Dokumen tersebut merangkum konsep dan definisi yang digunakan dalam Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011. Ia menjelaskan konsep kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan yang mencakup variabel-variabel utama dalam setiap aspek.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Tujuan pembangunan pada hakekatnya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya upaya peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat haruslah dibarengi dengan usaha
untuk meletakkan landasan yang kuat agar pembangunan di tahap-tahap
berikutnya dapat lebih terarah dan berhasil guna. Upaya tersebut tentunya tidak
akan dapat memberikan hasil yang maksimal tanpa didukung data yang benar
dan baik guna mengevaluasi hasil-hasil pembangunan.
Data benar adalah data yang diperoleh dengan mengikuti metode dan
memenuhi konsep-definisi yang telah dirumuskan sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan sebelumnya. Data baik atau data berkualitas baik adalah data yang
akurat, tepat waktu dan relevan, tegasnya data tersebut harus mencerminkan
hal-hal yang sebenarnya mengenai gejala-gejala (fenomena) yang tengah
terjadi.
Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA) Kabupaten Paser Tahun
2011 merupakan wahana yang dapat membantu memberikan berbagai data
output dan input kesejahteraan rakyat yang ada di masyarakat sebagai hasil
dari berbagai proses pembangunan. Muatan dalam INKESRA ini masih bersifat
makro, hal ini dikarenakan dimensi cakupan dari kesejahteraan rakyat sangatlah
luas.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan publikasi ini adalah untuk mengetahui berapa
besar tingkat kesejahteraan rakyat di wilayah Kabupaten Paser ditinjau dari 7
aspek yakni kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan,
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 1
2. fertilitas dan keluarga berencana, perumahan dan lingkungan serta pola
konsumsi dan pengeluaran rumah tangga.
Tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan gambaran dan bahan
masukan serta evaluasi bagi pemerintah daerah dalam mengevaluasi dan
merencanakan pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan selanjutnya.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penyusunan INKESRA adalah kondisi
kesejahteraan rakyat yang ada di wilayah Kabupaten Paser. Kesejahteraan
rakyat mengandung makna yang cukup luas, sedemikian luasnya pengertian
kesejahteraan sehingga data statistik ekonomi konvensional seperti pendapatan
per kapita belum memadai untuk memberikan gambaran tentang kesejahteraan
yang dimaksud. Dalam pengertian yang sangat luas, tidak mungkin untuk
menyajikan data statistik yang mampu mengukur tingkat kesejahteraan
penduduk secara rinci. Karenanya, indikator yang disajikan dalam publikasi ini
hanya mencakup aspek - aspek kesejahteraan yang dapat terukur (measurable
welfare) saja. Oleh karena itu statistik tentang sosial merupakan komponen
utama dalam penyusunan indikator kesejahteraan rakyat.
1.4. Sumber Data dan Sistematika Penulisan
Data yang digunakan dalam publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat
Kabupaten Paser Tahun 2011 ini, adalah hasil dari Survei Sosial Ekonomi
Nasional ( SUSENAS ) 2008, 2009 (angka revisi) dan 2010 Kabupaten Paser,
kemudian data Produk Domestik Regional Bruto 2010 Kabuaten Paser. Khusus
untuk data ketenagakerjaan menggunakan hasil dari Survei Angkatan Kerja
Nasional (SAKERNAS) 2010 Kabupaten Paser. Serta ditunjang data sekunder
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Paser.
Penyajian Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011
diuraikan dalam tujuh bab. Pada Bab I diuraikan Pendahuluan yang berisikan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 2
3. Umum, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup, Sumber Data dan Sistematika
Penyajian. Bab II menyajikan tentang Konsep dan Definisi. Bab III tentang
Kependudukan yang mencakup Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin,
serta Komposisi Penduduk. Bab IV mengenai Kesehatan dan Gizi yang
mencakup Angka Harapan Hidup, Angka Kesakitan, Penolong Kelahiran dan
Lamanya Menyusui. Bab V menyajikan tentang Pendidikan yang mencakup
Partisipasi Sekolah, Pendidikan yang Ditamatkan, Angka Melek Huruf, APS dan
APM. Bab VI mengenai Ketenagakerjaan. Bab VII mengenai Fertilitas dan
Keluarga Berencana. Bab VIII menyajikan tentang Perumahan dan Lingkungan
serta Bab IX mengenai Pengeluaran Konsumsi.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 3
4. BAB II
KONSEP DAN DEFINISI
2.1. Kependudukan
Penduduk adalah setiap orang, baik warga negara Republik Indonesia
maupun warga negara asing yang berdomisili di dalam wilayah Republik
Indonesia selama enam bulan atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang
dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Penduduk usia produktif adalah
penduduk yang berusia 15-64 tahun. Penduduk usia belum produktif adalah
penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun. Penduduk usia tidak produktif
adalah penduduk yang berusia 65 tahun atau lebih.
