SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA
BENGKEL SEPEDA MOTOR
TUGAS MATA KULIAH RISK MANAGEMENT AND SAFETY
Dosen Pengampu: Dr. Hari Agung Yuniarto
Disusun oleh:
1. Prasidananto Nur S 14/375816/PTK/10137
2. Setiya Wahyu N 11/319768/PTK/38885
PROGRAM STUDI PASCASARJANA TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
A. PENDAHULUAN
Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau dalam bahasa inggris
disebut dengan Occupational Health and Safety (OHS) secara umum di Indonesia masih
sering terabaikan. Keselamatan selama melakukan aktivitas kerja merupakan hal yang
sangat penting. Oleh karena itu, perusahaan yang baik selalu peduli pada keselamatan
dan kesehatan karyawannya.
Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang
berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, bengkel tempat bekerja, dan lingkungan
kerja, secara langsung dan tidak langsung. Sejalan dengan kemajuan teknologi, maka
permasalahan keselamatan kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting,
mengingat risiko bahaya dalam penerapan teknologi juga semakin kompleks.
Kecelakaan kerja umumnya dipengaruhi beberapa faktor seperti keadaan yang tidak
aman, tindakan pekerja yang tidak aman, maupun kondisi fisik pekerja. Keselamatan
kerja merupakan tanggung jawab semua orang baik yang terlibat langsung dalam
pekerjaan dan juga masyarakat produsen dan konsumen pemakai teknologi pada
umumnya. Untuk itu, potensi bahaya (hazard) yang muncul harus segera diidentifikasi
dan dikendalikan.
Salah satu lingkungan kerja yang harus memperhatikan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja salah satunya adalah bengkel sepeda motor. Setiap orang yang bekerja
di bengkel sepeda motor harus memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Selain pekerjaan harus terselesaikan, pekerja juga harus dapat menjamin kesehatan dan
keselamatannya. Untuk dapat mencapai hal tersebut, dibutuhkan kesadaran pekerja
dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, dan melaksanakan pekerjaannya
sesuai dengan prosedur yang ada.
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek pengamatan adalah bengkel sepeda
motor AHASS. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya maupun risiko
yang mungkin muncul di AHASS dalam rangka memberikan pelayanan dalam bidang
jasa perawatan dan perbaikan sepeda motor. Setelah diketahui berbagai potensi bahaya
dan risiko yang mungkin muncul, kemudian dilakukan penilaian yang nantinya hasil
penilaian tersebut akan menjadi bahan evaluasi dan pengambilan keputusan mengenai
tindakan-tindakan yang diperlukan guna mengurangi atau menghilangkan potensi
kerugian dari adanya risiko tersebut.
B. DASAR TEORI
1. Kondisi Kerja
Kondisi kerja adalah serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari
suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja di
dalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud di sini adalah kondisi kerja yang baik yaitu
nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik.
Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat
mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja.
Pada dasarnya, terdapat ruang lingkup dalam penentuan bahaya atau hazard di
tempat kerja. Yakni mencakup pengenalan, evaluasi dan pengendalian. Pada kondisi
lingkungan kerja bengkel tersebut dapat dikenali potensi hazard yang ada, yaitu:
1) Potensi bahaya lingkungan fisik
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan
intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan kurang
memadai, getaran, radiasi.
2) Potensi bahaya fisiologis
Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-
norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja,
termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat,
beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian
antara manusia dan mesin.
3) Potensi bahaya kimia
Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses kegiatan tertentu. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui: inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui
kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung
dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap),
daya racun bahan (toksisitas), dan cara masuk ke dalam tubuh.
2. Proses Manajemen Risiko
Pengertian dari risiko K3 (risk) adalah potensi kerugian yang bisa diakibatkan
apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi.
Setiap organisasi pasti akan menghadapi adanya risiko yang dapat mempengaruhi
pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan tersebut dapat berkaitan dengan
segala aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi, oleh karena itu semua
aktivitas yang mengandung risiko harus dimanajemen dengan baik. Proses manajemen
risiko adalah rangkaian kegiatan yang tersusun secara logis dan sistematis yang terdiri
dari communication and consultation, establishing the context, risk identification, risk
analysis, risk evaluation, risk treatment, dan monitoring and review. Skema proses
manajemen risiko dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses Manajemen Risiko
Komponen utama dalam proses manajemen risiko adalah risk assessment
(penilaian risiko). Penilaian risiko merupakan proses keseluruhan yang terdiri dari
proses identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko. Berbagai teknik dapat
digunakan dalam penilaian risiko, namun tentunya pemilihan teknik yang digunakan
harus memperhatikan kesesuaiannya dengan aktiitas yang dilakukan.
3. FMEA (Failure Modes and Effects Analysis)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metode yang sistematis dan
proaktif untuk mengevaluasi sebuah proses untuk mengidentifikasi dimana dan
bagaimana proses tersebut dapat gagal dan untuk menilai dampak relatif dari
kegagalan yang berbeda, dengan tujuan untuk mengidentifikasi komponen mana dari
suatu proses yang paling penting untuk dilakukan usaha perbaikan. Secara umum,
langkah-langkah FMEA adalah sebagai berikut:
a) Mendefinisikan cakupan dan tujuan dari penelitian.
b) Membentuk tim yang multidisipliner.
c) Membuat daftar dari setiap proses yang ada di sistem yang diteliti.
d) Buat daftar mode-mode kegagalan, penyebabnya, dan akibatnya.
e) Membuat nilai numerik (Risk Priority Number) untuk setiap mode kegagalan yang
merupakan perkalian dari kecenderungan terjadinya (occurrence), kecenderungan
deteksi (detection), dan seberapa besar dampaknya (severity). Pada Tabel 1 akan
ditampilkan contoh pedoman dalam memberikan nilai untuk occurrence,
detection, dan severity metode FMEA.
Tabel 1. FMEA Scales for Severity, Occurrence and Detection
f) Mengevaluasi hasil yang didapatkan. Untuk menghitung RPN pada setiap mode
kegagalan, kalikan ketiga nilai yang diperoleh (likelihood of occurrence, likelihood
of detection, severity). Semakin tinggi nilai RPN dari sebuah mode kegagalan,
maka mode kegagalan tersebut semakin diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan.
4. Pengendalian Risiko
Langkah pengendalian risiko dapat dilakukan berdasarkan 5 (lima) hierarki
pengendalian risiko/bahaya K3, dimana cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi tertinggi di antara cara pengendalian risiko yang lainnya.
Pada urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun
seperti diilustrasikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Hierarki Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai
dengan tingkat risiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Hierarki
pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi
dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Uraian Hierarki Pengendalian Risiko
Menurut hierarki upaya pengendalian risiko (controling), alat pelindung diri
sesungguhnya merupakan hirarki terakhir dalam melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja dari potensi bahaya yang kemungkinan terjadi pada saat melakukan
pekerjaan, setelah pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin lagi diterapkan.
Potensi bahaya yang kemugkinan terjadi di tempat kerja, dan yang bisa
dikendalikan dengan alat pelindung diri adalah:
a. Terjatuh, terpeleset, kejatuhan benda.
c. Kontak dengan bahan kimia baik padat maupun cair.
d. Terpapar kebisingan dan getaran.
e. Terhirup gas, uap, debu, mist, fume, partikel cair.
f. Kemasukan benda asing, kaki tertusuk, terinjak benda tajam.
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang
berpotensi terkena risiko dari bahaya. Bagian badan yang perlu dilindungi adalah
kepala, alat pernafasan, alat pendengaran, alat penglihatan, kulit, kaki maupun tubuh
pada umumnya, di bengkel ini penggunaan APD yang seharusnya digunakan yaitu :
a. Sarung tangan
Tujuan menggunakan sarung tangan agar pekerja bengkel dapat melindungi
bagian tangan dari temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, bahan kimia,
dan infeksi kulit.
b. Masker
Tujuan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung dari debu, uap,
gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
c. Pakaian lengan panjang
Menggunakan pakain lengan panjang saat bekerja di bengkel sangat penting
pada perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari temperatur ekstrim, cuaca buruk,
cipratan bahan kimia atau logam cair, penetrasi benda tajam (alat-alat bengkel).
d. Alat pelindung kaki
Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian sepatu yang
nyaman agar terhindar dari lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan
bahan kimia (misalnya oli, dll).
C. PEMBAHASAN
Dalam melakukan manajemen risiko terhadap suatu lingkungan kerja, terdapat
beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan tersebut seperti yang telah
ditampilkan pada Gambar 1, dimulai dengan communication and consultation,
establishing the context, risk assessment, risk treatment, dan yang terakhir adalah
monitoring and review.
Communication and Consultation
Tahapan pertama dalam melakukan manajemen risiko adalah komunikasi dan
konsultasi kepada semua pihak yang terlibat. Kesuksesan dalam penilaian risiko akan
sangat tergantung dari keefektifan komunikasi dan konsultasi yang dilakukan. Dengan
adanya komunikasi dan konsultasi yang baik, berbagai proses yang akan dilakukan
selanjutnya dapat berjalan dengan lancar seperti menetapkan konteks dengan tepat,
identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai
sudut pandang sehingga didapatkan hasil yang utuh. Dalam kasus ini, AHASS sudah
cukup baik dalam melakukan komunikasi dan konsultasi melalui supervisor yang ada di
setiap cabang AHASS. Supervisor inilah yang bertugas mengkomunikasikan dan
mengkonsultasikan mengenai manajemen risiko kepada pihak yang terlibat, terutama
pekerja yang berhubungan langsung dengan aktivitas yang mengandung bahaya.
Establishing the Context
Konteks yang dimaksudkan dalam tahap ini meliputi konteks eksternal, konteks
internal, konteks manajemen risiko, dan kriteria risiko. Yang termasuk dalam konteks
eksternal pada kasus ini diantaranya budaya, standar operasi, dan peraturan yang
berlaku. Peraturan yang berlaku di Indonesia yang mengatur tentang keselamatan kerja
contohnya adalah UU No. 1 Tahun 1970. Dalam undang-undang tersebut diantaranya
mengatur mengenai kondisi bangunan dan tata ruang, dan peratalan yang harus tersedia
di tempat kerja. Sedangkan undang-undang yang mengatur tentang kesehatan kerja
contohnya adalah UU No. 14 Tahun 1970. Peraturan yang dikeluarkan pemerintah
tersebut membuat suatu organisasi dalam hal ini AHASS untuk dapat menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja dari tenaga kerja maupun orang yang bisa terkena
dampak operasinya. Dalam konteks internal, AHASS memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang cukup untuk melakukan manajemen risiko. Namun, terkadang apa
yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang sudah ditanamkan oleh pihak
