1. INGGRIS
Di Inggris, ada City Council untuk kawasan perkotaan, ada juga Town Council untuk
kawasan kota dengan ukuran yang lebih kecil dan ada juga Village Councilatau Parish Council.
Di Inggris tiap-tiap rumah diwajibkan membayar pajak bumi dan bangunan juga, sama seperti
di Indonesia, yang disebut Council Tax. Yang berbeda mungkin hanya jumlahnya yang lebih
mahal.
Council Tax ini digunakan oleh pemerintah lokal setempat untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan lokal semacam perbaikan jalan, pemberian layanan dan fasilitas umum, dan juga
pengelolaan sampah.
Konsepnya cukup sederhana. Dalam hal pengelolaan sampah, dari uang pajak yang kita
bayar tiap bulan, oleh Council dibelanjakan. Salah satunya adalah untuk pengadaan wheelie
bin, atau “tempat sampah beroda”. Disebut demikian karena memang ada rodanya, hingga
mudah didorong ke mana-mana untuk memperingan pekerjaan.
Ukuran kotak sampah ini bermacam-macam, dari kecil untuk perumahan-perumahan
yang agak padat agar menghemat tempat, sampai ukuran raksasa untuk sampah industri.
Warnanya pun beragam, tergantung aturan tiap daerah atau kota yang memakainya.
Di setiap rumah, diberikan tiga buah wheelie bin ukuran sedang (seperti gambar pertama
yang berwarna hijau) oleh Town Council. Satu berwarna hijau, satu berwarna coklat dan satu
lagi biru tua. Di tutup masing-masing kotak sampah ini, tercetak tulisan dengan rapi apa-apa
yang harus dimasukkan ke dalam kotak sampah yang mana, dan apa-apa yang tidak boleh.
Kotak sampah ukuran besar untuk industri
2. Di kotak sampah yang coklat, hanya diperbolehkan mengisi sampah kebun semacam
daun, akar, ranting, gulma, bunga, sampah organik dapur semacam kulit kupasan buah, sampah
sayuran dll, dan juga kertas karton atau kardus bekas. Tetapi abu sisa pembakaran sampah,
kebun, sisa barbeque atau bakar sate tidak boleh dimasukkan ke kotak coklat ini.
Di kotak sampah yang biru tua, hanya diperbolehkan mengisi botol-botol kemasan
plastik yang sudah tidak terpakai, semacam botol susu, minuman jus, botol selai, botol minyak
sayur, dll. Semua harus yang berupa plastik saja. Di sini juga bisa dimasukkan majalah-majalah
bekas, koran bekas dan brosur-brosur bekas yang tak terpakai. Dan semua yang berbahan
kertas.
Di kotak sampah yang hijau, diperbolehkan mengisi apa saja selain yang harus masuk ke
biru dan coklat, kecuali botol kaca. Semua sampah rumah tangga yang tidak boleh masuk ke
coklat dan biru, harus masuk ke kotak hijau ini. Jadi isi sampah dari kamar mandi, sampah dari
meja rias, sampah dapur yang non-organik, semua masuk ke wheelie bin yang warna hijau.
Sementara botol-botol kaca bekas selai, sambal ABC, kecap Bango, dll harus
dikumpulkan terpisah untuk lalu dibawa ke tempat penampungan khusus yang biasa disediakan
di jalan masuk supermarket-supermarket besar.
Di dekat tempat penampungan botol bekas ini juga sering tersedia kotak raksasa untuk
pembuangan sepatu bekas dan baju bekas. Hebat kan? Orang-orang di sini kadang aneh-aneh.
