Sistem Penuntasan Sampah di Kawasan Penghasilnya (SPSKP) memperkenalkan sistem baru penanganan sampah dimana seluruh sampah yang dihasilkan warga satu RW dapat dituntaskan di RW tersebut tanpa ada yang dibuang. Sistem ini tidak hanya menyelesaikan masalah sampah tetapi juga menciptakan empat jenis usaha baru dari pengolahan sampah. SPSKP diimplementasikan melalui kerja sama antara Jaringan Wirausahawan Sampah dan
modul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
Kerja sama membentuk rukun warga bebas sampah
1. Membentuk RW Bebas Sampah | 1
A. RANGKUMAN
Sampah adalah masalah kita bersama. Warga masyarakat sebagai produsen sampah harus
turut bertanggung jawab. Jaringan Wirausahawan Sampah memperkenalkan sistem baru
penanganan sampah berupa Sistem Penanganan Sampah di Kawasan Penghasilnya.
Prosesnya berlangsung ringkas, mudah dan murah. Hanya dengan biaya Rp 70.000.000 (bisa
dipungut dari iuran warga sekali bayar selama lima tahun) RW sudah memiliki instalasi
pengolah sampah yang lengkap.
Dengan sistem ini RW memperoleh manfaat :
1. Sampah yang dihasilkan warga satu RW bisa dituntaskan seluruhnya di RW yang
bersangkutan. Tak adayang tersisa untuk dibuang
2. Sampah dimanfaatkan dengan pendekatan wirausaha untuk melahirkan sedikitnya empat
jenis usaha pengolahan sampah. Diperoleh sumber pendapatan sepanjang hayat yang
bisa memberikan kebaikan bagi seluruh warga.
B. PENGANTAR
Satu Rukun Warga (RW) berpenduduk 1.600 orang (400 KK) menghasilkan sekitar 800 kg
sampah setiap hari. Dengan menggunakan sistem kumpul-angkut buang yng selama ini
dilakukan, semua sampah diarahkan untuk dibuang ke TPA. Sistem ini mengandung empat
kelemahan mendasar :
1. Dengan dibuang sampah tidak menghasilkan manfaat apa-apa. Padahal sampah bisa
dimanfaatkan untuk melahirkan sumber pendapatan baru
2. Membutuhkan armada pengangkut sampah, TPS dan TPA dalam jumlah yang memadai
yang harus terus ditambah seiring meningkatnya volume sampah yang dihasilkan
masyarakat. Tidak ada satu pun kota di Indonesia yang mampu memenuhinya
3. Bagi RW yang bisa diakses truk sampah, kawasannya bersih dari sampah dengan dibuang
ke TPA, namun gunungan sampah di TPA mencemari air, tanah dan udara di sekitarnya
sampai ratusan tahun ke depan. Satu ton smpah menghasilkan sekitar 30 kg gas metan
menyebabkan pemanasan global
4. Sampah tak terangkut tercecer di banyak tempat merusak kebersihan dan keindahan serta
menjadi sarang penyakit. Sampah yang ditimbun menghambat kesuburan tanah. Sampah
dibakar menimbulkan polusi yang sangat berbahaya. Sampah yang menyumbat saluran
drainase dan sungai menyebabkan banjir.
Selama sistem kumpul-angkut-buang ini dilaksanakan, masalah sampah tak akan jkunjung
terselesaikan. Saatnya sistem ini harus direvisi.
KERJA SAMA MEMBENTUK RUKUN WARGA BEBAS SAMPAH
MELALUI PENERAPAN SISTEM PENUNTASAN SEMUA SAMPAH
DI KAWASAN PENGHASILNYA
2. Membentuk RW Bebas Sampah | 2
Jaringan Wirausahawan Sampah (JAWIS) mengajukan Sistem Penuntasan Sampah di
Kawasan Penghasilnya ( SPSKP) :
1. Semua sampah yang dihasilkan warga yang berada di suatu kawasan dituntaskan di
kawasan penghasilnya. Tidak ada yang tersisa untuk dibuang ke luar kawasan
2. Sampah dikelola dengan pendekatan wirausaha untuk menghasilkan produk daur ulang
yang laku dan menguntungkan. Menggunakan teknik dan alat yang mudah dan murah.
Bisa dijadikan usaha dengan modal dan biaya opersional rendah.