Kelahiran adalah anak lahir hidup, yaitu anak yang pada waktu dilahirkan
menunjukan tanda-tanda kehidupan (seperti jantung berdenyut, bernapas,
menangis, dan sebagainya ), walaupun mungkin hanya beberapa saat saja.
Anak masih hidup adalah semua anak yang dilahirkan dan pada saat
pencacahan masih hidup, baik yang tinggal bersama ibunya maupun tinggal
ditempat lain. Kematian adalah suatu peristiwa atau keadaan hilangnya
tanda-tanda kehidupan dari seseorang.
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis
antara kekuatan yang menambah dan kekuatan yang mengurangi banyaknya
penduduk. Kekuatan yang menambah banyaknya penduduk adalah kelahiran
dan migrasi masuk (penduduk datang) sedangkan kekuatan yang mengurangi
banyaknya penduduk adalah kematian dan migrasi keluar (penduduk pergi).
Laju pertumbuhan alamiah adalah laju pertumbuhan yang hanya dipengaruhi
faktor kelahiran dan faktor kematian sedangkan laju pertumbuhan sosial hanya
dipengaruhi oleh migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu
tempat ke tempat lain baik melewati batas politis negara maupun batas
administrasi atau batas bagian dalam suatu negara dengan tujuan menetap.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 4
5. Dalam konsep yang digunakan BPS, seseorang dianggap migran jika
telah tinggal selama enam bulan berturut-turut atau kurang dari enam bulan
tetapi dengan tujuan akan menetap.
Wanita usia subur adalah wanita yang berada pada masa mampu
melahirkan atau masa reproduksi (15-49 tahun). Peserta KB aktif adalah
akseptor yang pada saat penca-cahan masih aktif mengikuti program KB
(memakai alat kontrasepsi). Akseptor adalah pasangan usia subur yang
menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Metode kontrasepsi adalah cara/alat
yang dipakai untuk mencegah kehamilan.
2.2. Kesehatan
Keluhan Kesehatan, adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu
oleh kondisi kesehatan, kejiwaan, kecelakaan dan hal lain termasuk yang
menderita penyakit kronis tetapi telah sembuh. Sakit adalah apabila seseorang
menderita penyakit kronis atau mempunyai keluhan/gangguan kesehatan lain
yang menyebabkan kegiatannya terganggu. Sedangkan cara pengobatan
adalah perlakuan/cara yang ditempuh seseorang bila menderita suatu penyakit,
seperti pergi ke dokter praktek, rumah sakit, puskesmas dan tenaga kesehatan
lainnya atau diobati sendiri.
2.3. Pendidikan
Dapat membaca dan menulis adalah mereka yang dapat membaca dan
menulis surat/kalimat sederhana dengan sesuatu huruf. Orang buta yang dapat
membaca dan menulis huruf braille dan orang cacat yang sebelumnya dapat
membaca dan menulis kemudian karena cacatnya tidak dapat membaca dan
menulis, digolongkan dapat membaca dan menulis. Sedangkan orang yang
hanya dapat membaca saja tetapi tidak dapat menulis, dianggap tidak dapat
membaca dan menulis (buta huruf).
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 5
6. Penduduk usia sekolah adalah mereka yang pada usia sekolah normal
sesuai dengan tingkat pendidikan, seperti penduduk usia SD adalah 7 – 12
tahun, penduduk usia SLTP adalah 13 – 15 tahun, dan penduduk usia SLTA
adalah 16 – 18 tahun. Pendidikan Pra Sekolah, diselenggarakan selama satu
sampai dua tahun bagi anak usia 5 – 6 tahun, yang merupakan persiapan bagi
anak sebelum masuk Sekolah Dasar.
