SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PERILAKU
ASERTIF DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI
SMA N 1 NGAGLIK
ARTIKEL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Melisa Briliant Putri
NIM 07104244089
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
APRIL 2013
Hal. ii
Hal. 1
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU
AGRESIF SISWA KELAS XI SMA N I NGAGLIK
Correlation Between Emotional Intelegence and Assertive Behaviour with Aggresive
Behaviour of the Students of Class XI in SMA 1 Ngaglik
Oleh: Melisa Briliant Putri, program studi psikologi pendidikan dan bimbingan/
bimbingan dan konseling.
mellbriliant@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dan
perilaku asertif dengan perilaku agresif siswa kelas XI SMA N 1 Ngaglik. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional. Penelitian ini memiliki
sampel 73 siswa kelas XI SMA N 1 Ngaglik dari populasi 288 siswa, dengan metode
simple random sampling. Metode pengumpulan berbentuk skala. Menggunakan teknik
analisis non parametrik dengan uji Kendall’s Tau Rank Correlation. Hasil penelitian
menunjukkan: Pertama, terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan
perilaku agresif, dibuktikan rx1y -0,636 dengan signifikansi 0,000 berarti semakin rendah
kecerdasan emosi maka semakin tinggi perilaku agresif dan begitupun sebaliknya.
Kedua, terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dengan perilaku agresif,
dibuktikan rx2y -0,458 dengan signifikansi 0,000 berarti semakin rendah perilaku asertif
maka semakin tinggi perilaku agresif dan begitupun sebaliknya. Ketiga, hasil analisis
menunjukkan bahwa kecerdasan emosi dan perilaku asertif bersama-sama memiliki
hubungan negatif dan signifikan dengan perilaku agresif, berarti semakin rendah
kecerdasan emosi dan perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku agresif dan
begitupun sebaliknya.
Kata kunci : kecerdasan emosi, perilaku asertif, perilaku agresif.
Abstract
This study is aimed to find the correlation between emotional intellegence and
assertive behaviour with aggresive behaviour students of class XI in SMA N 1 Ngaglik.
This study used the quantitative approach with correlational. The subjects of the study
are 73 students from 228 students from class XI in SMA N 1 Ngaglik, using the simple
random sampling method. The scale-type data collection methods. Technic used was
non parametric using Kendall’s Tau Rank Correlation. The result of the study shows: (1)
there is a negative correlation between emotional intellegence with aggresive
behaviour, proven with rx1y -0.636 with significant 0.000, means that there is a negative
correlation and significance between emotional intellegence and aggresive behaviour.
(2) There is a negative correlation and significance between assertive and aggresive
behaviour, proven with rx2y -0.458 with significant 0.000, means there is a negative
correlation and significance between assertive and aggresive behaviour. (3) the resullt of
the analysis shows that emotional intellegence and assertive behaviour have a negative
correlation and significance with the aggresive behaviour which means the lower the
Hal. 2
emotional intellegence and assertive behaviour, there will be a higher aggressive
behaiour and vice versa.
Keywords: Emotional Intellegence, assertive behaviour, aggresive behaviour
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju
masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun
psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang
pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang dewasa.
Pada periode ini pula remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak
seperti orang dewasa. Remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua
dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa menurut
Clarke-Sweart & Friedman, 1987; Ingersoll, 1989 ( Agustiani, Hendriati 2006:43). Selain
perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan
seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun
masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan
remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas
atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di
luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan
sosial dan kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan
kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut memperluas lingkungan
sosial diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan
masyarakat lainnya. Evert (dalam Monks, dkk., 2001:81) mengatakan besarnya pengaruh
lingkungan atau kelompok tersebut sampai pada pemberian norma tingkah laku oleh
kelompok. Bagi remaja yang memiliki kecenderungan tinggi untuk memasuki kelompok,
maka pengaruh pemberian norma oleh kelompok tersebut akan berdampak pada
timbulnya konformitas yang kuat. Konformitas sendiri menurut Baron dan Byrne
(2000:57) diartikan sebagai suatu bentuk penyesuaian terhadap kelompok sosial karena
adanya tuntutan dari kelompok sosial tersebut untuk menyesuaikan, meskipun biasanya
tuntutan tersebut tidak terbuka. Kondisi demikian akan membuat remaja cenderung
untuk lebih menyesuaikan diri dengan norma kelompok agar dapat diterima atau tidak
ditolak oleh kelompoknya. Kecenderungan inilah yang membuat remaja menjadi tidak
asertif karena lebih memilih berperilaku sama dengan kelompok di lingkungannya.
Begitupun juga yang menjadi topik pembicaraan masyarakat luas adalah kembali
Hal. 3
maraknya aksi tawuran pelajar yang semakin lama semakin meningkat. Hanya selang
tiga hari dua orang pelajar di jakarta tewas tertusuk di bagian tubuhnya. Keadaan seperti
itu juga terjadi pada siswa SMA N I Ngaglik. Dilihat dari observasi yang telah peneliti
lakukan telah terjadi berkali-kali aksi agresif siswa ini, yaitu tawuran antar pelajar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK di SMA N 1
Ngaglik aksi tawuran tersebut termasuk agresi yang cukup berat. Dan aksi ini
terjadi semakin lama semakin meningkat. Tidak jarang seorang guru Bk sendiri
menyita senjata tajam dari seorang siswa berupa tongkat besi yang disimpan di
tas mereka. Berdasarkan hasil wawancara dari 3 siswa di SMA N 1 Ngaglik yang
bernama S,H,L (nama samaran), intensitas aksi tawuran semakin lama semakin
meningkat. Kejadian itu terjadi di dekat sekolah, senjata yang mereka bawa dan
di pakai diantaranya tongkat kayu, tongkat besi, batu, golok, sebuah alat strum
berukuran kecil, rantai motor, dan pisau. Aksi tawuran itu berawal dari ejekan-
ejekan status Face book yang mengatasnamakan sekolah, terjadinya persaingan
ketertarikan lawan jenis yang saling merebut, lalu berlanjut teror melalui sms.
Pada saat aksi tawuran berlangsung, ada kecenderungan siswa sulit untuk
mengelola perasaannya, sulit mengendalikan emosi yang meluap-luap,
melakukan kepuasan dan kesenangannya dari beban stres. Banyak siswa yang
hanya ikut-ikutan teman satu kelompoknya dalam berperilaku agresif tersebut.
Mereka sulit untuk menolak atau mengatakan tidak untuk berperilaku agresif.
Sehingga siswa tersebut tidak berpegang pada pendiriannya sendiri. Dampak
yang sangat terlihat dari perilaku agresif ini ialah buruknya nama baik sekolah
yang terlibat, luka-luka pada tubuh jika beradu fisik, kondisi siswa menjadi
anarkis, rusaknya fasilitas sekolah dan umum.
Berdasarkan perilaku-perilaku negatif dari siswa SMA N I Ngaglik tersebut,
mereka melakukan aksi tawuran tersebut disebabkan karena kecerdasan
emosinya rendah, dapat di lihat ketika mereka berperilaku agresif tersebut
karena ikut-ikutan kakak kelasnya, karena doktrin dari kakak kelasnya,
persiangan menyukai lawan jenis, dan karena tradisi sekolah mereka sendiri
