SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
Taubat
Shalat Taubat adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim saat ingin bertobat 
terhadap kesalahan yang pernah ia lakukan. Shalat taubat dilaksanakan dua raka'at dengan 
waktu yang bebas kecuali pada waktu yang diharamkan untuk melakukan shalat (lihat pada 
shalat sunnat) 
Niat Shalat 
Niat shalat ini, sebagaimana juga shalat-shalat yang lain cukup diucapkan didalam hati, yang 
terpenting adalah niat hanya semata karena Allah Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan 
mengharapkan Ridho Nya, apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga 
mengganggu Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah 
dengan hikmah bijaksana. 
Hadits terkait 
Hadits Rasulullah SAW terkait shalat taubat antara lain : 
 Dari Ali bin Abi Thalib r.a ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 
alaihi wa Salam bersabda: 'Tidaklah seseorang melakukan dosa kemudian ia bersuci 
(berwudhu) dan shalat lalu minta ampun kepada Allah, melainkan Allah akan 
mengampuni dosanya itu, beliau lalu membacakan firman Allah (QS. Ali Imran 
135).'" (HR. at-Tirmidzi, Abi Dawud dan dihasankan oleh al-Albani) 
Hadits Rasulullah SAW terkait shalat taubat antara lain : Hakikat taubat adalah kembali 
tunduk kepada Allah dari bermaksiat kepada-Nya kepada ketaatan kepada-Nya. Taubat ada 
dua macam: taubat mutlak dan taubat muqayyad (terikat). Taubat mutlak ialah bertaubat 
dari segala perbuatan dosa. Sedangkan taubat muqayyad ialah bertaubat dari salah satu dosa 
tertentu yang pernah dilakukan.
Syarat-syarat taubat meliputi: beragama Islam, berniat ikhlas, mengakui dosa, menyesali 
dosa, meninggalkan perbuatan dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya, mengembalikan 
hak orang yang dizalimi, bertaubat sebelum nyawa berada di tenggorokan atau matahari terbit 
dari arah barat. Taubat adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang 
baru saja berbuat dosa. Karena Allah berfirman, 
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian 
beruntung.” (QS. An Nuur: 31) (lihat Syarh Ushul min Ilmil Ushul Syaikh Al ‗Utsaimin 
rahimahullah, tentang pembahasan isi khutbatul hajah). 
Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang 
Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha 
Penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat kepada 
hamba-hambaNya di dalam sekian banyak ayat yang mulia. Allah ta‘ala berfirman, 
“Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang 
memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.” 
(QS. An Nisaa‘: 27) 
Allah ta‘ala juga berfirman, 
“Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya 
(niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha 
bijaksana.” (QS. An Nuur: 10) 
Allah ta‘ala berfirman, 
“Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya.” (QS. An Najm: 32) 
Allah ta‘ala berfirman, 
“Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A‘raaf: 156) 
Oleh Karenanya, Saudaraku yang Tercinta… 
Pintu taubat ada di hadapanmu terbuka lebar, ia menanti kedatanganmu… Jalan orang-orang 
yang bertaubat telah dihamparkan. Ia merindukan pijakan kakimu… Maka ketuklah pintunya 
dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan pertolongan kepada Tuhanmu… Bersungguh-sungguhlah 
dalam menaklukkan dirimu, paksalah ia untuk tunduk dan taat kepada Tuhannya.
Dan apabila engkau telah benar-benar bertaubat kepada Tuhanmu kemudian sesudah itu 
engkau terjatuh lagi di dalam maksiat, sehingga memupus taubatmu yang terdahulu, 
janganlah malu untuk memperbaharui taubatmu untuk kesekian kalinya. Selama maksiat itu 
masih berulang padamu maka teruslah bertaubat. 
Allah ta‘ala berfirman, 
“Karena sesungguhnya Dia Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang benar-benar 
bertaubat kepada-Nya.” (QS. Al Israa‘: 25) 
Allah ta‘ala juga berfirman, 
“Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, 
janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua 
dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka 
kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab 
kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan.” (QS. Az Zumar: 53-54) 
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Seandainya kalian berbuat dosa 
sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya 
Allah akan menerima taubat kalian.” (Shahih Ibnu Majah) 
Maka di manakah orang-orang yang bertaubat dan menyesali dosanya? Di manakah orang-orang 
yang kembali taat dan merasa takut siksa? Di manakah orang-orang yang ruku‘ dan 
sujud? 
Berbagai Keutamaan Taubat 
Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan 
selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar 
berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya 
menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan 
dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat 
ialah: 
Pertama: Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‗azza wa jalla. 
Allah ta‘ala berfirman, 
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang 
yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222) 
Kedua: Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah ta‘ala berfirman 
“Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian 
beruntung.” (QS. An Nuur: 31) 
Ketiga: Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas 
kesalahan-kesalahannya. 
Allah ta‘ala berfirman 
“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni 
berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25) 
Allah ta‘ala juga berfirman 
“Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan 
menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima 
Keempat: Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka. 
Allah ta‘ala berfirman, 
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat 
dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam 
kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta 
beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan 
mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60) 
Kelima: Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat. 
Allah ta‘ala berfirman, 
“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan 
beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” 
(QS. Al A‘raaf: 153) 
Keenam: Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan. 
Allah ta‘ala berfirman,
“Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui 
pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan 
kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman 
serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan 
mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha 
penyayang.” (QS. Al Furqaan: 68-70) 
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari suatu dosa 
sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani) 
Ketujuh: Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan. 
Allah ta‘ala berfirman, 
“Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian.” (QS. At Taubah: 3) 
Allah ta‘ala juga berfirman, 
“Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka.” (QS. At 
Taubah: 74) 
Kedelapan: Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar. 
Allah ta‘ala berfirman, 
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan 
agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan 
bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman 
pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa‘: 146) 
Kesembilan: Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya 
kekuatan. 
Allah ta‘ala berfirman, 
“Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya 
niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan 
akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi 
orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
Kesepuluh: Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang 
yang bertaubat. 
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta‘ala, 
“Para malaikat yang membawa „Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa 
bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan memintakan 
ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas 
meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu 
serta peliharalah mereka dari siksa neraka.” (QS. Ghafir: 7) 
Kesebelas: Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak Allah 
‗azza wa jalla. 
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta‘ala, 
“Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian.” (QS. An Nisaa‘: 27). Maka orang 
yang bertaubat berarti dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah 
dan diridhai-Nya. 
Kedua belas: Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu. 
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu „alaihi wa sallam yang artinya, 
“Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau 
bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki hewan 
tunggangannya di padang luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan 
dan minumannya sehingga ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan 
bersandar di bawah naungannya dalam keadaan berputus asa akibat kehilangan hewan 
tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah kembali berada di sisinya maka 
diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena saking gembiranya, „Ya Allah, 
Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu‟, dia salah berucap karena terlalu gembira.” (HR. 
Muslim) 
Ketiga belas: Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya. 
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya seorang hamba 
apabila berbuat dosa maka di dalam hatinya ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dia 
meninggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka kembali bersih hatinya. Dan jika dia 
mengulanginya maka titik hitam itu akan ditambahkan padanya sampai menjadi pekat, itulah 
raan yang disebutkan Allah ta‟ala,
“Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka akibat apa yang 
telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan 
dihasankan Al Albani) 
Oleh karena itu, saudaraku yang kucintai… 
Sudah sepantasnya setiap orang yang berakal untuk bersegera menggapai keutamaan dan 
memetik buah memikat yang dihasilkan oleh ketulusan taubat itu…, Saudaraku: 
Tunaikanlah taubat yang diharapkan Ilahi 
demi kepentinganmu sendiri 
Sebelum datangnya kematian dan lisan terkunci 
Segera lakukan taubat dan tundukkanlah jiwa 
Inilah harta simpanan bagi hamba yang kembali taat dan baik amalnya 
Tingkatan Jihad Melawan Syaitan 
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: Jihad melawan syaitan itu ada dua tingkatan. 
Pertama, berjihad melawannya dengan cara menolak segala syubhat dan keragu-raguan yang 
menodai keimanan yang dilontarkannya kepada hamba. 
Kedua, berjihad melawannya dengan cara menolak segala keinginan yang merusak dan 
rayuan syahwat yang dilontarkan syaitan kepadanya. 
Maka tingkatan jihad yang pertama akan membuahkan keyakinan sesudahnya. Sedangkan 
jihad yang kedua akan membuahkan kesabaran. 
Allah ta‘ala berfirman, 
“Maka Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan 
perintah Kami karena mereka bisa bersabar dan senantiasa meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. 
As Sajdah: 24) 
Allah mengabarkan bahwasanya kepemimpinan dalam agama hanya bisa diperoleh dengan 
bekal kesabaran dan keyakinan. Kesabaran akan menolak rayuan syahwat dan keinginan-keinginan 
yang merusak, sedangkan dengan keyakinan berbagai syubhat dan keragu-raguan 
akan tersingkirkan. 
Washallallahu „ala Nabiyyina Muhammadin wa „ala aalihi wa shahbihi wa sallam. Wal 
hamdu lillaahi Rabbil „aalamiin. 
(disadur dari Ya Ayyuhal Muqashshir mata tatuubu, Qismul ‗Ilmi Darul Wathan dan 
tambahan dari sumber lain)
Jogjakarta, 9 Rabi‘uts Tsani 1427 Hijriyah 
Taubat Dari Suatu Dosa Sambil Tetap 
Melakukan Dosa Yang Lain 
Dr. Yusuf al Qardhawi 
Di antara pertanyaan yang penting yang 
menuntut untuk dijawab dan dijelaskan hukumnya di sini adalah pertanyaan: apakah taubat 
dari suatu dosa sah, jika sambil tetap melakukan dosa yang lain? 
Dalam hal ini ada dua pendapat ulama, dan keduanya adalah dua riwayat dari imam Ahmad. 
Orang yang mengatakan di situ ada ijma‘, tidak mengetahui ikhtilaf pendapat yang terjadi, 
seperti an-Nawawi yang berpendapat lain dan ulama lainnya. 
Abu Thalib al Makki dalam kitabnya ―Qutul Qulub‖ meriwayatkan pendapat berikut ini dari 
beberapa ulama: orang yang telah taubat dari sembilan puluh sembilan dosa, namun ia tidak 
bertaubat dari satu dosa, maka ia menurut kami bukan kelompok orang yang bertaubat‖ 
[Qutul Qulub: 1/191] 
Imam Ibnu Qayyim berkata: Masalah ini pelik, dan memiliki kerumitan tersendiri. Namun 
perlu memilih salah satu pendapat itu dengan diperkuat oleh dalil. Mereka yang 
mengabsahkan taubat seperti itu berdalil bahwa keislaman seseorang jelas sah –dan 
keislaman itu adalah taubat dari kekafiran– meskipun ia masih tetap melakukan maksiat yang 
ia belum bertaubat darinya. Maka demikian pula halnya dengan taubat dari suatu dosa sambil 
masih tetap melaklukan dosa yag lain. 
Sedangkan kelompok ulama yang lain berkata: keislaman itu lain masalahnya dari yang lain, 
karena kekuatannya, serta keislaman itu dapat terjadi –dengan keislaman kedua orang tuanya 
atau salah satunya– bagi anak kecil.
Sementara kelompok ulama yang lain lagi berdalil, bahwa taubat itu adalah kembali kepada 
Allah SWT dari melanggar aturan-Nya menuju ketaatan-Nya. Maka bagaimana ia dapat 
dikatakan kembali jika ia hanya taubat dari satu dosa, sementara masih terus melakukan 
seribu dosa lainnya? 
Mereka berkata: Allah SWT tidak menghukum orang yang telah bertaubat karena orang itu 
telah kembali kepada ketaatan dan penghambaanNya, serta telah taubat dengan taubat 
nasuha. Sedangkan orang yang masih terus melakukan dosa lain yang sejenisnya –atau malah 
lebih besar lagi– tidak dapat dikatakan telah kembali kepada ketaatan, dan tidak pula telah 
taubat dengan taubat nasuha. 
Mereka berkata: karena orang yang bertaubat kepada Allah SWT, darinya telah hilang cap 
―pelaku maksiat‖, seperti orang kafir ketika ia masuk Islam yang hilang cap ―kafir‖ itu 
darinya. Sedangkan orang yang tetap melakukan dosa lain selain dosa yang ia mintakan 
taubat itu, maka cap ―maksiat‖ masih tetap melekat padanya, sehingga taubatnya tidak sah. 
Rahasia masalah ini adalah: taubat itu memiliki macam-macam bagian, seperti kemaksiatan, 
sehingga ia dapat taubat dari satu segi, tidak pada segi lainnya, seperti antara keimanan 
dengan keislaman 
Pendapat yang kuat adalah: taubat itu dipecah-pecah, seperti perbedaan dalam 
pelaksanaannya. Demikian juga dalam jumlahnya. Maka jika seorang hamba telah 
menjalankan suatu kewajiban dan meninggalkan kewajiban yang lain, ia akan menerima 
hukuman atas yang ditinggalkan itu tidak atas kewajiban yang telah dilakukannya. Demikian 
juga halnya orang yang telah bertaubat dari satu dosa dan tetap melakukan dosa yang lain. 
Karena taubat adalah kewajiban dari dua dosa. Maka ia telah melakukan satu dari dua 
kewajiban dan meninggalkan yang lain. Sehingga apa yang ditinggalkannya tidak membuat 
batal apa yang telah dikerjakannya. Seperti orang yang tidak melaksanakan hajji, namun 
menjalankan shalat, puasa dan zakat. 
Kelompok yang lain berkata: taubat adalah satu pekerjaan. Maknanya adalah meninggalkan 
apa yang dibenci oleh Allah SWT serta menyesal dari perbuatannya yang buruk, dan kembali 
kepada ketaatan kepada Allah SWT. Maka jika ia tidak melengkapinya, taubatnya itu tidak 
sah, karena ia adalah satu kesatuan ibadah. Maka melaksanakan sebagian taubat sementara 
meninggalkan taubat yang lain adalah seperti orang yang melakukan sebagian ibadah dan 
meninggalkan bagian lainnya. Dan ikatan bagian-bagian suatu ibadah satu sama lain lebih 
kuat dari ikatan ibadah-ibadah yang bermacam-macam, satu sama lain. 
Dan kelompok yang berpendapat lain berkata: setiap dosa memiliki taubat yang khusus 
baginya, dan taubat itu wajib dilakukannya. Namun taubat itu tidak berkaitan dengan taubat 
dari perbuatan lainnya. Seperti tidak ada kaitan antara satu dosa dengan dosa lainnya. 
Ibnu Qayyim berkata: menurutku dalam masalah ini adalah: suatu taubat atas suatu dosa tidak 
sah jika orang itu tetap menjalankan dosa lainnya yang sejenis. Sedangkan taubat dari satu 
dosa sambil masih melakukan dosa lain yang tidak mempunyai hubungan dengan dosa 
pertama, juga bukan dari jenisnya, taubat itu sah. Seperti orang yang bertaubat dari riba, dan 
belum bertaubat dari meminum khamar misalnya. Karena taubatnya dari riba adalah sah. 
Sedangkan orang yang bertaubat dari riba fadhl, kemudian ia tidak bertaubat dari riba nasi‘ah 
dan terus menjalankan riba ini, atau sebaliknya, atau orang yang taubat dari menggunakan 
obat bius dan ia masih tetap minum minuman keras, atau sebaliknya, maka taubatnya ini 
tidak sah. Ini adalah seperti orang yang bertaubat dari berzina dengan seorang wanita, namun
ia masih tetap berzina dengan wanita-wanita lainnya, maka tidak sah taubatnnya. Demikian 
juga orang yang bertaubat dari meminum juice anggur yang memambukkan, namun ia masih 