Sekolah, adalah sekolah formal mulai dari pendidikan Dasar (SD dan
SLTP), pendidikan Menengah (SMK atau SMU), dan pendidikan Tinggi
(Akademi dan Universitas), termasuk pendidikan yang setara. tidak termasuk
pendidikan non formal seperti kursus mengetik, komputer, bahasa Inggris,
Seskoad, Diklatpim dan sebagainya. Tamat Sekolah, adalah mereka yang
menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah
di sekolah negeri maupun sekolah swasta dengan mendapatkan tanda
tamat/ijazah. Seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi
tetapi jika mengikuti ujian akhir dan lulus dianggap tamat sekolah. Tidak/belum
pernah sekolah adalah mereka yang tidak atau belum pernah sekolah termasuk
yang tamat/ belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak/belum melanjutkan ke
Sekolah Dasar. Masih sekolah adalah yang sedang mengikuti pendidikan di
pendidikan Dasar, Menengah atau Tinggi. Tidak sekolah lagi adalah yang
pernah mengikuti pendidikan Dasar, Menengah atau Tinggi, tetapi pada saat
pencacahan tidak sekolah lagi.
Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki, adalah
jenjang sekolah tertinggi yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang baik
sudah tamat maupun tidak/belum tamat. Penduduk yang masih bersekolah
adalah yang sedang mengikuti pendidikan ditingkat pendidikan tertentu.
2.4. Ketenagakerjaan
Dalam konsep ketenagakerjaan, penduduk dibagi menjadi dua golongan
yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 6
7. adalah penduduk berumur 15 tahun atau lebih yang digolongkan menjadi
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja . Angkatan Kerja adalah penduduk
usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja
dan yang mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia
kerja yang kegiatannya tidak bekerja maupun mencari pekerjaan atau penduduk
usia kerja dengan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
Mencari Pekerjaan adalah seseorang yang berusaha mendapatkan
pekerjaan termasuk yang sedang menunggu jawaban lamaran. Bekerja adalah
kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam
seminggu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan secara berturut-
turut dan tidak terputus. Penghasilan dan keuntungan mencakup upah/gaji
termasuk semua tunjangan, bonus, dan hasil usaha berupa sewa, bunga, dan
keuntungan baik berupa uang maupun barang.
Hari kerja adalah waktu yang dinyatakan dalam hari yang dipergunakan
oleh seseorang untuk melakukan kegiatan bekerja paling sedikit satu jam terus
menerus. Jam kerja adalah Waktu yang dinyatakan dalam jam yang
dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja normal adalah 35 – 44 jam per minggu.
Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah kegiatan seseorang
yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja
karena sakit, cuti, mogok dan lain-lain. Termasuk juga orang yang sudah
diterima bekerja tetapi selama seminggu yang lalu belum mulai bekerja.
2.5. Perumahan
Luas lantai rumah yang dikuasai rumah tangga, adalah luas lantai
bangunan yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Atap
rumah, adalah penutup bagian atas suatu bangunan, sehingga yang mendiami
dibawahnya terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya, untuk
bangunan bertingkat atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 7
8. tersebut. Dinding rumah, adalah batas penyekat dengan rumah tangga dan
atau bangunan pihak lain atau sisi luar batas dari bangunan.
Sumber penerangan rumah tangga, adalah penerangan utama yang
digunakan dalam ruangan tempat tinggal sehingga dapat melakukan kegiatan.
Fasilitas air minum yang dimiliki, adalah fasilitas air minum yang dimiliki ( secara
sendiri, bersama, umum, membeli dan lainnya ) dan digunakan oleh rumah
tangga. Sumber penggunaan air bersih adalah sumber air terbanyak yang
digunakan rumah tangga yang berasal dari ledeng, pompa air, sumur dan mata
air terlindung.