Seringnya mereka membeli sesuatu tapi lupa memakainya, dan ketika ingat, sudah tidak
berminat lagi. Lebih banyak baju-baju yang masih berlabel masuk ke tempat pembuangan ini,
karena pemiliknya kehilangan minat untuk memakainya (meskipun masih baru)
Demikian juga dengan sepatu, sering bernasib serupa. Tapi jangan pikir kalian bisa
mengambilnya begitu saja, karena pembuangan sepatu dan baju ini didesain sedemikian rupa
sehingga menjadi semacam kotak surat. Kalau kalian sudah memasukkan surat ke kotak surat,
susah kan mengambilnya lagi? Sama halnya dengan kotak sepatu dan baju bekas ini. Yang
sudah masuk, tidak bisa keluar lagi, kecuali si petugasnya membuka gembok raksasa dan
mengeluarkan isinya.
. Kotak sepatu dan baju bekas
Lalu diapakan baju dan sepatu ini nantinya? Di Inggris, ada yang namanya charity atau
badan amal, mereka ada di mana-mana dan banyak sekali. Badan-badan amal ini resmi,
terdaftar dan kegiatannya dipantau oleh pemerintah, jadi bukan main-main. Mereka inilah yang
mengumpulkan sepatu dan baju bekas untuk akhirnya dijual lagi dengan harga super murah,
dan uangnya digunakan untuk kegiatan amal.
3. Toko-toko milik charity ini bertebaran hampir di tiap desa dan kota. Yang dijual adalah
barang-barang bekas seperti sepatu, baju, mainan, alat dapur dan buku. Uniknya, di tiap buku
yang dijual, ditempeli stiker berisi himbauan agar jika selesai membaca, mohon dikembalikan
ke toko itu untuk dijual lagi. Jadi uang yang kita bayarkan sewaktu membeli buku itu jadi
semacam uang sewa buku. Kalau aku sih seringnya buku dari tokocharity kumasukkan ke rak
buku untuk nambah koleksi.
Bagaimana kalau kotak sampah kita sudah penuh? Ke mana sampah-sampah rumah
tangga tadi dibawa pergi? Siapa yang mengambilnya? Di sini lagi-lagi peran Council sangat
dibutuhkan. Dari uang pajak rumah yang kita bayarkan tiap bulan tadi, masing-masing Council
di tiap wilayah masing-masing akan menyediakan mobil-mobil sampah yang berkeliling dari
rumah ke rumah setiap satu minggu sekali untuk mengumpulkan sampah-sampah kita.
Sampah dari kotak warna coklat dan biru akan dikirimkan ke perusahaan daur ulang.
Sampah organik dari kotak coklat akan diproses menjadi kompos, produk untuk berkebun dan
semacamnya, sedangkan sampah dari kotak biru yang berisi kertas dan plastik akan diolah lagi
menjadi produk-produk daur ulang yang berbahan kertas dan plastik.
Karena isinya tidak memenuhi persyaratan daur ulang, sampah dari kotak yang berwarna
hijau akan dikirimkan ke tempat pembuangan sampah atau disebut landfill setempat yang
dikelola dengan cukup baik agar proses pembusukan sampahnya tidak mencemari air tanah
dan udara sekitar. Sebagian lagi dikirimkan ke sebuah tempat bernama incinerator atau tempat
pembakaran sampah untuk dimusnahkan dengan cara dibakar.
Incinerator ini diperlukan untuk membantu mengurangi volume sampah yang terus
menggunung di landfill. Karena proses pembusukan sampah juga memerlukan waktu cukup
lama, kadang-kadang keterbatasan lahan landfill mengharuskan sebagian volume sampah harus
dibakar.
Incinerator dikelola sedemikian rupa agar panas dari pembakaran bisa dimanfaatkan dan
didaur ulang untuk sumber energi atau pemanas, sedangkan gas buang dari cerobongnya diolah
terlebih dahulu agar kandungan bahan-bahan berbahaya yang bisa mencemari udara bisa
ditekan sekecil-kecilnya atau dihilangkan sama sekali. Hal ini juga sudah diatur dengan ketat
oleh Uni Eropa dan semua negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa wajib mematuhinya
4. . Incinerator atau tempat pembakaran sampah
Bagaimana kalau kita harus membersihkan rumah dan ingin membuang beberapa
perkakas rumah tangga seperti meja, kursi, sepeda atau daun pintu? Bagaimana kalau kita
membersihkan kebun dan menebang pohon? Ke mana sampah-sampah yang ukurannya besar
ini harus dibuang karena tentu saja tidak akan muat dimasukkan ke dalam kotak sampah yang
kita punya di rumah?
