpulan dokumen yang akan dipakai untuk memperlihatkan prospektif pekerjaannya kepada pelanggan dengan menunjukkan koleksi pekerjaan yang dimilikinya (Surapranata dan Hatta, 2004: 30). Di dunia kesehatan, portofolio berupa dokumen yang digunakan untuk memantau perkembangan kesehatan seseorang. Di dunia pendidikan, secara umum portofolio berarti juga kumpulan evidence (dokumen, bukti) yang berisi informasi tentang kemampuan dan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu (Surapranata dan Hatta, 2004: 30). Pengertian portofolio seperti itu diadopsi ke dalam sistem pendidikan, dan secara khusus diadopsi menjadi salah satu alat penilaian, khususnya untuk menilai
  • 5. (1) proses belajar, (2) hasil belajar, atau (3) proses dan hasil belajar peserta didik (Cole, Ryan, dan Kick, 1995 via Surapranata dan Hatta, 2004: 46; Depdiknas, 2004: 9). Hanya perlu dicatat bahwa penilaian pembelajaran dengan portofolio tidak boleh meniadakan penilaian dengan cara-cara lain, misalnya, dengan tes, perbuatan, atau yang lain. Akan tetapi, tidak setiap kumpulan karya seorang siswa disebut portofolio. Portofolio “hanya kumpulan karya seorang siswa sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum” (Depdiknas, 2004: 3). Ini pun “difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa yang produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan, atau tidak dapat dijawab, atau tidak dapat dipecahkan oleh siswa” (Depdiknas, 2004: 3). Kata ‘kumpulan dokumen’ dalam definisi itu harus diartikan ‘dokumen-dokumen yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi’ (Surapranata dan Hatta, 2004: 28); dan waktu penyelesaian tugas dibatasi, dan hanya dipilih yang sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan. Karya apa saja yang dapat dikumpulkan dalam sebuah portofolio? Diberikan beberapa contoh berikut: 1. hasil proyek penyelidikan, atau praktik siswa yang disajikan secara tertulis 2. hasil kerja siswa dengan menggunakan alat rekam, atau komputer, atau disket 3. gambar atau laporan hasil pengamatan 4. deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah 5. laporan kerja kelompok 6. laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran (Depdiknas, 2004: 4), 7. penghargaan tertulis 8. hasil karya berupa tulisan, ringkasan (Surapranata dan Hatta, 2004: 39). Khusus mata pelajaran bahasa, Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 36) memberikan contoh dokumen dalam portofolio sebagai berikut: 1. catatan observasi guru tentang kemampuan berbicara siswa 2. tanggapan siswa terhadap cerita/dongeng yang dibacakan guru 3. daftar dan komentar singkat tentang buku yang telah dibaca 4. sinopsis bacaan yang dibuat 5. surat-surat yang dibuat 6. naskah pidato 7. karangan bebas (puisi, prosa) 8. laporan kunjungan 9. tulisan di majalah dinding. Apa yang dikatakan di atas (dan juga di bawah ini) adalah tuntutan portofolio secara ideal. Tentang itu, Depdiknas (2004: 6) mengingatkan adanya dua kelemahan penggunaan portofolio sebagai penilaian. 1. Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraiannya secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa tulis, penggunaan portofolio merupakan beban tambahan yang memberatkan. 2. Bagi guru penggunaan portofolio sebagai alat penilaian memerlukan banyak waktu untuk melakukan penskoran, apalagi kalau kelasnya besar. 201