2.6. Pengeluaran Rumahtangga
Pengeluaran rumah tangga sebulan adalah semua biaya yang
dikeluarkan oleh rumah tangga selama sebulan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi
makanan dan bukan makanan yang mencakup semua barang dan jasa yang di
konsumsi tanpa memperhatikan asalnya tetapi terbatas hanya pada barang dan
jasa untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan perkataan lain, pengeluaran untuk
kebutuhan usaha atau diberikan kepada pihak lain tidak dimasukkan kedalam
konsumsi rumah tangga.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 8
9. BAB III
KEPENDUDUKAN
Kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka
pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan kependudukan atau dalam hal ini
adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijakan dan program
pembangunan yang akan dilakukan.
Masalah kependudukan memiliki posisi yang sangat penting bagi
pembangunan daerah, sehingga data kependudukan sangat diperlukan sebagai
penentu kebijakan maupun perencanaan program. Lebih luas lagi data
kependudukan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kegiatan yang lalu dan
yang sedang berjalan, bahkan dapat memperkirakan bentuk dan volume
kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang.
Pembangunan manusia dititikberatkan pada peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Penitikberatan pada kualitas SDM diperlukan karena penduduk yang besar
hanya akan dapat merupakan aset pembangunan jika “kualitasnya” (dilihat dari
derajat kesehatan dan atau tingkat pendidikan) cukup baik. Jumlah penduduk
yang besar disadari hanya merupakan beban pembangunan jika berkualitas
rendah apabila dilihat dari komposisinya secara sosial dan budaya yang sangat
beragam.
3.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kabupaten Paser berdasarkan hasil Susenas tahun
2010 berjumlah 233.030 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin maka jumlah
penduduk laki-laki masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk
perempuan. Hal ini terlihat dari Rasio Jenis Kelamin (RJK) yang merupakan
perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan, dan
bila nilai RJK penduduk di suatu wilayah di atas 100 maka menunjukkan bahwa
proporsi penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan penduduk perempuan.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 9
10. Besarnya RJK penduduk Kabupaten Paser tahun 2010 sedikit berbeda
jika dibandingkan RJK tahun 2009. Rasio perbandingan jumlah penduduk laki-
laki terhadap penduduk perempuan adalah 111 pada tahun 2009 yang berarti
terdapat 111 penduduk laki-laki diantara 100 penduduk perempuan, sementara
pada tahun 2010 hanya 110 yang berarti hanya terdapat 110 penduduk laki-laki
diantara 100 penduduk perempuan. Hal ini dapat diartikan bahwa telah terjadi
peningkatan jumlah penduduk perempuan selama tahun 2009 sampai dengan
2010.
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur , Tahun 2010
Kelompok Rasio jenis
Laki-laki Perempuan Jumlah
Umur Kelamin
(1) (2) (3) (4) (5)
0-4 13 409 12 058 25 467 111,20
5-9 14 345 12 098 26 443 118,57
10-14 9 481 10 470 19 951 90,55
15-19 11 654 10 087 21 741 115,53
20-24 10 846 9 555 20 401 113,51
25-29 11 165 12 558 23 723 88,91
30-34 12 494 10 353 22 847 120,68
35-39 9 651 8 488 18 139 113,70
40-44 7 864 6 694 14 558 117,48
45-49 7 144 5 233 12 377 136,52
50-54 4 623 5 046 9 669 91,62
55-59 3 968 2 914 6 882 136,17
60-64 2 337 1 645 3 982 142,07
65+ 3 230 3 620 6 850 89,23
Jumlah 2010 122 211 110 819 233 030 110,28
2009 105 881 95 412 201 293 110,97
Sumber : Susenas 2009-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 10
11. 3.2. Komposisi Penduduk
Dari 233.030 jiwa penduduk Kabupaten Paser ternyata komposisi
menurut jenis kelamin adalah sebanyak 122.211 jiwa atau 52,44 persen adalah
laki-laki, dan 110.819 jiwa atau 47,56 persen adalah perempuan (grafik 3.1).