manajemen. Hal ini kembali kepada budaya dan kebiasaan yang terbangun pada diri
masing-masing individu. Jika melihat kondisi yang ada, sudah ada standar atau model
yang diterapkan di AHASS berkaitan dengan adanya risiko di tempat kerja. Hal tersebut
diantaranya terlihat dari adanya penggunaan alat pelindung diri seperti safety shoes,
topi, tersedianya alat pemadam api ringan (APAR), kotak P3K, dan beberapa tanda
peringatan.
Risk Assessment
Sebuah bengkel sepeda motor yang bergerak di bidang jasa perawatan dan
perbaikan sepeda motor harus paham tentang adanya risiko yang dapat mempengaruhi
tercapai atau tidaknya tujuannya dalam melakukan pelayan kepada customer. Selain itu,
bengkel tersebut juga harus paham tentang cukup atau tidaknya dan efektif atau
tidaknya sistem pengendali yang selama ini diterapkan. Dalam melakukan risk
assessment ini digunakan metode FMEA (Failure Modes and Effects Analysis).
Risk Identification
Dalam melakukan risk assessment, hal pertama yang dilakukan adalah
mengidentifikasi penyebab dan sumber dari suatu risk (hazard dalam konteks physical
harm). Beberapa hazard yang berhasil diidentifikasi di suatu bengkel dalam melakukan
berbagai aktivitasnya ditampilkan pada tabel di bawah ini. Failure mode merupakan
harm yang terjadi, sedangkan failure causes merupakan hazard dari aktivitas yang ada
di bengkel sepeda motor.
Tabel 2. Hasil Risk Identification
Process Failure Mode Failure Cause(s)
Memindahkan motor
dari dan ke workshop
Tergelincir Tumpahan oli
Tergelincir
Peralatan mekanik yang
berantakan
Memeriksa kondisi
motor
Menghirup gas pembuangan
kendaraan
Gas pembuangan kendaraan
Mendengar suara bising
kendaraan
Kebisingan dari mesin
kendaraan
Penggantian oli dan
pelumasan rantai
Kontak langsung dengan
pelumas/ oli bekas
Minyak pelumas/ oli bekas
Proses servis
Postur tubuh yang tidak tepat
saat melakukan servis
Ketinggian/ posisi sepeda
motor saat diservis
Bagian tubuh mengenai
bagian motor yang tajam
Bagian motor yang bersudut
tajam
Bersentuhan dengan bagian
motor yang panas
Bagian motor yang bersuhu
tinggi
Penambahan air aki Terciprat air aki Air aki
Proses charging aki
Ledakan Overcharge
Ledakan
Gas hidrogen dan oksigen
saat proses charging
Pengecekan
kelistrikan motor
Kebakaran Hubungan pendek listrik
Proses pembersihan
komponen dari debu
Kontak langsung dengan
bensin
Bensin
Risk Analysis
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap risiko yang telah diidentifikasi pada
tahap sebelumnya. Konsekuensi dan kemungkinan konsekuensi tersebut muncul akan
menjadi poin penting dalam tahapan ini. Dalam metode FMEA, penilaian dilakukan
terhadap occurrence (seberapa sering terjadi), detection (seberapa mudah dideteksi),
dan severity (seberapa parah bahaya yang ditimbulkan). Untuk nilai occurrence nilai
yang diberikan nilai antara 1 sampai 10, dengan nilai 1 adalah “sangat jarang terjadi”
dan 10 berarti “sangat sering terjadi”. Untuk nilai detection nilai yang diberikan juga
antara 1 sampai 10, dengan nilai 1 adalah “sangat mudah untuk dideteksi” dan 10 berarti
“sangat susah untuk dideteksi”. Sedangkan untuk nilai severity nilai 1 adalah “tidak
terlihat efek yang ditimbulkan” dan 10 berarti “bahaya yang ditimbulkan sangat parah”.
Berikut akan ditampilkan tabel yang berisi konsekuensi yang muncul beserta penilaian
yang dilakukan menggunakan metode FMEA.
Dari sejumlah risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis untuk
menemukan konsekuensi untuk masing-masing risiko tersebut. Pada saat memindahkan
motor baik menuju workshop terdapat beberapa hazard, yaitu tumpahan oli atau minyak
pelumas dan peralatan mekanik yang berantakan. Jika dalam jalur yang dilewati untuk
memindahkan sepeda motor terdapat hazard tersebut maka dapat menyebabkan
mekanik tergelincir dan menyebabkan cedera pada mekanik.
Proses pengecekan kondisi sepeda motor dilakukan salah satunya saat sepeda
motor dalam kondisi menyala. Saat sepeda motor menyala, terdapat hazard yang
muncul yaitu gas pembuangan kendaraan dan kebisingan dari mesin yang menyala. Gas
hasil pembakaran sepeda motor mengandung karbon monoksida yang beracun. Jika
pekerja menghirup gas ini maka dapat mengalami gangguan pernapasan, dalam jangka
waktu dapat dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah seperti kanker paru-paru.
Aktivitas lain yang terdapat hazard yang muncul adalah saat proses penggantian
oli maupun pelumasan pada rantai atau bagian sepeda motor yang lain. Pada saat proses
tersebut, mekanik biasanya akan terkena kontak langsung dengan oli atau minyak
pelumas. Kontak langsung dengan oli bekas atau minyak pelumas dapat menyebabkan
dermatitis bahkan kanker kulit.
Mekanik selama mengerjakan motor seringkali harus membungkuk atau
memiringkan badannya. Hal tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang lama dan
berulang, yang tentunya sangat berisiko pada kesehatannya. Postur tubuh yang tidak
tepat selama bekerja dapat menyebabkan berbagai gangguan pada tulang dan
persendian. Dalam melakukan proses servis, seorang mekanik juga akan berhubungan
dengan bensin baik dari komponen yang ada di sepeda motor sendiri atau bensin yang
digunakan untuk membersihkan debu pada bagian-bagian tertentu di sepeda motor.
Bensin yang merupakan salah satu senyawa kimia diidentifikasi sebagai hazard karena
senyawa ini dapat diabsorpsi oleh kulit dengan mudah yang pada jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan iritasi kulit. Selain itu bensin juga dapat diabsorpsi melalui
pernapasan yang kemudian akan masuk ke dalam aliran darah, jika paparan ini
berlangsung dalam jangka panjang dapat menyebabkan anemia, leukemia.
Dalam sebuah sepeda motor, energi listrik dihasilkan oleh aki. Di dalam aki
tersebut terdapat cairan elektrolit yang akan mengalami serangkaian reaksi kimia,
sehingga dapat dihasilkan energi listrik. Proses perawatan atau perbaikan yang
dilakukan pada aki diantaranya adalah penambahan penambahan air aki dan proses
charging aki. Saat proses penambahan air aki, ada kemungkinan terjadi cipratan air aki
yang mengenai kulit atau mata. Sifat air aki yang asam ini jika terkena pada tangan atau
mata dapat menyebabkan iritasi baik ringan sampai berat tergantung pada penanganan
yang dilakukan.
Sedangkan, pada saat proses charging aki akan dihasilkan gas hasil reaksi kimia.
Jika gas tersebut bertemu dengan sumber api maka dapat terjadi ledakan, oleh karena itu
proses charging harus dilakukan di tempat yang memiliki sirkulasi udara yang baik.
Selain itu, sumber api juga hars dijauhkan dari tempat charging aki. Saat proses
charging, ada kemungkinan terjadi over charge jika tegangan atau arus yang dialirkan
terlalu tinggi dan waktu charging yang terlalu lama. Karena gas yang dihasilkan dari
reaksi kimia besar dan wadah panas karena over charge maka wadah yang
membungkus tidak sanggup menahan, sehingga dapat terjadi ledakan.
Sistem kelistrikan dari sebuah sepeda motor juga akan dicek oleh mekanik.
Hazard yang bisa muncul dari sistem kelistrikan yang ada di sepeda motor adalah
hubungan pendek listrik. Hubungan pendek listrik ini jika mengenai bahan yang mudah
terbakar maka dapat menyebabkan kebakaran. Risk analysis untuk keseluruhan proses
yang ada di sebuah bengkel sepeda motor ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Risk Analysis Menggunakan Metode FMEA
Process Failure Mode Failure Cause(s) Failure Effect(s) O D S RPN
Memindahkan
motor dari dan
ke workshop
Tergelincir Tumpahan oli
Cedera karena
tergelincir,
kejatuhan motor
4 2 7 56
Tergelincir
Peralatan
mekanik yang
berantakan
Cedera karena
tergelincir,
kejatuhan motor
3 2 7 42
Memeriksa
kondisi motor
Menghirup
gas
pembuangan
kendaraan
Gas pembuangan
kendaraan
Mata perih,
gangguan
pernapasan
7 5 8 280
Mendengar
suara bising
kendaraan
Kebisingan dari
mesin kendaraan
Gangguan
pendengaran
7 3 6 126
Penggantian
oli dan
pelumasan
rantai
Kontak
langsung
dengan
pelumas/ oli
bekas
Minyak pelumas/
oli bekas
Terkena
penyakit kulit
bahkan kanker
kulit
9 5 8 360
Proses servis
Postur tubuh
yang tidak
tepat saat
melakukan
servis
Ketinggian/ posisi
sepeda motor saat
diservis
Sakit pada
tulang/sendi
7 4 7 196
Bagian tubuh
mengenai
bagian motor
yang tajam
Bagian motor
yang bersudut
tajam
Luka pada
tangan, kepala
yang terluka
karena terbentur
7 3 6 126
Bersentuhan
dengan
bagian motor
yang panas
Bagian motor
yang bersuhu
tinggi
Kulit melepuh /
luka bakar
7 4 6 168
Penambahan
air aki
Terciprat air
aki
Air aki
- Jika terkena
mata dapat
menyebabkan
gangguan mata
4 3 8 96
seperti iritasi
- Jika terkena
tangan dapat
menyebabkan
iritasi kulit
Proses
charging aki
Ledakan Overcharge
Kulit melepuh /
luka bakar
2 4 8 64
Ledakan
Gas hidrogen dan
oksigen saat
proses charging
Kulit melepuh /
luka bakar
2 5 7 70
Pengecekan
kelistrikan
motor
Kebakaran
Hubungan pendek
listrik
- Barang-barang
di tempat kerja
terbakar
- Luka bakar
pada pekerja
4 5 7 140
Proses
pembersihan
komponen dari
debu
Kontak
langsung
dengan
bensin
Bensin
Menyebabkan
iritasi pada kulit
seperti kulit
pecah-pecah dan
mengelupas
7 5 8 280
Risk Evaluation
Dari hasil risk analysis yang telah dilakukan menggunakan FMEA, didapatkan
nilai risk priority number (RPN) untuk masing-masing risiko. Risiko yang memiliki
nilai RPN yang tinggi akan diprioritaskan untuk dilakukan penanganan. Berdasarkan
hasil yang didapatkan, kontak langsung dengan oli bekas/ minyak pelumas memiliki
nilai RPN paling tinggi, kemudian dibawahnya adalah kontak langsung dengan bensin,
menghirup gas pembuangan kendaraan, postur tubuh yang tidak tepat saat servis, dan
bersentuhan dengan bagian sepeda motor yang panas. Untuk dua risiko yang memiliki
nilai RPN terendah adalah tergelincir akibat tumpahan oli dan tergelincir akibat
peralatan mekanik yang berantakan.
Risiko-risiko yang memiliki nilai RPN tinggi tersebut memerlukan penanganan
lebih lanjut sehingga nilai RPN-nya dapat diturunkan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan menurunkan salah satu atau beberapa dari nilai occurrence, severity, dan
detection. Secara umum, tingginya nilai RPN untuk beberapa risiko disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
1. APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan masih sangat dasar.
2. Kesadaran dan pemahaman akan adanya risiko yang masih rendah oleh para
pekerja.
3. Sistem pengendali yang ada kurang efektif.
4. Risk Treatment
Penanganan terhadap risiko yang muncul dapat dilakukan mulai dari eliminasi,
substitusi, perancangan, administrasi dan penggunaan APD. Untuk risiko pada aktivitas
pemindahan sepeda motor baik dari dan ke workshop segala hazard sebisa mungkin
ditiadakan dari jalur yang dilewati, dengan cara membersihkan tumpahan oli atau
minyak dan selalu menempatkan peralatan mekanik di tempat yang disediakan dengan
rapi. Selain itu tindakan yang dapat dilakukan adalah setiap mekanik menggunakan alat
pelindung diri seperti safety shoes. Hal yang harus ditanamkan kepada setiap pekerja
adalah pentingnya dapat menjaga kerapian dan kebersihan tempat kerja.
Saat proses pemeriksaan sepeda motor, terdapat hazard yang muncul yaitu gas
pembuangan. Oleh karena itu, ruangan harus memiliki ventilasi yang cukup sehingga
sirkulasi udara dapat lancar. Selain itu, agar gas tidak berada di dalam ruangan maka
knalpot sepeda motor dihubungkan dengan pipa instalasi gas pembuangan, harus
dipastikan juga bahwa dalam pipa tersebut tidak ada kebocoran. Untuk mengurangi
paparan gas yang ada di ruangan, pekerja dapat menggunakan masker sebagai alat
pelindung diri. Selain gas pembuangan, saat proses pengecekan berlangsung juga
terdapat kebisingan dari mesin kendaraan. Kebisingan dapat mengganggu pendengaran
dari pekerja, oleh karena itu diperlukan alat pelindung diri berupa pelindung
pendengaran. Pelindung pendengaran ini, diperlukan terutama ketika tingkat kebisingan
