Statistik digunakan dalam K3 untuk menilai kinerja program keselamatan dan kesehatan kerja. Berbagai ukuran seperti frekuensi kecelakaan, parahnya kecelakaan, dan rata-rata hari kerja hilang digunakan untuk mengidentifikasi tren, membandingkan kinerja, dan mengalokasikan sumber daya. Analisis statistik seperti Safe T-score membantu menilai apakah perbedaan antara tempat kerja atau periode waktu signifikan at
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
1.
2. Tujuan dan manfaat statistik dalam penerapan K3 adalah
digunakan untuk menilai ‘OHS Performance Programs’.
Konkritnya statistik dapat digunakan untuk :
Mengidentifikasi naik turunnya (trend) dari suatu timbulnya
kecelakaan kerja
Mengetahui peningkatan atau berbagai hal yang memperburuk
kinerja K3
Membandingkan kinerja antara tempat kerja dan industri yang
serupa (T-Safe Score)
Memberikan informasi mengenai prioritas pengalokasian dana
K3
Memonitor kinerja organisasi, khususnya mengenai persyaratan
untuk penyediaan sistim/tempat kerja yang aman
3. Ratio Kekerapan Cidera (Frequency Rate)
Ratio Keparahan Cidera (Severity Rate)
Rerata Hilangnya Waktu Kerja (Average
Time Lost Rate/ALTR)
4. Incidence Rate
5. Safe-T Score
6. Pemantauan Dengan Grafik Statistik
(Control Chart Technique)
7. Safety Sampling (Survey K3)
1.
2.
3.
4. Frekwensi Rate digunakan untuk mengidentifikasi
jumlah cidera yang menyebabkan tidak bisa
bekerja per sejuta orang pekerja.
Ada dua data penting yang harus ada untuk
menghitung frekwensi rate, yaitu
a. jumlah jam kerja hilang akibat kecelakaan kerja
(Lost Time Injury /LTI) dan
b. jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan
(man hours).
5. RUMUS :
Frekwensi Rate =
(Jumlah cidera dgn hilang waktu kerja x 1,000,000)
Total Person-hours Worked
Contoh:
Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam kerja
yang telah dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang. Pada saat
yang sama cidera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja
sebanyak 46. Berapa frekwensi ratenya ?
Frekwensi Rate = 46 x 1,000,000 / 1,150,000 = 40
6.
Indikator hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja untuk per sejuta jam kerja orang.
Severity Rate = ( Jumlah hari kerja hilang x 1,000,000)
Total Person-hours Worked
Contoh:
Sebuah tempat kerja telah bekerja 365,000 jam orang, selama setahun telah terjadi 5 kasus kecelakaan kerja
yang menyebabkan 175 hari kerja hilang. Tentukan rate waktu kerja hilang akibat kecelakaan kerja tersebut.
Frekwensi Rate = ( 5 x 1,000,000) / 365,000 = 13,70
Severity Rate = (175 x 1,000,000) / 365,000 = 479
Nilai severity rate 479 mengindikasikan bahwa selama kurun waktu tersebut berarti, pada tahun tersebut
telah terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 479 hari per sejuta jam kerja orang.
7.
Ukuran indicator ini sering disebut juga
‘Duration Rate’ digunakan untuk
mengindikasikan tingkat keparahan suatu
kecelakaan.
Dengan penggunaan ATLR yang
dikombinasikan denga Frekwensi Rate akan
lebih menjelaskan hasil kinerja program K3.
8. Average Time Lost Rate =
Frekwensi Rate
Severity Rate
Contoh:
Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam kerja yang telah dicapai 1,150,000 juta jam kerja
orang dan Lost Time Injury-nya (LTI) sebesar 46. Misalkan dari laporan Kecelakaan Kerja selama 6 bulan
diperoleh informasi sbb:
10 kasus hilang waktu kerja dalam 3 hari sekali = 30
8 kasus hilang waktu kerja dalam 6 hari sekali = 48
12 kasus hilang waktu kerja dalam 14 hari sekali = 168
4 kasus hilang waktu kerja dalam 20 hari sekali = 80
10 kasus hilang waktu kerja dalam 28 hari sekali = 280
2 kasus hilang waktu kerja dalam 42 hari sekali = 84
Total keseluruhan = 690 hari kerja hilang
Dengan demikian,
Rerata Hilangnya Waktu kerja = 690 / 46 = 15
9.
Incidence rate digunakan untuk
menginformasikan kita mengenai prosentase
jumlah kecelakaan yang terjadi ditempat kerja
Incidence Rate = ( Jumlah Kasus x 100)
Jumlah tenaga kerja terpapar
Contoh : Masih melanjutkan kasus diatas
Incidence Rate = ( 46 x 100 ) / 500 = 9,2%
10.
Safe T score adalah nilai indikator untuk menilai tingkat
perbedaan antara dua kelompok yang dibandingkan.
Apakah perbedaan pada dua kelompok tersebut
bermakna atau tidak.
Dalam statistik biasanya disebut sebagai t-test. Perbedaan
ini dinilai untuk membandingkan kinerja suatu kelompok
dengan kinerja sebelumnya.
