1. 1
makalah pbsi kelas tinggi tentang
membaca dan sastra anak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting didalam
dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, kita harus
mempelajari ilmu pendidikan tentang bahasa dan sastra Indonesia. Agar kita dapat belajar
dan mengetahui bagaimana cara kita menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar.
Terutama bagi calon pendidik, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dirasakan
memang sangat penting. Karena ketika seorang pendidik memberikan pengajaran kepada
anak-anak didiknya, ia harus bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Apabila seorang pendidik mengunakan bahasa yang kurang baik, maka akan dicontoh
oleh anak-anak didiknya.
Dewasa ini, dari sekian banyak orang, yang bisa menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar amat sedikit. Bahkan yang lebih parahnya masi ada diantara mereka
yang sama sekali tidak bisa membaca (buta huruf). Oleh karena itu anak-anak harus
belajar membaca dari kecil karena membaca angat penting. Dengan membacalah kita
dapat berbagai macam pengetahuan. Disinilah peran seorang guru/pendidik yang harus
memberantas buta huruf.
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana hubungan antara membaca dengan sastra dalam pengembangan
pembelajaran membaca berdasarkan karya sastra anak?
C.Tujuan
2. 2
1.Mengetahui hubungan antara membaca dengan sastra dalam pengembangan
pembelajaran membaca berdasarkan karya sastra anak
BAB III
MEMBACA DAN SASTRA ANAK
A. Pengertian Membaca dan Sastra
Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan menggunakan pikiran juga
perasaan, serta membina persatuan dan kesatuan bangsa. Di SD, khususnya di kelas 1 dan
2 diutamakan pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia sederhana melalui
membaca, menulis, mengarang dan imla (dikte) dengan menggunakan bahasa Indonesia
baku. Untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar menggunakan bahasa,
dalam kegiatan kegiatan belajar di kelas 1 dan 2 diberikan pengetahuan sederhana tentang
lingkungan alam dan sosial.
Menurut Spodek dan Saracho, membeca merupakan proses mendapatkan makna
dari barang cetak. Ada dua cara yang ditempuh dalam membaca untuk memperoleh
makna dari barang cetak yaitu :
1.Langsung, yakni menghubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya.
2.Tidak langsung, yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya
dengan makna.
1
1
Tyok. 2008. Membaca dan Sastra Anak. http://tyok-profilq.blogspot.com/2010/01/membaca-
dan-sastra-anak.html. (3 April 2011)
3. 3
B.Kaitan Membaca dan Sastra
Sartra berfungsi menghibur dan sekaligus mendidik, sehingga paling sedikit yang
diperoleh dari sastra yaitu memahami kebutuhan akan kepuasan pribadi dan pengembangan
kemampuan bahasa. Kepuasan pribadi anak-anak setelah membaca karya sastra sangat penting,
artinya selain mereka diminta menguasai keterampilan membaca selanjutnya karya sastra juga
berfungsi mengembangkan wawasan.
Dalam fungsi karya sastra dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dapat disebut
sebagai nilai pendidikan. Banyak hasil pendidikan yang menunjukan keefektipan karya sastra
dalam mengembangkan kemahiran berbahasan. Misalnya: Sorolski dkk, menemukan bahwa
buku bergambar yang baik dapat merangsang peningkatan pikiran dan perasaan anak secara
lisan.
1.Sastra anak-anak dan pengembangan keberwacanaan
Kebewaraan adalah kemampuan membaca dan menulis dalam menunaikan
tugas-tugas yang berkaitan dengan dunia kerja dan kehidupan diluar sekolah
(Tompkins, 1991:81). Pengembangan membaca dan menulis telah diamanatkan di
dalam kurikulum Pendidikan Dasar khususnya pendiikan dasar yang
diselenggarakan di SD.
Pelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan membeca
dan menulis (Kurikulum Pendidikan Tahun 1994). Pengembangan keberwacanaan
dapat dilaksanakan melalui pemanpaatan ini anak-anak sebagai media
pembelajaran membaca dan menulis. Pemanpaatan ini didasarkan pada asumsi
4. 4
bahwa sastra dapat mengembangkan bahasa, sastra dapat mengembangkan bahasa
anak (Huck, 1987: Ellis, 1989)
Istilah keberwacanaan merupakan terjemahan “Literacy” dari bahasa
Inggris. Semula, literacy diartikan sebagai pengetahuan tentang cara membaca
(keberaksaraan) tetapi kemudian karena tujuan yang diharapkan bukan sekedar
mengenal aksara atau tulisan. Para guru memperkrnalkan komputer pada anak SD
dan mengembangkan keberwacanaan komputer (computer literacy).
Bagaimanapun, keberwacanaan adalah suatu alat atau sarana yang dipakai
untuk belajar tentang dunia dan untuk berperan penuh dalam masyarakat.
2.Awal keberwacaan
Keberwacanaan adalah proses yang dimulai sebelum pendidikan dasar
berlanjut kemasa dewasa. Keberwacanaan dilakukan pada anak berumur 5 tahun
atau pada saat memasuki taman kanak-kanak. Sebagai “persiapan” untuk
pembelajaran membaca dan menulis yang akan dimulai secara formal pada tingkat
pertama.
Imflikasi dari hal ini adalah bahwa dalam perkembangan anak-anak ada
saat-saat yang tepat untuk mengajari mereka membaca. Persfektif tentang cara
anak menjadi anak itulah yang disebut awal keberwacanaan (emergency literacy).
Berdasarkan keberwacanaan ditentukan oleh 4 komponen, atau 4 elemen
umum yaitu:
1.Pesan tekstual (textual intent)
2.Daya tawar (negotiability)
3.Bahasa digunakan untuk meningkatkan bahasa (language use to
tinetune language)
4.Pengambilan risik (risk takinag)
3.Fungsi sastra anak-anak dalam pengembangan keberwacanaan
5. 5
Pada bagian awal tulisan ini dikemikakan bahwa keberwacanaan
mnengacu pada kemampuan membaca dan menulis. Terkait dengan dua
kemampuan inilah fungsi sastra anak-anak dalam pengembangan keberwacanaan
dijelaskan dengan memanfaatkan informasi (Huck, 1987: 15-16) menyimak cerita
dapat memperkenalkan anak pada pola-pola bahasa dan mengembangkan kosakata
serta maknanya, peran membaca juga cukup signifikan dalam pengembangan
menulis.
Smith mengetakan pengembangan komposisi dalam menulis tidak dapat
dikembangkan dalam menulis saja tetapi menuntut aktifitas membaca dan
kegemaran membaca. Hanya dari bahasa tulis orang lain anak-anak dapat
mengamati dan memahami konvesi serta gagasan secara bersama-sama (Huck,
1987).
C. Sastra Sebagai Landasan Pengembangan Membaca
Program pembelajaran sastra yang berlandaskan sastra menggunakan berbagai
endekatan dan strategi untuk membentu keterampilan berbahasa. Pembelajaran bersifat
terpadu yang sudah diterapkan dalam situasi kelas yang bagaimanapun. Jadwal membaca
tiap hari dapat digabarkan dengan cara, yaitu waktu dua jam dipandang sudah sesuai
karena keterampilan berkomunikasi dalam bidang membaca, menulis, menyimak dan
berbicara diajarkan secara terpadu.
1.Kegiatan membaca sastra dapat dilakukan dengan cara:
a) Kegiatan terarah
Guru memerlukan waktu khusus untuk mengajarkan keterampilan-
keterampilan tertentu kepada kelompok anak atau seluruh anak di kelas. Dalam
keseluruhan program pembelajaran bahasa kegiatan terarah kadang-kadang
berwujud pembelajaran strategi membaca. Misalnya murid menanggapi ilustrasi
cerita, membuat ilustrasi hasil karya sastra sendiri, mendemonstrasikan peristiwa
dan sebagainya.
b) Kegiatan bebas
Anak-anak perlu sekali diberikan kesempatan untuk memprakarsai
kegiatan-kegiatan mereka sendiri dan bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
6. 6
Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membuat keputusan, mengatasi
masalah, dan bertanggung jawab atas kegiatan belajar, mereka sendiri dapat
mempersiapkan anak-anak menghadapi tuntutan dunia kerja dalam kehidupan
yang sebenarnya.
c) Kegiatan murid-guru
Diadakan diskusi antara murid dan guru untuk menolng anak-anak yang
memerlukan peningkatan dalam hal keterampilan khusus atau pemahaman.