Sampah-sampah berukuran besar tersebut harus dibuang ke tempat pembuangan sampah
terdekat. Tempat pembuangan sampah (TPS) ini bukan tanah luas seperti di daerah Bekasi yang
baunya bisa tercium dari jarak puluhan kilometer, dan di mana kehidupan para pemulung
barang bekas terpusatkan.
Tempat pembuangan sampah di sini (atau biasa disebut recycling centre atau the tip),
ukurannya tidak terlalu besar. Biasanya tempat ini punya gerbang yang bisa dibuka tutup dan
dikunci di malam hari, dan jalan masuknya teraspal rapi supaya bisa diakses oleh mobil yang
keluar masuk membawa barang-barang buangan.
Apa perbedaannya dengan landfill tadi? Tentu saja berbeda. Kalau landfill digunakan
sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) untuk sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang
lagi, TPS yang dimaksudkan di sini dipakai untuk mengumpulkan sampah-sampah berukuran
besar yang tidak bisa diambil oleh mobil pengangkut sampah biasa.
Itulah perbedaannya. Untuk ke sini, orang yang ingin membuang sampah harus
membawa mobil sendiri. Di dalam recycling centre ini ada beberapa petugas yang kerjanya
memberi petunjuk ke mana para pengendara mobil yang penuh barang-barang buangan ini
harus memarkir mobilnya dan jenis sampah apa harus masuk ke kotak yang mana.
. Recycling Centre atau tip
Tiap-tiap jenis sampah yang berbeda-beda harus dimasukkan ke dalam kotak-kotak besi
raksasa (Skip), yang masing-masing sudah dilabeli untuk diisi jenis sampah tertentu.
5. Contohnya, sampah dari kebun seperti tebangan pohon, atau kotak yang lain ditujukan sebagai
tempat buangan sampah mesin seperti sepeda bekas, mesin cuci rusak, dsb.
Dengan sistem pengelolaan sampah seperti ini, semua rumah dan industri berkewajiban
untuk melakukan pemisahan sampah sejak kita memakai produk-produk yang kita konsumsi
sehari-hari. Pemisahan sampah oleh konsumen pemakai produk di tahap awal, sangat
membantu mengurangi biaya sortir. Bayangkan jika seluruh sampah tersebut dicampur aduk
menjadi satu dan dibuang bersama-sama. Alangkah sayangnya. Sampah yang harusnya bisa
didaur ulang bercampur dengan sampah lain, berakhir di TPA dan tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Jikalau hendak didaur ulang, proses pemisahannya juga akan membutuhkan tenaga dan waktu
yang cukup lama.
Di Inggris, tidak diperbolehkan untuk membuang sampah dengan cara menimbunnya di
dalam tanah, atau membakarnya di kebun belakang rumah. Selain untuk menghindari
pencemaran tanah dan air tanah, juga asap pembakaran akan mencemari udara. Seluruh
pengelolaan sampah di negara Inggris dilakukan oleh pemerintah, dan pemisahan sampah sejak
di rumah menjadi kewajiban setiap warga.
Hal ini mudah dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari dan menjadi
tradisi. Kita akan otomatis memisahkan sampah menurut jenisnya setiap hari dan setiap saat,
tanpa menyadarinya. Selanjutnya adalah tugas pemerintah untuk mengambil, mengolah dan
melakukan pembuangan sampah dengan pertanggungjawaban yang tinggi terhadap kesehatan,
lingkungan dan alam sekitar. Undang-undang kesehatan dan lingkungan yang sudah diregulasi
oleh negara dan Uni Eropa juga harus dipatuhi.
