Kesultanan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada 1526 dan menjadi kerajaan Islam yang makmur di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Namun, pengaruh Belanda semakin besar setelah kematian Sultan Haji pada 1687 dan akhirnya Kesultanan Banten dihapuskan pada 1813.
2. Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas
pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati
bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda,
dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut
sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan
Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang),
Sunda Kalapa dan Cimanuk.
Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang
putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Anak yang
pertama bernama Maulana Yusuf. Sedangkan anak kedua menikah dengan
anak dari Ratu Kali Nyamat dan menjadi Penguasa Jepara.
Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570).
Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak
Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana
Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang
Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena
dibantu oleh para ulama.
3. Sumber sejarah tentang Kerajaan
Banten sangat sedikit dapat ditemukan
karena di abad XVI Kerajaan Banten telah
menjadi pelabuhan Kerajaan Sunda. Dan
salah satu sumber sejarah Kerajaan Banten
adalah catatan dari Ten Dam
Sumber Sejarah
4.
5. Kerajaan Banten berada pada posisi yang strategis dalam perdagangan
internasional. Berkuasanya Portugis di Malaka mendorong Banten untuk
membuat pelabuhan di tepi Selat Sunda dan Teluk Banten, pelabuhan ini
dipakai untuk ekspor lada yang akan dikirim ke luar negeri. Untuk menambah
ekspor lada, Maulana Yusuf melakukan penaklukan ke Lampung. Dengan
ditaklukkannya Lampung sebagai penghasil lada terbesar mampu meningkatkan
ekspor ke luar negeri dan meningkatkan perekonomian.
Masyarakat yang berada pada wilayah Kesultanan Banten terdiri dari
beragam etnis yang ada di Nusantara, antara lain: Sunda, Jawa, Melayu, Bugis,
Makassar, dan Bali. Beragam suku tersebut memberi pengaruh terhadap
perkembangan budaya di Banten dengan tetap berdasarkan aturan agama
Islam. Pengaruh budaya Asia lain didapatkan dari migrasi penduduk Cina akibat
perang Fujian tahun 1676, serta keberadaan pedagang India dan Arab yang
berinteraksi dengan masyarakat setempat.
6. 1. Maulana Hasanuddin
Maulana Hasanuddin merupakan seorang pendiri Kesultanan
Banten. Ia juga bergelar Pangeran Sabakingkin dan berkuasa di Banten
dalam rentang waktu 1552 - 1570.
Maulana Hasanuddin merupakan salah seorang putera dari Sunan
Gunung Jati. Bersama Kerajaan Demak, Ia turut serta dalam penaklukan
Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527 yang waktu itu masih merupakan
pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda. Kemudian melanjutkan perluasan
kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung. Ia mendirikan benteng
pertahanan yang dinamakan Surosowan dan kemudian menjadi pusat
pemerintahan, setelah Banten menjadi kerajaan sendiri.
2. Maulana Yusuf
Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan merupakan putra dari
Maulana Hasanuddin pendiri Kesultanan Banten. Ia melanjutkan
kekuasaan bapaknya di Banten dalam rentang waktu 1570 - 1580.
Berdasarkan Sejarah Banten, setelah Maulana Hasanuddin
meninggal pada tahun 1570, Maulana Yusuf naik tahta, kemudian
melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda, dengan
menaklukan Pakuan Pajajaran pada tahun 1579.
7. 3. Maulana Muhammad
Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana merupakan
putra dari Maulana Yusuf, ia memerintah sebagai penguasa di Banten
pada rentang waktu 1580 - 1596. Maulana Muhammad naik tahta dalam
usia yang belum dewasa, sehingga dalam penyelengaraan pemerintahan
di Banten waktu itu ia dibantu dengan sistem perwalian. Maulana
Muhammad, seperti pendahulunya ia juga melakukan perluasan wilayah
Kesultanan Banten, namun meninggal dunia di Palembang sewaktu
mencoba menundukkan kawasan tersebut.
4. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada
periode 1651 - 1692. Ia memimpin banyak perlawanan terhadap
Belanda. Masa itu, VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan
yang merugikan Kesultanan Banten. Kemudian Tirtayasa menolak
perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka. Saat
itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan
Islam terbesar.
8. 5. Sultan Haji
Sultan Haji merupakan salah seorang putera dari
Sultan Abulfath Abdulfattah atau Sultan Ageng Tirtayasa
pewaris Kesultanan Banten yang berkuasa pada periode
1671-1686. Ia mendapatkan tahtanya bekerja sama dengan
Belanda setelah menggulingkan ayahnya. Hal ini
menimbulkan banyak spekulasi, mengingat jika ia pewaris
syah dari Kesultanan Banten seharusnya tanpa melakukan
kudeta terhadap ayahnya pun, ia dapat menerima tahta
tersebut.
9. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Hal-hal yang dilakukan oleh Sultan
Ageng Tirtayasa terhadap kemajuan Kerajaan Banten adalah sebagai
berikut:
Memajukan wilayah perdagangan. Wilayah perdagangan Banten
berkembang sampai ke bagian selatan Pulau Sumatera dan sebagian
wilayah Pulau Kalimantan.