Melalui diskusi-diskusi, murid dengan guru dapat mengumpulkan informasi
penting mengenai minat anak, sikap terhadap kegiatan membaca dan
perkembangan dalam keterampilan membaca dan keterampilan berpikir.
Diskusi murid dan guru tersebut hendaknya mengandung hal-hal berikut:
1.Diskusi dapat difokuskan pada unsur-unsur bacaan, konsep atau permasalahan
yang ada dalam bacaan pengarang atau jenis karya sastra.
2.Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuju pada hal-hal tertentu sehingga
murid yang bersangkutan terlihat dalam kegiatan berpikir tingkat tinggi
(menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi).
3.Membaca nyaring bagian bacaannya dipilih sendiri oleh murid yaitu bagian
yang dia sukai.
4.Diskusi difokuskan pada proses pemilihan kegiatan, rencana untuk mengatasi
hambatan penyelesaian tugas.
5.Saran untuk kegiatan membaca selanjutnga dan petunjuk mengenai
pengembangan ketermpilan.
2.Karakteristik sastra sebagai bahan ajar kemampuan berbahasa
Sebagai bahasa ajar, sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh
bahan bahasa ajar yang lain, yaitu bahasa, struktur teks, isi pesan, asfek kejiwaan
yang ditumbuhkembangkan dan strategi perangkapan isi teks yang diperlikan.
7. 7
Bahasa teks sastra berciri kontatif atau kiasan, dilihat dari aspek semantis
yang dikandungnya, bersifat informal bila dilihat dari segi bahasanya, banyak
mengandumg majas, dan menonjolkan ciri wacana narasi dan deskrifsi. Dilihat
dari isi, teks sastra mengandung pesan-pesan kemanusiaan, pesan-pesan ini
bersifat tidak langsung.
Dilihat dari struktur teksnya, teks sastra mengandung karakter/tokoh, alur,
peristiwa, setting, dan sudut penceritaan. Aspek kejiwaan meliputi daya nalar,
kepekaan emosi, daya imajinasi, perluasan wawasan dan daya kreasi. Daya nalar
ditumbuh kembangkan melalui pemahaman dan penghayatan terhadap
permasalahan kemanusiaan dan lingkungan hidup. Emosi ditumbuh kembangkan
melalui penghayatan karakter tokoh dan peristiwa-peristiwa kehidupan. Daya
imajinasi ditumbuh kembangkan melalui kegiatan berpikir asosiatif yakni
mengasasikan peristiwa yang disuguhkan dalam teks sastra yang dibacanya
dengan peristiwa sehari-hari. Daya kreasi ditumbuh kembangkan melalui kegiatan
berpikir divergen (yang diarahkan untuk menumbuh kembangkan kebersamaan
dan kemampuan anak mengemukakan pendapat), kegiatan berpikir rekreatif, dan
kegiatan kreatif. Wawasan yang dimaksudkan disini adalah berkembangnya
wawasan anak yang diakibatkan oleh aktifitas belajar yang telah dilakukannya.
Pembaca sastra memerlukan strategi baca yang berbeda dengan strategi
membaca teks-teks nonsastra, itu disebabkan oleh bahasa sastra bersifat
konotatif/kias, yang berarti pesan disajikan oleh pengarang secara terselubung.
Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, yaitu nilai keindahan dan nilai
moral akan meresap dan berkembang dalam diri anak secara alami.
Karya sastra dapat menolong anak-anak memahami dunia mereka,
membentuk sikap-sikap yang positif, dan menyadari hubungan dengan manusia.
Lewat karya sastra anak-anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka
misalnya dengan membaca karya sastra yang melukiskan seorang anak yang
sering menolong sehingga disayang oleh gurunya dan teman-temanya, anak akan
mengerti bahwa mereka harus bersukap seperti itu agar banyak yang sayang.