Apakah hal ini bisa juga dilakukan di Indonesia? Jawabnya tentu saja bisa (merdeka!).
Asalkan pemerintah dan masyarakat berperan aktif untuk membangun kebiasaan ini bersama-
sama, dan ini bukanlah hal yang mudah. Di satu sisi karena pengelolaan sampah akan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, di sini lain masyarakat masih perlu bimbingan dan
penyuluhan terus menerus mengenai kesadaran hidup bersih dan cara mengelola sampah yang
benar dan ramah lingkungan.
Tapi kita tak harus menunggu. Tentunya kita tidak perlu pula mencontoh persis apa yang
dilakukan negara lain di luar negeri. Karena pastinya ada beberapa hal yang bisa mulai
dilakukan di Indonesia untuk saat ini, yang bisa kita mulai dari diri sendiri. Beberapa di
antaranya adalah
1. Pilihkan produk-produk yang tidak terlalu banyak atau besar kemasannya, ini akan mengurangi volume sampah
rumah tangga kita sendiri.
2. 2. Pisahkan sampah plastik yang bisa didaur ulang dengan sampah organik yang ujung-ujungnya akan dibuang ke TPA.
Berikan sampah plastik ini ke pemulung yang sering singgah di perumahan-perumahan, atau letakkan sampah plastik ini
terpisah sehingga parapemulung tidak perlu mengorek-ngorek bak sampah kalian untuk mencari plastik-plastik bekas. Selain
memudahkan kerja si pemulung, kalian juga sudah menyelamatkan beberapa bahan plastik yangjika tercampur dengan sampah
lainnya akan dibuang begitu saja ke TPA.
3. 3. Pisahkan produk-produk kertas seperti majalah bekas, koran bekas, buku bekas, dan bawa ke tempat pengumpulan kertas
di dekat rumah kalian. Atau biasanya sering ada yang berkeliling mencari koran bekas untuk dibeli. Selain membantu
lingkungan, kalian juga bisa menambah uang saku atau uang belanja dapur dari menjual kertas atau karton bekas ini.
4. 4. Pisahkan sampah organik dari kebun dan dapur yang bisa terurai. Buat tempat penampungan kompos di belakang rumah
dan sering-seringlah mengaduk-aduk kompos kalian. Jika pemilahannya benar dan seluruhnya adalah sampah organik, tidak
akan tercium bau tak sedap dari kotak kompos.
5. 5. Pisahkan sampah botol kaca. Lakukan hal yang sama dengan sampah kertas di atas. Bisa menambah uang saku atau uang
belanja.
6. 6. 6. Lipat dan bawa kantong belanja sendiri ke mana-mana. Jadi tidak perlu mengkonsumsi kantong plastik setiap kali membeli
sesuatu. Pastikan kantong belanja kalian penuh sebelum memakai kantong berikutnya. Manfaatkan kantong belanja seefisien
mungkin. Ini akan mengurangi sampah plastik yang bertebaran di TPA.
7. 7. Jangan terlalu konsumtif. Manfaatkan barang-barang lama untuk dipakai ulang. Selain menghemat uang, juga membantu
mengurangi konsumsi. Wujudkan kreasimu sendiri untuk mendaur ulang barang-barang bekas di rumah kalian agar bisa
dimanfaatkan lagi.
8. 8. Jangan buang sampah sembarangan. Simpan sampah-sampah yang kalian hasilkan dari konsumsi diri kalian sendiri,
masukkan ke dalam kantung celana atau tas jika perlu, hingga kalian sampai di rumah dan bisa memilah sampah tersebut.
Ingat, membuang satu sampah botol plastik minuman kemasan di kotak sampah pinggir jalan, hanya akan menambah satu
sampah botol plastik yang sulit terurai di TPA!
9. 9. Jangan pernah berhenti berbagi ilmu dengan teman, keluarga dan tetangga sekitar. Jadikan Indonesia, di mana rumah kalian
berdiri dan di mana kalian hirup udaranya setiap hari, menjadi lebih bersih.