3. Menggunakan pendekatan yang memberikan manfaat bagi warga, sehingga mereka mau
memilah sampahnya dan menyerahkannya untuk diolah
4. Dengan adanya sumber pendapatan yang relatif besar. Penanganan sampah bisa
dilaksanakan internal kawasan secara dinamis, mandiri dan berkelanjutan
5. Pada pelaksanaannya bisa neringankan beban kerja dan anggaran Pemda, Perda
Persampahan bisa terlaksana dengan sendirinya serta solusi bagi perusahaan penghasil
sampah yang diwajibkan mengelola sampahnya sendiri.
B. PROSES KERJA
Proses Kerja SPSKP berlangsung sebagai berikut :
1. Warga memilah sampah dalam dua kelompok : sampah organik (sampah basah) dan
sampah anorganik (sampah kering)
2. Sampah organik diambil setiap hari segera ditangani menggunakan Insinerator Multifungsi
Ramah Lingkungan Tanpa Bahan Bakar. Sampah dituntaskan pada hari yang sama. Sisa
hasil pembakaran berupa 5% abu bisa digunakan sebagai material batako atau menimbun
lahan kosong
3. Sampah anorganik dikelola melalui tiga cara :
a. Sampah bernilai (beling, dupleks, kaleng, kardus, kertas, logam dn plastik) dijual untuk
didaur ulang sistem pabrikasi
b. Sebagian sampah bungkus mi, kresek, sachetan dicampur dengan majun dan sampah
plastik PE daun. Diolah menggunakan Teknik PADU menjadi selembar plastik yang solid
dengan warna, motif dan ketebalan yang bisa dimodifikasi. Selanjutnya dengan dijahit
atau disulam dibentuk menjadi dompet, tas, tikar, sandal dsb yang laku dan
menguntungkan
c. Sampah plastik tak bernilai (bungkus mi, kresek, sachetan, styrofoam dan tetrapak)
dilelehkan menggunakan Tungku Pengolah Sampah Plastik Tak Bernilai menjadi cairan,
lalu dicetak dan dibentuk menjadi banyak jenis produk kreatif, seperti jam dinding, bata
hias, nomor rumah, alas meja, nisan, bangku taman dsb
C. USAHA TERCIPTA
Selain menuntaskan semua sampah hingga tak ada yang tersisa untuk dibuang, SPSKP
melahirkan sedikitnya empat jenis usaha :
1. Lapak sampah, mengumpulkan, memilah dan menjual sampah bernilai
3. Membentuk RW Bebas Sampah | 3
2. Lembar plastik daur ulang Teknik PADU
3. Produk jadi daur ulang sampah plastik Teknik PADU
4. Produk kreatif berbahan baku sampah plastik tak bernilai
D. DESKRIPSI KERJA SAMA
Dalam rangka mewujudkan RW Bebas Sampah sekaligus memanfaatkan sampah untuk
melahirkan sumber pendapatan baru, JAWIS menawarkan kerja sama sbb :
D.1. Pihak JAWIS
1. Menyediakan alat dan bahan baku produksi awal berupa :
a. Insinerator Multifungsi Ramah Lingkungan Tanpa Bahan Bakar yang mampu menangani
sampah organik produksi warga satu RW pada hari yang sama
b. Tungku pengolah sampah plastik bernilai guna memanfaatkan sampah plastik yang
selama ini sulit didaur ulang dijadikan produk kreatif yang bisa diterima konsumen
c. 5 jenis Cetakan cairan sampah plastik hasil pelelehan tungku
d. Dua buah setrika 350 watt berkualitas tinggi *)
e. 20 m kodaktris *)
f. 50 kg sampah plastik PE daun *)
g. 500 buah kantong palstik besar untuk wadah sampah anorganik
h. 50 karung untuk pemilahan sampah
i. 1 buah timbangan gantung
*) untuk penggunaan Teknik PADU, bisa menghasilkan 200 lembar plastik daur ulang
2. Pelatihan Mengelola Sampah Kawasan )
a. Pembuatan lembar plastik daur ulang Teknik PADU
b. Pembuatan produk jadi kerajinan daur ulang sampah plastik hasil Teknik PADU
c. Pembuatan produk kreatif berbahan baku sampah plastik tak bernilai