dengan sekolah lain telah terlibat permusuhan dari dulu. Penyebab berikutnya
ialah rendahnya perilaku asertif yang dapat di lihat ketika mereka kesulitan untuk
Hal. 4
mengatakan dan bersikap tidak dan menolak untuk ikut aksi tawuran tersebut
sehingga mereka tidak berpegang pada pendiriannya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2007), Hasil yang didapatkan
dari penelitian tersebut adalah adanya korelasi negatif yang signifikan antara
kecerdasan emosioal dengan perilaku agresif pada remaja. Namun penelitian
mengenai hubungan kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku
agresif belum pernah diteliti.
Permasalahan yang ada di lapangan yaitu siswa memiliki kecerdasan
emosi dan perilaku asertif yang rendah sehingga meningkatnya perilaku agresif.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif siswa kelas XI SMA
N I Ngaglik. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah praktis
memberikan informasi pada sekolah, masyarakat dan pemerintah tentang emosi
dasar negatif pada remaja, hal-hal apa saja yang dialami siswa, tentang
bagaimana emosi dasar negatif dapat mempengaruhi perilaku agresi pada siswa,
bagi guru bimbingan dan konseling, hasil penelitian membantu memahami
tentang pentingnya kecerdasan emosi yang dapat diterapkan kepada
siswa,Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pembanding bagi
penelitian selanjutnya.Sedangkan manfaat secara teoritis memberikan
sumbangan teoritis bagi disiplin ilmu Psikologi, terutama Psikologi
Perkembangan dan Psikologi Remaja mengenai hubungan kecerdasan emosi dan
perilaku asertif terhadap perilaku agresi remaja.
HIPOTESIS PENELITIAN
1. Terdapat hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dengan perilaku
agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik
2. Terdapat hubungan yang negatif antara perilaku asertif dengan
perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik
3. Terdapat hubungan yang negatif antara kecerdasan emosional dengan
Perilaku asertif dengan perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik
METODE PENELITIAN
Hal. 5
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
korelasi.
Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA N I Ngaglik Sleman.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan januari sampai dengan februari 2013.
Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N I Ngaglik
dengan jumlah populasi 288 siswa.
2. Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik sampling Simple Random
Sampling.Berdasarkan populasi di atas maka pada penelitian ini mengambil
sampel dengan jumlah 73 siswa.
Prosedur Penelitian
Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. TahapAkhir
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai
kecerdasan emosi, perilaku asertif, dan perilaku agresif. Data tersebut diperoleh
melalui hasil dari skala psikologis dengan siswa. Instrumen skala kecerdasan
emosi, perilaku asertif, dan perilaku agresif diujikan terhadap penilaian ahli yang
berupa tanggapan untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan
kualifikasi Sangat Setuju (SS),Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Langkah berikutnya dilakukan uji coba instrumen pada 40 siswa
Hal. 6
yang termasuk dalam populasi sedangkan sisanya akan menjadi subjek
penelitian.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah non parametrik karena
datanya berbentuk ordinal serta data tidak berdistribusi normal dengan
mengunakan uji Kendall’s Tau Rank Correlation.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan keseluruhan data yang telah terkumpul dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan emosi siswa kelas XI SMA N I Ngaglik berada pada kategori
rendah. Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi
No Kriteria Frekuensi
Persentase
(%) Kategori
1 >132 0 0 Tinggi
2 88-132 19 26 Sedang
3 <88 54 74 Rendah
Jumlah 73 100 Rendah
Berdasarkan distribusi frekuensi di atas dapat dibuat grafik seperti pada gambar
1 berikut:
Gambar 1. Grafik Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi
Hal. 7
Dari keseluruhan data yang telah terkumpul dapat disimpulkan bahwa
perilaku asertif siswa kelas XI SMA N I Ngaglik berada pada kategori rendah.
Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat seperti pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Asertif
No Kriteria Frekuensi
Persentase
(%) Kategori
1 >57 0 0 Tinggi
2 38-57 26 35,6 Sedang
3 <38 47 64,4 Rendah
Jumlah 73 100 Rendah
Berdasarkan distribusi frekuensi di atas dapat dibuat grafik seperti pada
gambar 3 berikut:
Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Perilaku Asertif
Dari keseluruhan data yang telah terkumpul dapat disimpulkan bahwa
perilaku agresif siswa kelas XI SMA N I Ngaglik berada pada kategori Tinggi.
Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat seperti pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Agresif
Hal. 8
No Kriteria Frekuensi
Persentase
(%) Kategori
1 >45 65 89 Tinggi
2 30-45 8 11 Sedang
3 <30 0 0 Rendah
Jumlah 73 100 Tinggi
Berdasarkan distribusi frekuensi di atas dapat dibuat grafik seperti pada
gambar 3 berikut:
Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Perilaku Agresif
Metode analisis data yang digunakan adalah non parametrik dengan
menggunakan uji Kendall’s Tau Rank Correlation. Analisis ini dipergunakan
karena datanya berbentuk ordinal serta data tidak berdistribusi normal. Berikut
tabel uji normalitas yang menunjukkan data tidak berdistribusi normal sebagai
berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Korelasi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a
Statistic df Sig.
Kecerdasan_emosi .251 73 .000
Perilaku_asertif .326 73 .000
Perilaku_agresif .122 73 .003
Hal. 9
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a
Statistic df Sig.
Kecerdasan_emosi .251 73 .000
Perilaku_asertif .326 73 .000
Perilaku_agresif .122 73 .003
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil perhitungan yang dilakukan pada variabel kecerdasan emosi dengan
nilai (asymp. sig (2tailed) = 0,000 <0,05 jadi dapat dinyatakan data tidak
berdistribusi normal, pada variabel perilaku asertif dengan nilai (asymp. sig
(2tailed) = 0,000 <0,05 jadi dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal, dan
pada variabel perilaku agresif dengan nilai (asymp. sig (2tailed) = 0,003 <0,05 jadi
dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal.
Apabila probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (Psig < 0,05)
maka Ho ditolak dan dinyatakan bahwa terdapat hubungan antar variabel. Hasil
analisis dapat di lihat pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Korelasi
Correlations
Kecerdas
an_emosi
Perilaku
_asertif
Perilaku
_agresif
Kendall's tau_b Kecerdasan_em
osi
Correlation
Coefficient
1.000 .443** -.636**
Sig. (2-tailed) . .000 .000
N 73 73 73
Perilaku_asertif Correlation
Coefficient
.443** 1.000 -.458**
Sig. (2-tailed) .000 . .000
Hal. 10
N 73 73 73
Perilaku_agresi
f
Correlation
Coefficient
-.636** -.458** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .000 .
N 73 73 73
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed)
Berdasarkan tabel 5, hasil analisis hipotesis pertama diperoleh nilai
koefisien korelasi antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif (rx1y) pada
siswa kelas XI SMA N I Ngaglik sebesar -0,636. hal ini menunjukkan bahwa arah
hubungan kedua variabel tersebut bersifat negatif. Hubungan yang bersifat
negatif ini memiliki arti bahwa apabila kecerdasan emosi rendah maka perilaku
agresif siswa akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis
Kendall’s Tau Rank Correlation maka hipotesis pertama yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima yaitu terhadap hubungan negatif antara kecerdasan
emosi dengan perilaku agresif. Nilai signifikansi kecerdasan emosi terhadap
perilaku agresif sebesar 0,000. Sign (0,000) < 0,05 maka dapat diputuskan Ho
ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi
dengan perilaku agresif. Hasil penelitian tentang kecerdasan emosi di dukung
oleh Goleman (2007) kecerdasan emosi yang tinggi dapat mengurangi agresi,
khususnya pada remaja. Oleh sebab itu, apabila emosi berhasil dikelola maka
individu akan mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas
kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan
cepat dari semua itu. Sebaliknya, individu yang rendah kemampuannya dalam
mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau
melarikan diri pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Hasil analisis hipotesis yang kedua diperoleh nilai koefisien korelasi antara
perilaku asertif dengan perilaku agresif (rx2y) pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik
sebesar -0,458. hal ini menunjukkan bahwa arah hubungan kedua variabel
tersebut bersifat negatif. Hubungan yang bersifat negatif ini memiliki arti bahwa
Hal. 11
apabila perilaku asertif rendah maka perilaku agresif siswa akan semakin tinggi.
Nilai signifikansi perilaku asertif terhadap perilaku agresif sebesar 0,000. Sign
(0,000) < 0,05 maka dapat diputuskan Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara perilaku asertif dengan perilaku agresif. Berdasarkan hasil
perhitungan analisis Kendall’s Tau Rank Correlation maka hipotesis kedua yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terhadap hubungan negatif
antara perilaku asertif dengan perilaku agresif. Hasil penelitian tentang perilaku
asertif didukung oleh Kanfer & Goldstein (1975) Asertivitas berhubungan dengan
perilaku agresif . hal ini dimungkinkan karena anak memiliki asertivitas akan
memandang keinginan, kebutuhan, dan hak individu sama dengan keinginan,
kebutuhan dan hak orang lain. Sebaliknya anak yang bertingkah laku non asertif
tidak memiliki kepercayaan diri dalam suatu hubungan interpersonal, tidak
spontan dalam mengekspresikan emosi dan perasaan, sering merasa tegang dan
cemas, serta membiarkan dan memberi kesempatan pada orang lain membuat
keputusan untuk dirinya. Oleh karena itu anak yang tidak mempunyai perilaku
asertif dapat meimbulkan kecenderungan perilaku antisosial termasuk perilaku
agresif.
Berdasarkan hasil deskripsi perhitungan di atas, maka hipotesis ketiga
yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yakni terdapat hubungan
negatif antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif.
Hasil analisis sama memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku agresif.
Kecerdasan emosi dan perilaku asertif yang tinggi akan dapat mengatasi segala
bentuk kekerasan dalam berperilaku, hal inilah yang terjadi pada siswa kelas XI
SMA N I Ngaglik sleman.
Besarnya sumbangan dari variabel bebas (kecerdasan emosi dan perilaku
asertif) untuk variabel terikat (perilaku agresif) bisa diketahui dari koefisien
determinasi. Koefisien determinasi dinyatakan dalam persentase. Rumus
koefisien determinasi adalah (rhitung)² x 100%. Besarnya sumbangan
determinasi tiap variabel bebas dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Hal. 12
Tabel 6. Sumbangan dari Variabel Bebas
No Variabel bebas rhitung Koefisien Determinasi
1 Kecerdasan Emosi -0,636 (-0,636)² x 100% = 40,44%
2 Perilaku Asertif -0,458 (-0,458)² x 100% = 20,97%
Jumlah 61,41%
Kecerdasan emosi dan perilaku asertif memberikan sumbangan efektif
sebesar 61,41% terhadap perilaku agresif. Hal ini berarti masih terdapat 38,59%
faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. diantaranya menurut
Koeswara (1998) terdapat faktor-faktor penyebab perilaku agresif seperti
penyebab sosial, lingkungan, situasional, alkohol, obat-obatan, dan sifat
kepribadian.
Berdasarkan paparan di atas, bentuk agresif seperti menyerang pada fisik
atau benda, menyerang verbal, dan pelanggaran terhadap hak milik orang lain
dapat diminimalisir oleh kecerdasan emosi dan perilaku asertif yang tinggi.
Kecerdasan emosi dan perilaku asertif merupakan faktor yang memiliki
prosentase yang besar dalam mempengaruhi tingkat perilaku agresif pada siswa
kelas XI SMA N I Ngaglik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dibahas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan
perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik. Semakin rendah
kecerdasan emosi maka semakin tinggi perilaku agresif yang di alami siswa.
Sebaliknya, semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin rendah perilaku
agresif yang di alami siswa kelas XI SMA N I Ngaglik kekuatan hubungan
antara kecerdasan emosi dan perilaku agresif termasuk dalam kategori
sangat rendah.
Hal. 13
2. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara perilaku asertif dengan
perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik. Semakin rendah
perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku agresif yang di alami siswa.
Sebaliknya, semakin tinggi perilaku asertif maka semakin rendah perilaku
agresif yang di alami siswa kelas XI SMA N I Ngaglik kekuatan hubungan
antara perilaku asertif dan perilaku agresif termasuk dalam kategori sangat
rendah.
3. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan
perilaku asertif secara bersama-sama dengan perilaku agresif pada siswa
kelas XI SMA N I Ngaglik.
4. Kecerdasan emosi dan perilaku asertif memberikan sumbangan efektif sebesar
61,41% terhadap perilaku agresif. Hal ini berarti masih terdapat 38,59% faktor lain
yang mempengaruhi perilaku agresif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah di
uraikan, diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling SMA N I Ngaglik
Diharapkan Guru Bimbingan dan Konseling SMA N I Ngaglik dapat
meningkatkan kecerdasan emosi dan perilaku asertif siswa. Upaya tersebut
dapat melalui bimbingan atau pelatihan kecerdasan emosi dan perilaku
asertif yang tentunya dapat mengurangi tingkat agresif siswa.
2. Bagi Sekolah SMA N I Ngaglik
Kepada pihak sekolah diharapkan dapat memfasilitasi segala kegiatan yang
bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku agresif siswa.
Semakin rendah perilaku agresif siswa tentu akan berdampak positif bagi
sekolah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat mengembangkan dan menggali informasi lebih lanjut
kaitannya dengan faktor meningkatnya perilaku agresif. Penelitian ini juga
diharapkan dapat dikembangkan dengan melihat populasi penelitian
Hal. 14
berdasarkan perbedaan jenis kelamin, usia, latar belakang ekonomi keluarga,
status sosial, dan latar belakang keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani & Hendrianti. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika Aditama
Aprillia, K. (2007). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku
Agresi Pada Remaja. [online].Diakses pada tanggal 18 September 2010
dari.
http://library.gunadarma.ac.id/index.php?appid=penulisan&sub=detail&
npm=10502128&Jenis=s1fpsi.
Baron, R. A dan Bryne, D. (2000). Social Psychology. Ninth Edition.
Massachusetts: Allyn and Bacon.
Goleman, D. 2007. Emotional Intelligence. Mengapa EI Lebih Penting Daripada
IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kanfer, F. H., & Goldstein, A. P. (1975). Helping People Change: A Textbook. Of
Methods. New York: Pergamon Press, Inc.
Koeswara, E. 1998. Agresi Manusia. Bandung : PT Erasco
Monks, F. J., Knoers, A. M. P. & Haditono, S. R. (2001). Psikologi Perkembangan :
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press