sudah lebih dari 80dB.
Saat proses penggantian oli maupun pelumasan pada rantai atau bagian sepeda
motor yang lain sebisa mungkin kontak langsung dengan oli bekas/minyak pelumas
harus dihindari. Hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan alat pelindung diri
berupa sarung tangan. Sarung tangan yang dapat digunakan adalah jenis nitrile gloves
yang memang dirancang untuk pekerjaan yang berhubungan dengan minyak pelumas,
cairan pelarut dan cairan asam.
Untuk meminimalkan risiko gangguan tulang dan persendian akibat postur tubuh
yang tidak tepat maka selama melakukan proses servis, tinggi kendaraan disesuaikan
dengan aktivitas yang dilakukan dan menggunakan alat bantu yang meminimalkan
beban kerja pada tulang atau persendian. Bagian di sepeda motor seringkali bersudut
tajam, sehingga dapat melukai bagian tubuh mekanik. Oleh karena itu untuk
menanganinya dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan sehingga tangan
tidak tergores dan topi yang dapat membantu menghindari benturan dengan bagian
motor tersebut.
Kontak langsung dengan bensin juga berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu,
untuk menghindari risiko tersebut yang dapat dilakukan salah satunya adalah memakai
sarung tangan. Selain itu, mekanik juga harus menjaga kebersihannya dengan selalu
mencuci tangan setelah melakukan kontak dengan bensin, sehingga kandungan bezena
tidak terakumulasi di dalam kulit. Risiko lain yang dapat timbul dari bensin karena
sifatnya yang mudah terbakar adalah adanya ledakan jika ada percikan api, oleh karena
itu semua sumber api harus dijauhkan dari tempat kerja dan menyiapkan alat pemadam
api ringan (APAR).
Sama halnya dengan aki, jika terkena kulit makan dapat memberikan dampak
yang serius. Oleh karenanya untuk mencegah risiko terjadinya hal tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan tangan dan kaca mata untuk menghindari kontak dengan
mata. Untuk mencegah risiko yang lebih parah jika terkena mata adalah menyediakan
eye wash sehingga cairan yang terkena mata dapat segera dibersihkan.
Dalam proses charging, hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
risiko yang berakibat fatal maka proses charging harus dilakukan menggunakan
peralatan yang baik, tegangan, arus, dan lama waktu charging harus sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
Selanjutnya dalam mengecek kelistrikan sepeda motor, agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan maka alat-alat yang digunakan harus dalam kondisi baik, selain
itu mekanik harus teliti dalam bekerja sehingga tidak melakukan kesalahan. Alat
pemadam api ringan juga harus disediakan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan
seperti kebakaran.
D. PENUTUP
Dari hasil identifikasi, analisis, dan evaluasi yang telah dilakukan dapat diambil
beberapa kesimpulan dan saran agar manajemen risiko yang diterapkan dibengkel
sepeda motor dalam hal ini AHASS sebagai berikut.
1. Kesimpulan
1) Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di Bengkel ini telah terlaksana
dengan baik.
2) Pencegahan atau pengendalian kecelakaan kerja telah dilaksanakan dengan baik
hanya perlu peningkatan dan konsistensi jangka panjang.
3) Kesadaran pekerja cukup baik namun perlu selalu ditingkatkan melalui
komunikasi internal dalam bentuk briefing sebelum kerja dan evaluasi harian
setelah kerja.
2. Saran
1) Diharapkan bagi pemilik untuk mengetahui dan memberikan pengetahuan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja serta prosedurnya bagi pekerja.
2) Kesadaran menggunakan alat pelindung diri perlu di tingkatkan serta
penggunaannya sesuai prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendal
ian-risikobahaya.html
Yuniarto, HariAgung., 2015, Materi Bahan Ajar Kuliah Risk and
Management Safety, TeknikIndustri, UGM, Yopgyakarta.
International Standard, IEC/FDIS 31010:2009, Risk management — Risk
AssessmentTechniques.
http://www.whoi.edu/cruiseplanning/files/1370534206926_6402_MSDS_SkyHook_Bat
teries.pdf
http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/bensin.pdf
http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/pelumas.pdf
http://www.dermnetnz.org/reactions/mechanics.html
http://www.hse.gov.uk/mvr/index.htm
http://asq.org/learn-about-quality/process-analysis-tools/overview/fmea.html
http://www.fmeainfocentre.com/guides/ProcessPktNewRatings.pdf (Severity,
Occurrence, and Detection Criteria for Process FMEA)
Tabel 4. Hasil Identifikasi Hazard yang Ada di Bengkel
Aktivitas
Hazard
(benda
saja)
Harm
(tergelincir,
terhirup, dll)
Tindakan yang Sudah
Dilakukan
Saran
Bengkel
Resmi
Bengkel Biasa
Memindahkan
motor dari dan
ke workshop
Tumpahan
oli
Cedera
karena
tergelincir
- Selalu
membersihkan
cipratan atau
tumpahan oli
dengan segera.
- Pekerja
menggunakan
safety shoes.
Membersihkan
cipratan atau
tumpahan oli
dengan segera
Jalur menuju
workshop harus
selalu dipastikan
terbebas dari
hazard, selalu
memberikan
pemahaman
kepada pekerja
untuk dapat
menjaga
kerapian dan
kebersihan
tempat kerja
Peralatan
mekanik
yang
berantakan
Cedera
karena
tergelincir
Menempatkan
peralatan pada
tempat yang
tersedia di
masing-
Mengumpulka
n peralatan
pada satu
tempat yang
sama namun
masing
workshop
setelah selesai
proses servis
masih disekitar
workshop
Proses
pemeriksaan
motor
Gas
pembuanga
n kendaraan
Mata perih,
gangguan
pernapasan
Knalpot
dihubungkan
pada instalasi
pipa
pembuangan
-
Ruangan
memiliki
ventilasi yang
baik,
menggunakan
masker sebagai
alat pelindung
diri (APD)
Kebisingan
dari mesin
kendaraan
Gangguan
pendengaran
- -
Menggunakan
APD untuk
mengurangi
paparan
kebisingan
Penggantian
oli dan
pelumasan
rantai
Kontak
dengan
pelumas/ oli
bekas
Terkena
penyakit kulit
bahkan
kanker kulit
Membersihkan
tangan dengan
kain lap
Membersihkan
tangan dengan
kain lap
Menggunakan
sarung tangan
agar tangan
tidak kontak
langsung dengan
oli
Proses servis
Postur
tubuh yang
tidak tepat
saat
melakukan
servis
Sakit pada
tulang/sendi
Menggunakan
pengungkit
agar
ketinggian
motor dapat
disesuaikan
-
Menyesuaikan
ketinggian
motor sesuai
aktivitas yang
dilakukan
Bagian
motor yang
bersudut
Luka pada
tangan,
kepala yang
Menggunakan
topi untuk
mengantisipasi
-
Menggunakan
alat pelindung
diri seperti
tajam terluka karena
terbentur
benturan sarung tangan
dan topi
Penambahan
air aki
Cipratan air
aki
- Jika terkena
mata dapat
menyebabkan
gangguan
mata seperti
iritasi
- Jika terkena
tangan dapat
menyebabkan
iritasi kulit
- -
- Menggunakan
alat pelindung
diri seperti
sarung tangan
dan kaca mata
- Menyediakan
eye wash
Proses
charging aki
Overcharge
Dapat
menyebabkan
ledakan
Memastikan
arus dan
tegangan saat
proses
charging
sesuai standar
Memastikan
arus dan
tegangan saat
proses
charging
sesuai standar
Memastikan
semua peralatan
yang digunakan
aman, teliti
dalam bekerja,
dan menjauhkan
sumber
panas/api
Gas
hidrogen
dan oksigen
saat proses
charging
Dapat
menyebabkan
ledakan
Menjauhkan
sumber
panas/api
Menjauhkan
sumber
panas/api
Pengecekan
kelistrikan
motor
Hubungan
pendek
listrik
Dapat
menyebabkan
kebakaran
Menjauhkan
bahan-bahan
yang mudah
terbakar dan
menyediakan
APAR
Menjauhkan
bahan-bahan
yang mudah
terbakar
Menjauhkan
bahan-bahan
yang mudah
terbakar dan
menyediakan
APAR
Proses
pembersihan
komponen dari
Kontak
langsung
dengan
Menyebabkan
iritasi pada
kulit seperti
Membersihkan
tangan dengan
kain lap
Membersihkan
tangan dengan
kain lap
Menggunakan
sarung tangan
agar tidak
debu bensin kulit pecah-
pecah dan
mengelupas
terjadi kontak
langsung dengan
bensin
Failures are prioritized according to how serious their consequences are, how
frequently they occur and how easily they can be detected. The purpose
of the FMEA is to take actions to eliminate or reduce failures, starting
with the highest-priority ones.
+: di ahass ada garis pembatas yang membatasi wilayah workshop mekanik
Sumber utama (bisa dibilang begitu): http://www.hse.gov.uk/mvr/index.htm
*DASAR PEMILIHAN NITRILE GLOVES
http://www.ehs.berkeley.edu/workplace-safety/glove-selection-guide
Nitrile Incidental contact
(disposable exam
glove)
Extended contact
 Excellent general use glove.
Good for solvents, oils, greases,
and some acids and bases.
(thicker reusable
glove)
 Clear indication of tears and
breaks.
Good alternative for those
with latex allergies.
*BAHAYA BENSIN DAN PELUMAS (OLI)
http://www.dermnetnz.org/reactions/mechanics.html (Skin problems in motor vehicle
repair workers)
Good general advice for motor vehicle repair workers
 Use personal protective equipment such as gloves, facemasks, eye protection,
respirators and overalls as appropriate to the job.
Good hand care advice for motor vehicle repair workers
 Use personal protective equipment according to manufacturers' instructions.
 Remove skin contaminants by washing with clean warm water before eating,
drinking, smoking or using the lavatory.
 Use the mildest cleanser required to get the job done. Never clean hands with
concentrated cleaning products, solvents or fuel.
 Barrier creams used before workmay be appropriate in some circumstances, to
make skin cleansing easier.
 Use moisturising creams after work and after washing hands.
 Regularly change soiled overalls.
 Never keep oily rags in pockets.
 Report skin problems to management.
http://hetinymuthia.blogspot.co.id/2011/12/karya-ilmiah-pengaruh-benzena-dalam.html
http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/bensin.pdf
http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/pelumas.pdf
Benzena dapat diabsorpsi lewat kulit, hal ini telah dibuktikan secara in vivo (dalam
manusia) dan in vitro (dengan kulit manusia). Perpindahan senyawa ini dari kulit ke
darah melalui mekanisme difusi pasif. Interaksi dengan molekul-molekul pada kulit
mempengaruhi absorpsi benzena tersebut. Tingkat absorpsi benzena cair yaitu 0.4
mg/cm2/jam (pada kondisi tepat larut). Absorpsi dari uap benzena dapat diabaikan.
Tidak ada catatan mengenai toksisitas akut yang disebabkan paparan benzena melalui
absorpsi kulit.
Jika seseorang khusunya petugas SPBU terpapar benzena dengan konsentrasi udara
sebesar 10 ppm, maka perkiraan absorbsi per jamnya adalah 7,5 μL melalui inhalasi, 1,5
μL melalui kulit keseluruhan, dan 7,0 μL melalui kontak kulit langsung. Kontak
benzena dengan kulit pada waktu yang lama akan membuat kulit pecah-pecah dan
mengelupas.
Benzena yang terabsorpsi oleh kulit akan terdistribusi paling banyak ke ginjal, hati, dan
kulit.
* AKI
http://www.whoi.edu/cruiseplanning/files/1370534206926_6402_MSDS_SkyHook_Bat
teries.pdf
http://antok-arema.blogspot.co.id/2013/10/mengapa-aki-meledak.html
Overcharge yaitu sebuah kondisi dimana aki terus menerus di charge yang panasan dan
melendung (covernya kemudian meledak). Pada batere kering, gas hidrogen dan
oksigen tidak mudah keluar, dan terkumpul di dalam aki. Jika pengisian aki terlalu
tinggi hingga melampaui batas normal (overcharge), maka produksi hidrogen dan
oksigen meningkat. Sehingga pada suatu saat akan melampaui kemampuan wadah aki
dan akhirnya wadah pecah alias aki meledak. Batere yang tertutup rapat (sealed battery)
seperti aki kering (gel cell, Adsorbed Glass Mat, dll) memang lebih tinggi risiko
meledaknya dari pada aki basah. 7. Selama aki diisi-ulang / dicas (recharge), aki akan
mengeluarkan gas hidrogen dan oksigen. Sebagaimana diketahui hidrogen adalah gas
yang mudah terbakar, sedangkan oksigen adalah zat yang membantu proses
pembakaran. Sehingga kombinasi kedua gas tersebut akan mudah terbakar. Campuran
hidrogen dan oksigen dalam konsentrasi tertentu jika bertemu dengan percikan api atau
panas yang tinggi walau cuma di satu titik kecil, maka akan mudah meledak.
Risk assessment bengkel
Risk assessment bengkel
Risk assessment bengkel
Risk assessment bengkel
Risk assessment bengkel
Risk assessment bengkel