d. Tutorial pengolahan sampah kertas
e. Tutorial pembuatan kerajinan sampah styrofoam
f. Mengelola usaha lapak sampah
g. Mengelola Bank Sampah Model Baru yang memiliki kelebihan dibanding bank sampah
yang selama ini berjalan
3. Pembinaan sampai bisa membuat produk jadi daur ulang sampah plastik dan bahan dasar
(sampah plastik) tercetak) pembuatan produk kreatif
4. Membantu mencarikan pembeli sampah bernilai
5. Membantu mencarikan pasar untuk produk daur ulang sampah plastik Teknik PADU
6. Dilibatkan dalam forum komunikasi dan kerja dengan sesama pelaksana RW Bebas
Sampah
7. Dilibatkan dalam program kerja sama yang melibatkan pemerintah dan swasta khususnya
perusahaan penghasil sampah
Catatan :
1. Peserta pelatihan sebanyak 5 -7 orang
2. Pelatihan berlangsung 1 kali pertemuan di tempat peserta
3. Pembinaan berlangsung satu kali pertemuan di tempat peserta
4. Membentuk RW Bebas Sampah | 4
4. Konsultasi teknis berlangsung selama masa kerja sama
5. Nilai layanan poin 1 sampai 7 sebesar Rp 70.000.000
D.2. Pihak Rukun Warga
1. Menyediakan dana sebesar Rp 70.000.000 (bisa diperoleh dari iuran warga, sekali bayar
selama lima tahun sesuai masa pakai alat)
2. Menyediakan bangunan seluas 70 m2
3. Menyediakan gerobag sampah
4. Mengeluarkan biaya transportasi dan akomodsi jika lokasi RW berjarak 100 km dari Kantor
JAWIS
E. ASPEK KEUANGAN
E.1. Pengeluaran
1. Pembayaran layanan dari JAWIS Rp 70.000
2. Penyediaan bangunan 70 m2
3. Penyediaan gerobag
4. Biaya operasional
E.2. Sumber Pendaptan
1. Iuran warga
2. Penjualan sampah bernilai
3. Usaha lembar plastik daur ulang
4. Usaha produk jadi dur ulang sampah plastik
5. Usaha produk kreatif
6. Dana insentif dari Pemda
7. Dana kompenssi dari perusahaan penghasil sam[ah
F. PENUTUP
Sistem Penuntasan Sampah di Kawasan Penghasilnya merupakan revisi terhadap sistem
kumpul-angkut-buang yang terbukti gagal mengatasi masalah sampah. Sistem ini selain
mampu meuntaskan semua sampah sampai tidak ada yang tersisas untuk dibuang juga
melahirkan banyak lapangan kerja baru.
Melalui sistem ini harapan dan kewajiban semua pemangku kepentingan terkait sampah,
yaitu pemerintah, perusahaan penghasil sampah, pemilik dana CSR lingkungan dapat
terpenuhi dan terlaksana.
Tangsel, Mei 2014
Asep K. Kusumah
JARINGAN WIRAUSAHAWAN SAMPAH (JAWIS)
Komp. Sekretariat Negara Blok K No 17 – Pdk Kacang Barat – Tangsel
Telp. 021-7329379/081286265460/085846438070
5. Lampiran 1 : Lembar Plastik Daur Ulang Sampah Plastik Teknik PADU
Tipis Polos Tipis Motif Tipis Variasi Tipis Majun
Sedang Polos Sedang Motif Sedang Variasi Sedang Majun
Tebal Polos Tebal Motif Tebal Variasi Tebal Majun
Dobel Tebal Super Tebal
Membentuk RW Bebas Sampah |
Lampiran 1 : Lembar Plastik Daur Ulang Sampah Plastik Teknik PADU
Tipis Polos Tipis Motif Tipis Variasi Tipis Majun
Sedang Polos Sedang Motif Sedang Variasi Sedang Majun
Tebal Polos Tebal Motif Tebal Variasi Tebal Majun
Dobel Tebal Super Tebal
Membentuk RW Bebas Sampah | 5
Tipis Polos Tipis Motif Tipis Variasi Tipis Majun
Sedang Polos Sedang Motif Sedang Variasi Sedang Majun
Tebal Polos Tebal Motif Tebal Variasi Tebal Majun
6. Membentuk RW Bebas Sampah | 6
Lampiran 2 : Produk Jadi Daur Ulang Sampah Plastik Teknik PADU
7. Membentuk RW Bebas Sampah | 7
Lampiran 3 : Produk Kreatif Berbahan Baku Sampah Plastik Tak Bernilai