More Related Content

What's hot

PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...Ratih Aini
 
29.9 teori teori-tingkah_laku_negatif
29.9 teori teori-tingkah_laku_negatif29.9 teori teori-tingkah_laku_negatif
29.9 teori teori-tingkah_laku_negatifAriffin Jolis
 
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...hanafieminence
 
Psikologi sosial - agresi
Psikologi sosial -  agresiPsikologi sosial -  agresi
Psikologi sosial - agresiBagus Aji
 
Pro questdocuments 2014-10-16(1)
Pro questdocuments 2014-10-16(1)Pro questdocuments 2014-10-16(1)
Pro questdocuments 2014-10-16(1)SilviaAnggraeni12
 
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9novyaindri29
 

What's hot (8)

PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
 
29.9 teori teori-tingkah_laku_negatif
29.9 teori teori-tingkah_laku_negatif29.9 teori teori-tingkah_laku_negatif
29.9 teori teori-tingkah_laku_negatif
 
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...
 
Psikologi sosial - agresi
Psikologi sosial -  agresiPsikologi sosial -  agresi
Psikologi sosial - agresi
 
PSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESI
PSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESIPSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESI
PSIKOLOGI SOSIAL - PERILAKU AGRESI
 
Pro questdocuments 2014-10-16(1)
Pro questdocuments 2014-10-16(1)Pro questdocuments 2014-10-16(1)
Pro questdocuments 2014-10-16(1)
 
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
 
Teori sikap
Teori sikapTeori sikap
Teori sikap
 

Similar to Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif siswa kelas xi

1537 4204-1-sm
1537 4204-1-sm1537 4204-1-sm
1537 4204-1-smegyd welyn
 
Sintesis journal international
Sintesis journal internationalSintesis journal international
Sintesis journal internationalARiss LUbis
 
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...Angga Sho-hibul Ulum, M.Psi
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITARatih Aini
 
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewan
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewanhttps://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewan
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewannasrawati3
 
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak230.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2wakzar
 
Program layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswa
Program layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswaProgram layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswa
Program layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswaPsikopedagogia uad
 
128159655 kajian-psikososial-terhadap-fenomena-perkelahian-antar-siswa
128159655 kajian-psikososial-terhadap-fenomena-perkelahian-antar-siswa128159655 kajian-psikososial-terhadap-fenomena-perkelahian-antar-siswa
128159655 kajian-psikososial-terhadap-fenomena-perkelahian-antar-siswaHandayani Situmeang
 