Berdasarkan tabel 3.2 penduduk Kabupaten Paser masih tergolong ke
dalam pergeseran dari penduduk muda ke penduduk tua. Hal ini dapat
ditunjukkan dari proporsi penduduk di bawah 15 tahun adalah 30,84 persen,
sementara pada usia 65 tahun atau labih adalah 2,94 persen. Penduduk
dikatakan “muda” apabila proporsi penduduk di bawah 15 tahun sebesar kira-
kira 40 persen, sebaliknya dikatakan “tua” apabila proporsi penduduk pada usia
65 tahun atau lebih telah mencapai 10 persen atau lebih.
Grafik 3.1. Persentase Penduduk Kabupaten Paser
Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2010
47.56% Laki-laki
52.44% Perempuan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 11
12. Tabel 3.2. Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur, Tahun 2010
Kelompok Jenis Kelamin
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0-4 10,97 10,88 10,93
5-9 11,74 10,92 11,35
10-14 7,76 9,45 8,56
15-19 9,54 9,1 9,33
20-24 8,87 8,62 8,76
25-29 9,14 11,33 10,18
30-34 10,22 9,34 9,8
35-39 7,9 7,66 7,78
40-44 6,43 6,04 6,25
45-49 5,85 4,72 5,31
50-54 3,78 4,55 4,15
55-59 3,25 2,63 2,95
60-64 1,91 1,49 1,71
65+ 2,64 3,27 2,94
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas, 2010
Cara lain yang biasa digunakan untuk menggambarkan komposisi
menurut umur dan jenis kelamin adalah dengan piramida penduduk. Bentuk
piramida penduduk dari suatu wilayah pada tahun tertentu dapat mencerminkan
dinamika kependudukan di wilayah tersebut, seperti kelahiran, kematian, dan
migrasi. Suatu wilayah dengan tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi
biasanya ditandai dengan bentuk piramida yang alasnya besar kemudian
berangsur mengecil hingga ke puncak piramida. Sedangkan pada wilayah
dengan tingkat kelahiran dan kematian yang rendah mempunyai bentuk
piramida dengan alas yang tidak begitu besar dan tidak langsung mengecil
hingga puncaknya.
Piramida penduduk Kabupaten Paser pada tahun 2010 menunjukkan
alas piramida tidak begitu besar dan tidak langsung mengecil hingga
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 12
13. puncaknya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelahiran dan kematian yang
rendah.
Grafik 3. 2. Piramida Penduduk Kabupaten Paser, Tahun 2010
65+
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
Kelompok Umur
15-19
10-14
5-9
0-4
Persen
-15 -10 -5 0 5 10 15
Laki-laki Perempuan
3.3. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Berdasarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur seperti yang
disajikan pada tabel 3.3, dapat diturunkan indikator yang dapat digunakan
sebagai salah satu indikator ekonomi yaitu Angka Beban Tanggungan yang
merupakan perbandingan atau rasio antara penduduk usia belum produktif ( 0 -
14 tahun ) dan usia 65 tahun keatas dengan penduduk usia produktif (15 – 64
tahun). Besarnya Angka Beban Tanggungan ini menunjukkan beban
tanggungan ekonomi penduduk usia produktif. Semakin mengecil angka beban
ketergantungan akan semakin baik kondisi perekonomian masyarakat yang
bersangkutan. Pada tahun 2008 Angka Beban Tanggungan (Dependency
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 13
14. Ratio) Kabupaten Paser sebesar 55,41 persen, angkanya menurun menjadi
53,14 di tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010 Angka Beban Tanggungan
turun menjadi 51,01 persen, dengan kata lain setiap 100 penduduk usia
produktif (usia 15 – 64 tahun) harus menanggung sebanyak 51 orang penduduk
yang tidak produktif ( usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun ).
Tabel 3.3. Persentase Penduduk Kabupaten Paser Menurut
Kelompok Usia Produktif dan Angka Beban Tanggungan,
Tahun 2008 - 2010
Struktur Umur Angka Beban
Tahun Jumlah Tanggungan
0-14 15-64 65+
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2008 32,39 64,34 2,99 100,00 55,41
2009 31,93 65,30 2,77 100,00 53,14
2010 30,84 66,22 2,94 100,00 51,01
Sumber : Susenas 2008-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 14
15. BAB IV
KESEHATAN DAN GIZI
Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan
penduduk dalam hal kualitas fisik, dalam hal ini dapat dilihat melalui angka
kesakitan dan status gizi. Sementara untuk melihat gambaran tentang
kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat melalui
pemberian imunisasi, penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan
dan jenis pengobatan yang dilakukan.
Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas fisik penduduk telah
dilakukan yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk dan
mutu pelayanan kesehatan serta meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana kesehatan bagi seluruh penduduk baik yang tinggal di daerah
perkotaan maupun perdesaan.
4.1. Sarana Kesehatan
Penyediaan sarana kesehatan yang memadai merupakan salah satu
kebutuhan pokok dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan
program ini terus ditingkatkan kualitas pelayanan serta keberadaannya. Sarana
kesehatan yang ada di Kabupaten Paser ternyata cukup memadai untuk jumlah
penduduk yang harus dilayani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah puskesmas,
rumah sakit, dan jumlah tenaga medis yang ada di Kabupaten Paser. Dari
data Dinas Kesehatan Kabupaten Paser dapat dilihat bahwa pada tahun 2010
terdapat satu unit rumah sakit , 17 unit puskesmas, 94 unit pusban, 17 unit
puskesmas keliling, dan didukung 642 orang tenaga kesehatan.
Bila dikaitkan dengan jumlah penduduk, maka sebuah puskesmas/
puskesmas pembantu di wilayah Kabupaten Paser melayani kurang lebih 2.000
penduduk. Idealnya, satu puskesmas hanya melayani kurang lebih 7.000
penduduk. Jadi, di Kabupaten Paser jumlah puskesmas sudah memadai
dengan jumlah penduduk. Ke depan, untuk lebih mendekatkan aks es
masyarakat ke sarana layanan kesehatan, akan lebih baik jika keberadaan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 15
16. puskesmas/ puskesmas pembantu mampu menjangkau masyarakat di desa
secara langsung sehingga mengurangi biaya transportasi untuk berobat.
Tabel 4.1 Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan
Kabupaten Paser,Tahun 2006 - 2010
Sarana / Tenaga Kesehatan 2006 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Rumah Sakit 1 1 1 1 1
Puskesmas 17 17 17 17 17
Pusban 90 89 95 97 94
Puskesmas Keliling 17 16 20 27 17
Tenaga Kesehatan 497 520 518 564 642
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, 2011
4.2. Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup merupakan salah satu ukuran demografi yang
memperlihatkan kondisi kesehatan masyarakat. Usia anak sebelum mencapai
satu tahun sangat rentan dengan berbagai penyakit, sehingga resiko kematian
menjadi semakin tinggi dari aspek ini, pengamatan harapan hidup dengan
menggunakan alat ukur Angka Harapan Hidup menjadi cukup penting.
Angka Harapan Hidup (AHH) atau Life Expecstancy (LE) menunjukkan
rata-rata umur penduduk mulai lahir sampai dengan akhir hidupnya. Besarnya
nilai AHH berkaitan erat dengan angka kematian bayi, dimana semakin tinggi
kematian bayi nilai AHH akan menurun. Faktor yang mempengaruhi perubahan
AHH dapat ditinjau dari beberapa hal seperti kondisi lingkungan dan status
sosial ekonomi penduduk, ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, status
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 16
17. gizi dan lain-lain. Oleh karena itu AHH cukup representatif digunakan sebagai
indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan penduduk khususnya di bidang
kesehatan.
Semakin tinggi pencapaian angka harapan hidup di suatu daerah secara
tidak langsung dapat menggambarkan semakin membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat secara umum. Menurut data Susenas 2009, capaian
angka harapan hidup penduduk Kabupaten Paser sebesar 72,74 tahun, dan
meningkat menjadi 73.09 tahun pada tahun 2010.
Tabel 4.2. Perkembangan Angka Harapan Hidup
Penduduk Kabupaten Paser
Tahun 2007 – 2010
Indikator Derajat Kesehatan 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5)
Angka Harapan Hidup 72.06 72.39 72.74 73.09
Sumber : Susenas,2007- 2010
Peningkatan angka harapan hidup Kabupaten Paser ini seiring dengan
besarnya perhatian pemerintah daerah terhadap layanan kesehatan
masyarakat, yaitu dengan telah diterbitkannya SK Bupati tentang pembebasan
retribusi pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas se-Kabupaten Paser dan
terus digalakkannya program desa.