3.Pemanfaatan Bahan Ajar Sastra Bagi Penumbuhkembangan Kemampuan
Berbahasa
8. 8
Pengajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk menyiapkan agar anak
mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Pengajaran yang demikian pada hakekatnya adalah pengajaran yang dimaksudkan
untuk membentuk kompetensi komunikasi. Kompetensi ini memiliki empat unsur
pokok yaitu pengetahuan dan penguasaan kaidah tatabahasa baik fonologi,
morfologi, sintaksis maupun sematik. Pengajaran apresiasi sastra dengan bahan
bahan ajar sastranya, berfungsi sebagai wahana penbentukan kompetensi
komunikasi khusus kepada anak. Kompetensi yang dimaksud disini adalah
kompetensi komunikasi sastra dan kompetensi komunikasi bahasa yang lain yang
berarah emotif-imajinatif.
Pengajaran bahasa dengan bahan ajar sastra mengajak anak untuk
memahami karakteristik bahasa sastra sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia,
dan karakteristik komunikasi sastra sebagai salah satu bentuk komunikasi tulis
bahasa Indonesia. Karakteristik komunikasi astra antara lain:
a.Komunikasi ini bersifat tidak langsung
b.Kehadiran penulis tidak dapat menggantikan kedudukan teks sastra yang
ditulisnya
c.Konteks komunikasi sastra berdimensi ganda
d.Ada jarak antara realitas dalam teks dalam realitas kehidupan nyata dan
antara teks sastra dengan penulisnya.
Pengajaran sastra dewasa ini dibagi dua golongan besar yaitu:
a.Pengajaran tentang sastra, pengajaran tentang sastra berisi teori-teori sastra.
b.Pengajaran sastra beranggapan bahwa untuk mengapresiasi karya sastra siswa
harus langsung dikenalkan dan diakrabkan dengan karya sastra.
Kegiatan mengenal meliputi melihat, mendengar, menyimak, dan
membaca. Kegiatan memahami meliputi kegiatan menafsirkan, mengartikan,
memproposikan, mencari hubungan, menemukan pola, menarik kesimpulan dan
menggeneralisasi.
9. 9
4.Kedudukan pengajaran sastra dalam kurikulum 1994, dalam kurikulum 1994,
tujuan dibagi atas:
a)Tujuan umum pengajaran, yakni tujuan yang harus dicapai oleh pengajaran
bahasa dan sastra Indonesia.
b)Tujuan khusus pemahaman, yakni tujuan agarsiswa menguasai dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan reseptif.
c)Tujuan khusus penggunaan, yakni tujuan agar siswa menguasai dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan produktif.
Kemampuan apresiasi sastra tidak hanya untuk meningkatkan
kemampuan apresiasi itu sendiri, memahami dan dapat mengapresiasi karya sastra
Indonesia serta dapat mengkomunukasikan secara lisan dan tulisan. Tetapi juga
pengajaran lewat sastra, pengajaran sastra yang digunakan sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa dan mengembangkan kepribadian.
D.Pengembangan Pembelajaran Membaca Berdasarkan Karya Sastra
1.Pendekatan untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca
Menurut teori Schema, sering membaca buku dengan jumlah banyak
memungkinkan anak mengembangkan pengetahuan, selanjutnya memudahkan
mereka juga dapat bervariasi bacaannya. Mereka akan memiliki apresiasi terhadap
karya sastra dan kemumgkinannya mereka menjadi pembaca sepanjang hidupnya
(North, 1989: 426). Murid-murid perlu diberi kesempatan untuk membaca karya
sastra yang mereka pilih sendiri, di samping kegiatan membaca dengan pengarahan
guru. Pendekatan-pendekatan yang dapat diterapkan antara lain membaca dalam hati
dalam waktu yang relatif lama tanpa diganggu, kelompok membaca.