PPT LINTAS BUDAYA.pptx
PPT LINTAS BUDAYA.pptxPPT LINTAS BUDAYA.pptx
PPT LINTAS BUDAYA.pptxAsriPutri10
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...Sii AQyuu
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANRatih Aini
 
Penanganan Efektif Terhadap Perundungan - SD IT Ukhuwah Islamiyah.pptx
Penanganan Efektif Terhadap Perundungan - SD IT Ukhuwah Islamiyah.pptxPenanganan Efektif Terhadap Perundungan - SD IT Ukhuwah Islamiyah.pptx
Penanganan Efektif Terhadap Perundungan - SD IT Ukhuwah Islamiyah.pptxMohammadIlliyyin3
 
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARPERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARFazHani Faz
 
Informa april 2017
Informa april 2017Informa april 2017
Informa april 2017Be Susantyo
 
Konseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswa
Konseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswaKonseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswa
Konseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswaPsikopedagogia uad
 

Similar to Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif siswa kelas xi (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Naskah publikasi
Naskah publikasi Naskah publikasi
Naskah publikasi
 
1537 4204-1-sm
1537 4204-1-sm1537 4204-1-sm
1537 4204-1-sm
 
Sintesis journal international
Sintesis journal internationalSintesis journal international
Sintesis journal international
 
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja di ...
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
 
Artikel bullying.pdf
Artikel bullying.pdfArtikel bullying.pdf
Artikel bullying.pdf
 
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewan
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewanhttps://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewan
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewan
 
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak230.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
 
Program layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswa
Program layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswaProgram layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswa
Program layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswa
 
128159655 kajian-psikososial-terhadap-fenomena-perkelahian-antar-siswa
128159655 kajian-psikososial-terhadap-fenomena-perkelahian-antar-siswa128159655 kajian-psikososial-terhadap-fenomena-perkelahian-antar-siswa
128159655 kajian-psikososial-terhadap-fenomena-perkelahian-antar-siswa
 
PPT LINTAS BUDAYA.pptx
PPT LINTAS BUDAYA.pptxPPT LINTAS BUDAYA.pptx
PPT LINTAS BUDAYA.pptx
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
 
ppt penelitian sosiologi.pptx
ppt penelitian sosiologi.pptxppt penelitian sosiologi.pptx
ppt penelitian sosiologi.pptx
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
 
Penanganan Efektif Terhadap Perundungan - SD IT Ukhuwah Islamiyah.pptx
Penanganan Efektif Terhadap Perundungan - SD IT Ukhuwah Islamiyah.pptxPenanganan Efektif Terhadap Perundungan - SD IT Ukhuwah Islamiyah.pptx
Penanganan Efektif Terhadap Perundungan - SD IT Ukhuwah Islamiyah.pptx
 
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARPERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
 
525 650-1-sm (1)
525 650-1-sm (1)525 650-1-sm (1)
525 650-1-sm (1)
 
Informa april 2017
Informa april 2017Informa april 2017
Informa april 2017
 
Konseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswa
Konseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswaKonseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswa
Konseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswa
 

More from hanafieminence

Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuhanafieminence
 
Aplikasi TI dalam pelayanan informasi
Aplikasi TI dalam pelayanan informasiAplikasi TI dalam pelayanan informasi
Aplikasi TI dalam pelayanan informasihanafieminence
 
Intrinsic motivation and extrinsic incentives
Intrinsic motivation and extrinsic incentivesIntrinsic motivation and extrinsic incentives
Intrinsic motivation and extrinsic incentiveshanafieminence
 
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswaPengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswahanafieminence
 
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasi
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasiHubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasi
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasihanafieminence
 
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandangSikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandanghanafieminence
 

More from hanafieminence (7)

Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
 
Aplikasi TI dalam pelayanan informasi
Aplikasi TI dalam pelayanan informasiAplikasi TI dalam pelayanan informasi
Aplikasi TI dalam pelayanan informasi
 
Etika konseling
Etika konselingEtika konseling
Etika konseling
 
Intrinsic motivation and extrinsic incentives
Intrinsic motivation and extrinsic incentivesIntrinsic motivation and extrinsic incentives
Intrinsic motivation and extrinsic incentives
 
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswaPengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa
 
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasi
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasiHubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasi
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasi
 
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandangSikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang
 

Recently uploaded

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 

Recently uploaded (20)