terus meminum minuman lainnya yang memabukkan juga, maka orang ini sebetulnya belum 
bertaubat. Namun ia hanya bnerpindah dari satu macam ke macam lainnya. 
Berbeda dengan orang yang meninggalkan satu jenis maksiat, sambil menjalankan maksiat 
jenis lainnya. Karena dosanya lebih ringan, atau karena dorongannya baginya lebih kuat, 
serta kekuatan syahwat untuk melakukan itu amat kuat baginya atau juga faktor-faktor yang 
mendorongnya untuk terus melakukan itu masih tetap ada, tidak perlu dicari. Berbeda dengan 
maksiat yang butuh dicari dahulu perangkatnya untuk mengerjakannnya, atau juga karena 
teman-temannya memilikinya, dan mereka tidak membiarkannhya untuk bertaubat darinya, 
dan ia memiliki kehormatan di hadapan mereka, maka jiwanya tidak membiarkannya untuk 
merusak penghormatan mereka atasnya itu dengan melakukan taubat [Madarij Salikin: 1/273- 
275] 
Pendapat yang aku pilih dalam masalah ini adalah: seluruh orang yang bertaubat dari suatu 
dosa dengan taubat yang benar, maka diharapkan Allah SWT menerima taubatnya, dari dosa 
itu. Meskipun ia masih terus menjalankan dosa yang lain. Barangsiapa yang bertaubat dari 
perbuatan kaum Luth (homoseksual) dengan benar, niscaya Allah SWT akan menerima 
taubatnya, meskipun ia masih berat untuk bertaubat dari zina. Orang yang bertaubat dari riba 
nasi‘ah, maka Allah SWT akan menerima tabatnya, meskipun ia masih menjalankan riba 
fadhl. Atau ia taubat dari ghibah (menceritakan keburukan orang) dan namimah (mengadu 
domba), meskipun ia masih sering menghina orang, berbohong ketika bicara atau dosa lidah 
lainnya. 
Taubat itu sah karena taubat pada dasarnya adalah hasanah (kebaikan), bahkan kebaikan yang 
besar. Allah SWT berfirman: 
―Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada 
kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari 
sisiNya pahala yang besar‖ [an Nisa: 40] 
Kemudian Allah SWT berjanji akan menerima taubat hamba-hamba-Nya secara umum. Dan 
tidak mengkhususkan satu dosa dari dosa lainnya. Seperti dalam firman Allah SWT: 
―Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan‖ 
[QS. asy-Syuura: 25]. 
Orang ini telah bertaubat dari dosanya, dan ia berhak untuk diterima taubatnya oleh Allah 
SWT dan dimaafkan. 
Kemudian ini cocok dengan keluasan rahmat dan maghfirah Allah SWT yang mencakup 
seluruh orang yang berdosa dan seluruh orang yuang bertaubat. Seperti firman Allah SWT: 
―Sesungguhnya Allah SWT mengampuni dosa-dosa seluruhnya‖. 
Kemudian itu juga akan mengobati kelemahan manusia, dan menuntunnya secara bertahap, 
dan membuka kesempatan baginya meningkat setahap demi setahap. Sehingga ia dapat 
meninggalkan maksiat sedikit demi sedikit, dan dari satu fase ke fase selanjutnya. Hingga
pada akhirnya Allah SWT memberikan hidayah kepadanya untuk meninggalkan seluruh 
kemaksiatan itu. Dalam hadits sahih disabdakan: 
―Kalian diutus hanya untuk memberi kemudahan dan tidaklah kalian diutus untuk membuat 
kesulitan‖. 
Pendapat yang mengatakan diterimanya taubat seseorang yang taubat ketika ia masih berbuat 
dosa lagi, dan ia kemudian kembali bertaubat, didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh 
Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda: 
―Seorang hamba melakukan dosa, dan berdo‘a: Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa maka 
ampunilah aku. Tuhannya berfirman: hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan 
yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Aku ampuni hamba-Ku itu. 
Kemudian waktu berjalan dan orang itu tetap seperti itu hingga masa yang ditentukan Allah 
SWT, hingga orang itu kembali melakukan dosa yang lain. Orang itupun kembali berdo‘a: Ya 
Tuhanku, aku kembali melakukan dosa, maka ampunilah dosaku. Allah SWT berfirman: 
Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan menghapus 
dosanya, maka Aku ampuni hamba-Ku itu. Kemudian ia terus dalam keadaan demikian 
selama masa yang ditentukan Allah SWT, hingga akhirnya ia kembali melakukan dosa. Dan 
ia berdo‘a: Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa, maka ampunilah daku. Allah SWT 
berfirman: Hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan 
menghapus dosanya. Maka Aku telah berikan ampunan kepada hamba-Ku, (diulang tiga kali) 
dan silahkan ia melakukan apa yang ia mau‖ [Hadits Muttafaq alaih: lihat: al Lu'lu wa al 
Marjan (1754) dan lihatlah: Fathul Bari juz 13 hal. 46 dan setelahnya]. 
Al Qurthubi berkata dalam kitabnya ―al Mufhim fi syarhi Muslim‖: Hadits ini menunjukkan 
kebesaran faedah istighfar, dan keagungan nikmat Allah SWT, keluasan rahmat-Nya serta 
sifat pemaaf dan pemurah-Nya. Namun istighfar ini adalah permohonan taubat yang 
maknanya tertanam dalam hati sambil diiringi dengan ucapan lidah, sehingga ia tidak lagi 
menjalankan dosa itu, dan ia merasa menyesal atas perbuatan masa lalunya. Sehingga itu 
adalah ungkapan praktekal atas taubat. Seperti dikatakan oleh hadits: orang yang paling baik 
dari kalian adalah setiap orang yang terfitnah (sehingga melakukan dosa) dan sering 
bertaubat‖. Maknanya: yaitu orang yang terulang dosanya dan mengulang taubatnya. Setiap 
kali ia jatuh dalam dosa ia mengulang taubatnya. Bukan orang yang berkata dengan lidahnya: 
aku ber istighfar kepada Allah SWT, namun hatinya masih terus ingin menjalankan maksiat 
itu. Inilah istighfar yang masih membutuhkan kepada istighfar lagi! 
Al Hafizh ibnu Hajar berkata dalam kitab Fathul Bari ketika memberi komentar atas hadits 
itu, sebagai berikut: hal ini diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dari 
hadits Ibnu Abbas secara marfu‘: 
―Orang yang bertaubat adalah seperti orang yang tidak mempunyai dosa, dan orang yang 
meminta ampunan dari dosa, sementara ia masih tetap melakukan dosa, adalah seperti orang 
yang mengejek Tuhannya‖. 
Ia berkata: yang rajih adalah: redaksi dari ―wal mustaghfir… hingga akhirnya, adalah 
mauquf. Atau dari perkataan Ibnu Abbas, bukan hadits Nabi. Yang pertama menurut Ibnu 
Majah dan Thabrani, dari hadits Ibnu Mas‘ud. Dan sanadnya hasan.
Al Qurthubi berkata: faedah hadits ini adalah: kembali berbuat dosa adalah lebih buruk dari 
ketika pertama kali melakukan dosa itu, karena dengan kembali berdosa itu ia berarti 
melanggar taubatnya. Tapi kembali melakuian taubat adalah lebih baik dari taubatnya yang 
pertama, karena ia berarti terus meminta kepada Allah SWT Yang Maha Pemurah, terus 
meminta kepada-Nya, dan mengakui bahwa tidak ada yang dapat memberikan taubat selain 
Allah SWT. 
Imam an Nawawi berkata: dalam hadits itu, suatu dosa –meskipun telah terulang sebanyak 
seratus kali atau malah seribu dan lebih– jika orang itu bertaubat dalam setiap kali melakukan 
dosa– niscaya taubatnya diterima, atau juga ia bertaubat dari seluruh dosa itu dengan satu 
taubat, maka taubatnya juga sah. Dan redaksi: ―perbuatlah apa yang engkau mau‖ — atau 
―Maka silakan ia berbuat apa yang ia mau‖ – maknanya: selama engkau masih melakukan 
dosa maka bertaubatlah, niscaya Aku akan ampuni dosamu‖ [Lihat: Fathul Bari: 14/ 471. 
Cetakan: Darul Fikr al Mushawirah An Salafiyah] 
Benar, taubat yang sempurna adalah taubat dari seluruh dosa. Dan itulah yang akan 
membawa kepada keberuntungan yang disinyalir dalam firman Allah SWT: 
―Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu 
beruntung‖ [QS. an-Nur: 31] 
Taubat seperti itulah yang akan menghapus seluruh keburukan, dan menghilangkan seluruh 
dosa, dan orangnya akan masuk dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada 
hari Allah SWT tidak mengcewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. 
Inilah yang akan menarik cinta Allah SWT kepadanya, juga kesenangan dan senyum-Nya 
terhadap mereka. 
Juga taubat yang sempurna adalah taubat yang tidak hanya mencegah orang itu untuk 
kembali melakukan maksiat saja, namun ia adalah taubat yang mendorongnya untuk 
melakukan ketaatan, menjalankan perbuatan yang saleh, serta mematuhi hukum-hukum 
syari‘ah dan adab-adabnya, secara zahir dan bathin, antara dia dengan Rabbnya, antara 
dirinya dengan dirinya sendiri, serta antara dirinya dengan seluruh makhluk. Sehingga ia 
dapat mencapai keberuntungan di dunia dan akhirat, dan mendapatkan kemenangan surga 
serta selamat dari neraka. 
Oleh karena itu, kita harus membedakan antara taubat yang menyeluruh yang akan 
mengantarkan orang itu kepada kemenangan mendapatkan surga dan selamat dari neraka, 
dengan taubat yang parsial yang memberikan keuntungan kepada orang yang taubat itu serta 
membebaskannya dari suatu dosa tertentu, meskipun ia tetap terikat dengan dosa yang lain. 
Kedua macam taubat itu mempunyai ketentuan hukumnya masing-masing. 
sumber: http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Taubat/index.html 
Difailkan dalam: Agama,Kuliah, Tazkirah
Taubat Sejati 
Oleh: Muhammad Nuh 
Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jalan setapak yang becek di tepian sungai nan jernih. 
Kadang orang tak sadar kalau lumpur yang melekat di kaki, tangan, badan, dan mungkin 
kepala bisa dibersihkan dengan air sungai tersebut. Boleh jadi, kesadaran itu sengaja ditunda 
hingga tujuan tercapai. 
Tak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Selalu saja ada debu-debu lalai yang 
melekat. Sedemikian lembutnya, terlekatnya debu kerap berlarut-larut tanpa terasa. Di luar 
dugaan, debu sudah berubah menjadi kotoran pekat yang menutup hampir seluruh tubuh. 
Itulah keadaan yang kerap melekat pada diri manusia. Diamnya seorang manusia saja bisa 
memunculkan salah dan dosa. Terlebih ketika peran sudah merambah banyak sisi: keluarga, 
masyarakat, tempat kerja, organisasi, dan pergaulan sesama teman. Setidaknya, akan ada 
gesekan atau kekeliruan yang mungkin teranggap kecil, tapi berdampak besar.
Belum lagi ketika kekeliruan tidak lagi bersinggungan secara horisontal atau sesama manusia. 
Melainkan sudah mulai menyentuh pada kebijakan dan keadilan Allah swt. Kekeliruan jenis 
ini mungkin saja tercetus tanpa sadar, terkesan ringan tanpa dosa; padahal punya delik besar 
di sisi Allah swt. 
Rasulullah saw. pernah menyampaikan nasihat tersebut melalui Abu Hurairah r.a. ―Segeralah 
melalukan amal saleh. Akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita. 
Ketika itu, seorang beriman di pagi hari, tiba-tiba kafir di sore hari. Beriman di sore hari, 
tiba-tiba kafir di pagi hari. Mereka menukar agama karena sedikit keuntungan dunia.‖ (HR. 
Muslim) 
Saatnyalah seseorang merenungi diri untuk senantiasa minta ampunan Allah swt. Menyadari 
bahwa siapa pun yang bernama manusia punya kelemahan, kekhilafan. Dan istighfar atau 
permohonan ampunan bukan sesuatu yang musiman dan jarang-jarang. Harus terbangun 
taubat yang sungguh-sungguh. 
Secara bahasa, taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah swt. 
dan diajarkan Rasulullah saw. Taubat merupakan upaya seorang hamba menyesali dan 
meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini. 
Rasulullah saw. pernah ditanya seorang sahabat, ―Apakah penyesalan itu taubat?‖ Rasulullah 
saw. menjawab, ―Ya.‖ (HR. Ibnu Majah) Amr bin Ala pernah mengatakan, ―Taubat nasuha 
adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu mencintainya.‖ 
Taubat dari segala kesalahan tidak membuat seorang manusia terhina di hadapan Tuhannya. 
Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Karena 
Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. ―Sesungguhnya 
Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.‖ 
(QS. Al-Baqarah: 222) 
Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara. Pintu taubat selalu terbuka luas tanpa 
penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang 
ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu 
musa Al-Asy`ari. ―Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk 
menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari 
barat.‖ 
Karena itu, merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan 
dirinya terus-menerus melampaui batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka. Dan sungguh, 
Allah akan mengampuni dosa-dosa semuanya karena Dialah yang Maha Pengampun lagi 
Penyayang. 
Orang yang mengulur-ulur saatnya bertaubat tergolong sebagai Al-Musawwif. Orang model 
ini selalu mengatakan, ―Besok saya akan taubat.‖ Ibnu Abas r.a. meriwayatkan, berkata Nabi 
saw. ―Binasalah orang-orang yang melambat-lambatkan taubat (musawwifuun).‖ Dalam surat 
Al-Hujurat ayat 21, Allah swt. berfirman, ―Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, mereka 
itulah orang-orang yang zalim.― 
Abu Bakar pernah mendengar ucapan Rasulullah saw., ―Iblis berkata, aku hancurkan manusia 
dengan dosa-dosa dan dengan bermacam-macam perbuatan durhaka. Sementara mereka 
menghancurkan aku dengan Laa ilaaha illaahu dan istighfar. Tatkala aku mengetahui yang
demikian itu aku hancurkan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira dirinya 
berpetunjuk.‖ 
Namun, taubat seorang hamba Allah tidak cuma sekadar taubat. Bukan taubat kambuhan 
yang sangat bergantung pada cuaca hidup. Pagi taubat, sore maksiat. Sore taubat, pagi 
maksiat. Sedikit rezeki langsung taubat. Banyak rezeki kembali maksiat. 
Taubat yang selayaknya dilakukan seorang hamba Allah yang ikhlas adalah dengan taubat 
yang tidak setengah-setengah. Benar-benar sebagai taubat nasuha, atau taubat yang sungguh-sungguh. 
Karena itu, ada syarat buat taubat nasuha. Antara lain, segera meninggalkan dosa dan 
maksiat, menyesali dengan penuh kesadaran segala dosa dan maksiat yang telah dilakukan, 
bertekad untuk tidak akan mengulangi dosa. 
Selain itu, para ulama menambahkan syarat lain. Selain bersih dari kebiasaan dosa, orang 
yang bertaubat mesti mengembalikan hak-hak orang yang pernah dizalimi. Ia juga bersegera 
menunaikan semua kewajiban-kewajibannya terhadap Allah swt. Bahkan, membersihkan 
segala lemak dan daging yang tumbuh di dalam dirinya dari barang yang haram dengan 
senantiasa melakukan ibadah dan mujahadah. 
Hanya Alahlah yang tahu, apakah benar seseorang telah taubat dengan sungguh-sungguh. 
Manusia hanya bisa melihat dan merasakan dampak dari orang-orang yang taubat. Benarkah 
ia sudah meminta maaf, mengembalikan hak-hak orang yang pernah terzalimi, membangun 
kehidupan baru yang Islami, dan hal-hal baik lain. Atau, taubat hanya hiasan bibir yang 
terucap tanpa beban. 
Hidup memang seperti menelusuri jalan setapak yang berlumpur dan licin. Segeralah 
mencuci kaki ketika kotoran mulai melekat. Agar risiko jatuh berpeluang kecil. Dan berhati-hatilah, 
karena tak selamanya jalan mendatar 
Definisi taubat menurut bahasa diambil dari kata ―at-taubah‖ bentuk ―isim masdar‖ 
berarti ar-rujuu‘ (kembali). Sedangkan menurut istilah, taubat adalah kembali dari kondisi 
jauh dari Allah swt menuju kedekatan kepada-Nya. Atau : pengakuan atas dosa, penyesalan, 
berhenti, dan tekad untuk tidak mengulanginya kembali di masa yang akan datang. 
Mengapa kita harus bertaubat? 
Pertama, karena manusia pasti berdosa. 
Karena dosa adalah penghalang antara kita dan Sang Kekasih (Allah swt), maka lari dari hal 
yang membuat kita jauh dari-Nya adalah kemestian. 
Dosa pasti membawa kehancuran cepat atau lambat, maka mereka yang berakal sehat pasti 
segera menjauh darinya.
Jika ada manusia yang tidak melakukan dosa, pasti ia pernah berkeinginan untuk 
melakukannya. Jika ada orang yang tidak pernah berkeinginan melakukan dosa, pasti ia 
pernah lalai dari mengingat Allah. Jika ada orang yang tidak pernah lalai mengingat Allah, 
pastilah ia tidak akan mampu memberikan hak Allah sepenuhnya. Semua itu adalah 
kekurangan yang harus ditutupi dengan taubat. 
Kedua, karena Allah swt memerintahkan kita bertaubat, 
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa 
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu 
dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, 
pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang 
bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, 
sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan 
ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” At Tahrim:8 
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, 
dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) 
nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan 
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, 
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau 
Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera 
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang 
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap 
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka 
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah 
kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” An 
Nuur:31 
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika 
kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus 
menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan 
kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu 
berpaling, Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” Hud:3 
Ketiga, karena Allah mencintai orang yang bertaubat, 
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. 
oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah 
kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah 
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai 