2.Model Pegembangan Keberwacanaan Melalui Sastra
10. 10
a.Model perencanaan pengembangan
Komponen-komponen pembelajaran yang perlu direncanakan meliputi
tujuan pembelajaran, bentuk dan sifat pembelajaran, bahan pembelajaran serta
prosedur pembelajaran (Norton & Norton, 1994:7). Untuk merumuskan tujuan
pembelajaran dapat menemukannya dari tujuan umum pengajaran. Bentuk
prmbelajaran dibedakan atas pembelajaran klasikal kelompok dan individu. Agar
epektif dibutuhkan kerjasama antara murid dan guru meliputi kelompok kecil dan
individu. Aktivitas ini dibedakan menjadi aktivitas jangka pendek, jangka lama,
dan aktivitas pojok belajar. Bahan pembelajaran meliputi nama-nama buku,
referensi, gambar-gambar pendukung media.
b.Strategi pengembangan
Beberapa strategi pengembangan dengan teknik utama latihan yang
didasarkan pada uraian Johnson (1987) dalam Literacy Through Literature, untuk
mendukung agar penerapan strategi bisa dilakukan diperlukan buku-buku
sederhana dan menarik agar anak mudah juga tertantang membacanya. Dalam
memilih dan mengembangkan latihan, peran guru adalah menjamin tersedianya
bahan, yaitu menyajikan cerita secara lisan dan melalui latihan membimbing dan
memberikan bimbingan individu pada siswa yang nerusaha menerapkan latihan
pada buku latihannya.
Jenis strategi diantaranya yaitu:
1) Teknik Cloze
a.Ringkasan Model Burgs (RBM)
RBM dikembangkan dari prosedur klos yang sudah lajim melalui
dua cara; pertama siswa belajar melalui ringkasan bukan dengan teks asli,
kedua kata-kata terpilih digantikan kata kosong awal kata, RBM juga
disajikan sebagai permainan.
b.Tangga cerita (story ladders)
Tangga cerita dibciptakan dengan membuat ringkasan cerita yang
bagian akhir kalimatnya dihapus. Anak ditugaskan mengkreasikan sendiri
11. 11
lanjutannya tapi bukan kalimat aslinya. Anak akan senang memprediksi
cerita sebelum membaca dan merevisinya setelah membaca.
2) Teknik skala
Skala penilaian dikembanngkan dengan daftar pasangan kata yang
berlawanan seperti, baik/jahat, hangat/dingin, cepat/lambat dan berat/ringan.
Selanjutnya anak diminta menilai tokoh cerita dengan skala yang dibuat oleh
guru. Latihan ini dapat membantu siswa yang berekspresi dalam tulisan.
c.Pengajaran Sastra Indonesia
Pengajaran sastra Indonesia merupakan suatu sistem yang didalamnya
mengandung beberapa komponen, maka problematik yang ada dalam
pembelajaran sastra di SD dapat bersumber pada komponen-komponen berikut
ini:
1) Tujuan
Sejak kurikulum SD 1975, kurikulum SD 1984, maupun kurikulum SD
1994 seperti sekarang. Pelajaran sastra Indonesia selalu dimasukan kedalam
pengajaran bahasa Indonesia, khususnya di SD. Fungsi pelajaran bahasa
Indonesia adalah:
a. sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa
b. sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indonesia dalam
rangka pelestarian dan pengembangan budaya
c. sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indoneia untuk
meraih dan mengembangkan ilmu pengetehuan teknologi dan eni.
Tujuam megenai sastra yaitu:
Siswa mampu mengenal dan mampu membedakan bentuk-bentuk puisi,
prosa dan drama.
Siswa mampu membedakan ragam bahasa sastra dan ragam bahasa lainnya.
2) Isi materi pelajaran
12. 12
materi pelajaran harus relevan terhadap tujuan intruksional yang jarus
dipakai
materi pelakaran haru sesuai taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa
materi pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa
materi pelajaran harus membantu untuk melihat diri secara aktif, baik
dengan berpikir atau dengan mengadakan kegiatan
msteri pelajaran harus sesuai dngan prosedur didaktik yang diikuti
materi pelajaran harus sesuai dengan media pengajaran yang tersedia
Dengan demikian apabila peran guru dan penilaian isi materi pelajaran
itu menyediakan bacaan yang bermutu, memberi kebenasan kepada anak
untuk memilih bacaan yang disukainya.