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 

Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif siswa kelas xi

  • 1. HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI SMA N 1 NGAGLIK ARTIKEL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Melisa Briliant Putri NIM 07104244089 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2013
  • 3. Hal. 1 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI SMA N I NGAGLIK Correlation Between Emotional Intelegence and Assertive Behaviour with Aggresive Behaviour of the Students of Class XI in SMA 1 Ngaglik Oleh: Melisa Briliant Putri, program studi psikologi pendidikan dan bimbingan/ bimbingan dan konseling. mellbriliant@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif siswa kelas XI SMA N 1 Ngaglik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional. Penelitian ini memiliki sampel 73 siswa kelas XI SMA N 1 Ngaglik dari populasi 288 siswa, dengan metode simple random sampling. Metode pengumpulan berbentuk skala. Menggunakan teknik analisis non parametrik dengan uji Kendall’s Tau Rank Correlation. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif, dibuktikan rx1y -0,636 dengan signifikansi 0,000 berarti semakin rendah kecerdasan emosi maka semakin tinggi perilaku agresif dan begitupun sebaliknya. Kedua, terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dengan perilaku agresif, dibuktikan rx2y -0,458 dengan signifikansi 0,000 berarti semakin rendah perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku agresif dan begitupun sebaliknya. Ketiga, hasil analisis menunjukkan bahwa kecerdasan emosi dan perilaku asertif bersama-sama memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan perilaku agresif, berarti semakin rendah kecerdasan emosi dan perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku agresif dan begitupun sebaliknya. Kata kunci : kecerdasan emosi, perilaku asertif, perilaku agresif. Abstract This study is aimed to find the correlation between emotional intellegence and assertive behaviour with aggresive behaviour students of class XI in SMA N 1 Ngaglik. This study used the quantitative approach with correlational. The subjects of the study are 73 students from 228 students from class XI in SMA N 1 Ngaglik, using the simple random sampling method. The scale-type data collection methods. Technic used was non parametric using Kendall’s Tau Rank Correlation. The result of the study shows: (1) there is a negative correlation between emotional intellegence with aggresive behaviour, proven with rx1y -0.636 with significant 0.000, means that there is a negative correlation and significance between emotional intellegence and aggresive behaviour. (2) There is a negative correlation and significance between assertive and aggresive behaviour, proven with rx2y -0.458 with significant 0.000, means there is a negative correlation and significance between assertive and aggresive behaviour. (3) the resullt of the analysis shows that emotional intellegence and assertive behaviour have a negative correlation and significance with the aggresive behaviour which means the lower the
  • 4. Hal. 2 emotional intellegence and assertive behaviour, there will be a higher aggressive behaiour and vice versa. Keywords: Emotional Intellegence, assertive behaviour, aggresive behaviour PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa menurut Clarke-Sweart & Friedman, 1987; Ingersoll, 1989 ( Agustiani, Hendriati 2006:43). Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut memperluas lingkungan sosial diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lainnya. Evert (dalam Monks, dkk., 2001:81) mengatakan besarnya pengaruh lingkungan atau kelompok tersebut sampai pada pemberian norma tingkah laku oleh kelompok. Bagi remaja yang memiliki kecenderungan tinggi untuk memasuki kelompok, maka pengaruh pemberian norma oleh kelompok tersebut akan berdampak pada timbulnya konformitas yang kuat. Konformitas sendiri menurut Baron dan Byrne (2000:57) diartikan sebagai suatu bentuk penyesuaian terhadap kelompok sosial karena adanya tuntutan dari kelompok sosial tersebut untuk menyesuaikan, meskipun biasanya tuntutan tersebut tidak terbuka. Kondisi demikian akan membuat remaja cenderung untuk lebih menyesuaikan diri dengan norma kelompok agar dapat diterima atau tidak ditolak oleh kelompoknya. Kecenderungan inilah yang membuat remaja menjadi tidak asertif karena lebih memilih berperilaku sama dengan kelompok di lingkungannya. Begitupun juga yang menjadi topik pembicaraan masyarakat luas adalah kembali
  • 5. Hal. 3 maraknya aksi tawuran pelajar yang semakin lama semakin meningkat. Hanya selang tiga hari dua orang pelajar di jakarta tewas tertusuk di bagian tubuhnya. Keadaan seperti itu juga terjadi pada siswa SMA N I Ngaglik. Dilihat dari observasi yang telah peneliti lakukan telah terjadi berkali-kali aksi agresif siswa ini, yaitu tawuran antar pelajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK di SMA N 1 Ngaglik aksi tawuran tersebut termasuk agresi yang cukup berat. Dan aksi ini terjadi semakin lama semakin meningkat. Tidak jarang seorang guru Bk sendiri menyita senjata tajam dari seorang siswa berupa tongkat besi yang disimpan di tas mereka. Berdasarkan hasil wawancara dari 3 siswa di SMA N 1 Ngaglik yang bernama S,H,L (nama samaran), intensitas aksi tawuran semakin lama semakin meningkat. Kejadian itu terjadi di dekat sekolah, senjata yang mereka bawa dan di pakai diantaranya tongkat kayu, tongkat besi, batu, golok, sebuah alat strum berukuran kecil, rantai motor, dan pisau. Aksi tawuran itu berawal dari ejekan- ejekan status Face book yang mengatasnamakan sekolah, terjadinya persaingan ketertarikan lawan jenis yang saling merebut, lalu berlanjut teror melalui sms. Pada saat aksi tawuran berlangsung, ada kecenderungan siswa sulit untuk mengelola perasaannya, sulit mengendalikan emosi yang meluap-luap, melakukan kepuasan dan kesenangannya dari beban stres. Banyak siswa yang hanya ikut-ikutan teman satu kelompoknya dalam berperilaku agresif tersebut. Mereka sulit untuk menolak atau mengatakan tidak untuk berperilaku agresif. Sehingga siswa tersebut tidak berpegang pada pendiriannya sendiri. Dampak yang sangat terlihat dari perilaku agresif ini ialah buruknya nama baik sekolah yang terlibat, luka-luka pada tubuh jika beradu fisik, kondisi siswa menjadi anarkis, rusaknya fasilitas sekolah dan umum. Berdasarkan perilaku-perilaku negatif dari siswa SMA N I Ngaglik tersebut, mereka melakukan aksi tawuran tersebut disebabkan karena kecerdasan emosinya rendah, dapat di lihat ketika mereka berperilaku agresif tersebut karena ikut-ikutan kakak kelasnya, karena doktrin dari kakak kelasnya, persiangan menyukai lawan jenis, dan karena tradisi sekolah mereka sendiri dengan sekolah lain telah terlibat permusuhan dari dulu. Penyebab berikutnya ialah rendahnya perilaku asertif yang dapat di lihat ketika mereka kesulitan untuk
