Dokumen tersebut membahas tentang sistem pendukung keputusan (decision support system/DSS), yang merupakan sistem informasi terkomputerisasi yang membantu pengambilan keputusan bisnis dan organisasi dengan mengkompilasi informasi dari berbagai sumber untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah serta mengambil keputusan. Dokumen tersebut menjelaskan berbagai jenis, komponen, implementasi, fungsi, model, keterbatasan DSS.
SIM,FATHIA SUWANINDA, Prof. Dr,HAPZI ALI ,CMA ,IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ...
12,sim,fathia suwaninda ,hapzi ali ,dds, akuntansi,universitas mercu buana 2017
1. FATHIA SUWANINDA , UNIVERSITAS MERCU BUANA 1
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Decision support system
Diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
Dosen pengajar Bapak Hapzi Ali Prof. Dr. MM
Fathia Suwaninda
43215010191
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA BARAT
2017
2. FATHIA SUWANINDA , UNIVERSITAS MERCU BUANA 2
Decision Support Systems (DSS) atau system pendukung keputusan adalah
serangkaian kelas tertentu dari system informasi terkomputerisasi yang mendukung kegiatan
pengambilan keputusan bisnis dan organisasi. Suatu DSS yang dirancang dengan benar
adalah suatu system berbasis perangkat lunak interaktif yang dimaksudkan untuk membantu
para pengambil keputusan mengkompilasi informasi yang berguna dari data mentah,
dokumen, pengetahuan pribadi, dan/atau model bisnis untuk mengidentifikasikan dan
memecahkan berbagai masalah dan mengambil keputusan.
System pendukung keputusan atau DSS digunakan untuk mengumpulkan data, menganalisa
dan membentuk data yang dikoleksi, dan mengambil keputusan yang benar atau membangun
strategi dari analisis, tidak pengaruh terhadap computer, basis data atau manusia
penggunanya.
Informasi yang biasanya dikumpulkan dengan menggunakan aplikasi pendukung keputusan
akan melakukan:
Mengakses semua asset informasi terkini, termasuk data legasi dan relasional, kompulan
data, gudang data, dan kumpulan jumlah besar data.
Angka-angka penjualan antara satu periode dengan periode lainnya.
Angka-angka pendapatan yang diperkirakan, berdasarkan pada asumsi penjualan produk
baru.
Konsekuensi pilihan-pilihan pengambilan keputusan yang berbeda, dengan pengalaman
dalam suatu konteks yang dirinci ulang.
Persyaratan yang biasa dimiliki dalam penerapan Sistem Pendukung Keputusan Tingkat
Tinggi:
Pengumpulan data dari beragam sumber (data penjualan, data inventori, data supplier,
data riset pasar, dsb).
Penformatan dan penggunaan data.
Lokasi database yang sesuai serta pembangunan format untuk pembuatan laporan dan
analisa berbasis pengambilan keputusan.
Perangkat dan aplikasi yang serba bisa dan mampu memberikan pelaporan, monitoring
dan analisa terhadap data.
Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki 6 karakteristik antara lain sebagai
berikut :
1. Mendukung proses pengambilan keputusan yang menitik beratkan pada
manajemen dengan persepsi.
2. Adanya interface manusia atau mesin dimana manusia sebagai user tetap memegang
kontrol proses pengambilan keputusan.
3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur, semi
terstruktur dan tidak terstruktur.
3. FATHIA SUWANINDA , UNIVERSITAS MERCU BUANA 3
4. Memiliki kapasistas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan.
5. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi sebagai kesatuan sistem.
6. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan
informasi seluruh tahap manajemen.
BERBAGAI TIPE SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (DSS):
Penting untuk dicatat bahwa DSS tidak memiliki suatu model tertentu yang diterima atau
dipakai di seluruh dunia. Banyak teori DSS yang diimplementasikan, sehingga terdapat
banyak cara untuk mengklasifikasikan DSS.
1. DSS model pasif adalah model DSS yang hanya mengumpulkan data dan
mengorganisirnya dengan efektif, biasanya tidak memberikan suatu keputusan yang
khusus, dan hanya menampilkan datanya. Suatu DSS aktif pada kenyataannya benar-
benar memproses data dan secara eksplisit menunjukkan beragam solusi berdasarkan
pada data tersebut.
2. DSS model aktif sebaliknya memproses data dan secara eksplisit menunjukkan solusi
berdasarkan pada data yang diperoleh, walau harus diingat bahwa intervensi manusia
terhadap data tidak dapat dipungkiri lagi. Misalnya, data yang kotor atau data sampah,
pasti akan menghasilkan keluaran yang kotor juga (garbage in garbage out).
3. Suatu DSS bersifat kooperatif jika data dikumpulkan, dianalisa dan lalu diberikan kepada
manusia yang menolong system untuk merevisi atau memperbaikinya.
4. Model Driven DSS adalah tipe DSS dimana para pengambil keputusan menggunakan
simulasi statistik atau model-model keuangan untuk menghasilkan suatu solusi atau
strategi tanpa harus intensif mengumpulkan data.