More Related Content

What's hot

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"Kanaidi ken
 
Identifikasi Bahaya - K3
Identifikasi Bahaya - K3Identifikasi Bahaya - K3
Identifikasi Bahaya - K3Al Marson
 
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)Herry Prakoso
 
Pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerjaPedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerjaAzha Laramdrawisec
 
Manajemen risiko k3
Manajemen risiko k3Manajemen risiko k3
Manajemen risiko k3Ardhi Elka
 
Statistik dan analisa k3
Statistik dan analisa k3Statistik dan analisa k3
Statistik dan analisa k3Macan Sumatra
 
Identifikasi bahaya dan penilaian resiko
Identifikasi bahaya dan penilaian resikoIdentifikasi bahaya dan penilaian resiko
Identifikasi bahaya dan penilaian resikoAl Marson
 
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Thonce Thesia
 
Higiene Industri - Potensi Bahaya Industri
Higiene Industri - Potensi Bahaya IndustriHigiene Industri - Potensi Bahaya Industri
Higiene Industri - Potensi Bahaya IndustriDeni Saputra
 
Pengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan KerjaPengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan KerjaAl Marson
 
Faktor Kimia Di Lingkungan Kerja
Faktor Kimia Di Lingkungan KerjaFaktor Kimia Di Lingkungan Kerja
Faktor Kimia Di Lingkungan KerjaFuri Fazrillash
 
power point Alat pelindung diri
power point Alat pelindung diripower point Alat pelindung diri
power point Alat pelindung dirigabrielirfan
 

What's hot (20)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)_ Materi Training "MANAJEMEN PERSONALIA"
 
Identifikasi Bahaya - K3
Identifikasi Bahaya - K3Identifikasi Bahaya - K3
Identifikasi Bahaya - K3
 
KONSEP K3 RS
KONSEP K3 RSKONSEP K3 RS
KONSEP K3 RS
 
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
 
Higiene industri
Higiene industriHigiene industri
Higiene industri
 
Manajemen risiko k3
Manajemen risiko k3Manajemen risiko k3
Manajemen risiko k3
 
Pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerjaPedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
 
Manajemen risiko k3
Manajemen risiko k3Manajemen risiko k3
Manajemen risiko k3
 
Statistik dan analisa k3
Statistik dan analisa k3Statistik dan analisa k3
Statistik dan analisa k3
 
investigasi kecelakaan
investigasi kecelakaaninvestigasi kecelakaan
investigasi kecelakaan
 
Laporan k3
Laporan k3Laporan k3
Laporan k3
 
Penilaian risiko
Penilaian risikoPenilaian risiko
Penilaian risiko
 
Identifikasi bahaya dan penilaian resiko
Identifikasi bahaya dan penilaian resikoIdentifikasi bahaya dan penilaian resiko
Identifikasi bahaya dan penilaian resiko
 
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
 
Higiene Industri - Potensi Bahaya Industri
Higiene Industri - Potensi Bahaya IndustriHigiene Industri - Potensi Bahaya Industri
Higiene Industri - Potensi Bahaya Industri
 
Pengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan KerjaPengawasan Kesehatan Kerja
Pengawasan Kesehatan Kerja
 