  • 6. 202 Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 73–74, 90–96), bahkan, menyebutkan beberapa kelemahan, antara lain, sebagai berikut. 1. Di beberapa negara banyak guru mengalami kesulitan karena adanya kebiasaan guru yang memberikan tes dalam penilaian, dan kebiasaan ini mendarah daging. (Nampaknya keadaan ini juga berlaku bagi sebagian besar guru-guru di Indonesia. Tambahan lagi, kiranya masih juga diragukan apakah benar-benar mereka memahami hakikat tes, cara menyusun tes yang benar, dan cara menilai hasil tes) 2. Guru memerlukan waktu ekstra untuk merencanakan dan melaksanakan penilaian dengan portofolio. 3. Penilaian dengan portofolio kurang reliabel dibandingkan dengan penilaian- penilaian yang menggunakan ulangan harian, ulangan umum maupun ujian nasional yang menggunakan tes; apalagi penilaian sendiri oleh siswa (self-assessment) seperti yang dianjurkan dalam portofolio. 4. Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir. Jika hal ini terjadi, berarti penilaian proses tidak mendapatkan perhatian sewajarnya. 5. Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasana hubungan top- down: guru tahu segalanya dan peserta didik perlu diberi tahu. Jika demikian, inisiatif dan kreativitas peserta didik tidak berkembang, padahal penilaian dengan portofolio menghendaki adanya kedua hal itu. 6. Ada unsur skeptis, khususnya orang tua, karena selama ini keberhasilan anaknya hanya didasarkan pada angka hasil tes akhir, peringkat, dan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Padahal penilaian dengan portofolio menghendaki sebaliknya, yaitu penilaian bukan berupa angka. Bagi guru, penilaian bukan berupa angka bukanlah pekerjaan mudah. 7. Penilaian dengan portofolio memerlukan tempat penyimpanan evidence (dokumen) yang memadai, apalagi jika jumlah peserta didik cukup besar. Itulah sebabnya, Depdiknas (2004: 6) memberikan saran: “… portofolio yang ditugaskan untuk dibuat perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa berbahasa tulis Indonesia dan waktu yang tersedia bagi guru untuk membacanya”. 4. BAGAIMANA MENYUSUN PORTOFOLIO DAN SEPERTI APA BENTUK PORTOFOLIONYA? Depdiknas (2004: 8-10) dalam dokumen Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio untuk Penilaian menyebutkan enam langkah penyusunan portofolio sebagai berikut. Langkah Pertama: Menentukan Maksud atau Fokus Portofolio Di dalam langkah ini guru melakukan kegiatan 1. menentukan tujuan penilaian dengan protofolio: apakah untuk memantau proses pembelajaran (process oriented), atau mengevaluasi hasil belajar (product oriented), atau keduanya 2. menentukan untuk apa penilaian dengan portofolio digunakan: apakah untuk menunjukkan proses pembelajaran kepada orang tua, atau penilaian pada akhir pembelajaran, atau pada akhir jenjang pendidikan
  • 7. 3. menentukan relevansi (kaitan) antara evidence dan tujuan (kompetensi) yang akan dinilai: perlu ditentukan apakah ada penilaian diri, audio, esai; apakah boleh dikerjakan bersama (kelompok) 4. menentukan seberapa banyak evidence yang ada di portofolio akan digunakan sebagai bahan penilaian 5. menentukan kompetensi (standar, dasar, dan indikator) apa yang ketercapaiannya hendak dinilai dengan portofolio 6. menentukan evidence yang dikumpulkan: apakah hanya karya terbaik, atau pertumbuhan atau perkembangannya, atau keduanya 7. menentukan apakah portofolio akan dipakai untuk penilaian formatif, atau sumatif, atau keduanya (lih. juga Surapranata dan Hatta, 2004: 75). Catatan: Ada contoh yang dipakai di Australia. Di dalam The Student Need Assessment Procedures diputuskan portofolio untuk penilaian formatif dan sumatif terhadap kemampuan siswa berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris. Isinya: Oral: Dua sampel diambil dari: 1. retelling a story 2. reporting on a process 3. giving an opinion Written: Tiga sampel diambil