  • 6. Hal. 4 mengatakan dan bersikap tidak dan menolak untuk ikut aksi tawuran tersebut sehingga mereka tidak berpegang pada pendiriannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2007), Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah adanya korelasi negatif yang signifikan antara kecerdasan emosioal dengan perilaku agresif pada remaja. Namun penelitian mengenai hubungan kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif belum pernah diteliti. Permasalahan yang ada di lapangan yaitu siswa memiliki kecerdasan emosi dan perilaku asertif yang rendah sehingga meningkatnya perilaku agresif. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif siswa kelas XI SMA N I Ngaglik. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah praktis memberikan informasi pada sekolah, masyarakat dan pemerintah tentang emosi dasar negatif pada remaja, hal-hal apa saja yang dialami siswa, tentang bagaimana emosi dasar negatif dapat mempengaruhi perilaku agresi pada siswa, bagi guru bimbingan dan konseling, hasil penelitian membantu memahami tentang pentingnya kecerdasan emosi yang dapat diterapkan kepada siswa,Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pembanding bagi penelitian selanjutnya.Sedangkan manfaat secara teoritis memberikan sumbangan teoritis bagi disiplin ilmu Psikologi, terutama Psikologi Perkembangan dan Psikologi Remaja mengenai hubungan kecerdasan emosi dan perilaku asertif terhadap perilaku agresi remaja. HIPOTESIS PENELITIAN 1. Terdapat hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik 2. Terdapat hubungan yang negatif antara perilaku asertif dengan perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik 3. Terdapat hubungan yang negatif antara kecerdasan emosional dengan Perilaku asertif dengan perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik METODE PENELITIAN
  • 7. Hal. 5 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA N I Ngaglik Sleman. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan januari sampai dengan februari 2013. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N I Ngaglik dengan jumlah populasi 288 siswa. 2. Sampel Penelitian ini menggunakan teknik sampling Simple Random Sampling.Berdasarkan populasi di atas maka pada penelitian ini mengambil sampel dengan jumlah 73 siswa. Prosedur Penelitian Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Pelaksanaan 3. TahapAkhir Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai kecerdasan emosi, perilaku asertif, dan perilaku agresif. Data tersebut diperoleh melalui hasil dari skala psikologis dengan siswa. Instrumen skala kecerdasan emosi, perilaku asertif, dan perilaku agresif diujikan terhadap penilaian ahli yang berupa tanggapan untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Sangat Setuju (SS),Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Langkah berikutnya dilakukan uji coba instrumen pada 40 siswa
  • 8. Hal. 6 yang termasuk dalam populasi sedangkan sisanya akan menjadi subjek penelitian. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah non parametrik karena datanya berbentuk ordinal serta data tidak berdistribusi normal dengan mengunakan uji Kendall’s Tau Rank Correlation. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan keseluruhan data yang telah terkumpul dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi siswa kelas XI SMA N I Ngaglik berada pada kategori rendah. Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi No Kriteria Frekuensi Persentase (%) Kategori 1 >132 0 0 Tinggi 2 88-132 19 26 Sedang 3 <88 54 74 Rendah Jumlah 73 100 Rendah Berdasarkan distribusi frekuensi di atas dapat dibuat grafik seperti pada gambar 1 berikut: Gambar 1. Grafik Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi
  • 9. Hal. 7 Dari keseluruhan data yang telah terkumpul dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif siswa kelas XI SMA N I Ngaglik berada pada kategori rendah. Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat seperti pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Asertif No Kriteria Frekuensi Persentase (%) Kategori 1 >57 0 0 Tinggi 2 38-57 26 35,6 Sedang 3 <38 47 64,4 Rendah Jumlah 73 100 Rendah Berdasarkan distribusi frekuensi di atas dapat dibuat grafik seperti pada gambar 3 berikut: Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Perilaku Asertif Dari keseluruhan data yang telah terkumpul dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif siswa kelas XI SMA N I Ngaglik berada pada kategori Tinggi. Adapun distribusi frekuensinya dapat dilihat seperti pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Agresif
  • 10. Hal. 8 No Kriteria Frekuensi Persentase (%) Kategori 1 >45 65 89 Tinggi 2 30-45 8 11 Sedang 3 <30 0 0 Rendah Jumlah 73 100 Tinggi Berdasarkan distribusi frekuensi di atas dapat dibuat grafik seperti pada gambar 3 berikut: Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Perilaku Agresif Metode analisis data yang digunakan adalah non parametrik dengan menggunakan uji Kendall’s Tau Rank Correlation. Analisis ini dipergunakan karena datanya berbentuk ordinal serta data tidak berdistribusi normal. Berikut tabel uji normalitas yang menunjukkan data tidak berdistribusi normal sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Sig. Kecerdasan_emosi .251 73 .000 Perilaku_asertif .326 73 .000 Perilaku_agresif .122 73 .003
  • 11. Hal. 9 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Sig. Kecerdasan_emosi .251 73 .000 Perilaku_asertif .326 73 .000 Perilaku_agresif .122 73 .003 a. Lilliefors Significance Correction Hasil perhitungan yang dilakukan pada variabel kecerdasan emosi dengan nilai (asymp. sig (2tailed) = 0,000 <0,05 jadi dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal, pada variabel perilaku asertif dengan nilai (asymp. sig (2tailed) = 0,000 <0,05 jadi dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal, dan pada variabel perilaku agresif dengan nilai (asymp. sig (2tailed) = 0,003 <0,05 jadi dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal. Apabila probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 (Psig < 0,05) maka Ho ditolak dan dinyatakan bahwa terdapat hubungan antar variabel. Hasil analisis dapat di lihat pada tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Correlations Kecerdas an_emosi Perilaku _asertif Perilaku _agresif Kendall's tau_b Kecerdasan_em osi Correlation Coefficient 1.000 .443** -.636** Sig. (2-tailed) . .000 .000 N 73 73 73 Perilaku_asertif Correlation Coefficient .443** 1.000 -.458** Sig. (2-tailed) .000 . .000