Banten dijadikan sebagai tempat perdagangan internasional yang
mempertemukan pedagang lokal dengan para pedagang asing dari
Eropa.
Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam sehingga banyak murid
yang belajar agama Islam ke Banten.
Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur
Lucas Cardeel. Sejumlah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Banten
dapat kita saksikan hingga sekarang di wilayah Pantai Teluk Banten.
Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan. Kekuatan
ekonomi Banten didukung oleh pasukan tempur laut untuk
menghadapi serangan dari kerajaan lain di Nusantara dan serangan
pasukan asing dari Eropa.
10. Peristiwa penting yang pernah terjadi
di Kerajaan Banten yaitu:
a. Sultan Ageng Tirtayasa menolak VOC
menerapkan mono poli.
b. Rakyat Kerajaan Banten membuat VOC
kewalahan dengan merusak kebun tebu
milik VOC.
c. Kemenangan Sultan Haji menandai
berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten.
11. Pasca mangkatnya Sultan Haji pada tahun 1687, VOC semakin
mencengkramkan pengaruhnya di Banten diantaranya pengangkatan sultan
Banten mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jenderal Hindia-Belanda
di Batavia. Kalangan istana dan rakyat Banten kecewa karena lingkaran istana
menyerah begitu saja. Perang saudara pun meletus secara sporadis yang
membuat Banten semakin mengalami kemunduran . Pada tahun 1808
Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda (1808 – 1810)
mengumumkan dari markasnya diserang bahwa wilayah Kesultanan Banten
telah diserap ke dalam wilayah Hindia Belanda.
Kesultanan Banten resmi dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah
kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin
dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Peristiwa ini
merupakan pukulan pamungkas yang mengakhiri riwayat Kesultanan Banten.
12. 1. Istana Keraton Kaibon
Istana Kaibon adalah sebuah Istana tempat
tinggal Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan
Syaifuddin. Menurut penduduk sekitar,
dulunya ini adalah sebuah Istana yang sangat
megah. Namun, Pada tahun 1832, Belanda
menghancurkannya saat terjadi peperangan
melawan Kerajaan Banten.
2. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten terletak di Kompleks
bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan
Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang.
Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana
Hasanuddin (1552-1570). Ini adalah karya arsitektur
China yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi
yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi
utara dan selatan bangunan utama.
13. 3. Benteng Spellwijk
Lokasi tidak jauh dari Masjid Agung Banten,
benteng ini dibangun sekitar tahun 1585. Dahulunya
Benteng Spellwijk digunakan sebagai Menara
Pemantau yang berhadapan langsung ke Selat Sunda
dan sekaligus berfungsi sebagai penyimpanan
meriam-meriam dan alat pertahanan lainnya. Di
tempat ini juga terdapat sebuah Terowongan yang
katanya terhubung dengan Keraton Surosowan.
4. Meriam Ki Amuk
merupakan senjata andalan Banten
yang telah beberapa kali dipergunakan dalam
pertempuran melawan musuh. Menurut
beberapa sumber sejarah, meriam tersebut
dibuat oleh Kerajaan Banten sendiri dengan
mendatangkan para ahli meriam dari Turki
14. 5. Danau Tasikardi
Danau ini terletak tidak jauh dari Istana
Kaibon, Konon, Danau tersebut luasnya 5
Hektar dan bagian dasarnya dilapisi oleh Batu
Bata, Pada masa itu danau ini dikenal dengan
nama "Situ Kardi" yang memiliki sistem
ganda, selain sebagai penampung air di Sungai
Cibanten yang digunakan sebagai
PengairanPersawahan, danau ini juga
dimanfaatkan sebagai pasokan Air bagi
keluarga Keraton dan Masyarakat sekitarnya.
6. Pengindelan Emas
Untuk mengalirkan air dari danau
tasikardi menuju keraton, air harus
diproses dulu di bangunan ini. Air
dialirkan dari Pipa-Pipa yang terbuat dari
Tanah Liat berdiameter 2-40 cm.
Sebelum digunakan air danau harus
disaring dan diendapkan ditempat
penyaringan khusus yang dikenal dengan
Pengeindelan Emas
15. 7. Istana Keraton Surosowan
Tidak Jauh dari Istana Keraton Kaibon, terdapat sebuah Situs Istana
Surosowan yang merupakan Kediaman para SultanBanten, dari Sultan Maulana
Hasanudin hingga Sultan Haji yang pernah berkuasa pada tahun 1672-1687,
Istana ini dibangun pada tahun 1552.. Sisa bangunan megah ini berupa Benteng
yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan tinggi 0,5 – 2 meter.
Ditengahnya terdapat kolam persegi empat. Konon, kolam tersebut adalah bekas
pemandian para putri termasuk Rara Denok. Dengan luas sekitar 4 hektar.
Bangunan sejarah ini dihancurkan oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan
Ageng Tirtayasa tahun 1680.