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” Al 
Baqarah:222 
Keempat, karena Rasulullah saw senantiasa bertaubat 
Padahal beliau seorang nabi yang ma‘shum (terjaga dari dosa). Beliau bersabda : “Demi 
Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih 
dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari). Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa beliau 
beristighfar seratus kali dalam sehari.
Syarat-Syarat Taubat 
1. Penyesalan dari dosa karena Allah. 
2. Berhenti melakukannya. 
3. Bertekad untuk tidak mengulanginya di masa datang. 
4. Dilakukan sebelum nyawa sampai di tenggorokan ketika sakaratul maut, atau sebelum 
matahari terbit dari barat. 
5. Jika dosa berkaitan dengan sesama manusia, maka syaratnya bertambah satu: 
melunasi hak orang tersebut, atau meminta kerelaannya, atau memperbanyak amal 
kebaikan. 
Dosa Kecil Menjadi Besar di Sisi Allah 
Pertama, jika dilakukan terus menerus, 
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri 
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan 
siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak 
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.” Ali Imran:135 
Dosa besar yang hanya dilakukan sekali lebih bisa diharapkan pengampunannya dari pada 
dosa kecil yang dilakukan terus menerus. 
Kedua, jika seorang hamba meremehkannya. 
Setiap kali seorang hamba menganggap besar sebuah dosa niscaya akan kecil di sisi Allah, 
dan setiap kali ia menganggap remeh sebuah dosa niscaya akan menjadi besar di sisi-Nya. 
Abdullah bin Mas‘ud ra berkata : “Seorang mukmin memandang dosanya bagaikan gunung 
yang akan runtuh menimpa dirinya, sedangkan seorang pendosa menganggap dosanya 
seperti seekor lalat yang menclok di hidungnya, cukup diusir dengan tangannya.” (Bukhari- 
Muslim). 
Bilal bin Sa‘ad rahimahullah berkata : “Jangan kamu memandang kecilnya dosa, tapi 
lihatlah kepada siapa kamu berbuat dosa itu” 
Ketiga, jika dilakukan dengan bangga atau minta dipuji, 
Seperti seseorang yang mengatakan : ―Lihat, bagaimana hebatnya saya mempermalukan 
orang itu di depan umum!?‖ Atau seperti ucapan seorang pedagang : ―Lihat, bagaimana saya 
bisa menipu pembeli itu!?‖ 
Keempat, jika seseorang melakukan dosa tanpa diketahui orang lain lalu ia menceritakannya 
dengan bangga kepada orang lain. 
Rasulullah saw bersabda : “Setiap ummatku selamat kecuali orang-orang yang terang-terangan 
berlaku dosa. Dan diantara perbuatan terang-terangan melakukan dosa ialah jika 
seseorang berdosa di malam hari sementara Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi 
hari ia merobek tirai penutup itu sambil berkata : “Hai Fulan, semalam aku melakukan ini 
dan itu.” (Bukhari-Muslim).
Kelima, jika yang melakukannya seorang alim yang menjadi panutan. 
Karena apa yang ia lakukan dicontoh oleh orang lain. Ketika ia melakukan dosa, maka ia juga 
mendapatkan dosa orang yang mencontohnya. Rasulullah bersabda : “…dan barang siapa 
memberi contoh keburukan dalam Islam maka baginya dosa perbuatan itu dan juga dosa 
orang yang mencontohnya setelah itu tanpa dikurangi sedikitpun dosa itu dari pelakunya.” 
(Muslim). 
Jangan Menunda-Nunda Taubat 
Bersegera bertaubat hanya dilakukan oleh mereka yang berakal sehat. Orang-orang yang 
menunda taubat ibarat seseorang yang ingin mencabut pohon yang mengganggu, namun 
karena merasa sulit mencabutnya ia menundanya hingga esok atau lusa, atau minggu depan, 
atau … tanpa ia sadari bahwa semakin hari akar pohon itu makin menghunjam di tanah, 
sedangkan ia semakin tua dan lemah. 
Jangan menunda-nunda taubat karena mengandalkan rahmat dan ampunan Allah swt. Orang 
seperti itu ibarat seorang laki-laki yang menghabiskan seluruh hartanya dengan sia-sia dan 
meninggalkan keluarganya dalam kefakiran, lalu ia mengharapkan harta karun datang 
kepadanya tanpa bekerja. Mungkin harta karun itu ada, tapi orang ini jelas kurang sehat 
akalnya. 
Mengapa kita dapat berpikir logis dalam masalah keduniaan namun tidak demikian dalam 
urusan akhirat? Allahu a‘lam 
Istighfar, Pesan Para Nabi 
Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA 
―Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika 
kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus 
menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan 
kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu 
berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat‖. (Hud: 3) 
Surat Hud yang pernah membuat Abu bakar terkejut saat melihat rambut Rasulullah saw 
beruban yang dijawab oleh Rasulullah dengan sabdanya, ―Surat Hud dan saudara2nya telah 
membuat rambutku beruban‖, ternyata sarat dengan perintah beristighfar yang disampaikan 
melalui lisan para nabiyuLlah dari Hud as, sholih dan syu‘aib as. 
Tercatat ada empat ayat di dalam surat ini yang menyebut perintah beristighfar, yaitu pertama 
ayat 3 di atas, ayat 52, 61, dan 90. Bahkan yang menarik, bahwa secara korelatif, perintah 
beristighfar pada ayat-ayat tersebut diawali dengan perintah menyembah dan mengabdi 
semata-mata kepada Allah, seperti dalam surat Hud: 2 misalnya, ―Agar kamu tidak 
menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan 
pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya‖ (Hud: 2).
Betapa tinggi nilai perintah beristighfar sehingga selalu berdampingan dengan perintah 
beribadah kepadanya. Sehingga merupakan satu kewajiban sekaligus kebutuhan seorang 
hamba kepada Allah swt karena secara fithrah memang manusia tidak akan bisa mengelak 
dari melakukan dosa dan kesalahan sepanjang hidupnya. Peluang ampunan ini merupakan 
anugerah rahmat yang terbesar bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. 
Terkait dengan hal ini, kebiasaan beristighfar mereflesikan kedekatan seorang hamba dengan 
Tuhannya dan pengakuan akan Ke-Maha Pengampunan Allah swt. Istighfar juga merupakan 
cermin dari sebuah akidah yang mantap akan kesediaan Allah membuka pintu ampunannya 
sepanjang siang dan malam. Rasulullah bersabda, ―Sesungguhnya Allah senantiasa membuka 
tanganNya di siang hari untuk memberi ampunan kepada hambaNya yang melakukan dosa di 
malam hari, begitu pula Allah swt senatiasa membuka tangan-Nya di malam hari untuk 
memberi ampunan bagi hamba-Nya yang melakukan dosa di siang hari‖. 
Catatan lain yang bisa dikaji adalah bahwa perintah beristighfar di dalam Al-Qur‘an juga 
selalu beriringan dengan perintah bertaubat,‖ Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada 
Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir 
mengemukakan rahasia penggabungan perintah beristighfar dan bertaubat pada kebanyakan 
ayat-ayat Al-Qur‘an bahwa tidak ada jalan untuk meraih ampunan Allah swt melainkan 
dengan menunjukkan perilaku dan sikap ―taubat‖ yang diimplementasikan dengan 
penyesalan akan kesalahan masa lalu, melepas ikatan-ikatan (jaringan) kemaksiatan dalam 
segala bentuk dan sarananya serta tekad yang tulus dan jujur untuk tidak mengulangi kembali 
perbuatan-perbuatan dosa di masa yang akan datang. Dalam kaitan ini, taubat merupakan 
penyempurna dari istighfar seseorang agar diterima oleh Allah swt. 
Secara aplikatif, kebiasaan beristighfar sudah dicotohkan oleh Rasulullah saw. Tercatat dalam 
sebuat riwayat Imam Muslim bahwa Rasulullah (memberi pelajaran kepada umatnya) 
senantiasa beristighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali. Bahkan di riwayat Imam Bukhari 
beliau beristighfar setiap hari lebih dari 100 kali (Bukhari Muslim). Pelajaran yang diambil 
dari prilaku Rasulullah ini adalah bahwa beristighfar tidak harus menunggu setelah 
melakukan kesalahan, tetapi bagaimana hendaknya aktifitas ini berlangsung senantiasa 
menghiasi kehidupan sehari-hari kita tanpa terkecuali. 
Para malaikat yang jelas tidak pernah melanggar perintah Allah justru senantiasa beristighfar 
memohon ampunan untuk orang-orang yang beriman sebagai sebuah pelajaran yang berharga 
bagi setiap hamba Allah yang beriman, ―(Malaikat-malaikat) yang memikul „Arsy dan 
malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman 
kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya 
mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka 
berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan 
peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala‖. (Al-Mu‘min: 7) 
Berdasarkan kajian terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang istighfar, paling tidak terdapat 
empat keutamaan dan nilai dari amaliah istighfar dalam kehidupan seorang muslim: 
1. Istighfar merupakan cermin akan kesadaran diri orang-orang yang bertakwa. ―Dan (juga) 
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka 
ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang 
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan 
kejinya itu, sedang mereka mengetahui‖. (Ali Imran: 135)
2. Istighfar merupakan sumber kekuatan umat. Kaum nabi Hud yang dikenal dengan 
kekuatan mereka yang luar biasa, masih diperintahkan oleh nabi mereka agar senantiasa 
beristighfar untuk menambah kekuatan mereka. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah 
ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang 
sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan 
janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (Hud: 52). Bahkan Rasulullah dalam salah 
satu haditsnya menegaskan bahwa eksistensi sebuah umat ditentukan diantaranya dengan 
kesadaran mereka untuk selalu beristighfar, sehingga bukan merupakan aib dan tidak merugi 
orang-orang yang bersalah lantas ia menyadari kesalahannya dengan beristighfar memohon 
ampunan kepada Allah swt. 
3. Istighfar dapat menolak bencana dan menjadi salah satu sarana turunnya keberkahan dan 
rahmat Allah swt. Ibnu Katsir ketika menafasirkan surat Al-Anfal: 33 “Dan Allah sekali-kali 
tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) 
Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” menukil riwayat dari Imam 
Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda, ―Allah telah menurunkan kepadaku dua pengaman 
atau penyelemat bagi umat dari azab dan bencana, yaitu keberadaanku dan istighfar. Maka 
ketika aku telah tiada, masih tersisa satu pengaman hingga hari kiamat, yaitu istighfar‖. 
Bahkan Ibnu Abbas menuturkan bahwa ungkapan istighfar meskipun keluar dari pelaku 
maksiat dapat mencegah dari beberapa kejahatan dan bahaya. 
4. Istighfar akan memudahkan urusan seseorang, memudahkan jalan mencari rizki dan 
memelihara seseorang. Dalam konteks ini, Ibnu katsir menafsirkan suarat Hud : 52 dengan 
menukil hadits Rasulullah saw yang bersabda, “Barangsiapa yang mampu mulazamah atau 
kontinyu dalam beristighfar, maka Allah akan menganugerahkan kebahagiaan dari setiap 
duka dan kesedihan yang menimpanya, memberi jalan keluar dari setiap kesempitan dan 
memberi rizki dengan cara yang tidak disangka-sangka”. (Ibnu Majah) 
Demikianlah, pesan yang disampaikan oleh para nabiyuallah kepada kaumnya sebagai salah 
satu solusi dari permasalahan mereka. Tentu istighfar yang dimaksud tidak hanya sekedar 
ucapan dengan lisan ―astaghfirullah‖, tetapi secara aplikatif sikap waspada, mawas diri dan 
berhati-hati dan bersikap dan berperilaku agar terhindar dari kesalahan. Dan jika terjermus ke 
dalam kemaksiatan segera sadar dan mampu bangkit dari kesalahan dengan bersungguh-sungguh 
bertaubat dalam arti menyuguhkan pengabdian dan karya yang lebih bermanfaat 
untuk umat. Allahu A‘lam. 
 Dari Ali bin Abi Thalib r.a ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 
alaihi wa Salam bersabda: 'Tidaklah seseorang melakukan dosa kemudian ia bersuci 
(berwudhu) dan shalat lalu minta ampun kepada Allah, melainkan Allah akan 
mengampuni dosanya itu, beliau lalu membacakan firman Allah (QS. Ali Imran 
135).'" (HR. at-Tirmidzi, Abi Dawud dan dihasankan oleh al-Albani)
Tuntunan Bertaubat kepada Allah SWT 
oleh Dr. Yusuf al Qaradhawi 
Keutamaan Taubat dan Orang-orang yang Bertaubat dalam al Qur'an 
Tentang dorongan dan anjuran untuk bertobat, Al Qur'an berbicara: 
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang 
mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222). 
Maka derajat apa yang lebih tinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Rabb semesta alam. 
Dalam menceritakan tentang ibadurrahman yang Allah SWT berikan kemuliaan dengan 
menisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan bagi mereka surga, di dalamnya mereka 
mendapatkan ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta mendapatkan tempat yang baik. 
Firman Allah SWT: 
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh 
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak 
berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat 
(pembalasan)dosa(nya)." (QS. Al Furqaan: 68-70.). 
Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itu mendapatkan
ampunan dari Allah SWT , hingga keburukan mereka digantikan dengan kebaikan? 
Dan dalam penjelasan tentang keluasan ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang 
yang bertaubat. Allah SWT berfirman: 
"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, 
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa 
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az- 
Zumar: 53) 
Ayat ini membukakan pintu dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan 
melakuan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah mencapai ujung langit sekalipun. Seperti 
sabda Rasulullah Saw: 
"Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke 
langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada 
kalian." (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia menghukumkannya 
sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami' Shagir - 5235) 
Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah: Allah SWT menugaskan para 
malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka serta berdo'a kepada Allah SWT agar 
Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam 
surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di 
dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah SWT berfirman: 
"(Malaikat-malaikat) yang memikul 'arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih 
memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang 
yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau 
meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan 
mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya 
Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan 
kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan istri-istri 
mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang maha Perkasa lagi 
Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang 
Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau 
anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar." (QS.Ghaafir: 7-9). 
Terdapat banyak ayat dalam Al Qur'an yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang 
yang melakukan taubat jika taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan 
berdalil pada kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak merasa 
sempit dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka 
telah demikian besar. 
Seperti dalam firman Allah SWT: 
"Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya 
dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? ." 
(QS. At-Taubah: 104) 
"Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-
kesalahan." (QS. Asy-Syuuraa: 25) 
Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: "Yang mengampuni dosa dan menerima taubat." 
(QS. Ghaafir: 3) 
Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang 
bertaubat dan melakukan amal yang saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam masalah 
pria dan wanita yang mencuri: 
"Maka barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan 
kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. 
Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39) 
"Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang 
berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah 
mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun 
lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'aam: 54) 
"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan 
kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki ( 
dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 
An-Nahl: 119) 
Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya "at-Tawwab" (Maha Penerima Taubat) 
terdapat dalam al Quran sebanyak sebelas tempat. Seperti dalam do'a Ibrahim dan Isma'il a.s.: 
"Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi Maha 
Penyayang." (QS. Al Baqarah: 128). 
Juga seperti dalan sabda Nabi Musa kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi: 
"Maka bertaubatlah kepada Tuhan Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu 
adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan 
menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang 
." (QS. Al Baqarah: 54) 
Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya: 
"Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon 
ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka 
mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64)