Laporan antropometri
Laporan antropometriLaporan antropometri
Laporan antropometri
 
Lingkungan kerja
Lingkungan kerjaLingkungan kerja
Lingkungan kerja
 
Faktor Kimia Di Lingkungan Kerja
Faktor Kimia Di Lingkungan KerjaFaktor Kimia Di Lingkungan Kerja
Faktor Kimia Di Lingkungan Kerja
 
power point Alat pelindung diri
power point Alat pelindung diripower point Alat pelindung diri
power point Alat pelindung diri
 

Similar to Risk assessment bengkel

2968-Article Text-7795-1-10-20191111.pdf
2968-Article Text-7795-1-10-20191111.pdf2968-Article Text-7795-1-10-20191111.pdf
2968-Article Text-7795-1-10-20191111.pdfnagaganas1
 
5.risiko-kesehatan-dan-kecelakaan.pptx
5.risiko-kesehatan-dan-kecelakaan.pptx5.risiko-kesehatan-dan-kecelakaan.pptx
5.risiko-kesehatan-dan-kecelakaan.pptxWahadi Rantisi
 
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIK...
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIK...IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIK...
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIK...Ahmad Nalhadi
 
Hiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptxHiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptxAinur
 
Job Safety Analysis.ppt
Job Safety Analysis.pptJob Safety Analysis.ppt
Job Safety Analysis.pptimamdiani
 
Makalah kelompok 1.pdf
Makalah kelompok 1.pdfMakalah kelompok 1.pdf
Makalah kelompok 1.pdfZRAMLYH
 
Tugas ppt dr.sus higiene industri
Tugas ppt dr.sus higiene industriTugas ppt dr.sus higiene industri
Tugas ppt dr.sus higiene industri013AnggitaNurFadila
 
Makalah kesehatan dan keselamatan kerja
Makalah kesehatan dan keselamatan kerjaMakalah kesehatan dan keselamatan kerja
Makalah kesehatan dan keselamatan kerjagetris gean
 
Kesehatan dan keselamatan kerja - kelompok 9 (1).pptx
Kesehatan dan keselamatan kerja - kelompok 9 (1).pptxKesehatan dan keselamatan kerja - kelompok 9 (1).pptx
Kesehatan dan keselamatan kerja - kelompok 9 (1).pptxHana P Fadhilah
 
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...joe251
 
Jurnal Manajemen Risiko
Jurnal Manajemen RisikoJurnal Manajemen Risiko
Jurnal Manajemen RisikoRatuAyuFauziah
 
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaM3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaPPGhybrid3
 
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaM3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaYayan Yanuar Rahman
 

Similar to Risk assessment bengkel (20)

2968-Article Text-7795-1-10-20191111.pdf
2968-Article Text-7795-1-10-20191111.pdf2968-Article Text-7795-1-10-20191111.pdf
2968-Article Text-7795-1-10-20191111.pdf
 
5.risiko-kesehatan-dan-kecelakaan.pptx
5.risiko-kesehatan-dan-kecelakaan.pptx5.risiko-kesehatan-dan-kecelakaan.pptx
5.risiko-kesehatan-dan-kecelakaan.pptx
 
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIK...
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIK...IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIK...
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIK...
 
Hazard dan risiko
Hazard dan risikoHazard dan risiko
Hazard dan risiko
 
Hiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptxHiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptx
 
56 220-1-pb
56 220-1-pb56 220-1-pb
56 220-1-pb
 
Job Safety Analysis.ppt
Job Safety Analysis.pptJob Safety Analysis.ppt
Job Safety Analysis.ppt
 
04_Menerapkan K3.pdf
04_Menerapkan K3.pdf04_Menerapkan K3.pdf
04_Menerapkan K3.pdf
 
Makalah kelompok 1.pdf
Makalah kelompok 1.pdfMakalah kelompok 1.pdf
Makalah kelompok 1.pdf
 
Tugas ppt dr.sus higiene industri
Tugas ppt dr.sus higiene industriTugas ppt dr.sus higiene industri
Tugas ppt dr.sus higiene industri
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Makalah kesehatan dan keselamatan kerja
Makalah kesehatan dan keselamatan kerjaMakalah kesehatan dan keselamatan kerja
Makalah kesehatan dan keselamatan kerja
 
Kesehatan dan keselamatan kerja - kelompok 9 (1).pptx
Kesehatan dan keselamatan kerja - kelompok 9 (1).pptxKesehatan dan keselamatan kerja - kelompok 9 (1).pptx
Kesehatan dan keselamatan kerja - kelompok 9 (1).pptx
 
K3 konstruksi
K3 konstruksiK3 konstruksi
K3 konstruksi
 
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
Suatu keadaan/kondisi/peralatan/ metode/ material yang dapat mengakibatkan (b...
 
Jurnal Manajemen Risiko
Jurnal Manajemen RisikoJurnal Manajemen Risiko
Jurnal Manajemen Risiko
 
HRM K3.pdf
HRM K3.pdfHRM K3.pdf
HRM K3.pdf
 
HRM K3.pdf
HRM K3.pdfHRM K3.pdf
HRM K3.pdf
 
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaM3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
 
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerjaM3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
M3 kb4 keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
 

More from Prasidananto Nur Santoso

More from Prasidananto Nur Santoso (8)

Burnout in Indonesian Project Manager
Burnout in Indonesian Project ManagerBurnout in Indonesian Project Manager
Burnout in Indonesian Project Manager
 
Explanatory Factor Analysis with R
Explanatory Factor Analysis with RExplanatory Factor Analysis with R
Explanatory Factor Analysis with R
 
Sistem Pengelolaan Bencana
Sistem Pengelolaan BencanaSistem Pengelolaan Bencana
Sistem Pengelolaan Bencana
 
Statistik Lanjut
Statistik LanjutStatistik Lanjut
Statistik Lanjut
 
Data Mining
Data MiningData Mining
Data Mining
 
System Engineering
System EngineeringSystem Engineering
System Engineering
 
Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)
Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)
Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)
 
Penelitian Kualitatif (Qualitative Research)
Penelitian Kualitatif (Qualitative Research)Penelitian Kualitatif (Qualitative Research)
Penelitian Kualitatif (Qualitative Research)
 