dari: 1. a recount 2. an argument 3. a narrative or a report (Surapranata dan Hatta, 2004: 106) 8. menetapkan siapa yang menentukan isi portofolio: apakah guru saja, guru dan siswa, atau pihak lain (misalnya orang tua). Langkah Kedua: Menentukan Aspek Isi yang Dinilai (Lih. juga Suarapranata dan Hatta, 2004: 118) Di dalam lanagkah ini guru melakukan kegiatan 1. menentukan hanya karya terbaik siswa, atau karya yang berisi perkembangan belajarnya 2. menentukan pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa yang menjadi aspek utama untuk dinilai Catatan: Jadi, tidak setiap kompetensi dasar merupakan isi portofolio. 3. menentukan banyaknya evidence yang akan digunakan sebagai bahan penilaian. Langkah Ketiga: Menentukan Bentuk, Susunan, atau Organisasi Portofolio (Lih. juga Surapranata dan Hatta, 2004: 30-38) Di dalam langkah ini guru melakukan kegiatan 1. menentukan bentuk portofolio 203
  • 8. 204 Catatan: Pada umumnya bentuk portofolio terdiri atas (a) daftar isi dokumen, (b) isi dokumen, (c) batasan (pembatasan) untuk setiap dokumen (misalnya dengan kertas berwarna sebagai pembatas), dan (d) catatan guru dan orang tua. 2. menentukan jenis isi dokumen, maksudnya, menentukan kompetensi dasar dan indikator apa yang harus dicapai dalam wujud evidence (yang mungkin berupa karya cipta atau catatan laporan, atau yang lain) 3. memberikan catatan/komentar/nilai terhadap setiap evidence oleh guru/ orang tua Catatan: Contoh komentar guru dan orang tua di bawah ini diambil dari Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 38). Contoh Komentar Guru dan Orang Tua terhadap Hasil Penilian dengan Portofolio Penilaian Portofolio Bahasa Indonesia Kelas 3 SD Kompetensi Dasar Menceritakan peristiwa alam Nama peserta didik: Lilis Tanggal: 9 September 2004 Indikator PENILAIAN jelek sekali jelek sedang Baik baik sekali • Menjelaskan peristiwa alam yang terjadi di sekitar • Menjelaskan isi gambar seri tentang peristiwa alam yang terjadi di sekitar • Memberikan tanggapan dan saran terhadap Í=== Í=== Í=== Í== Í== Í== ===Î ===Î ===Î ==Î ==Î ==Î =====Î =====Î =====Î Dicapai melalui: • pertolongan guru • seluruh kelas • kelompok kecil • sendiri Komentar guru: Lilis masih kurang baik dalam menjelaskan dan kurang mampu dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap tulisannya Komentar orangtua: Lilis masih perlu banyak latihan. Tapi hasil ini cukup memuaskan orangtua 4. menentukan apa yang harus ada dalam daftar isi portofolio 5. menentukan definisi tiap-tiap kategori atau jenis satuan isi dokumen.
  • 9. Langkah Keempat: Menentukan Penggunaan Portofolio Dalam langkah ini guru melakukan kegiatan 1. menentukan penggunaannya: apakah untuk siswa saja, atau orang tua saja, atau kepala sekolah, guru lain, dan siswa lain 2. menentukan pembobotan nilai portofolio terhadap komponen penilaian lain dalam rangka penentuan nilai akhir/rapor. Langkah Kelima: Menentukan Cara Menilai Portofolio Dalam langkah ini guru melakukan kegiatan 1. menentukan pedoman (rubrik) penskoran untuk setiap isi portofolio 2. menentukan penilaiannya oleh guru sendiri atau guru dan siswa 3. menentukan pembuatan rubrik (pedoman penilaian secara rinci) lebih dahulu untuk menentukan penilaian atas portofolio; (penilaian sebaiknya tidak hanya didasarkan pada keberhasilan, tetapi juga atas prosesnya). Itulah sebabnya, kriteria yang sebaiknya dipakai: a. bukti terjadinya proses b. mutu kegiatan: apakah menunjukkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan melibatkan beberapa materi pokok, atau tidak, c. keragaman pendekatan yang dipakai Langkah Keenam: Menentukan Bentuk atau Penggunaan Rubrik (Depdiknas, 2004: 10) Dalam langkah ini ditentukan apakah nilai portofolio akan dinyatakan sebagai satu skor saja dalam keseluruhan penilaian, atau tidak. Untuk menugasi siswa membuat portofolio, guru membuat persiapan sebagai berikut. 