More Related Content

What's hot

Pesona Kenikmatan Surga
Pesona Kenikmatan SurgaPesona Kenikmatan Surga
Pesona Kenikmatan SurgaIdrus Abidin
 
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbulRisalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbulAhmad Junaidi Mohd Said
 
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)Makalah tentang taubat nasuha(pdf)
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)amienm92
 
Taubat_PAI 2010
Taubat_PAI 2010Taubat_PAI 2010
Taubat_PAI 2010apandin
 
Taubat, Mata kuliah Akhlak Tasawuf
Taubat, Mata kuliah Akhlak TasawufTaubat, Mata kuliah Akhlak Tasawuf
Taubat, Mata kuliah Akhlak Tasawufannisa berliana
 
25 dahsyatnya istighfar
25 dahsyatnya istighfar25 dahsyatnya istighfar
25 dahsyatnya istighfarcinul
 
Menjadikan dunia ladang ahkirat
Menjadikan dunia ladang ahkiratMenjadikan dunia ladang ahkirat
Menjadikan dunia ladang ahkiratHelmon Chan
 
Khutbah jumat
Khutbah jumatKhutbah jumat
Khutbah jumatApel Ijo
 
Makalah taubat dan raja
Makalah taubat dan rajaMakalah taubat dan raja
Makalah taubat dan rajaAhmad Setiawan
 
Dahsyatnya Neraka Indahnya Surga
Dahsyatnya Neraka Indahnya SurgaDahsyatnya Neraka Indahnya Surga
Dahsyatnya Neraka Indahnya SurgaLBB Primagama
 
Akhirat (surga dan neraka)
Akhirat (surga dan neraka)Akhirat (surga dan neraka)
Akhirat (surga dan neraka)Chi'onk Pemimpin
 
Lima perkara yang mengiringi lima perkara lainnya
Lima perkara yang mengiringi lima perkara lainnyaLima perkara yang mengiringi lima perkara lainnya
Lima perkara yang mengiringi lima perkara lainnya555
 

What's hot (20)

Taubat
TaubatTaubat
Taubat
 
Pesona Kenikmatan Surga
Pesona Kenikmatan SurgaPesona Kenikmatan Surga
Pesona Kenikmatan Surga
 
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbulRisalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
Risalah dakwah 034 tazkirah agar doa makbul
 
Aqidah dosa pahala dan balasan
Aqidah dosa pahala dan balasanAqidah dosa pahala dan balasan
Aqidah dosa pahala dan balasan
 
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)Makalah tentang taubat nasuha(pdf)
Makalah tentang taubat nasuha(pdf)
 
Taubat_PAI 2010
Taubat_PAI 2010Taubat_PAI 2010
Taubat_PAI 2010
 
Taubat, Mata kuliah Akhlak Tasawuf
Taubat, Mata kuliah Akhlak TasawufTaubat, Mata kuliah Akhlak Tasawuf
Taubat, Mata kuliah Akhlak Tasawuf
 
Nikmatnya surga
Nikmatnya surgaNikmatnya surga
Nikmatnya surga
 
25 dahsyatnya istighfar
25 dahsyatnya istighfar25 dahsyatnya istighfar
25 dahsyatnya istighfar
 
Ayat2 bersyukur
Ayat2 bersyukurAyat2 bersyukur
Ayat2 bersyukur
 
Menjadikan dunia ladang ahkirat
Menjadikan dunia ladang ahkiratMenjadikan dunia ladang ahkirat
Menjadikan dunia ladang ahkirat
 