5. Communication Driven DSS adalah suatu tipe DSS yang banyak digabungkan dengan
metode atua aplikasi lain, untuk menghasilkan serangkaian keputusan, solusi atau
strategi.
6. Data Driven DSS menekankan pada pengumpulan data yang kemudian dimanipulasi agar
sesuai dengan kebutuhan pengambil keputusan, dapat berupa data internal atua eksternal
dan memiliki beragam format. Sangat penting bahwa data dikumpulkan serta
digolongkan secara sekuensial, contohnya data penjualan harian, anggaran operasional
dari satu periode ke periode lainnya, inventori pada tahun sebelumnya, dsb.
7. Document Driven DSS menggunakan beragam dokumen dalam bermacam bentuk seperti
dokumen teks, excel, dan rekaman basis data, untuk menghasilkan keputusan serta
strategi dari manipulasi data.
8. Knowledge Driven DSS adalah tipe DSS yang menggunakan aturan-aturan tertentu yang
disimpan dalam komputer, yang digunakan manusia untuk menentukan apakah keputusan
harus diambil. Misalnya, batasan berhenti pada perdagangan bursa adalah suatu model
knowledge driven DSS.
4. FATHIA SUWANINDA , UNIVERSITAS MERCU BUANA 4
IMPLEMENTASI DSS DI DUNIA KERJA
Konsep implementasi DSS di dunia kerja contohnya adalah seperti penerapan Business
Intelligence dalam pengumpulan data serta presentasi data dalam suatu bentuk Dashboard.
Bidang industri perusahaan yang dijadikan contoh adalah maskapai penerbangan atau airline
industry.
Teknologi aplikasi yang digunakan adalah system aplikasi berbasis web dan dapat diakses
pada suatu URL tertentu dari PC/laptop/tablet milik pengguna dengan kapasitas minimum,
kapan saja dan dimana saja pengguna berada.
Metodologi, proses serta perangkat pelaporan Business Intelligence atau BI adalah komponen
kunci yang memberikan analisa data, pelaporan dan monitoring yang kaya kepada pengguna
sistem.
Secara garis besar,berikut adalah proses yang terjadi dibawah ini, dimana;
System akan mengumpulkan semua data baik data master dan juga data transaksi dari
setiap aplikasi yang digunakan semua departemen dalam perusahaan, untuk kemudian
dilakukan analisis What-if tergantung dari laporan apa yang diinginkan oleh pihak
manajemen.
Hasil analisis tersebut akan menentukan keputusan apa yang harus diambil oleh
manajemen.
Terlihat dibawah, berbagai departemen yang mengaksesnya antara lain Personalia
(Human Resource/HRD), Keuangan (Accounting), Produksi/Operasional,
Pemasaran/Marketing, Distribusi/Pengiriman, serta divisi lain, yang semuanya berada
dibawah manajemen perusahaan.
Pelaporan yang ingin dilihat oleh tingkat manajer dalam manajemen perusahaan tersebut
akan tampil dalam aplikasi dashboard yang interaktif dan dapat dikustomisasi sesuai
keinginan user/pengguna aplikasi
Fungsi Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Secara global dapat dikatakan bahwa fungsi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah
untuk meningkatkan kemampuan para pengambil keputusan dengan memberikan alternatif-
alternatif keputusan yang lebih banyak atau lebih baik, sehingga dapat membantu untuk
merumuskan masalah dan keadaan yang dihadapi. Dengan demikian Sistem Pendukung
Keputusan (SPK) dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Jadi dapatlah dikatakan secara
singkat bahwa tujuan Sistem Penunjang Keputusan adalah untuk meningkatkan efektivitas
(do the right things) dan efesiensi (do the things right) dalam pengambilan keputusan.
Walaupun demikian penekanan dari suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah pada
peningkatan efektivitas dari pengambilan keputusan dari pada efisiensinya.
Definisi / Pengertian Model dalam Sistem Pendukung Keputusan
Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk
5. FATHIA SUWANINDA , UNIVERSITAS MERCU BUANA 5
dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan suatu proses
berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.
Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang
kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan
tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman.
Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam
pengambilan keputusan.
Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan
Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini
disampaikan beberapa klasifikasi saja. Klasifikasi model dapat dilakukan berdasarkan
sebagai berikut:
1. Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan
lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2. Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model tentang
persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan sebagainya.
3. Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional,
kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4. Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
5. Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non
konflik, dan sebagainya.
6. Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu
digunakan; lain-lain.
7. Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model
keseluruhan, dan lain-lain.
8. Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah
direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan
juga.
Beberapa Keterbatasan Sistem Penujang Keputusan (SPK)
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan,
sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan
sebenarnya.
2. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki manusia. Sistem ini dirancang
hanyalah untuk membantu pengambil keputusan dalam melaksanakan tugasnya.
3. Proses-proses yang dapat dilakukan SPK biasanya juga tergantung pada perangkat lunak
yang digunakan.
4. Kemampuan suatu SPK terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya
(pengetahuan dasar serta model dasar).