Risk assessment bengkel

  • 1. ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA BENGKEL SEPEDA MOTOR TUGAS MATA KULIAH RISK MANAGEMENT AND SAFETY Dosen Pengampu: Dr. Hari Agung Yuniarto Disusun oleh: 1. Prasidananto Nur S 14/375816/PTK/10137 2. Setiya Wahyu N 11/319768/PTK/38885 PROGRAM STUDI PASCASARJANA TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015
  • 2. A. PENDAHULUAN Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau dalam bahasa inggris disebut dengan Occupational Health and Safety (OHS) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Keselamatan selama melakukan aktivitas kerja merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, perusahaan yang baik selalu peduli pada keselamatan dan kesehatan karyawannya. Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, bengkel tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung. Sejalan dengan kemajuan teknologi, maka permasalahan keselamatan kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting, mengingat risiko bahaya dalam penerapan teknologi juga semakin kompleks. Kecelakaan kerja umumnya dipengaruhi beberapa faktor seperti keadaan yang tidak aman, tindakan pekerja yang tidak aman, maupun kondisi fisik pekerja. Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab semua orang baik yang terlibat langsung dalam pekerjaan dan juga masyarakat produsen dan konsumen pemakai teknologi pada umumnya. Untuk itu, potensi bahaya (hazard) yang muncul harus segera diidentifikasi dan dikendalikan. Salah satu lingkungan kerja yang harus memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja salah satunya adalah bengkel sepeda motor. Setiap orang yang bekerja di bengkel sepeda motor harus memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Selain pekerjaan harus terselesaikan, pekerja juga harus dapat menjamin kesehatan dan keselamatannya. Untuk dapat mencapai hal tersebut, dibutuhkan kesadaran pekerja dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur yang ada. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek pengamatan adalah bengkel sepeda motor AHASS. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya maupun risiko yang mungkin muncul di AHASS dalam rangka memberikan pelayanan dalam bidang jasa perawatan dan perbaikan sepeda motor. Setelah diketahui berbagai potensi bahaya dan risiko yang mungkin muncul, kemudian dilakukan penilaian yang nantinya hasil penilaian tersebut akan menjadi bahan evaluasi dan pengambilan keputusan mengenai
  • 3. tindakan-tindakan yang diperlukan guna mengurangi atau menghilangkan potensi kerugian dari adanya risiko tersebut. B. DASAR TEORI 1. Kondisi Kerja Kondisi kerja adalah serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja di dalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud di sini adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja. Pada dasarnya, terdapat ruang lingkup dalam penentuan bahaya atau hazard di tempat kerja. Yakni mencakup pengenalan, evaluasi dan pengendalian. Pada kondisi lingkungan kerja bengkel tersebut dapat dikenali potensi hazard yang ada, yaitu: 1) Potensi bahaya lingkungan fisik Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan- gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi. 2) Potensi bahaya fisiologis Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma- norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin. 3) Potensi bahaya kimia Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses kegiatan tertentu. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui: inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung
  • 4. dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap), daya racun bahan (toksisitas), dan cara masuk ke dalam tubuh. 2. Proses Manajemen Risiko Pengertian dari risiko K3 (risk) adalah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi. Setiap organisasi pasti akan menghadapi adanya risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan tersebut dapat berkaitan dengan segala aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi, oleh karena itu semua aktivitas yang mengandung risiko harus dimanajemen dengan baik. Proses manajemen risiko adalah rangkaian kegiatan yang tersusun secara logis dan sistematis yang terdiri dari communication and consultation, establishing the context, risk identification, risk analysis, risk evaluation, risk treatment, dan monitoring and review. Skema proses manajemen risiko dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Proses Manajemen Risiko Komponen utama dalam proses manajemen risiko adalah risk assessment (penilaian risiko). Penilaian risiko merupakan proses keseluruhan yang terdiri dari proses identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko. Berbagai teknik dapat digunakan dalam penilaian risiko, namun tentunya pemilihan teknik yang digunakan harus memperhatikan kesesuaiannya dengan aktiitas yang dilakukan.
  • 5. 3. FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metode yang sistematis dan proaktif untuk mengevaluasi sebuah proses untuk mengidentifikasi dimana dan bagaimana proses tersebut dapat gagal dan untuk menilai dampak relatif dari kegagalan yang berbeda, dengan tujuan untuk mengidentifikasi komponen mana dari suatu proses yang paling penting untuk dilakukan usaha perbaikan. Secara umum, langkah-langkah FMEA adalah sebagai berikut: a) Mendefinisikan cakupan dan tujuan dari penelitian. b) Membentuk tim yang multidisipliner. c) Membuat daftar dari setiap proses yang ada di sistem yang diteliti. d) Buat daftar mode-mode kegagalan, penyebabnya, dan akibatnya. e) Membuat nilai numerik (Risk Priority Number) untuk setiap mode kegagalan yang merupakan perkalian dari kecenderungan terjadinya (occurrence), kecenderungan deteksi (detection), dan seberapa besar dampaknya (severity). Pada Tabel 1 akan ditampilkan contoh pedoman dalam memberikan nilai untuk occurrence, detection, dan severity metode FMEA. Tabel 1. FMEA Scales for Severity, Occurrence and Detection
  • 6. f) Mengevaluasi hasil yang didapatkan. Untuk menghitung RPN pada setiap mode kegagalan, kalikan ketiga nilai yang diperoleh (likelihood of occurrence, likelihood of detection, severity). Semakin tinggi nilai RPN dari sebuah mode kegagalan, maka mode kegagalan tersebut semakin diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan. 4. Pengendalian Risiko Langkah pengendalian risiko dapat dilakukan berdasarkan 5 (lima) hierarki pengendalian risiko/bahaya K3, dimana cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antara cara pengendalian risiko yang lainnya. Pada urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun seperti diilustrasikan pada Gambar 2. Gambar 2. Hierarki Pengendalian Risiko Pengendalian risiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan tingkat risiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Uraian Hierarki Pengendalian Risiko
  • 7. Menurut hierarki upaya pengendalian risiko (controling), alat pelindung diri sesungguhnya merupakan hirarki terakhir dalam melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dari potensi bahaya yang kemungkinan terjadi pada saat melakukan pekerjaan, setelah pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin lagi diterapkan. Potensi bahaya yang kemugkinan terjadi di tempat kerja, dan yang bisa dikendalikan dengan alat pelindung diri adalah: a. Terjatuh, terpeleset, kejatuhan benda. c. Kontak dengan bahan kimia baik padat maupun cair. d. Terpapar kebisingan dan getaran. e. Terhirup gas, uap, debu, mist, fume, partikel cair. f. Kemasukan benda asing, kaki tertusuk, terinjak benda tajam. Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena risiko dari bahaya. Bagian badan yang perlu dilindungi adalah kepala, alat pernafasan, alat pendengaran, alat penglihatan, kulit, kaki maupun tubuh pada umumnya, di bengkel ini penggunaan APD yang seharusnya digunakan yaitu : a. Sarung tangan Tujuan menggunakan sarung tangan agar pekerja bengkel dapat melindungi bagian tangan dari temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, bahan kimia, dan infeksi kulit. b. Masker Tujuan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung dari debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency). c. Pakaian lengan panjang Menggunakan pakain lengan panjang saat bekerja di bengkel sangat penting pada perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, penetrasi benda tajam (alat-alat bengkel). d. Alat pelindung kaki Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian sepatu yang nyaman agar terhindar dari lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia (misalnya oli, dll).
  • 8. C. PEMBAHASAN Dalam melakukan manajemen risiko terhadap suatu lingkungan kerja, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan tersebut seperti yang telah ditampilkan pada Gambar 1, dimulai dengan communication and consultation, establishing the context, risk assessment, risk treatment, dan yang terakhir adalah monitoring and review. Communication and Consultation Tahapan pertama dalam melakukan manajemen risiko adalah komunikasi dan konsultasi kepada semua pihak yang terlibat. Kesuksesan dalam penilaian risiko akan sangat tergantung dari keefektifan komunikasi dan konsultasi yang dilakukan. Dengan adanya komunikasi dan konsultasi yang baik, berbagai proses yang akan dilakukan selanjutnya dapat berjalan dengan lancar seperti menetapkan konteks dengan tepat, identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang sehingga didapatkan hasil yang utuh. Dalam kasus ini, AHASS sudah cukup baik dalam melakukan komunikasi dan konsultasi melalui supervisor yang ada di setiap cabang AHASS. Supervisor inilah yang bertugas mengkomunikasikan dan mengkonsultasikan mengenai manajemen risiko kepada pihak yang terlibat, terutama pekerja yang berhubungan langsung dengan aktivitas yang mengandung bahaya. Establishing the Context Konteks yang dimaksudkan dalam tahap ini meliputi konteks eksternal, konteks internal, konteks manajemen risiko, dan kriteria risiko. Yang termasuk dalam konteks eksternal pada kasus ini diantaranya budaya, standar operasi, dan peraturan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di Indonesia yang mengatur tentang keselamatan kerja contohnya adalah UU No. 1 Tahun 1970. Dalam undang-undang tersebut diantaranya mengatur mengenai kondisi bangunan dan tata ruang, dan peratalan yang harus tersedia di tempat kerja. Sedangkan undang-undang yang mengatur tentang kesehatan kerja contohnya adalah UU No. 14 Tahun 1970. Peraturan yang dikeluarkan pemerintah tersebut membuat suatu organisasi dalam hal ini AHASS untuk dapat menjaga keselamatan dan kesehatan kerja dari tenaga kerja maupun orang yang bisa terkena dampak operasinya. Dalam konteks internal, AHASS memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melakukan manajemen risiko. Namun, terkadang apa yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang sudah ditanamkan oleh pihak
