3. PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
Penyelenggaraan mata kuliah
Bahasa Indonesia di perguruan
tinggi mengarahkan sikap spiritual
sivitas akademik untuk menerima,
menghargai, dan menghayati
keberadaan bahasa kebanggaan
Indonesia yang merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
4. Penghayatan atas nilai-
nilai keberadaan bahasa
Indonesia diwujudkan
dalam bentuk pengamalan
perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli,
santun, responsif, dan
proaktif dalam kehidupan
bermasyarakat.
5. Penyelenggaraan mata
kuliah Bahasa Indonesia di
perguruan tinggi
mengupayakan peningkatan
penghayatan sivitas
akademik agar mampu
menjadi ilmuwan dan
profesional yang memiliki
sikap positif terhadap
bahasa Indonesia
6. Dengan sikap itu, sivitas
akademik mampu
menempatkan diri
sebagai cerminan
bangsa yang cerdas
dalam pergaulan dunia
global.
7. Penyelenggaraan mata
kuliah Bahasa Indonesia
di perguruan tinggi
bertujuan menciptakan
sivitas akademik yang
cerdas berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia.
8. Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia
secara khusus bertujuan untuk menciptakan
sivitas akademik yang terampil memproduksi
dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan
dan fungsi sosialnya.
Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks,
bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar
sebagai pengetahuan bahasa, melainkan
sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi
sumber aktualisasi diri penggunanya pada
konteks sosial budaya akademik.
Oleh karena itu, teks dipandang sebagai
satuan bahasa yang bermakna secara
kontekstual, dan materi ajar bahasa Indonesia
disajikan dengan prinsip pembelajaran
berbasis teks.
9. Dengan kata lain, melalui
pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai MKWU,
diharapkan akan terwujud
sivitas akademik yang
mampu memicu dan memacu
pengembangan fungsi
bahasa Indonesia sebagai
penghela dan pembawa ilmu
pengetahuan di dunia global.
10. Sivitas akademik menjadi penting
karena kehidupan kampus secara umum
harus menjadi cermin perilaku
berbahasa Indonesia yang baik sebagai
dampak pembelajaran bahasa Indonesia
di kelas. Berhasil atau tidaknya
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai
MKWU dilihat dari seberapa kuat
dampak pembelajaran itu untuk tidak
saja mengubah perilaku berbahasa para
mahasiswa, tetapi juga mengubah
perilaku orang-orang yang ada di dalam
kampus. Pada saatnya nanti, perilaku
sivitas akademik ini pulalah yang akan
memberikan pengaruh positif kepada
perilaku berbahasa anggota
masyarakat.
11. Pembelajaran bahasa Indonesia tidak
bertujuan sekadar mengantarkan
mahasiswa untuk mencapai nilai
tertinggi, tetapi juga diharapkan dapat
menjadi wahana untuk:
1. Menumbuhkan sikap mental sivitas
akademik yang mampu
mengapresiasi nilai-nilai bahasa
Indonesia sebagai simbol kedaulatan
bangsa dan negara.
2. Memberikan pemahaman dan
penghayatan atas keberadaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu
bangsa dan bahasa ipteks.
12. 3. Menyiapkan sivitas akademik agar
mampu menganalisis permasalahan
dan mencari solusi terhadap
persoalan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara melalui pembuatan dan
penggunaan teks.
4. Mengembangkan keterampilan
berkomunikasi secara akademik
baik dalam bentuk bahasa
Indonesia lisan maupun tulis demi
pengembangan ipteks dalam
tatanan dunia global.
14. Mata kuliah Bahasa Indonesia didesain
sedemikian rupa sehingga dapat menjadikan
bahasa Indonesia sebagai wahana untuk
ekspresi diri dan akademik.
Desain itu dapat digambarkan ke dalam poin-
poin sebagai berikut.
1. Kompetensi inti (KI) mencakupi unsur
nilai spiritual, nilai sosial, pengetahuan,
dan keterampilan. Keempat unsur itu
berfungsi sebagai organisator semua
MKWU.
2. Kompetensi dasar (KD) merupakan
kemampuan spesifik yang isinya
mendeskripsikan kemampuan yang
berkaitan dengan subtansi mata kuliah,
dalam hal ini mata kuliah Bahasa
Indonesia sebagai salah satu elemen
MKWU.
15. Pembelajaran Berbasis Teks
Pembelajaran berbasis teks atau
pembelajaran berbasis genre
mengandung makna bahwa teks
beserta unsur-unsur di dalamnya
menjadi bahan dasar pembelajaran.
Mahasiswa tidak hanya mempelajari
isi dan kaidah-kaidah tentang teks,
tetapi juga mempelajari nilai-nilai
sosial yang terungkap di dalamnya.
16. Teks sebagai Bahan Dasar
Pembelajaran
Teks diliputi oleh dua konteks yaitu konteks
situasi dan konteks budaya.
1. Konteks situasi berkenaan dengan
penggunaan bahasa yang di dalamnya
terdapat register yang melatarbelakangi
lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu
(pesan, pikiran, gagasan, ide) yang hendak
disampaikan (field), sasaran atau
partisipan yang dituju oleh pesan, pikiran,
gagasan, atau ide itu (tenor), dan format
bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan atau mengemas pesan,
pikiran, gagasan, atau ide itu (mode).
