2. AKADEMI MINYAK DAN GAS
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL
(AKAMIGAS-STEM)
Program Studi Manajemen Pertambangan
dan Energi
KELOMPOK 3
ANGGOTA :
1. HENDRAWAN NURDIANSYAH 541209/A
2. HERMAN SATMOKO 541210/A
3. IRAWAN HARTANTO 541211/A
4. JOKO PRIYONO 541212/A
Mata Kuliah :
Pengenalan Industri Panas Bumi
Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Ahhmad Djumarma W, Dipl. Seis
3. PANAS BUMI
Energi alternatif yang ramah lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan energi
nasional
Proses pengembangan lapangan panas
bumi beresiko menimbulkan bencana
yang bersifat geologis/vulkanis
4. Tujuan Penulisan :
Mengenal serta mengantisipasi
atau meminimalisir resiko dan
potensi bencana
dari lokasi pengembangan panas
bumi
5. SISTEM PANAS BUMI
Komponen
Sistem Panas
Bumi :
a. Sumber Panas
(heat source)
b. Reservoir
c. Fluida
(sebagai agen pentransfer panas)
d. Recharge Area
Sistem panas bumi yang ideal
(Dickson & Fanelli, 2004)
7. PENGERTIAN BAHAYA DAN BENCANA GEOLOGI
Bencana adalah gangguan serius terhadap keberfungsian
suatu masyarakat serta menyebabkan kerugian yang
meluas dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan
melampaui kemampuan masyarakat setempat untuk
mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka
sendiri.
(UN International Strategy for Disaster Reduction,2004)
Disebabkan oleh:
1. Faktor Alam (Bencana Alam)
2. Faktor Manusia / disebabkan oleh manusia (Bencana
Anthropogenic)
Berbentuk antara lain :
1. Bencana Klimatologis (iklim dan cuaca)
2. Bencana Geologis (kebumian)
3. Bencana Hidrologis (berhubungan dengan air)
4. Bencana Biologis (berhubungan dengan makhluk hidup)
5. Dan sebagainya, tergantung pada jenis proses yang
menimbulkan bencana
8. Bencana Geologis adalah bencana yang diakibatkan
oleh proses geodinamik atau fenomena geologi.
Proses Geodinamik adalah proses alami dalam sistem
bumi yang terjadi secara periodik dalam kurun waktu
tertentu.
Proses Geodinamik meliputi
1. Proses Endogenik dari dalam bumi berupa pergerakan
lempeng tektonis yang menyebabkan gempa dan tsunami, dan
pergerakan magma ke permukaan (proses vulkanisme) yang
mengakibatkan erupsi gunung api.
2. Proses Eksogenik diakibatkan interaksi permukaan bumi
dengan atmosfer, dapat menyebabkan terjadinya proses erosi,
gerakan massa tanah dan batuan, banjir dan proses
sedimentasi.
Proses Geodinamik inilah yang
disebut dengan BAHAYA GEOLOGI
9. KONSEP MANAJEMEN BENCANA
DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI
MANAJEMEN BENCANA merupakan seluruh upaya untuk mencegah,
mengendalikan, mengurangi resiko, serta merespon dan
menanggulangi kejadian bencana serta meminimalisir dampak dari
bencana (lihat UU 24/2007)
MITIGASI BENCANA GEOLOGI merupakan bagian dari manajemen
bencana,
adalah seluruh rangkaian upaya atau aksi yang dilakukan pada tahab
pra-bencana untuk mengontrol dan mengendalikan ancaman bahaya
geologi.
(Mitigasi(Mitigation)=Peringanan=Pengurangan Resiko Bencana)
Mitigasi Bencana Geologi meliputi Pemetaan ataupun analisis bahaya
dan resiko bencana geologi. Bentuknya antara lain penataan
kawasan rawan bencana, penerapan teknologi pengendalian dan
pencegahan bencana, upaya edukasi dan pemberdayaan masyarakat,
gladi evakuasi dan penyusunan rencana kontinjensi/kemungkinan
bencana.
10.
11. UPAYA MITIGASI BAHAYA GEOLOGI DALAM
PENGEMBANGAN LAPANGAN PANAS BUMI
Aspek yang mempengaruhi kejadian bahaya
geologi dalam lapangan panas bumi :
1. Lingkungan geologis setempat
2. Teknik pelaksanaan pengembangan
Mitigasi bahaya geologi yang dilakukan :
1. Analisa kondisi geologis terutama kondisi
bentang alam, batuan, struktur geologi,
hidrogeologi, sistem panas bumi, dan potensi
proses geodinamik lainnya.
2. Mengevaluasi berbagai teknologi atau pun
teknis operasional.
12. POTENSI-POTENSI BAHAYA GEOLOGI
pada lokasi pengembangan panas bumi
a. Gerakan massa tanah / batuan
(Landslide)
b. Amblesan (Subsidence)
c. Gempa Bumi
d. Erupsi Gunung Api
e. Gas-Gas Beracun
13. a. Gerakan massa tanah/batuan (Landslide)
Upaya mitigasi yang dilakukan :
- Analisa Kemiringan, Struktur Batuan dan Hidrologi
- Analisa Stratigrafi Lerang dan Mekanisme Gerakan Tanah
(Kedua hal diatas Dilakukan untuk mengetahui Kemantapan
Lereng)
- Melakukan penguatan lereng (dengan vegetasi ataupun
bangunan)
- Pengaturan drainase untuk mengurangi gaya penggerak massa
batuan
- Meminimalisir Beban pada lereng
- Pemasangan alat pantau dan peringatan dini.