  • 9. manajemen. Hal ini kembali kepada budaya dan kebiasaan yang terbangun pada diri masing-masing individu. Jika melihat kondisi yang ada, sudah ada standar atau model yang diterapkan di AHASS berkaitan dengan adanya risiko di tempat kerja. Hal tersebut diantaranya terlihat dari adanya penggunaan alat pelindung diri seperti safety shoes, topi, tersedianya alat pemadam api ringan (APAR), kotak P3K, dan beberapa tanda peringatan. Risk Assessment Sebuah bengkel sepeda motor yang bergerak di bidang jasa perawatan dan perbaikan sepeda motor harus paham tentang adanya risiko yang dapat mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuannya dalam melakukan pelayan kepada customer. Selain itu, bengkel tersebut juga harus paham tentang cukup atau tidaknya dan efektif atau tidaknya sistem pengendali yang selama ini diterapkan. Dalam melakukan risk assessment ini digunakan metode FMEA (Failure Modes and Effects Analysis). Risk Identification Dalam melakukan risk assessment, hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi penyebab dan sumber dari suatu risk (hazard dalam konteks physical harm). Beberapa hazard yang berhasil diidentifikasi di suatu bengkel dalam melakukan berbagai aktivitasnya ditampilkan pada tabel di bawah ini. Failure mode merupakan harm yang terjadi, sedangkan failure causes merupakan hazard dari aktivitas yang ada di bengkel sepeda motor. Tabel 2. Hasil Risk Identification Process Failure Mode Failure Cause(s) Memindahkan motor dari dan ke workshop Tergelincir Tumpahan oli Tergelincir Peralatan mekanik yang berantakan Memeriksa kondisi motor Menghirup gas pembuangan kendaraan Gas pembuangan kendaraan Mendengar suara bising kendaraan Kebisingan dari mesin kendaraan Penggantian oli dan pelumasan rantai Kontak langsung dengan pelumas/ oli bekas Minyak pelumas/ oli bekas Proses servis Postur tubuh yang tidak tepat saat melakukan servis Ketinggian/ posisi sepeda motor saat diservis Bagian tubuh mengenai bagian motor yang tajam Bagian motor yang bersudut tajam
  • 10. Bersentuhan dengan bagian motor yang panas Bagian motor yang bersuhu tinggi Penambahan air aki Terciprat air aki Air aki Proses charging aki Ledakan Overcharge Ledakan Gas hidrogen dan oksigen saat proses charging Pengecekan kelistrikan motor Kebakaran Hubungan pendek listrik Proses pembersihan komponen dari debu Kontak langsung dengan bensin Bensin Risk Analysis Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap risiko yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Konsekuensi dan kemungkinan konsekuensi tersebut muncul akan menjadi poin penting dalam tahapan ini. Dalam metode FMEA, penilaian dilakukan terhadap occurrence (seberapa sering terjadi), detection (seberapa mudah dideteksi), dan severity (seberapa parah bahaya yang ditimbulkan). Untuk nilai occurrence nilai yang diberikan nilai antara 1 sampai 10, dengan nilai 1 adalah “sangat jarang terjadi” dan 10 berarti “sangat sering terjadi”. Untuk nilai detection nilai yang diberikan juga antara 1 sampai 10, dengan nilai 1 adalah “sangat mudah untuk dideteksi” dan 10 berarti “sangat susah untuk dideteksi”. Sedangkan untuk nilai severity nilai 1 adalah “tidak terlihat efek yang ditimbulkan” dan 10 berarti “bahaya yang ditimbulkan sangat parah”. Berikut akan ditampilkan tabel yang berisi konsekuensi yang muncul beserta penilaian yang dilakukan menggunakan metode FMEA. Dari sejumlah risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis untuk menemukan konsekuensi untuk masing-masing risiko tersebut. Pada saat memindahkan motor baik menuju workshop terdapat beberapa hazard, yaitu tumpahan oli atau minyak pelumas dan peralatan mekanik yang berantakan. Jika dalam jalur yang dilewati untuk memindahkan sepeda motor terdapat hazard tersebut maka dapat menyebabkan mekanik tergelincir dan menyebabkan cedera pada mekanik. Proses pengecekan kondisi sepeda motor dilakukan salah satunya saat sepeda motor dalam kondisi menyala. Saat sepeda motor menyala, terdapat hazard yang muncul yaitu gas pembuangan kendaraan dan kebisingan dari mesin yang menyala. Gas hasil pembakaran sepeda motor mengandung karbon monoksida yang beracun. Jika pekerja menghirup gas ini maka dapat mengalami gangguan pernapasan, dalam jangka
  • 11. waktu dapat dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah seperti kanker paru-paru. Aktivitas lain yang terdapat hazard yang muncul adalah saat proses penggantian oli maupun pelumasan pada rantai atau bagian sepeda motor yang lain. Pada saat proses tersebut, mekanik biasanya akan terkena kontak langsung dengan oli atau minyak pelumas. Kontak langsung dengan oli bekas atau minyak pelumas dapat menyebabkan dermatitis bahkan kanker kulit. Mekanik selama mengerjakan motor seringkali harus membungkuk atau memiringkan badannya. Hal tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang lama dan berulang, yang tentunya sangat berisiko pada kesehatannya. Postur tubuh yang tidak tepat selama bekerja dapat menyebabkan berbagai gangguan pada tulang dan persendian. Dalam melakukan proses servis, seorang mekanik juga akan berhubungan dengan bensin baik dari komponen yang ada di sepeda motor sendiri atau bensin yang digunakan untuk membersihkan debu pada bagian-bagian tertentu di sepeda motor. Bensin yang merupakan salah satu senyawa kimia diidentifikasi sebagai hazard karena senyawa ini dapat diabsorpsi oleh kulit dengan mudah yang pada jangka waktu yang lama dapat menyebabkan iritasi kulit. Selain itu bensin juga dapat diabsorpsi melalui pernapasan yang kemudian akan masuk ke dalam aliran darah, jika paparan ini berlangsung dalam jangka panjang dapat menyebabkan anemia, leukemia. Dalam sebuah sepeda motor, energi listrik dihasilkan oleh aki. Di dalam aki tersebut terdapat cairan elektrolit yang akan mengalami serangkaian reaksi kimia, sehingga dapat dihasilkan energi listrik. Proses perawatan atau perbaikan yang dilakukan pada aki diantaranya adalah penambahan penambahan air aki dan proses charging aki. Saat proses penambahan air aki, ada kemungkinan terjadi cipratan air aki yang mengenai kulit atau mata. Sifat air aki yang asam ini jika terkena pada tangan atau mata dapat menyebabkan iritasi baik ringan sampai berat tergantung pada penanganan yang dilakukan. Sedangkan, pada saat proses charging aki akan dihasilkan gas hasil reaksi kimia. Jika gas tersebut bertemu dengan sumber api maka dapat terjadi ledakan, oleh karena itu proses charging harus dilakukan di tempat yang memiliki sirkulasi udara yang baik. Selain itu, sumber api juga hars dijauhkan dari tempat charging aki. Saat proses charging, ada kemungkinan terjadi over charge jika tegangan atau arus yang dialirkan terlalu tinggi dan waktu charging yang terlalu lama. Karena gas yang dihasilkan dari
  • 12. reaksi kimia besar dan wadah panas karena over charge maka wadah yang membungkus tidak sanggup menahan, sehingga dapat terjadi ledakan. Sistem kelistrikan dari sebuah sepeda motor juga akan dicek oleh mekanik. Hazard yang bisa muncul dari sistem kelistrikan yang ada di sepeda motor adalah hubungan pendek listrik. Hubungan pendek listrik ini jika mengenai bahan yang mudah terbakar maka dapat menyebabkan kebakaran. Risk analysis untuk keseluruhan proses yang ada di sebuah bengkel sepeda motor ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Risk Analysis Menggunakan Metode FMEA Process Failure Mode Failure Cause(s) Failure Effect(s) O D S RPN Memindahkan motor dari dan ke workshop Tergelincir Tumpahan oli Cedera karena tergelincir, kejatuhan motor 4 2 7 56 Tergelincir Peralatan mekanik yang berantakan Cedera karena tergelincir, kejatuhan motor 3 2 7 42 Memeriksa kondisi motor Menghirup gas pembuangan kendaraan Gas pembuangan kendaraan Mata perih, gangguan pernapasan 7 5 8 280 Mendengar suara bising kendaraan Kebisingan dari mesin kendaraan Gangguan pendengaran 7 3 6 126 Penggantian oli dan pelumasan rantai Kontak langsung dengan pelumas/ oli bekas Minyak pelumas/ oli bekas Terkena penyakit kulit bahkan kanker kulit 9 5 8 360 Proses servis Postur tubuh yang tidak tepat saat melakukan servis Ketinggian/ posisi sepeda motor saat diservis Sakit pada tulang/sendi 7 4 7 196 Bagian tubuh mengenai bagian motor yang tajam Bagian motor yang bersudut tajam Luka pada tangan, kepala yang terluka karena terbentur 7 3 6 126 Bersentuhan dengan bagian motor yang panas Bagian motor yang bersuhu tinggi Kulit melepuh / luka bakar 7 4 6 168 Penambahan air aki Terciprat air aki Air aki - Jika terkena mata dapat menyebabkan gangguan mata 4 3 8 96
  • 13. seperti iritasi - Jika terkena tangan dapat menyebabkan iritasi kulit Proses charging aki Ledakan Overcharge Kulit melepuh / luka bakar 2 4 8 64 Ledakan Gas hidrogen dan oksigen saat proses charging Kulit melepuh / luka bakar 2 5 7 70 Pengecekan kelistrikan motor Kebakaran Hubungan pendek listrik - Barang-barang di tempat kerja terbakar - Luka bakar pada pekerja 4 5 7 140 Proses pembersihan komponen dari debu Kontak langsung dengan bensin Bensin Menyebabkan iritasi pada kulit seperti kulit pecah-pecah dan mengelupas 7 5 8 280 Risk Evaluation Dari hasil risk analysis yang telah dilakukan menggunakan FMEA, didapatkan nilai risk priority number (RPN) untuk masing-masing risiko. Risiko yang memiliki nilai RPN yang tinggi akan diprioritaskan untuk dilakukan penanganan. Berdasarkan hasil yang didapatkan, kontak langsung dengan oli bekas/ minyak pelumas memiliki nilai RPN paling tinggi, kemudian dibawahnya adalah kontak langsung dengan bensin, menghirup gas pembuangan kendaraan, postur tubuh yang tidak tepat saat servis, dan bersentuhan dengan bagian sepeda motor yang panas. Untuk dua risiko yang memiliki nilai RPN terendah adalah tergelincir akibat tumpahan oli dan tergelincir akibat peralatan mekanik yang berantakan. Risiko-risiko yang memiliki nilai RPN tinggi tersebut memerlukan penanganan lebih lanjut sehingga nilai RPN-nya dapat diturunkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menurunkan salah satu atau beberapa dari nilai occurrence, severity, dan detection. Secara umum, tingginya nilai RPN untuk beberapa risiko disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan masih sangat dasar. 2. Kesadaran dan pemahaman akan adanya risiko yang masih rendah oleh para pekerja.
  • 14. 3. Sistem pengendali yang ada kurang efektif. 4. Risk Treatment Penanganan terhadap risiko yang muncul dapat dilakukan mulai dari eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan penggunaan APD. Untuk risiko pada aktivitas pemindahan sepeda motor baik dari dan ke workshop segala hazard sebisa mungkin ditiadakan dari jalur yang dilewati, dengan cara membersihkan tumpahan oli atau minyak dan selalu menempatkan peralatan mekanik di tempat yang disediakan dengan rapi. Selain itu tindakan yang dapat dilakukan adalah setiap mekanik menggunakan alat pelindung diri seperti safety shoes. Hal yang harus ditanamkan kepada setiap pekerja adalah pentingnya dapat menjaga kerapian dan kebersihan tempat kerja. Saat proses pemeriksaan sepeda motor, terdapat hazard yang muncul yaitu gas pembuangan. Oleh karena itu, ruangan harus memiliki ventilasi yang cukup sehingga sirkulasi udara dapat lancar. Selain itu, agar gas tidak berada di dalam ruangan maka knalpot sepeda motor dihubungkan dengan pipa instalasi gas pembuangan, harus dipastikan juga bahwa dalam pipa tersebut tidak ada kebocoran. Untuk mengurangi paparan gas yang ada di ruangan, pekerja dapat menggunakan masker sebagai alat pelindung diri. Selain gas pembuangan, saat proses pengecekan berlangsung juga terdapat kebisingan dari mesin kendaraan. Kebisingan dapat mengganggu pendengaran dari pekerja, oleh karena itu diperlukan alat pelindung diri berupa pelindung pendengaran. Pelindung pendengaran ini, diperlukan terutama ketika tingkat kebisingan sudah lebih dari 80dB. Saat proses penggantian oli maupun pelumasan pada rantai atau bagian sepeda motor yang lain sebisa mungkin kontak langsung dengan oli bekas/minyak pelumas harus dihindari. Hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan. Sarung tangan yang dapat digunakan adalah jenis nitrile gloves yang memang dirancang untuk pekerjaan yang berhubungan dengan minyak pelumas, cairan pelarut dan cairan asam. Untuk meminimalkan risiko gangguan tulang dan persendian akibat postur tubuh yang tidak tepat maka selama melakukan proses servis, tinggi kendaraan disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan dan menggunakan alat bantu yang meminimalkan beban kerja pada tulang atau persendian. Bagian di sepeda motor seringkali bersudut