1. menentukan maksud portofolio: guru menetapkan apakah untuk menilai karya terbaik, atau menilai kemajuan siswa 2. menyesuaikan tugas dengan kurikulum, atau menyesuaikan tugas dengan tujuan mata pelajaran (kompetensi dan indikatornya) 3. menentukan indikasi: guru menentukan butir-butir apa yang harus terdapat dalam portofolio 4. menentukan format portofolio 5. menentukan pembatasan kuantitas, maksudnya panjang portofolio perlu dibatasi supaya tidak menjadi beban guru 6. menentukan rubrik (pedoman penskoran) Khusus penentuan rubrik penilaian dapat dipilih kriteria verbal, misalnya, kurang baik – baik – baik sekali; atau jelek sekali – jelek – sedang – baik – baik sekali; atau dengan angka. Level nilai yang ditetapkan bergantung pada terpenuhi atau tidaknya, atau lengkap-tidaknya persyaratan yang dipenuhi: makin lengkap, makin tinggi level nilainya. Contoh penilaian secara verbal dapat dibuka lagi di halaman 12 di muka, atau di Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 127). Berikut diberikan contoh penilaian dengan angka yang diambil juga dari Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 144). 205
  • 10. 206 Contoh Penilaian dengan Angka Kompetensi Dasar Melakukan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah Nama peserta didik: Agus Suparman Tanggal: 28 Februari 2004 Indikator PENILAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 • Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat • Menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan FPB dan KPK beberapa bilangan sampai 3 bilangan < < < < < < < < < < < < < < < > > > > > Dicapai melalui: • pertolongan guru • seluruh kelas • kelompok kecil • sendiri Komentar guru: Agus Suparman sudah sangat baik menggunakan sifat- sifat operasi hitung Komentar orangtua: Khusus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia diberikan contoh rubrik penilaian dokumen pembuatan sinopsis atau ringkasan cerita sebagai berikut (Surapranata dan Hatta, 2004: 122). No Kriteria Skor 1 2 3 4 5 Sistematika Kesesuaian isi cerita dengan judul Alur EYD Bentuk dan kerapihan tulisan 0 – 20 0 - 35 0 – 15 0 - 20 0 – 10 5. ADDENDUM Pertama, perlu diingat sekali lagi bahwa tidak setiap kompetensi (standar, dasar, dan indikator) dapat diwujudkan dengan dokumen (evidence) yang berbentuk kinerja. Jadi, tidak setiap kompetensi dapat dinilai dengan portofolio.
  • 11. Kedua, kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia berupa keterampilan dan dibedakan menjadi empat jenis, baik pada aspek berbahasa maupun aspek bersastra. Keempat keterampilan ini (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) masing-masing memiliki kompetensi sendiri. Namun demikian, beberapa kompetensi dari keempat keterampilan itu dapat diramu menjadi sebuah kompetensi kinerja yang dapat didokumentasikan dalam sebuah portofolio. Ketiga, marilah kita simak kompetensi-kompetensi yang diambil dari KTSP jenjang pendidikan SMA berikut. Kelas XI, Semester I Keterampilan Menulis Standar Kompetensi 4. Mengungkapkan informasi dalam bentuk proposal, surat dagang, karangan ilmiah Kompetensi Dasar 4.1 Menulis proposal untuk berbagai keperluan 4.2 Melengkapi karya tulis dengan daftar pustaka dan catatan kaki. Kelas XI, Semester II Keterampilan Mendengarkan Standar Kompetensi 9. Memahami pendapat dan informasi dari berbagai sumber dalam diskusi atau seminar Kompetensi Dasar 9.1 Merangkum isi pembicaraan dalam suatu diskusi atau seminar 9.2 Mengomentari pendapat seseorang dalam suatu diskusi atau seminar Keterampilan Berbicara Standar Kompetensi 10. Menyampaikan laporan hasil penelitian dalam diskusi atau seminar Kompetensi Dasar 10.1 Mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan mengguna-kan bahasa yang baik dan benar. 