17. Terkait dengan format bahasa
tersebut, teks dapat diungkapkan
ke dalam berbagai jenis atau
genre, misalnya deskripsi, naratif,
eksposisi, negosiasi, resensi,
laporan, prosedur, eksplanasi,
diskusi, anekdot, dan lain-lain.
Jenis-jenis itu tergolong ke dalam
genre mikro dan sudah dipelajari
di SMP atau SMA. Di perguruan
tinggi, pembelajaran dipusatkan
pada genre makro.
18. 2. Konteks yang kedua adalah
konteks budaya masyarakat tutur
bahasa yang menjadi tempat jenis-
jenis teks tersebut diproduksi.
Konteks budaya yang dikembangkan
dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di perguruan tinggi adalah
konteks budaya akademik. Pada
konteks yang demikian itulah
diciptakan dan digunakan teks
dengan ragam akademik.
19. Jenis-jenis Teks
• Jenis teks dimaknai sebagai genre
dalam arti sempit. Genre sebagai jenis
teks, dapat digolongkan menjadi genre
faktual dan genre fiksional atau genre
rekaan. Genre faktual adalah jenis
teks yang dibuat berdasarkan
kejadian, peristiwa, atau keadaan
nyata yang berada di sekitar
lingkungan hidup. Genre fiksional
adalah jenis teks yang dibuat
berdasarkan imajinasi, bukan
berdasarkan kenyataan yang
sesungguhnya.
20. • Genre faktual meliputi:
laporan, deskripsi, prosedur,
rekon (pribadi dan faktual),
eksplanasi, eksposisi, dan
diskusi. Sementara itu, genre
fiksional mencakup rekon
(imajinatif), anekdot,
cerita/naratif, dan eksemplum.
• Genre yang dipelajari pada
mata kuliah Bahasa Indonesia
adalah genre faktual, bukan
genre fiksional
21. • Di pihak lain, genre dapat dijelaskan
dari sudut pandang makro dan
mikro. Nama-nama genre yang
disebutkan di atas, laporan,
deskripsi, prosedur, rekon ,
eksplanasi, eksposisi, dan diskusi
(untuk yang faktual) dan rekon
(imajinatif), anekdot, cerita/naratif,
dan eksemplum (untuk yang
fiksional) adalah nama-nama genre
mikro.
• Genre yang digunakan untuk
menamai jenis teks itu secara
keseluruhan disebut genre makro.
22. • Genre makro berfungsi sebagai payung
yang membawahi genre-genre mikro yang
ada di dalamnya. Sebagai contoh, dapat
disebutkan teks editorial. Nama editorial
sekaligus digunakan sebagai nama genre
makro editorial. Di dalam editorial,
mungkin ditemukan campuran genre
mikro deskripsi, laporan, eksplanasi, dan
rekon. Akan tetapi, sangat mungkin
keseluruhan editorial itu hanya ditulis
dengan genre eksposisi atau diskusi.
Dengan demikian, nama genre makronya
adalah editorial, dan nama genre mikro
yang ada di dalamnya adalah genre
eksposisi atau diskusi.
23. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Berbasis Teks
• Pada pengajaran dan pembelajaran
berbasis teks, terdapat empat tahap
yang harus ditempuh (Rose & Martin,
2012), yaitu:
1. tahap pembangunan konteks,
2. tahap pemodelan konteks,
3. tahap pembuatan teks secara
bersama-sama,
4. tahap pembuatan teks secara
mandiri.
24. • Tahap pembangunan konteks
dilakukan oleh dosen bersama
mahasiswa untuk mengarahkan
pemikiran ke dalam pokok
persoalan yang akan dibahas.
• Tahap pemodelan, yaitu tahap
yang berisi tentang pembahasan
teks yang diberikan sebagai
model pembelajaran.
Pembahasan diarahkan kepada
semua aspek kebahasaan yang
membentuk teks itu secara
keseluruhan.
25. • Tahap pembangunan teks secara
bersama-sama, yaitu tahap mahasiswa
bersama mahasiswa yang lain dan
dosen sebagai fasilitator menyusun
kembali teks seperti yang ditunjukkan
pada model. Tugas-tugas yang
diberikan berupa semua aspek
kebahasaan yang sesuai dengan ciri-
ciri yang dituntut pada teks yang
dimaksud.
• Tahap belajar mandiri, mahasiswa
diharapkan dapat mengaktualisasikan
diri dengan menggunakan teks sesuai
dengan jenis dan ciri-ciri seperti yang
ditunjukkan pada model tanpa bantuan
dari manapun.
26. Desain Buku MKWU
Bahasa Indonesia
• Bab I “Mengeksplorasi Teks
Akademik dalam Genre Makro”
• Bab II “Menjelajah Dunia Pustaka”
• Bab III “Mendesain Proposal
Penelitian dan Proposal Kegiatan”
• Bab IV “Melaporkan Hasil
Penelitian dan Hasil Kegiatan”
• Bab V ”Mengaktualisasikan Diri
Melalui Artikel Ilmiah”
27. Berikut ini adalah contoh teks dalam
genre mikro
• Narasi
• Deskripsi
• Eksposisi
• Argumentasi
• Persuasi
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35. • Tulislah lima teks dalam genre
mikro yaitu narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi, persuasi
• Rangkaian teks ditulis dengan
satu tema. Misalnya, telepon
genggam, laptop, sepatu, sekolah,
kampus, makanan khas daerah,
dsb.
• Setiap teks harus lebih dari lima
kalimat.
• Gunakanlah ejaan yang benar.