Meraih maghfirah
Meraih maghfirahMeraih maghfirah
Meraih maghfirah
 
Khutbah jumat
Khutbah jumatKhutbah jumat
Khutbah jumat
 
Sakitmu Menyelamatkanmu
Sakitmu MenyelamatkanmuSakitmu Menyelamatkanmu
Sakitmu Menyelamatkanmu
 
Surga & neraka 03
Surga & neraka 03Surga & neraka 03
Surga & neraka 03
 
Surga.pptx
Surga.pptxSurga.pptx
Surga.pptx
 
Makalah taubat dan raja
Makalah taubat dan rajaMakalah taubat dan raja
Makalah taubat dan raja
 
Dahsyatnya Neraka Indahnya Surga
Dahsyatnya Neraka Indahnya SurgaDahsyatnya Neraka Indahnya Surga
Dahsyatnya Neraka Indahnya Surga
 
Akhirat (surga dan neraka)
Akhirat (surga dan neraka)Akhirat (surga dan neraka)
Akhirat (surga dan neraka)
 
Lima perkara yang mengiringi lima perkara lainnya
Lima perkara yang mengiringi lima perkara lainnyaLima perkara yang mengiringi lima perkara lainnya
Lima perkara yang mengiringi lima perkara lainnya
 

Similar to Shalat taubat

25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfar25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfarSai Nudin
 
32 manfaat dan keutamaan istighfar
32 manfaat dan keutamaan istighfar32 manfaat dan keutamaan istighfar
32 manfaat dan keutamaan istighfarErman Hidayat
 
32 manfaat dan keutamaan istighfar
32 manfaat dan keutamaan istighfar32 manfaat dan keutamaan istighfar
32 manfaat dan keutamaan istighfarAhmad Harmoko
 
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadisCara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadisNur Fuanto
 
الإخْلاص
الإخْلاصالإخْلاص
الإخْلاصSri Chandra
 
Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar dhoan Evridho
 
Akhlak Islamiyyah, Sifat-Sifat Mahmudah
Akhlak Islamiyyah, Sifat-Sifat Mahmudah Akhlak Islamiyyah, Sifat-Sifat Mahmudah
Akhlak Islamiyyah, Sifat-Sifat Mahmudah SadiqSalihoddim
 
Id agar doa di ijabah
Id agar doa di ijabahId agar doa di ijabah
Id agar doa di ijabahLoveofpeople
 
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?HildaMahfud
 
Panduan solat-taubat
Panduan solat-taubatPanduan solat-taubat
Panduan solat-taubatAri Jito
 
Ayat ayat syukur
Ayat ayat syukurAyat ayat syukur
Ayat ayat syukurHelmon Chan
 
Modul Mata Pelajaran PAI SMA Kelas XI
Modul Mata Pelajaran PAI SMA Kelas XIModul Mata Pelajaran PAI SMA Kelas XI
Modul Mata Pelajaran PAI SMA Kelas XIInsan Cendikia6f
 
Allah Mengabulkan Doa Setiap Orang
Allah Mengabulkan Doa Setiap OrangAllah Mengabulkan Doa Setiap Orang
Allah Mengabulkan Doa Setiap OrangBPPT
 

Similar to Shalat taubat (20)

Shalat taubat
Shalat  taubatShalat  taubat
Shalat taubat
 
25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfar25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfar
 
Bab 2 taubat
Bab 2 taubatBab 2 taubat
Bab 2 taubat
 
32 manfaat dan keutamaan istighfar
32 manfaat dan keutamaan istighfar32 manfaat dan keutamaan istighfar
32 manfaat dan keutamaan istighfar
 
32 manfaat dan keutamaan istighfar
32 manfaat dan keutamaan istighfar32 manfaat dan keutamaan istighfar
32 manfaat dan keutamaan istighfar
 
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadisCara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
 
الإخْلاص
الإخْلاصالإخْلاص
الإخْلاص
 
Meraih maghfirah
Meraih maghfirahMeraih maghfirah
Meraih maghfirah
 
Meraih maghfirah
Meraih maghfirahMeraih maghfirah
Meraih maghfirah
 
Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar
 
PINTU PAHALA DAN PENGHAPUS DOSA
PINTU PAHALA DAN PENGHAPUS DOSAPINTU PAHALA DAN PENGHAPUS DOSA
PINTU PAHALA DAN PENGHAPUS DOSA
 
Akhlak Islamiyyah, Sifat-Sifat Mahmudah
Akhlak Islamiyyah, Sifat-Sifat Mahmudah Akhlak Islamiyyah, Sifat-Sifat Mahmudah
Akhlak Islamiyyah, Sifat-Sifat Mahmudah
 
Id agar doa di ijabah
Id agar doa di ijabahId agar doa di ijabah
Id agar doa di ijabah
 
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?
Bagaimana kita tahu taubat kita diterima Allah?
 
Tauhid
TauhidTauhid
Tauhid
 
Panduan solat-taubat
Panduan solat-taubatPanduan solat-taubat
Panduan solat-taubat
 
Ayat ayat syukur
Ayat ayat syukurAyat ayat syukur
Ayat ayat syukur
 
Zikir dan doa
Zikir dan doaZikir dan doa
Zikir dan doa
 
Modul Mata Pelajaran PAI SMA Kelas XI
Modul Mata Pelajaran PAI SMA Kelas XIModul Mata Pelajaran PAI SMA Kelas XI
Modul Mata Pelajaran PAI SMA Kelas XI
 
Allah Mengabulkan Doa Setiap Orang
Allah Mengabulkan Doa Setiap OrangAllah Mengabulkan Doa Setiap Orang
Allah Mengabulkan Doa Setiap Orang
 

More from Helmon Chan

We believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengersWe believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengersHelmon Chan
 
Understand quran
Understand   quranUnderstand   quran
Understand quranHelmon Chan
 
The message of_islam
The message of_islamThe message of_islam
The message of_islamHelmon Chan
 
My lord i_love_you
My   lord i_love_youMy   lord i_love_you
My lord i_love_youHelmon Chan
 
Turkish Islam 08
Turkish Islam      08Turkish Islam      08
Turkish Islam 08Helmon Chan
 
Turkish Islam 09
Turkish Islam   09Turkish Islam   09
Turkish Islam 09Helmon Chan
 
Turkish Islam 10
Turkish Islam  10Turkish Islam  10
Turkish Islam 10Helmon Chan
 
Turkish Islam 15
Turkish Islam  15Turkish Islam  15
Turkish Islam 15Helmon Chan
 
Turkish Islam 16
Turkish Islam  16Turkish Islam  16
Turkish Islam 16Helmon Chan
 
Turkish Islam 17
Turkish Islam  17Turkish Islam  17
Turkish Islam 17Helmon Chan
 
Turkish Islam 18
Turkish Islam  18Turkish Islam  18
Turkish Islam 18Helmon Chan
 
Turkish Islam 03
Turkish Islam 03Turkish Islam 03
Turkish Islam 03Helmon Chan
 
Turkish Islam 02
Turkish Islam  02Turkish Islam  02
Turkish Islam 02Helmon Chan
 

More from Helmon Chan (20)

We believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengersWe believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
We believe in_all_the_prophets_and_the_messengers
 
Understand quran
Understand   quranUnderstand   quran
Understand quran
 
The message of_islam
The message of_islamThe message of_islam
The message of_islam
 
My lord i_love_you
My   lord i_love_youMy   lord i_love_you
My lord i_love_you
 
Hajj and umrah
Hajj    and  umrahHajj    and  umrah
Hajj and umrah
 
Haji and umrah
Haji   and umrahHaji   and umrah
Haji and umrah
 
Haji and umrah
Haji and umrahHaji and umrah
Haji and umrah
 
Turkish Islam 08
Turkish Islam      08Turkish Islam      08
Turkish Islam 08
 
Turkish Islam 09
Turkish Islam   09Turkish Islam   09
Turkish Islam 09
 
Turkish Islam 10
Turkish Islam  10Turkish Islam  10
Turkish Islam 10
 
Turkish Islam 15
Turkish Islam  15Turkish Islam  15
Turkish Islam 15
 
Turkish Islam 16
Turkish Islam  16Turkish Islam  16
Turkish Islam 16
 
Turkish Islam 17
Turkish Islam  17Turkish Islam  17
Turkish Islam 17
 
Turkish Islam 18
Turkish Islam  18Turkish Islam  18
Turkish Islam 18
 
Turkish Islam 03
Turkish Islam 03Turkish Islam 03
Turkish Islam 03
 
Turkish Islam 02
Turkish Islam  02Turkish Islam  02
Turkish Islam 02
 
Yoruba Islam 01
Yoruba Islam  01Yoruba Islam  01
Yoruba Islam 01
 
Yoruba Islam 03
Yoruba Islam  03Yoruba Islam  03
Yoruba Islam 03
 
Yoruba Islam 05
Yoruba Islam  05Yoruba Islam  05
Yoruba Islam 05
 
telugu islam 13
telugu  islam 13telugu  islam 13
telugu islam 13
 

Recently uploaded

PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 

Recently uploaded (20)

PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 

Shalat taubat

  • 2. Shalat Taubat adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim saat ingin bertobat terhadap kesalahan yang pernah ia lakukan. Shalat taubat dilaksanakan dua raka'at dengan waktu yang bebas kecuali pada waktu yang diharamkan untuk melakukan shalat (lihat pada shalat sunnat) Niat Shalat Niat shalat ini, sebagaimana juga shalat-shalat yang lain cukup diucapkan didalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah Ta'ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya, apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah bijaksana. Hadits terkait Hadits Rasulullah SAW terkait shalat taubat antara lain :  Dari Ali bin Abi Thalib r.a ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: 'Tidaklah seseorang melakukan dosa kemudian ia bersuci (berwudhu) dan shalat lalu minta ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuni dosanya itu, beliau lalu membacakan firman Allah (QS. Ali Imran 135).'" (HR. at-Tirmidzi, Abi Dawud dan dihasankan oleh al-Albani) Hadits Rasulullah SAW terkait shalat taubat antara lain : Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Allah dari bermaksiat kepada-Nya kepada ketaatan kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat mutlak dan taubat muqayyad (terikat). Taubat mutlak ialah bertaubat dari segala perbuatan dosa. Sedangkan taubat muqayyad ialah bertaubat dari salah satu dosa tertentu yang pernah dilakukan.
  • 3. Syarat-syarat taubat meliputi: beragama Islam, berniat ikhlas, mengakui dosa, menyesali dosa, meninggalkan perbuatan dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya, mengembalikan hak orang yang dizalimi, bertaubat sebelum nyawa berada di tenggorokan atau matahari terbit dari arah barat. Taubat adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja berbuat dosa. Karena Allah berfirman, “Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31) (lihat Syarh Ushul min Ilmil Ushul Syaikh Al ‗Utsaimin rahimahullah, tentang pembahasan isi khutbatul hajah). Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha Penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat kepada hamba-hambaNya di dalam sekian banyak ayat yang mulia. Allah ta‘ala berfirman, “Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa‘: 27) Allah ta‘ala juga berfirman, “Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana.” (QS. An Nuur: 10) Allah ta‘ala berfirman, “Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya.” (QS. An Najm: 32) Allah ta‘ala berfirman, “Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A‘raaf: 156) Oleh Karenanya, Saudaraku yang Tercinta… Pintu taubat ada di hadapanmu terbuka lebar, ia menanti kedatanganmu… Jalan orang-orang yang bertaubat telah dihamparkan. Ia merindukan pijakan kakimu… Maka ketuklah pintunya dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan pertolongan kepada Tuhanmu… Bersungguh-sungguhlah dalam menaklukkan dirimu, paksalah ia untuk tunduk dan taat kepada Tuhannya.
  • 4. Dan apabila engkau telah benar-benar bertaubat kepada Tuhanmu kemudian sesudah itu engkau terjatuh lagi di dalam maksiat, sehingga memupus taubatmu yang terdahulu, janganlah malu untuk memperbaharui taubatmu untuk kesekian kalinya. Selama maksiat itu masih berulang padamu maka teruslah bertaubat. Allah ta‘ala berfirman, “Karena sesungguhnya Dia Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang benar-benar bertaubat kepada-Nya.” (QS. Al Israa‘: 25) Allah ta‘ala juga berfirman, “Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan.” (QS. Az Zumar: 53-54) Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Seandainya kalian berbuat dosa sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat kalian.” (Shahih Ibnu Majah) Maka di manakah orang-orang yang bertaubat dan menyesali dosanya? Di manakah orang-orang yang kembali taat dan merasa takut siksa? Di manakah orang-orang yang ruku‘ dan sujud? Berbagai Keutamaan Taubat Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat ialah: Pertama: Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‗azza wa jalla. Allah ta‘ala berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222) Kedua: Taubat merupakan sebab keberuntungan.
  • 5. Allah ta‘ala berfirman “Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31) Ketiga: Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya. Allah ta‘ala berfirman “Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25) Allah ta‘ala juga berfirman “Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima Keempat: Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka. Allah ta‘ala berfirman, “Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60) Kelima: Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat. Allah ta‘ala berfirman, “Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A‘raaf: 153) Keenam: Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan. Allah ta‘ala berfirman,
  • 6. “Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al Furqaan: 68-70) Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari suatu dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani) Ketujuh: Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan. Allah ta‘ala berfirman, “Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian.” (QS. At Taubah: 3) Allah ta‘ala juga berfirman, “Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka.” (QS. At Taubah: 74) Kedelapan: Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar. Allah ta‘ala berfirman, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa‘: 146) Kesembilan: Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan. Allah ta‘ala berfirman, “Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
  • 7. Kesepuluh: Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta‘ala, “Para malaikat yang membawa „Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksa neraka.” (QS. Ghafir: 7) Kesebelas: Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak Allah ‗azza wa jalla. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta‘ala, “Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian.” (QS. An Nisaa‘: 27). Maka orang yang bertaubat berarti dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan diridhai-Nya. Kedua belas: Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu „alaihi wa sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki hewan tunggangannya di padang luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan dan minumannya sehingga ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah kembali berada di sisinya maka diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena saking gembiranya, „Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu‟, dia salah berucap karena terlalu gembira.” (HR. Muslim) Ketiga belas: Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya. Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat dosa maka di dalam hatinya ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dia meninggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka kembali bersih hatinya. Dan jika dia mengulanginya maka titik hitam itu akan ditambahkan padanya sampai menjadi pekat, itulah raan yang disebutkan Allah ta‟ala,
  • 8. “Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka akibat apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani) Oleh karena itu, saudaraku yang kucintai… Sudah sepantasnya setiap orang yang berakal untuk bersegera menggapai keutamaan dan memetik buah memikat yang dihasilkan oleh ketulusan taubat itu…, Saudaraku: Tunaikanlah taubat yang diharapkan Ilahi demi kepentinganmu sendiri Sebelum datangnya kematian dan lisan terkunci Segera lakukan taubat dan tundukkanlah jiwa Inilah harta simpanan bagi hamba yang kembali taat dan baik amalnya Tingkatan Jihad Melawan Syaitan Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: Jihad melawan syaitan itu ada dua tingkatan. Pertama, berjihad melawannya dengan cara menolak segala syubhat dan keragu-raguan yang menodai keimanan yang dilontarkannya kepada hamba. Kedua, berjihad melawannya dengan cara menolak segala keinginan yang merusak dan rayuan syahwat yang dilontarkan syaitan kepadanya. Maka tingkatan jihad yang pertama akan membuahkan keyakinan sesudahnya. Sedangkan jihad yang kedua akan membuahkan kesabaran. Allah ta‘ala berfirman, “Maka Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami karena mereka bisa bersabar dan senantiasa meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah: 24) Allah mengabarkan bahwasanya kepemimpinan dalam agama hanya bisa diperoleh dengan bekal kesabaran dan keyakinan. Kesabaran akan menolak rayuan syahwat dan keinginan-keinginan yang merusak, sedangkan dengan keyakinan berbagai syubhat dan keragu-raguan akan tersingkirkan. Washallallahu „ala Nabiyyina Muhammadin wa „ala aalihi wa shahbihi wa sallam. Wal hamdu lillaahi Rabbil „aalamiin. (disadur dari Ya Ayyuhal Muqashshir mata tatuubu, Qismul ‗Ilmi Darul Wathan dan tambahan dari sumber lain)
  • 9. Jogjakarta, 9 Rabi‘uts Tsani 1427 Hijriyah Taubat Dari Suatu Dosa Sambil Tetap Melakukan Dosa Yang Lain Dr. Yusuf al Qardhawi Di antara pertanyaan yang penting yang menuntut untuk dijawab dan dijelaskan hukumnya di sini adalah pertanyaan: apakah taubat dari suatu dosa sah, jika sambil tetap melakukan dosa yang lain? Dalam hal ini ada dua pendapat ulama, dan keduanya adalah dua riwayat dari imam Ahmad. Orang yang mengatakan di situ ada ijma‘, tidak mengetahui ikhtilaf pendapat yang terjadi, seperti an-Nawawi yang berpendapat lain dan ulama lainnya. Abu Thalib al Makki dalam kitabnya ―Qutul Qulub‖ meriwayatkan pendapat berikut ini dari beberapa ulama: orang yang telah taubat dari sembilan puluh sembilan dosa, namun ia tidak bertaubat dari satu dosa, maka ia menurut kami bukan kelompok orang yang bertaubat‖ [Qutul Qulub: 1/191] Imam Ibnu Qayyim berkata: Masalah ini pelik, dan memiliki kerumitan tersendiri. Namun perlu memilih salah satu pendapat itu dengan diperkuat oleh dalil. Mereka yang mengabsahkan taubat seperti itu berdalil bahwa keislaman seseorang jelas sah –dan keislaman itu adalah taubat dari kekafiran– meskipun ia masih tetap melakukan maksiat yang ia belum bertaubat darinya. Maka demikian pula halnya dengan taubat dari suatu dosa sambil masih tetap melaklukan dosa yag lain. Sedangkan kelompok ulama yang lain berkata: keislaman itu lain masalahnya dari yang lain, karena kekuatannya, serta keislaman itu dapat terjadi –dengan keislaman kedua orang tuanya atau salah satunya– bagi anak kecil.
  • 10. Sementara kelompok ulama yang lain lagi berdalil, bahwa taubat itu adalah kembali kepada Allah SWT dari melanggar aturan-Nya menuju ketaatan-Nya. Maka bagaimana ia dapat dikatakan kembali jika ia hanya taubat dari satu dosa, sementara masih terus melakukan seribu dosa lainnya? Mereka berkata: Allah SWT tidak menghukum orang yang telah bertaubat karena orang itu telah kembali kepada ketaatan dan penghambaanNya, serta telah taubat dengan taubat nasuha. Sedangkan orang yang masih terus melakukan dosa lain yang sejenisnya –atau malah lebih besar lagi– tidak dapat dikatakan telah kembali kepada ketaatan, dan tidak pula telah taubat dengan taubat nasuha. Mereka berkata: karena orang yang bertaubat kepada Allah SWT, darinya telah hilang cap ―pelaku maksiat‖, seperti orang kafir ketika ia masuk Islam yang hilang cap ―kafir‖ itu darinya. Sedangkan orang yang tetap melakukan dosa lain selain dosa yang ia mintakan taubat itu, maka cap ―maksiat‖ masih tetap melekat padanya, sehingga taubatnya tidak sah. Rahasia masalah ini adalah: taubat itu memiliki macam-macam bagian, seperti kemaksiatan, sehingga ia dapat taubat dari satu segi, tidak pada segi lainnya, seperti antara keimanan dengan keislaman Pendapat yang kuat adalah: taubat itu dipecah-pecah, seperti perbedaan dalam pelaksanaannya. Demikian juga dalam jumlahnya. Maka jika seorang hamba telah menjalankan suatu kewajiban dan meninggalkan kewajiban yang lain, ia akan menerima hukuman atas yang ditinggalkan itu tidak atas kewajiban yang telah dilakukannya. Demikian juga halnya orang yang telah bertaubat dari satu dosa dan tetap melakukan dosa yang lain. Karena taubat adalah kewajiban dari dua dosa. Maka ia telah melakukan satu dari dua kewajiban dan meninggalkan yang lain. Sehingga apa yang ditinggalkannya tidak membuat batal apa yang telah dikerjakannya. Seperti orang yang tidak melaksanakan hajji, namun menjalankan shalat, puasa dan zakat. Kelompok yang lain berkata: taubat adalah satu pekerjaan. Maknanya adalah meninggalkan apa yang dibenci oleh Allah SWT serta menyesal dari perbuatannya yang buruk, dan kembali kepada ketaatan kepada Allah SWT. Maka jika ia tidak melengkapinya, taubatnya itu tidak sah, karena ia adalah satu kesatuan ibadah. Maka melaksanakan sebagian taubat sementara meninggalkan taubat yang lain adalah seperti orang yang melakukan sebagian ibadah dan meninggalkan bagian lainnya. Dan ikatan bagian-bagian suatu ibadah satu sama lain lebih kuat dari ikatan ibadah-ibadah yang bermacam-macam, satu sama lain. Dan kelompok yang berpendapat lain berkata: setiap dosa memiliki taubat yang khusus baginya, dan taubat itu wajib dilakukannya. Namun taubat itu tidak berkaitan dengan taubat dari perbuatan lainnya. Seperti tidak ada kaitan antara satu dosa dengan dosa lainnya. Ibnu Qayyim berkata: menurutku dalam masalah ini adalah: suatu taubat atas suatu dosa tidak sah jika orang itu tetap menjalankan dosa lainnya yang sejenis. Sedangkan taubat dari satu dosa sambil masih melakukan dosa lain yang tidak mempunyai hubungan dengan dosa pertama, juga bukan dari jenisnya, taubat itu sah. Seperti orang yang bertaubat dari riba, dan belum bertaubat dari meminum khamar misalnya. Karena taubatnya dari riba adalah sah. Sedangkan orang yang bertaubat dari riba fadhl, kemudian ia tidak bertaubat dari riba nasi‘ah dan terus menjalankan riba ini, atau sebaliknya, atau orang yang taubat dari menggunakan obat bius dan ia masih tetap minum minuman keras, atau sebaliknya, maka taubatnya ini tidak sah. Ini adalah seperti orang yang bertaubat dari berzina dengan seorang wanita, namun