10.1 Mengomentari tanggapan orang lain terhadap presentasi hasil penelitian Keterampilan Menulis Standar Kompetensi 12. Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman/ringkasan, notulen rapat, dan karya ilmiah Kompetensi Dasar 12.2 Menulis notulen rapat sesuai dengan pola penulisannya 207
  • 12. 208 Kelas XII, Semester I Keterampilan Membaca Standar Kompetensi 3. Memahami artikel dan teks pidato Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel melalui kegiatan membaca intensif Keempat, kelima standar kompetensi dengan kompetensi dasar-kompetensi dasar sebagai rinciannya itu dapat diwujudkan dalam dokumen unjuk kerja (kinerja) dalam kegiatan seminar. Dokumen tersebut berupa: (1) karya ilmiah yang dipresentasikan oleh pemakalah, (2) pembahasan tertulis yang dipresentasikan oleh pembahas, (3) pemandu yang mengatur jalannya seminar dalam bentuk data audiovisual, (4) notulen seminar yang disusun oleh notulis, dan (5) keterlibatan anggota seminar dalam seminar dalam bentuk data audiovisual juga. Kelima unjuk kerja itu masing-masing dapat dinilai dengan bobot yang berbeda-beda, misalnya sebagai berikut. 1. Pemakalah dan makalah yang dipresentasikan: 5 2. Pembahasan dan makalah bahasannya yang dipresentasikan: 2 3. Pemandu yang mengatur jalannya seminar: 1 4. Notulis yang membuat notulen: 1 5. Anggota seminar yang aktif terlibat: 1 Penilaian setiap komponen seminar didasarkan atas, misalnya sebagai berikut. 1. Komponen pemakalah dinilai dari (a) kualitas makalah yang dibuat, (b) kualitas presentasinya, (c) kualitas jawaban terhadap sanggahan dan pertanyaan. 2. Komponen pembahas dinilai dari kualitas (a) isi sanggahan tertulis yang dibuat, (b) kualitas presentasinya. 3. Komponen moderator dinilai dari (a) kemampuannya mengatur waktu, (b) memberikan giliran, dan (c) merangkum diskusi. 4. Komponen notulis dinilai dari kemampuannya (a) menangkap hal-hal yang pokok yang terjadi dalam diskusi, (b) menangkap hal-hal yang pokok dalam makalah presentasi dan bahasan, (c) menyusun secara sistematis dalam notulennya. 5. Komponen anggota seminar dinilai dari (a) frekuensi pengajuan pertanyaan atau komentar, dan (b) kualitas komentar atau pertanyaannya.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004: Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio untuk Penilaian. Rina, Tri Kartika. 2002, 8 Februari. “Penilaian Portofolio”. Kompas. Sinaradi, F. 2001. “Metode Penilaian Hasil belajar Peserta Didik dengan Portofolio”. Dalam P. Suparno, dkk. (peny.). 2001. Menuju Pempelajaran Aktif. Yogyakarta: Penerbitan USD. Soewandi, A.M. Slamet. 2002. “Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Makalah Seminar Sehari Sosialisasi KBK bagi dosen-dosen FKIP, USD, 4 Desember. –––––––––. 2005. “Kurikulum Berbasis Kompetensi: Penilaian Berbasis Kelas”. Makalah disampaikan kepada guru-guru SD, SMP, dan SMA YPKK KMS Wilayah Sorong, Papua, tanggal 8–11 Agustus. –––––––––. 2005. “Penilaian Pembelajaran dengan Portofolio”. Makalah disampaikan kepada guru-guru SMA Katolik Taruna Jaya, Sampit, Kalimantan Tengah, 28–30 November. Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006. Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 209