Hasil perbedaan ini dapat dijadikan apakah terjadi
perbedaan yang mencolok atau tidak. Selanjutnya dapat
dipakai untuk menilai kinnerja yang telah kita lakukan.
11. Safe-T Score =
(Frekwensi Rate Sekarang – Frekwensi Rate Sebelumnya ) / akar dari (
Frekwensi Rate Sebelumnya /Juta jam kerja orang sekarang)
Interpretasi :
Score positif dari Safe T Score mengindikasikan jeleknya record kejadian,
sebaliknya score negatif menunjukkan peningkatan record terdahulu.
Interpretasi dari Score ini selengkapnya sebagai berikut:
Safe T Score diantara +2.00 dan –2.00, artinya tidak ada perbedaan
atau perbedaan tidak bermakna.
Safe T Score lebih besar atau sama dengan +2.00 menunjukkan
menurunnya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang salah.
Safe T Score lebih kecil atau sama dengan -2.00 menunjukkan
membaikknya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang baik dan
perlu dipertahankan.
12.
Contoh :
Lokasi A
----------------------------------Tahun lalu
-10 kasus kecelakaan
- 10,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,000
Lokasi B
---------------------------------------------Tahun lalu
-1000 kasus kecelakaan
-1000,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,000
Tahun ini
- 15 kasus kecelakaan
- 10,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,500
Tahun ini
-1,100 kasus kecelakaan
- 1000,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,100
13.
Frekwensi rate untuk lokasi A meningkat 50%, sedang pada B hanya 10%.
Apakah ada sesuatu yang salah dari salah satu atau kedua data ini ?
Jawab:
(Frekwensi Rate Sekarang – Frekwensi Rate Sebelumnya)/ akardari
(Frekwensi Rate Sebelumnya/ Juta jam kerja orang sekarang)
Lokasi A
Safe-T Score = (1,500 – 1,000)/ akar dari ( 1000/0.01) = 500/ 317 = +1,58
Artinya peningkatan 50% jumlah kasus pada lokasi A termasuk peningkatan
yang tidak bermakna
Lokasi B
Safe-T Score = 1,100 – 1,000/ akar dari ( 1000/1) = 100/ 31,7 =+3.15
Artinya peningkatan 10% jumlah kasus pada lokasi ini
14.
Dengan dasar ini kita dapat menggunakan statistik untuk aplikasi
pengendalian suatu aspek K3. Dengan diketahuinya batas-batas rentang
(batas atas dan batas bawah) yang ditentukan dapat memberikan
informasi kepada pengelola, bahwa suatu aspek K3 tersebut terkendali
atau tidak terkendali. Contoh penggunaan statistik untuk pengendalian
aspek K3 dapat dilihat di lampiran.
Aspek-aspek K3 yang dapat ditetapkan batas-batasnya meliputi:
• Hasil pengamatan perilaku tidak selamat
• Frekwensi rate
• Severity rate
• Dll
Contoh penerapan Chart Control ini dapat dilihat pada lampiran.
Setelah data-data dihitung, kemudian dibuatlah grafik (chart), apabila
ditemukan dari salah satu aspek K3 yang melewati batas-batas yang
ditentukan, maka hal ini merupakan informasi untuk pengelola.
15.
Yang dimaksud Safety Sampling adalah mendapatkan data dengan cara
observasi ke lapangan. Sebelum dilakukan observasi, terlebih dahulu
ditetapkan apa yang mau diobservasi. Setelah itu tulis semua elemen
yang akan menjadi obyek observasi.
Misalnya observasi cara kerja/perilaku yang tidak selamat, maka
sebelumnya kita tentukan jenis aktifitas apa saja yang tergolong
'‘unsafe-act'’ Baru setelah ditentukan maka dilakukanlah observasi
dengan turun dilakukan.
Setiap hasil observasi/temuan harus dicatat
16. Angka-angka Frekwensi Rate, Average Time Lost Rate dan Incidence Rate merupakan tingkat
pencapaian yang sifatnya specifik per tempat kerja. Artinya angka perhitungan dari suatu
perusahaan bukan merupakan standard yang dapat dibuat patokan, untuk tempat kerja yang
lain. Ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja yang tidak sama dan kondisi yang berlainan.
Angka-angka ini tidak cocok diterapkan untuk jumlah tenaga kerja yang sedikit, karena akan
kesulitan mencapai tingkat persejuta jam kerja orang terpapar.
Rendahnya pencapaian angka ini tidak menggambarkan performa penerapan K3 secara
keseluruhan (hanya mempertimbangkan insiden-insiden kecelakaan kerja saja). Tapi tidak
menekankan upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan untuk pencegahan kecelakaan kerja.
Angka ini tidak memperhitungkan jenis-jenis kecelakaan minor (tidak menyebabkan
hilangnya hari kerja, termasuk didalamnya ‘near missess’ incident). Dengan demikian
kecelakaan-kecelakaan ringan seperti, lecet akibat terjatuh, tangan tergores, hampir
kejatuhan beban atau kejadian hampir celaka tidak masuk dalam perhitungan.