  • 11. ia masih tetap berzina dengan wanita-wanita lainnya, maka tidak sah taubatnnya. Demikian juga orang yang bertaubat dari meminum juice anggur yang memambukkan, namun ia masih terus meminum minuman lainnya yang memabukkan juga, maka orang ini sebetulnya belum bertaubat. Namun ia hanya bnerpindah dari satu macam ke macam lainnya. Berbeda dengan orang yang meninggalkan satu jenis maksiat, sambil menjalankan maksiat jenis lainnya. Karena dosanya lebih ringan, atau karena dorongannya baginya lebih kuat, serta kekuatan syahwat untuk melakukan itu amat kuat baginya atau juga faktor-faktor yang mendorongnya untuk terus melakukan itu masih tetap ada, tidak perlu dicari. Berbeda dengan maksiat yang butuh dicari dahulu perangkatnya untuk mengerjakannnya, atau juga karena teman-temannya memilikinya, dan mereka tidak membiarkannhya untuk bertaubat darinya, dan ia memiliki kehormatan di hadapan mereka, maka jiwanya tidak membiarkannya untuk merusak penghormatan mereka atasnya itu dengan melakukan taubat [Madarij Salikin: 1/273- 275] Pendapat yang aku pilih dalam masalah ini adalah: seluruh orang yang bertaubat dari suatu dosa dengan taubat yang benar, maka diharapkan Allah SWT menerima taubatnya, dari dosa itu. Meskipun ia masih terus menjalankan dosa yang lain. Barangsiapa yang bertaubat dari perbuatan kaum Luth (homoseksual) dengan benar, niscaya Allah SWT akan menerima taubatnya, meskipun ia masih berat untuk bertaubat dari zina. Orang yang bertaubat dari riba nasi‘ah, maka Allah SWT akan menerima tabatnya, meskipun ia masih menjalankan riba fadhl. Atau ia taubat dari ghibah (menceritakan keburukan orang) dan namimah (mengadu domba), meskipun ia masih sering menghina orang, berbohong ketika bicara atau dosa lidah lainnya. Taubat itu sah karena taubat pada dasarnya adalah hasanah (kebaikan), bahkan kebaikan yang besar. Allah SWT berfirman: ―Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar‖ [an Nisa: 40] Kemudian Allah SWT berjanji akan menerima taubat hamba-hamba-Nya secara umum. Dan tidak mengkhususkan satu dosa dari dosa lainnya. Seperti dalam firman Allah SWT: ―Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan‖ [QS. asy-Syuura: 25]. Orang ini telah bertaubat dari dosanya, dan ia berhak untuk diterima taubatnya oleh Allah SWT dan dimaafkan. Kemudian ini cocok dengan keluasan rahmat dan maghfirah Allah SWT yang mencakup seluruh orang yang berdosa dan seluruh orang yuang bertaubat. Seperti firman Allah SWT: ―Sesungguhnya Allah SWT mengampuni dosa-dosa seluruhnya‖. Kemudian itu juga akan mengobati kelemahan manusia, dan menuntunnya secara bertahap, dan membuka kesempatan baginya meningkat setahap demi setahap. Sehingga ia dapat meninggalkan maksiat sedikit demi sedikit, dan dari satu fase ke fase selanjutnya. Hingga
  • 12. pada akhirnya Allah SWT memberikan hidayah kepadanya untuk meninggalkan seluruh kemaksiatan itu. Dalam hadits sahih disabdakan: ―Kalian diutus hanya untuk memberi kemudahan dan tidaklah kalian diutus untuk membuat kesulitan‖. Pendapat yang mengatakan diterimanya taubat seseorang yang taubat ketika ia masih berbuat dosa lagi, dan ia kemudian kembali bertaubat, didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda: ―Seorang hamba melakukan dosa, dan berdo‘a: Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa maka ampunilah aku. Tuhannya berfirman: hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Aku ampuni hamba-Ku itu. Kemudian waktu berjalan dan orang itu tetap seperti itu hingga masa yang ditentukan Allah SWT, hingga orang itu kembali melakukan dosa yang lain. Orang itupun kembali berdo‘a: Ya Tuhanku, aku kembali melakukan dosa, maka ampunilah dosaku. Allah SWT berfirman: Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan menghapus dosanya, maka Aku ampuni hamba-Ku itu. Kemudian ia terus dalam keadaan demikian selama masa yang ditentukan Allah SWT, hingga akhirnya ia kembali melakukan dosa. Dan ia berdo‘a: Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa, maka ampunilah daku. Allah SWT berfirman: Hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan menghapus dosanya. Maka Aku telah berikan ampunan kepada hamba-Ku, (diulang tiga kali) dan silahkan ia melakukan apa yang ia mau‖ [Hadits Muttafaq alaih: lihat: al Lu'lu wa al Marjan (1754) dan lihatlah: Fathul Bari juz 13 hal. 46 dan setelahnya]. Al Qurthubi berkata dalam kitabnya ―al Mufhim fi syarhi Muslim‖: Hadits ini menunjukkan kebesaran faedah istighfar, dan keagungan nikmat Allah SWT, keluasan rahmat-Nya serta sifat pemaaf dan pemurah-Nya. Namun istighfar ini adalah permohonan taubat yang maknanya tertanam dalam hati sambil diiringi dengan ucapan lidah, sehingga ia tidak lagi menjalankan dosa itu, dan ia merasa menyesal atas perbuatan masa lalunya. Sehingga itu adalah ungkapan praktekal atas taubat. Seperti dikatakan oleh hadits: orang yang paling baik dari kalian adalah setiap orang yang terfitnah (sehingga melakukan dosa) dan sering bertaubat‖. Maknanya: yaitu orang yang terulang dosanya dan mengulang taubatnya. Setiap kali ia jatuh dalam dosa ia mengulang taubatnya. Bukan orang yang berkata dengan lidahnya: aku ber istighfar kepada Allah SWT, namun hatinya masih terus ingin menjalankan maksiat itu. Inilah istighfar yang masih membutuhkan kepada istighfar lagi! Al Hafizh ibnu Hajar berkata dalam kitab Fathul Bari ketika memberi komentar atas hadits itu, sebagai berikut: hal ini diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dari hadits Ibnu Abbas secara marfu‘: ―Orang yang bertaubat adalah seperti orang yang tidak mempunyai dosa, dan orang yang meminta ampunan dari dosa, sementara ia masih tetap melakukan dosa, adalah seperti orang yang mengejek Tuhannya‖. Ia berkata: yang rajih adalah: redaksi dari ―wal mustaghfir… hingga akhirnya, adalah mauquf. Atau dari perkataan Ibnu Abbas, bukan hadits Nabi. Yang pertama menurut Ibnu Majah dan Thabrani, dari hadits Ibnu Mas‘ud. Dan sanadnya hasan.
  • 13. Al Qurthubi berkata: faedah hadits ini adalah: kembali berbuat dosa adalah lebih buruk dari ketika pertama kali melakukan dosa itu, karena dengan kembali berdosa itu ia berarti melanggar taubatnya. Tapi kembali melakuian taubat adalah lebih baik dari taubatnya yang pertama, karena ia berarti terus meminta kepada Allah SWT Yang Maha Pemurah, terus meminta kepada-Nya, dan mengakui bahwa tidak ada yang dapat memberikan taubat selain Allah SWT. Imam an Nawawi berkata: dalam hadits itu, suatu dosa –meskipun telah terulang sebanyak seratus kali atau malah seribu dan lebih– jika orang itu bertaubat dalam setiap kali melakukan dosa– niscaya taubatnya diterima, atau juga ia bertaubat dari seluruh dosa itu dengan satu taubat, maka taubatnya juga sah. Dan redaksi: ―perbuatlah apa yang engkau mau‖ — atau ―Maka silakan ia berbuat apa yang ia mau‖ – maknanya: selama engkau masih melakukan dosa maka bertaubatlah, niscaya Aku akan ampuni dosamu‖ [Lihat: Fathul Bari: 14/ 471. Cetakan: Darul Fikr al Mushawirah An Salafiyah] Benar, taubat yang sempurna adalah taubat dari seluruh dosa. Dan itulah yang akan membawa kepada keberuntungan yang disinyalir dalam firman Allah SWT: ―Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung‖ [QS. an-Nur: 31] Taubat seperti itulah yang akan menghapus seluruh keburukan, dan menghilangkan seluruh dosa, dan orangnya akan masuk dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari Allah SWT tidak mengcewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Inilah yang akan menarik cinta Allah SWT kepadanya, juga kesenangan dan senyum-Nya terhadap mereka. Juga taubat yang sempurna adalah taubat yang tidak hanya mencegah orang itu untuk kembali melakukan maksiat saja, namun ia adalah taubat yang mendorongnya untuk melakukan ketaatan, menjalankan perbuatan yang saleh, serta mematuhi hukum-hukum syari‘ah dan adab-adabnya, secara zahir dan bathin, antara dia dengan Rabbnya, antara dirinya dengan dirinya sendiri, serta antara dirinya dengan seluruh makhluk. Sehingga ia dapat mencapai keberuntungan di dunia dan akhirat, dan mendapatkan kemenangan surga serta selamat dari neraka. Oleh karena itu, kita harus membedakan antara taubat yang menyeluruh yang akan mengantarkan orang itu kepada kemenangan mendapatkan surga dan selamat dari neraka, dengan taubat yang parsial yang memberikan keuntungan kepada orang yang taubat itu serta membebaskannya dari suatu dosa tertentu, meskipun ia tetap terikat dengan dosa yang lain. Kedua macam taubat itu mempunyai ketentuan hukumnya masing-masing. sumber: http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Taubat/index.html Difailkan dalam: Agama,Kuliah, Tazkirah
  • 14. Taubat Sejati Oleh: Muhammad Nuh Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jalan setapak yang becek di tepian sungai nan jernih. Kadang orang tak sadar kalau lumpur yang melekat di kaki, tangan, badan, dan mungkin kepala bisa dibersihkan dengan air sungai tersebut. Boleh jadi, kesadaran itu sengaja ditunda hingga tujuan tercapai. Tak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Selalu saja ada debu-debu lalai yang melekat. Sedemikian lembutnya, terlekatnya debu kerap berlarut-larut tanpa terasa. Di luar dugaan, debu sudah berubah menjadi kotoran pekat yang menutup hampir seluruh tubuh. Itulah keadaan yang kerap melekat pada diri manusia. Diamnya seorang manusia saja bisa memunculkan salah dan dosa. Terlebih ketika peran sudah merambah banyak sisi: keluarga, masyarakat, tempat kerja, organisasi, dan pergaulan sesama teman. Setidaknya, akan ada gesekan atau kekeliruan yang mungkin teranggap kecil, tapi berdampak besar.
  • 15. Belum lagi ketika kekeliruan tidak lagi bersinggungan secara horisontal atau sesama manusia. Melainkan sudah mulai menyentuh pada kebijakan dan keadilan Allah swt. Kekeliruan jenis ini mungkin saja tercetus tanpa sadar, terkesan ringan tanpa dosa; padahal punya delik besar di sisi Allah swt. Rasulullah saw. pernah menyampaikan nasihat tersebut melalui Abu Hurairah r.a. ―Segeralah melalukan amal saleh. Akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita. Ketika itu, seorang beriman di pagi hari, tiba-tiba kafir di sore hari. Beriman di sore hari, tiba-tiba kafir di pagi hari. Mereka menukar agama karena sedikit keuntungan dunia.‖ (HR. Muslim) Saatnyalah seseorang merenungi diri untuk senantiasa minta ampunan Allah swt. Menyadari bahwa siapa pun yang bernama manusia punya kelemahan, kekhilafan. Dan istighfar atau permohonan ampunan bukan sesuatu yang musiman dan jarang-jarang. Harus terbangun taubat yang sungguh-sungguh. Secara bahasa, taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah swt. dan diajarkan Rasulullah saw. Taubat merupakan upaya seorang hamba menyesali dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini. Rasulullah saw. pernah ditanya seorang sahabat, ―Apakah penyesalan itu taubat?‖ Rasulullah saw. menjawab, ―Ya.‖ (HR. Ibnu Majah) Amr bin Ala pernah mengatakan, ―Taubat nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu mencintainya.‖ Taubat dari segala kesalahan tidak membuat seorang manusia terhina di hadapan Tuhannya. Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Karena Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. ―Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.‖ (QS. Al-Baqarah: 222) Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara. Pintu taubat selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari. ―Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat.‖ Karena itu, merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan dirinya terus-menerus melampaui batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka. Dan sungguh, Allah akan mengampuni dosa-dosa semuanya karena Dialah yang Maha Pengampun lagi Penyayang. Orang yang mengulur-ulur saatnya bertaubat tergolong sebagai Al-Musawwif. Orang model ini selalu mengatakan, ―Besok saya akan taubat.‖ Ibnu Abas r.a. meriwayatkan, berkata Nabi saw. ―Binasalah orang-orang yang melambat-lambatkan taubat (musawwifuun).‖ Dalam surat Al-Hujurat ayat 21, Allah swt. berfirman, ―Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim.― Abu Bakar pernah mendengar ucapan Rasulullah saw., ―Iblis berkata, aku hancurkan manusia dengan dosa-dosa dan dengan bermacam-macam perbuatan durhaka. Sementara mereka menghancurkan aku dengan Laa ilaaha illaahu dan istighfar. Tatkala aku mengetahui yang
  • 16. demikian itu aku hancurkan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira dirinya berpetunjuk.‖ Namun, taubat seorang hamba Allah tidak cuma sekadar taubat. Bukan taubat kambuhan yang sangat bergantung pada cuaca hidup. Pagi taubat, sore maksiat. Sore taubat, pagi maksiat. Sedikit rezeki langsung taubat. Banyak rezeki kembali maksiat. Taubat yang selayaknya dilakukan seorang hamba Allah yang ikhlas adalah dengan taubat yang tidak setengah-setengah. Benar-benar sebagai taubat nasuha, atau taubat yang sungguh-sungguh. Karena itu, ada syarat buat taubat nasuha. Antara lain, segera meninggalkan dosa dan maksiat, menyesali dengan penuh kesadaran segala dosa dan maksiat yang telah dilakukan, bertekad untuk tidak akan mengulangi dosa. Selain itu, para ulama menambahkan syarat lain. Selain bersih dari kebiasaan dosa, orang yang bertaubat mesti mengembalikan hak-hak orang yang pernah dizalimi. Ia juga bersegera menunaikan semua kewajiban-kewajibannya terhadap Allah swt. Bahkan, membersihkan segala lemak dan daging yang tumbuh di dalam dirinya dari barang yang haram dengan senantiasa melakukan ibadah dan mujahadah. Hanya Alahlah yang tahu, apakah benar seseorang telah taubat dengan sungguh-sungguh. Manusia hanya bisa melihat dan merasakan dampak dari orang-orang yang taubat. Benarkah ia sudah meminta maaf, mengembalikan hak-hak orang yang pernah terzalimi, membangun kehidupan baru yang Islami, dan hal-hal baik lain. Atau, taubat hanya hiasan bibir yang terucap tanpa beban. Hidup memang seperti menelusuri jalan setapak yang berlumpur dan licin. Segeralah mencuci kaki ketika kotoran mulai melekat. Agar risiko jatuh berpeluang kecil. Dan berhati-hatilah, karena tak selamanya jalan mendatar Definisi taubat menurut bahasa diambil dari kata ―at-taubah‖ bentuk ―isim masdar‖ berarti ar-rujuu‘ (kembali). Sedangkan menurut istilah, taubat adalah kembali dari kondisi jauh dari Allah swt menuju kedekatan kepada-Nya. Atau : pengakuan atas dosa, penyesalan, berhenti, dan tekad untuk tidak mengulanginya kembali di masa yang akan datang. Mengapa kita harus bertaubat? Pertama, karena manusia pasti berdosa. Karena dosa adalah penghalang antara kita dan Sang Kekasih (Allah swt), maka lari dari hal yang membuat kita jauh dari-Nya adalah kemestian. Dosa pasti membawa kehancuran cepat atau lambat, maka mereka yang berakal sehat pasti segera menjauh darinya.