3) Guru
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan proses
pengajaran satra di kelas, guru dituntut mempu melaksanakan tugasnya secara
propesional. Guru harus memiliki 10 kopetensi yaitu:
a. Kemampuan menguasai bahan materi bidang study.
b. Kemampuan mengelola program belajar mengajar.
c. Kemampuan mengelola kelas.
d. Kemampuan menggunakan media dan sumber.
e. Penguasaan landasan-landasan pendidikan.
f. Kemampuan mengelola interaksi belajar megajar.
g. Kemampuan menilai kemampuan siswa.
h. Pengenalan fungsi dan program layanan dan bimbingan dan konseling di
sekolah.
i. Pengenalan dan penyelenggaraan admisistrasi sekolah.
j. Pemahaman prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian guna
keperluan pengajaran.
4) Siswa
Siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran
sastra. Dalam pengajaran siswa di SD, problem yang berkaitan dengan siswa
yang dapat di identifikasi antara lain motivasi minat belajar sastra, serta
13. 13
lingkungan belajar siswa. Timbulnya motivasi dan minat siswa belajar yang
rendah tidak terlepas dari faktor lingkungan siswa, karena lingkungan
merupakan sarana yang sangat mempengaruhi dalam belajar sastra. Tujuan
utama pengajaran sastra hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk
memperoleh pengalaman bersastra baik secara reseptif maupun secara
produktif. Siswa juga diberi pengetahuan tentang lukisan, lagu, melukis,
selanjutnya bersastra.
5) Bentuk kegiatan belajar mengajar
Kean & Personke (1976:341) mengarahkan bahwa sebaiknya disekolah
dasar, sastra jangan dipandang sebagai suatu subjek yang harus di ajak terapi
sebagai suatu wahana untuk mendapatkan pengalaman, yang menyenangkan,
menyedihkan, lucu, menakutkan dan lainnya. Dalam kegiatan belajar ada 2
pendekatan; pertama bertitik tolak pada pandangan bahwa sastra mempunyai
kedudukan yang sama dengan bidang study yang lainnya; kedua bertitik tolak
pada pandangan bahwa sastra sebagai suatu yang kehadirannya untuk
dinikmati dan memberikan kesenangan. Karena kedua pendekatan itu
bertentangan untuk itu yang lebih sesuai adalah menggabungkan kedua
pendekatan tersebut karena muara terakhir pengajaran sastra adalah
terbunanya apresiasi & kegemaran terhadap sastra yang disadari oleh
pengetahuan sastra dan keterampilan bersastra.
6) Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan komponen pengajaran yang tak kalah
penting. Perpustakaan dan kelengkapan koleksi buku-buku sastra sangat
menunjang kelancaran pengajaran sastra. Demikian pula media dan alat-alat
pengajaran yang lengkap sangat menentukan keberhasilan pembelajaran
sastra. Problem yang dapat di identifikasi adalah sarana dan prasarana yang
dimiliki sekolah-sekolah SD.
14. 14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia mempunyai arti yang cukup penting. Poin yamg lebih penting ladi di dalam
pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terutama adalah membaca. Karena ketika kita
15. 15
duduk dibangku SD, hal pertama yang harus kita pelajari adalah membaca, kemudian kita
akan dapat menulis juga menghitung serta merangkai berbagai macam kalimat. Jika
begitu kita akan dapat membacakan karya-karya sastra. Sastra juga sarana yng diberikan
untuk mengembangkan kreatifitas anak di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
B.Saran
Sebagai seorang calon pendidik ada beberapa hal yang sapat kita lakukan
diantaranya:
1.Pendidik harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika
memberikan pengajaran kepada anak didiknya.
2.Pendidik harus memastikan bahwa anak-anak didiknya senang, suka, juga nyaman
diajar oleh kita, agar mereka dapat menerima materi dengan baik dan tidak merasa
terpaksa.
3.Belajarlah terus agar menjadi guru yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Rofi’udin, Ahmad dan Zuhdi, Darmiyati. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang.
Tyok. 2008. Membaca dan Sastra Anak. http://tyok-profilq.blogspot.com/2010/01/membaca-
dan-sastra-anak.html. (3 April 2011)