Disebut juga dengan Tanah
Longsor
Dipicu oleh :
Infiltrasi Air, Getaran, ataupun
gangguan lain mekanisme
gerakan tanah, pemotongan
kaki lereng, pembebanan
pada lereng, dsb.
14. Upaya mitigasi yang dilakukan adalah dengan cara
memperhitungkan keseimbangan antara volume
pemindahan fluida yang dikeluarkan dari reservoir
dengan yang diinjeksikan kembali ke dalam sistem
panas bumi.
Adalah penurunan
permukaan bumi akibat
adanya kekosongan
(rongga) di bawah
permukaan.
Umumnya terjadi karena
terbatasnya suplay fluida
ke reservoir panas bumi.
b. Amblesan (Subsidence)
15. Upaya mitigasi yang dilakukan :
- Melakukan kajian sejarah Kegempaan di Lokasi Panas Bumi
- Pemetaan, analisis dan perhitungan kegempaan yang cukup rinci di
lokasi Panas Bumi.
- Studi Literatur tentang kondisi setempat ( contoh: Peta Zonasi Gempa
Indonesia- Kementreian PU 2010)
- Pemasangan alat pemantauan Gempa Bumi dan sistem peringatan
dini
- Desain bangunan dan instalasi yang tahan dengan gempa sampai
Adalah getaran pada permukaan
bumi yang diakibatkan oleh aktifitas
Vulkanis atau Tektonis Bumi.
Dapat mengakibatkan kerusakan
infrastruktur, konstruksi bangunan
dan instalasi Panas Bumi
c. Gempa Bumi (Earthquake)
16. Upaya mitigasi yang dilakukan :
- Melakukan kajian sejarah Gunung Api di
Lokasi Panas Bumi
- Menghindari pembangunan pada Zona
Bahaya Vulkanik
- Studi Literatur tentang kondisi setempat (
contoh: Peta Bahaya Erupsi Gunung Api -
Kementerian ESDM)
- Melakukan pemantauan dan bekerja sama
dengan institusi terkait.
d. Erupsi Gunung Api
17. Upaya mitigasi yang dilakukan :
- Pada tahab penyelidikan awal (Pre-Feasibility Study) perlu
dilakukan kajian terhadap potensi terjadinya migrasi gas beracun
dan uap panas, berdasarkan kajian geologi regional maupun
laporan-laporan atau catatan kejadian serupa yang pernah terjadi di
lokasi panas bumi. Kajian ini sangat diperlukan untuk
mengantisipasi migrasi gas yang tidak terkontrol pada saat
pemboran eksplorasi. Hasil dari Pemboran eksplorasi ini menjadi
dasar dalam studi kelayakan dan penerapan sistem produksi
Migrasi/perpindahan gas beracun dapat terjadi melalui
rekahan-rekahan yang menghubungkan sistem geothermal
ke permukaan bumi.
Gas utama yang sering muncul adalah
CO, CO2, H2S, NOx, SO2, dan HCl. Dari kesemua gas
beracun ini yang paling banyak menimbulkan kematian
adalah gas CO walaupun tidak menuntut kemungkinan
bahwa gas yang lain ini juga dapat menimbulkan kematian
(tingkat bahaya yang ditimbulkan berbeda).
e. Gas-Gas Beracun
18. KARAKTERISTIK GAS DAN BAHAYANYA
Jenis
gas
Jumlah
(%)
Sifat Mengenalinya
Nilai
Ambang
Bahayanya Mengatasinya
CO2 85 - 95
Tidak
berbau/tidak
berwarna
Tumbuhan/binat
ang kecil kering
dan mati
5000 ppm Sulit bernafas
Menutup hidung
dengan kain basah
dan menghindarinya
H2S 2 - 5 Korosif Bau telur busuk 10 ppm
Konsentrasi tinggi
menyebabkan pusing.
> 100 ppm
menyebabkan iritasi
organ tubuh halus.
Menutup hidung
dengan kain basah
dan menghindarinya
CO < 1 Beracun/Toxis Sulit dikenali 50 ppm
> 1000 ppm
menyebabkan
kematian
Menutup hidung
dengan kain basah
dan menghindarinya
SO2
> 500 –
300.000
ppm
Beracun/toxis
Bau belerang
menyengat
2 ppm
Pedih di mata. > 50
ppm menyebabkan
kematian mendadak
Menghindar kalau
tercium bau tersebut
HCl > 1 Korosif/Toxis
Bau menusuk
hidung dan
menyesakan
Korosif, iritasi saluran
pernafasan
Menghindar kalau
tercium bau tersebut
HCN < 1
Mudah terurai/
Mudah
menguap
Bau menyengat 10 ppm
100-500 ppm
menyebabkan
pingsan hingga
kematian
Menghindar kalau
tercium bau tersebut
CH4 < 1
Gas mudah
terbakar
Bau minyak
bumi
Kebakaran HIndari api
19. KESIMPULAN
Untuk menjamin keselamatan jiwa dan lingkungan, serta
keberlanjutan program pengembangan lapangan panas
bumi, perlu dilakukan kajian dan analisa terhadap kondisi
sistem panas bumi dan rencana kegiatan teknis
eksplorasi dan eksploitasi panas bumi yang akan
dilakukan.
Dari analisa dan kajian tersebut dapat diprediksi bahaya
geologi yang berpotensi terjadi selama proses eksplorasi
dan eksploitasi.
Dengan memahami mekanisme dan faktor pengontrol
terjadinya bahaya maka dapat dilakukan upaya mitigasi
atau pengurangan resiko bencana secara tepat dan
efektif.