  • 17. Jika ada manusia yang tidak melakukan dosa, pasti ia pernah berkeinginan untuk melakukannya. Jika ada orang yang tidak pernah berkeinginan melakukan dosa, pasti ia pernah lalai dari mengingat Allah. Jika ada orang yang tidak pernah lalai mengingat Allah, pastilah ia tidak akan mampu memberikan hak Allah sepenuhnya. Semua itu adalah kekurangan yang harus ditutupi dengan taubat. Kedua, karena Allah swt memerintahkan kita bertaubat, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” At Tahrim:8 “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” An Nuur:31 “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” Hud:3 Ketiga, karena Allah mencintai orang yang bertaubat, “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” Al Baqarah:222 Keempat, karena Rasulullah saw senantiasa bertaubat Padahal beliau seorang nabi yang ma‘shum (terjaga dari dosa). Beliau bersabda : “Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari). Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa beliau beristighfar seratus kali dalam sehari.
  • 18. Syarat-Syarat Taubat 1. Penyesalan dari dosa karena Allah. 2. Berhenti melakukannya. 3. Bertekad untuk tidak mengulanginya di masa datang. 4. Dilakukan sebelum nyawa sampai di tenggorokan ketika sakaratul maut, atau sebelum matahari terbit dari barat. 5. Jika dosa berkaitan dengan sesama manusia, maka syaratnya bertambah satu: melunasi hak orang tersebut, atau meminta kerelaannya, atau memperbanyak amal kebaikan. Dosa Kecil Menjadi Besar di Sisi Allah Pertama, jika dilakukan terus menerus, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.” Ali Imran:135 Dosa besar yang hanya dilakukan sekali lebih bisa diharapkan pengampunannya dari pada dosa kecil yang dilakukan terus menerus. Kedua, jika seorang hamba meremehkannya. Setiap kali seorang hamba menganggap besar sebuah dosa niscaya akan kecil di sisi Allah, dan setiap kali ia menganggap remeh sebuah dosa niscaya akan menjadi besar di sisi-Nya. Abdullah bin Mas‘ud ra berkata : “Seorang mukmin memandang dosanya bagaikan gunung yang akan runtuh menimpa dirinya, sedangkan seorang pendosa menganggap dosanya seperti seekor lalat yang menclok di hidungnya, cukup diusir dengan tangannya.” (Bukhari- Muslim). Bilal bin Sa‘ad rahimahullah berkata : “Jangan kamu memandang kecilnya dosa, tapi lihatlah kepada siapa kamu berbuat dosa itu” Ketiga, jika dilakukan dengan bangga atau minta dipuji, Seperti seseorang yang mengatakan : ―Lihat, bagaimana hebatnya saya mempermalukan orang itu di depan umum!?‖ Atau seperti ucapan seorang pedagang : ―Lihat, bagaimana saya bisa menipu pembeli itu!?‖ Keempat, jika seseorang melakukan dosa tanpa diketahui orang lain lalu ia menceritakannya dengan bangga kepada orang lain. Rasulullah saw bersabda : “Setiap ummatku selamat kecuali orang-orang yang terang-terangan berlaku dosa. Dan diantara perbuatan terang-terangan melakukan dosa ialah jika seseorang berdosa di malam hari sementara Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi hari ia merobek tirai penutup itu sambil berkata : “Hai Fulan, semalam aku melakukan ini dan itu.” (Bukhari-Muslim).
  • 19. Kelima, jika yang melakukannya seorang alim yang menjadi panutan. Karena apa yang ia lakukan dicontoh oleh orang lain. Ketika ia melakukan dosa, maka ia juga mendapatkan dosa orang yang mencontohnya. Rasulullah bersabda : “…dan barang siapa memberi contoh keburukan dalam Islam maka baginya dosa perbuatan itu dan juga dosa orang yang mencontohnya setelah itu tanpa dikurangi sedikitpun dosa itu dari pelakunya.” (Muslim). Jangan Menunda-Nunda Taubat Bersegera bertaubat hanya dilakukan oleh mereka yang berakal sehat. Orang-orang yang menunda taubat ibarat seseorang yang ingin mencabut pohon yang mengganggu, namun karena merasa sulit mencabutnya ia menundanya hingga esok atau lusa, atau minggu depan, atau … tanpa ia sadari bahwa semakin hari akar pohon itu makin menghunjam di tanah, sedangkan ia semakin tua dan lemah. Jangan menunda-nunda taubat karena mengandalkan rahmat dan ampunan Allah swt. Orang seperti itu ibarat seorang laki-laki yang menghabiskan seluruh hartanya dengan sia-sia dan meninggalkan keluarganya dalam kefakiran, lalu ia mengharapkan harta karun datang kepadanya tanpa bekerja. Mungkin harta karun itu ada, tapi orang ini jelas kurang sehat akalnya. Mengapa kita dapat berpikir logis dalam masalah keduniaan namun tidak demikian dalam urusan akhirat? Allahu a‘lam Istighfar, Pesan Para Nabi Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA ―Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat‖. (Hud: 3) Surat Hud yang pernah membuat Abu bakar terkejut saat melihat rambut Rasulullah saw beruban yang dijawab oleh Rasulullah dengan sabdanya, ―Surat Hud dan saudara2nya telah membuat rambutku beruban‖, ternyata sarat dengan perintah beristighfar yang disampaikan melalui lisan para nabiyuLlah dari Hud as, sholih dan syu‘aib as. Tercatat ada empat ayat di dalam surat ini yang menyebut perintah beristighfar, yaitu pertama ayat 3 di atas, ayat 52, 61, dan 90. Bahkan yang menarik, bahwa secara korelatif, perintah beristighfar pada ayat-ayat tersebut diawali dengan perintah menyembah dan mengabdi semata-mata kepada Allah, seperti dalam surat Hud: 2 misalnya, ―Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya‖ (Hud: 2).
  • 20. Betapa tinggi nilai perintah beristighfar sehingga selalu berdampingan dengan perintah beribadah kepadanya. Sehingga merupakan satu kewajiban sekaligus kebutuhan seorang hamba kepada Allah swt karena secara fithrah memang manusia tidak akan bisa mengelak dari melakukan dosa dan kesalahan sepanjang hidupnya. Peluang ampunan ini merupakan anugerah rahmat yang terbesar bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Terkait dengan hal ini, kebiasaan beristighfar mereflesikan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya dan pengakuan akan Ke-Maha Pengampunan Allah swt. Istighfar juga merupakan cermin dari sebuah akidah yang mantap akan kesediaan Allah membuka pintu ampunannya sepanjang siang dan malam. Rasulullah bersabda, ―Sesungguhnya Allah senantiasa membuka tanganNya di siang hari untuk memberi ampunan kepada hambaNya yang melakukan dosa di malam hari, begitu pula Allah swt senatiasa membuka tangan-Nya di malam hari untuk memberi ampunan bagi hamba-Nya yang melakukan dosa di siang hari‖. Catatan lain yang bisa dikaji adalah bahwa perintah beristighfar di dalam Al-Qur‘an juga selalu beriringan dengan perintah bertaubat,‖ Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir mengemukakan rahasia penggabungan perintah beristighfar dan bertaubat pada kebanyakan ayat-ayat Al-Qur‘an bahwa tidak ada jalan untuk meraih ampunan Allah swt melainkan dengan menunjukkan perilaku dan sikap ―taubat‖ yang diimplementasikan dengan penyesalan akan kesalahan masa lalu, melepas ikatan-ikatan (jaringan) kemaksiatan dalam segala bentuk dan sarananya serta tekad yang tulus dan jujur untuk tidak mengulangi kembali perbuatan-perbuatan dosa di masa yang akan datang. Dalam kaitan ini, taubat merupakan penyempurna dari istighfar seseorang agar diterima oleh Allah swt. Secara aplikatif, kebiasaan beristighfar sudah dicotohkan oleh Rasulullah saw. Tercatat dalam sebuat riwayat Imam Muslim bahwa Rasulullah (memberi pelajaran kepada umatnya) senantiasa beristighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali. Bahkan di riwayat Imam Bukhari beliau beristighfar setiap hari lebih dari 100 kali (Bukhari Muslim). Pelajaran yang diambil dari prilaku Rasulullah ini adalah bahwa beristighfar tidak harus menunggu setelah melakukan kesalahan, tetapi bagaimana hendaknya aktifitas ini berlangsung senantiasa menghiasi kehidupan sehari-hari kita tanpa terkecuali. Para malaikat yang jelas tidak pernah melanggar perintah Allah justru senantiasa beristighfar memohon ampunan untuk orang-orang yang beriman sebagai sebuah pelajaran yang berharga bagi setiap hamba Allah yang beriman, ―(Malaikat-malaikat) yang memikul „Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala‖. (Al-Mu‘min: 7) Berdasarkan kajian terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang istighfar, paling tidak terdapat empat keutamaan dan nilai dari amaliah istighfar dalam kehidupan seorang muslim: 1. Istighfar merupakan cermin akan kesadaran diri orang-orang yang bertakwa. ―Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui‖. (Ali Imran: 135)
  • 21. 2. Istighfar merupakan sumber kekuatan umat. Kaum nabi Hud yang dikenal dengan kekuatan mereka yang luar biasa, masih diperintahkan oleh nabi mereka agar senantiasa beristighfar untuk menambah kekuatan mereka. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (Hud: 52). Bahkan Rasulullah dalam salah satu haditsnya menegaskan bahwa eksistensi sebuah umat ditentukan diantaranya dengan kesadaran mereka untuk selalu beristighfar, sehingga bukan merupakan aib dan tidak merugi orang-orang yang bersalah lantas ia menyadari kesalahannya dengan beristighfar memohon ampunan kepada Allah swt. 3. Istighfar dapat menolak bencana dan menjadi salah satu sarana turunnya keberkahan dan rahmat Allah swt. Ibnu Katsir ketika menafasirkan surat Al-Anfal: 33 “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” menukil riwayat dari Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda, ―Allah telah menurunkan kepadaku dua pengaman atau penyelemat bagi umat dari azab dan bencana, yaitu keberadaanku dan istighfar. Maka ketika aku telah tiada, masih tersisa satu pengaman hingga hari kiamat, yaitu istighfar‖. Bahkan Ibnu Abbas menuturkan bahwa ungkapan istighfar meskipun keluar dari pelaku maksiat dapat mencegah dari beberapa kejahatan dan bahaya. 4. Istighfar akan memudahkan urusan seseorang, memudahkan jalan mencari rizki dan memelihara seseorang. Dalam konteks ini, Ibnu katsir menafsirkan suarat Hud : 52 dengan menukil hadits Rasulullah saw yang bersabda, “Barangsiapa yang mampu mulazamah atau kontinyu dalam beristighfar, maka Allah akan menganugerahkan kebahagiaan dari setiap duka dan kesedihan yang menimpanya, memberi jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberi rizki dengan cara yang tidak disangka-sangka”. (Ibnu Majah) Demikianlah, pesan yang disampaikan oleh para nabiyuallah kepada kaumnya sebagai salah satu solusi dari permasalahan mereka. Tentu istighfar yang dimaksud tidak hanya sekedar ucapan dengan lisan ―astaghfirullah‖, tetapi secara aplikatif sikap waspada, mawas diri dan berhati-hati dan bersikap dan berperilaku agar terhindar dari kesalahan. Dan jika terjermus ke dalam kemaksiatan segera sadar dan mampu bangkit dari kesalahan dengan bersungguh-sungguh bertaubat dalam arti menyuguhkan pengabdian dan karya yang lebih bermanfaat untuk umat. Allahu A‘lam.  Dari Ali bin Abi Thalib r.a ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: 'Tidaklah seseorang melakukan dosa kemudian ia bersuci (berwudhu) dan shalat lalu minta ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuni dosanya itu, beliau lalu membacakan firman Allah (QS. Ali Imran 135).'" (HR. at-Tirmidzi, Abi Dawud dan dihasankan oleh al-Albani)
  • 22. Tuntunan Bertaubat kepada Allah SWT oleh Dr. Yusuf al Qaradhawi Keutamaan Taubat dan Orang-orang yang Bertaubat dalam al Qur'an Tentang dorongan dan anjuran untuk bertobat, Al Qur'an berbicara: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222). Maka derajat apa yang lebih tinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Rabb semesta alam. Dalam menceritakan tentang ibadurrahman yang Allah SWT berikan kemuliaan dengan menisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan bagi mereka surga, di dalamnya mereka mendapatkan ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta mendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT: "Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)dosa(nya)." (QS. Al Furqaan: 68-70.). Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itu mendapatkan
  • 23. ampunan dari Allah SWT , hingga keburukan mereka digantikan dengan kebaikan? Dan dalam penjelasan tentang keluasan ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat. Allah SWT berfirman: "Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az- Zumar: 53) Ayat ini membukakan pintu dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan melakuan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasulullah Saw: "Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada kalian." (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami' Shagir - 5235) Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah: Allah SWT menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka serta berdo'a kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah SWT berfirman: "(Malaikat-malaikat) yang memikul 'arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar." (QS.Ghaafir: 7-9). Terdapat banyak ayat dalam Al Qur'an yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang yang melakukan taubat jika taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak merasa sempit dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar. Seperti dalam firman Allah SWT: "Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? ." (QS. At-Taubah: 104) "Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-
  • 24. kesalahan." (QS. Asy-Syuuraa: 25) Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: "Yang mengampuni dosa dan menerima taubat." (QS. Ghaafir: 3) Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan amal yang saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam masalah pria dan wanita yang mencuri: "Maka barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39) "Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'aam: 54) "Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki ( dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nahl: 119) Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya "at-Tawwab" (Maha Penerima Taubat) terdapat dalam al Quran sebanyak sebelas tempat. Seperti dalam do'a Ibrahim dan Isma'il a.s.: "Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Baqarah: 128). Juga seperti dalan sabda Nabi Musa kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi: "Maka bertaubatlah kepada Tuhan Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang ." (QS. Al Baqarah: 54) Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya: "Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64)