  • 15. tajam, sehingga dapat melukai bagian tubuh mekanik. Oleh karena itu untuk menanganinya dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan sehingga tangan tidak tergores dan topi yang dapat membantu menghindari benturan dengan bagian motor tersebut. Kontak langsung dengan bensin juga berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, untuk menghindari risiko tersebut yang dapat dilakukan salah satunya adalah memakai sarung tangan. Selain itu, mekanik juga harus menjaga kebersihannya dengan selalu mencuci tangan setelah melakukan kontak dengan bensin, sehingga kandungan bezena tidak terakumulasi di dalam kulit. Risiko lain yang dapat timbul dari bensin karena sifatnya yang mudah terbakar adalah adanya ledakan jika ada percikan api, oleh karena itu semua sumber api harus dijauhkan dari tempat kerja dan menyiapkan alat pemadam api ringan (APAR). Sama halnya dengan aki, jika terkena kulit makan dapat memberikan dampak yang serius. Oleh karenanya untuk mencegah risiko terjadinya hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan untuk menghindari kontak dengan tangan dan kaca mata untuk menghindari kontak dengan mata. Untuk mencegah risiko yang lebih parah jika terkena mata adalah menyediakan eye wash sehingga cairan yang terkena mata dapat segera dibersihkan. Dalam proses charging, hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko yang berakibat fatal maka proses charging harus dilakukan menggunakan peralatan yang baik, tegangan, arus, dan lama waktu charging harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. Selanjutnya dalam mengecek kelistrikan sepeda motor, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka alat-alat yang digunakan harus dalam kondisi baik, selain itu mekanik harus teliti dalam bekerja sehingga tidak melakukan kesalahan. Alat pemadam api ringan juga harus disediakan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. D. PENUTUP Dari hasil identifikasi, analisis, dan evaluasi yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran agar manajemen risiko yang diterapkan dibengkel sepeda motor dalam hal ini AHASS sebagai berikut.
  • 16. 1. Kesimpulan 1) Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di Bengkel ini telah terlaksana dengan baik. 2) Pencegahan atau pengendalian kecelakaan kerja telah dilaksanakan dengan baik hanya perlu peningkatan dan konsistensi jangka panjang. 3) Kesadaran pekerja cukup baik namun perlu selalu ditingkatkan melalui komunikasi internal dalam bentuk briefing sebelum kerja dan evaluasi harian setelah kerja. 2. Saran 1) Diharapkan bagi pemilik untuk mengetahui dan memberikan pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja serta prosedurnya bagi pekerja. 2) Kesadaran menggunakan alat pelindung diri perlu di tingkatkan serta penggunaannya sesuai prosedur. DAFTAR PUSTAKA http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendal ian-risikobahaya.html Yuniarto, HariAgung., 2015, Materi Bahan Ajar Kuliah Risk and Management Safety, TeknikIndustri, UGM, Yopgyakarta. International Standard, IEC/FDIS 31010:2009, Risk management — Risk AssessmentTechniques. http://www.whoi.edu/cruiseplanning/files/1370534206926_6402_MSDS_SkyHook_Bat teries.pdf http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/bensin.pdf http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/pelumas.pdf http://www.dermnetnz.org/reactions/mechanics.html http://www.hse.gov.uk/mvr/index.htm
  • 17. http://asq.org/learn-about-quality/process-analysis-tools/overview/fmea.html http://www.fmeainfocentre.com/guides/ProcessPktNewRatings.pdf (Severity, Occurrence, and Detection Criteria for Process FMEA) Tabel 4. Hasil Identifikasi Hazard yang Ada di Bengkel Aktivitas Hazard (benda saja) Harm (tergelincir, terhirup, dll) Tindakan yang Sudah Dilakukan Saran Bengkel Resmi Bengkel Biasa Memindahkan motor dari dan ke workshop Tumpahan oli Cedera karena tergelincir - Selalu membersihkan cipratan atau tumpahan oli dengan segera. - Pekerja menggunakan safety shoes. Membersihkan cipratan atau tumpahan oli dengan segera Jalur menuju workshop harus selalu dipastikan terbebas dari hazard, selalu memberikan pemahaman kepada pekerja untuk dapat menjaga kerapian dan kebersihan tempat kerja Peralatan mekanik yang berantakan Cedera karena tergelincir Menempatkan peralatan pada tempat yang tersedia di masing- Mengumpulka n peralatan pada satu tempat yang sama namun
  • 18. masing workshop setelah selesai proses servis masih disekitar workshop Proses pemeriksaan motor Gas pembuanga n kendaraan Mata perih, gangguan pernapasan Knalpot dihubungkan pada instalasi pipa pembuangan - Ruangan memiliki ventilasi yang baik, menggunakan masker sebagai alat pelindung diri (APD) Kebisingan dari mesin kendaraan Gangguan pendengaran - - Menggunakan APD untuk mengurangi paparan kebisingan Penggantian oli dan pelumasan rantai Kontak dengan pelumas/ oli bekas Terkena penyakit kulit bahkan kanker kulit Membersihkan tangan dengan kain lap Membersihkan tangan dengan kain lap Menggunakan sarung tangan agar tangan tidak kontak langsung dengan oli Proses servis Postur tubuh yang tidak tepat saat melakukan servis Sakit pada tulang/sendi Menggunakan pengungkit agar ketinggian motor dapat disesuaikan - Menyesuaikan ketinggian motor sesuai aktivitas yang dilakukan Bagian motor yang bersudut Luka pada tangan, kepala yang Menggunakan topi untuk mengantisipasi - Menggunakan alat pelindung diri seperti
  • 19. tajam terluka karena terbentur benturan sarung tangan dan topi Penambahan air aki Cipratan air aki - Jika terkena mata dapat menyebabkan gangguan mata seperti iritasi - Jika terkena tangan dapat menyebabkan iritasi kulit - - - Menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan kaca mata - Menyediakan eye wash Proses charging aki Overcharge Dapat menyebabkan ledakan Memastikan arus dan tegangan saat proses charging sesuai standar Memastikan arus dan tegangan saat proses charging sesuai standar Memastikan semua peralatan yang digunakan aman, teliti dalam bekerja, dan menjauhkan sumber panas/api Gas hidrogen dan oksigen saat proses charging Dapat menyebabkan ledakan Menjauhkan sumber panas/api Menjauhkan sumber panas/api Pengecekan kelistrikan motor Hubungan pendek listrik Dapat menyebabkan kebakaran Menjauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dan menyediakan APAR Menjauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar Menjauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dan menyediakan APAR Proses pembersihan komponen dari Kontak langsung dengan Menyebabkan iritasi pada kulit seperti Membersihkan tangan dengan kain lap Membersihkan tangan dengan kain lap Menggunakan sarung tangan agar tidak
  • 20. debu bensin kulit pecah- pecah dan mengelupas terjadi kontak langsung dengan bensin Failures are prioritized according to how serious their consequences are, how frequently they occur and how easily they can be detected. The purpose of the FMEA is to take actions to eliminate or reduce failures, starting with the highest-priority ones. +: di ahass ada garis pembatas yang membatasi wilayah workshop mekanik Sumber utama (bisa dibilang begitu): http://www.hse.gov.uk/mvr/index.htm *DASAR PEMILIHAN NITRILE GLOVES http://www.ehs.berkeley.edu/workplace-safety/glove-selection-guide Nitrile Incidental contact (disposable exam glove) Extended contact  Excellent general use glove. Good for solvents, oils, greases, and some acids and bases.
  • 21. (thicker reusable glove)  Clear indication of tears and breaks. Good alternative for those with latex allergies. *BAHAYA BENSIN DAN PELUMAS (OLI) http://www.dermnetnz.org/reactions/mechanics.html (Skin problems in motor vehicle repair workers) Good general advice for motor vehicle repair workers  Use personal protective equipment such as gloves, facemasks, eye protection, respirators and overalls as appropriate to the job. Good hand care advice for motor vehicle repair workers  Use personal protective equipment according to manufacturers' instructions.  Remove skin contaminants by washing with clean warm water before eating, drinking, smoking or using the lavatory.  Use the mildest cleanser required to get the job done. Never clean hands with concentrated cleaning products, solvents or fuel.  Barrier creams used before workmay be appropriate in some circumstances, to make skin cleansing easier.  Use moisturising creams after work and after washing hands.  Regularly change soiled overalls.  Never keep oily rags in pockets.  Report skin problems to management. http://hetinymuthia.blogspot.co.id/2011/12/karya-ilmiah-pengaruh-benzena-dalam.html http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/bensin.pdf http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/pelumas.pdf
  • 22. Benzena dapat diabsorpsi lewat kulit, hal ini telah dibuktikan secara in vivo (dalam manusia) dan in vitro (dengan kulit manusia). Perpindahan senyawa ini dari kulit ke darah melalui mekanisme difusi pasif. Interaksi dengan molekul-molekul pada kulit mempengaruhi absorpsi benzena tersebut. Tingkat absorpsi benzena cair yaitu 0.4 mg/cm2/jam (pada kondisi tepat larut). Absorpsi dari uap benzena dapat diabaikan. Tidak ada catatan mengenai toksisitas akut yang disebabkan paparan benzena melalui absorpsi kulit. Jika seseorang khusunya petugas SPBU terpapar benzena dengan konsentrasi udara sebesar 10 ppm, maka perkiraan absorbsi per jamnya adalah 7,5 μL melalui inhalasi, 1,5 μL melalui kulit keseluruhan, dan 7,0 μL melalui kontak kulit langsung. Kontak benzena dengan kulit pada waktu yang lama akan membuat kulit pecah-pecah dan mengelupas. Benzena yang terabsorpsi oleh kulit akan terdistribusi paling banyak ke ginjal, hati, dan kulit. * AKI http://www.whoi.edu/cruiseplanning/files/1370534206926_6402_MSDS_SkyHook_Bat teries.pdf http://antok-arema.blogspot.co.id/2013/10/mengapa-aki-meledak.html Overcharge yaitu sebuah kondisi dimana aki terus menerus di charge yang panasan dan melendung (covernya kemudian meledak). Pada batere kering, gas hidrogen dan oksigen tidak mudah keluar, dan terkumpul di dalam aki. Jika pengisian aki terlalu tinggi hingga melampaui batas normal (overcharge), maka produksi hidrogen dan oksigen meningkat. Sehingga pada suatu saat akan melampaui kemampuan wadah aki dan akhirnya wadah pecah alias aki meledak. Batere yang tertutup rapat (sealed battery) seperti aki kering (gel cell, Adsorbed Glass Mat, dll) memang lebih tinggi risiko meledaknya dari pada aki basah. 7. Selama aki diisi-ulang / dicas (recharge), aki akan mengeluarkan gas hidrogen dan oksigen. Sebagaimana diketahui hidrogen adalah gas yang mudah terbakar, sedangkan oksigen adalah zat yang membantu proses pembakaran. Sehingga kombinasi kedua gas tersebut akan mudah terbakar. Campuran hidrogen dan oksigen dalam konsentrasi tertentu jika bertemu dengan percikan api atau panas yang tinggi walau cuma di satu titik kecil, maka akan mudah meledak.