  • 12. Hal. 10 N 73 73 73 Perilaku_agresi f Correlation Coefficient -.636** -.458** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .000 . N 73 73 73 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed) Berdasarkan tabel 5, hasil analisis hipotesis pertama diperoleh nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif (rx1y) pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik sebesar -0,636. hal ini menunjukkan bahwa arah hubungan kedua variabel tersebut bersifat negatif. Hubungan yang bersifat negatif ini memiliki arti bahwa apabila kecerdasan emosi rendah maka perilaku agresif siswa akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Kendall’s Tau Rank Correlation maka hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terhadap hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif. Nilai signifikansi kecerdasan emosi terhadap perilaku agresif sebesar 0,000. Sign (0,000) < 0,05 maka dapat diputuskan Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif. Hasil penelitian tentang kecerdasan emosi di dukung oleh Goleman (2007) kecerdasan emosi yang tinggi dapat mengurangi agresi, khususnya pada remaja. Oleh sebab itu, apabila emosi berhasil dikelola maka individu akan mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya, individu yang rendah kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Hasil analisis hipotesis yang kedua diperoleh nilai koefisien korelasi antara perilaku asertif dengan perilaku agresif (rx2y) pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik sebesar -0,458. hal ini menunjukkan bahwa arah hubungan kedua variabel tersebut bersifat negatif. Hubungan yang bersifat negatif ini memiliki arti bahwa
  • 13. Hal. 11 apabila perilaku asertif rendah maka perilaku agresif siswa akan semakin tinggi. Nilai signifikansi perilaku asertif terhadap perilaku agresif sebesar 0,000. Sign (0,000) < 0,05 maka dapat diputuskan Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan perilaku agresif. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Kendall’s Tau Rank Correlation maka hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terhadap hubungan negatif antara perilaku asertif dengan perilaku agresif. Hasil penelitian tentang perilaku asertif didukung oleh Kanfer & Goldstein (1975) Asertivitas berhubungan dengan perilaku agresif . hal ini dimungkinkan karena anak memiliki asertivitas akan memandang keinginan, kebutuhan, dan hak individu sama dengan keinginan, kebutuhan dan hak orang lain. Sebaliknya anak yang bertingkah laku non asertif tidak memiliki kepercayaan diri dalam suatu hubungan interpersonal, tidak spontan dalam mengekspresikan emosi dan perasaan, sering merasa tegang dan cemas, serta membiarkan dan memberi kesempatan pada orang lain membuat keputusan untuk dirinya. Oleh karena itu anak yang tidak mempunyai perilaku asertif dapat meimbulkan kecenderungan perilaku antisosial termasuk perilaku agresif. Berdasarkan hasil deskripsi perhitungan di atas, maka hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yakni terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif. Hasil analisis sama memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku agresif. Kecerdasan emosi dan perilaku asertif yang tinggi akan dapat mengatasi segala bentuk kekerasan dalam berperilaku, hal inilah yang terjadi pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik sleman. Besarnya sumbangan dari variabel bebas (kecerdasan emosi dan perilaku asertif) untuk variabel terikat (perilaku agresif) bisa diketahui dari koefisien determinasi. Koefisien determinasi dinyatakan dalam persentase. Rumus koefisien determinasi adalah (rhitung)² x 100%. Besarnya sumbangan determinasi tiap variabel bebas dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
  • 14. Hal. 12 Tabel 6. Sumbangan dari Variabel Bebas No Variabel bebas rhitung Koefisien Determinasi 1 Kecerdasan Emosi -0,636 (-0,636)² x 100% = 40,44% 2 Perilaku Asertif -0,458 (-0,458)² x 100% = 20,97% Jumlah 61,41% Kecerdasan emosi dan perilaku asertif memberikan sumbangan efektif sebesar 61,41% terhadap perilaku agresif. Hal ini berarti masih terdapat 38,59% faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. diantaranya menurut Koeswara (1998) terdapat faktor-faktor penyebab perilaku agresif seperti penyebab sosial, lingkungan, situasional, alkohol, obat-obatan, dan sifat kepribadian. Berdasarkan paparan di atas, bentuk agresif seperti menyerang pada fisik atau benda, menyerang verbal, dan pelanggaran terhadap hak milik orang lain dapat diminimalisir oleh kecerdasan emosi dan perilaku asertif yang tinggi. Kecerdasan emosi dan perilaku asertif merupakan faktor yang memiliki prosentase yang besar dalam mempengaruhi tingkat perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dibahas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik. Semakin rendah kecerdasan emosi maka semakin tinggi perilaku agresif yang di alami siswa. Sebaliknya, semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin rendah perilaku agresif yang di alami siswa kelas XI SMA N I Ngaglik kekuatan hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku agresif termasuk dalam kategori sangat rendah.
  • 15. Hal. 13 2. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara perilaku asertif dengan perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik. Semakin rendah perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku agresif yang di alami siswa. Sebaliknya, semakin tinggi perilaku asertif maka semakin rendah perilaku agresif yang di alami siswa kelas XI SMA N I Ngaglik kekuatan hubungan antara perilaku asertif dan perilaku agresif termasuk dalam kategori sangat rendah. 3. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif secara bersama-sama dengan perilaku agresif pada siswa kelas XI SMA N I Ngaglik. 4. Kecerdasan emosi dan perilaku asertif memberikan sumbangan efektif sebesar 61,41% terhadap perilaku agresif. Hal ini berarti masih terdapat 38,59% faktor lain yang mempengaruhi perilaku agresif. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah di uraikan, diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling SMA N I Ngaglik Diharapkan Guru Bimbingan dan Konseling SMA N I Ngaglik dapat meningkatkan kecerdasan emosi dan perilaku asertif siswa. Upaya tersebut dapat melalui bimbingan atau pelatihan kecerdasan emosi dan perilaku asertif yang tentunya dapat mengurangi tingkat agresif siswa. 2. Bagi Sekolah SMA N I Ngaglik Kepada pihak sekolah diharapkan dapat memfasilitasi segala kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku agresif siswa. Semakin rendah perilaku agresif siswa tentu akan berdampak positif bagi sekolah. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat mengembangkan dan menggali informasi lebih lanjut kaitannya dengan faktor meningkatnya perilaku agresif. Penelitian ini juga diharapkan dapat dikembangkan dengan melihat populasi penelitian
  • 16. Hal. 14 berdasarkan perbedaan jenis kelamin, usia, latar belakang ekonomi keluarga, status sosial, dan latar belakang keluarga. DAFTAR PUSTAKA Agustiani & Hendrianti. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika Aditama Aprillia, K. (2007). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Agresi Pada Remaja. [online].Diakses pada tanggal 18 September 2010 dari. http://library.gunadarma.ac.id/index.php?appid=penulisan&sub=detail& npm=10502128&Jenis=s1fpsi. Baron, R. A dan Bryne, D. (2000). Social Psychology. Ninth Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon. Goleman, D. 2007. Emotional Intelligence. Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kanfer, F. H., & Goldstein, A. P. (1975). Helping People Change: A Textbook. Of Methods. New York: Pergamon Press, Inc. Koeswara, E. 1998. Agresi Manusia. Bandung : PT Erasco Monks, F. J., Knoers, A. M. P. & Haditono, S. R. (2001). Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press