Fenomena tersebut diatas menunjukkan bahwa biaya peningkatan
derajat kesehatan di masyarakat masih menjadi beban pemerintah sepenuhnya.
Pada saat alokasi anggaran kesehatan meningkat, biasanya akan diikuti pula
oleh peningkatan AHH yang signifikan. Sedangkan jika alokasi belanja publik di
bidang kesehatan pada APBD menurun, dengan sendirinya akan menekan
secara langsung pemenuhan kebutuhan kesehatan di masyarakat, dan
berimbas pada penurunan laju peningkatan AHH pada periode berikutnya.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 17
18. 4.3. Keluhan Kesehatan dan Angka Kesakitan
Penduduk yang sehat cenderung memiliki kualitas fisik yang baik.
Dengan fisik yang baik segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari akan
berjalan dengan lancar baik bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga maupun
melakukan aktivitas lainnya. Salah sati indikator yang dapat menggambarkan
status kesehatan penduduk adalah angka keluhan kesehatan dan angka
kesakitan. Angka keluhan kesehatan diukur dengan menggunakan pendekatan
penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu,
sedangkan angka kesakitan merupakan persentase penduduk yang mengalami
gangguan kesehatan hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Berdasarkan data Susenas dapat dilihat bahwa selama kurun waktu
tahun 2009 - 2010, terjadi penurunan angka keluhan kesehatan dari 36,89
persen (tahun 2009) lalu turun menjadi 23,10 persen (tahun 2010). Turun
angka keluhan kesehatan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama
cuaca, kebersihan lingkungan atau pola hidup masyarakat (grafik 4.1).
Grafik 4.1. Perkembangan Angka Keluhan Kesehatan dan Angka
Kesakitan Penduduk di Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010
36.89
40
35
30 22.92 23.1
25
20
9.78
15
10
5
0
2009 2010
Angka Keluhan Kesehatan Angka Kesakitan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 18
19. Selain keluhan kesehatan juga ditampilkan perkembangan angka
kesakitan. Angka kesakitan merupakan persentase penduduk yang mempunyai
keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.
Angka kesakitan di kabupaten Paser pada tahun 2009 sebesar 22,92 persen,
mengalami penurunan menjadi 9,78 persen pada tahun 2010.
Dari jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dialami penduduk
Kabupaten Paser pada tahun 2010 adalah sakit pilek (12,35 persen), batuk
(11,49 persen), panas (6,60 persen), dan sakit kepala berulang (5,42 persen).
Adapun keluhan kesehatan selain yang sudah disebutkan tadi, persentasenya
tidak begitu besar untuk masing-masing keluhan kesehatan.
Tabel 4.3. Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan
Menurut Jenis Keluhan Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Jenis Keluhan Kesehatan 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Panas 6,47 12,87 6,60
Batuk 8,56 17,56 11,49
Pilek 10,57 17,01 12,35
Asma/Sesak
1,35 1,73 0,92
Napas/Cepat
Diare/Buang Air 0,96 3,05 1,56
Sakit Kepala Berulang 3,79 11,90 5,42
Sakit Gigi 1,21 4,15 1,85
Lainnya 5,18 6,63 3,27
Sumber : Susenas 2008-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 19
20. Pada tabel 4.4 disajikan persentase penduduk yang menderita sakit
yaitu penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan sampai mengakibatkan
terganggunya pekerjaan, sekolah, atau kegiatan sehari-hari selama sebulan
yang lalu menurut jumlah hari sakit. Persentase penduduk Kabupaten Paser
yang paling dominan adalah yang mengalami sakit antara 0-3 hari yaitu sekitar
55,75 persen, kemudian disusul jumlah hari sakit antara 4 – 7 hari sekitar 36,07
persen. Sedangkan untuk jumlah hari sakit antara 8-14 hari sebesar 5,02
persen, 15-21 hari sebesar 0,34 persen, dan 22-30 hari sebesar 2,82 persen.
Tabel 4.4. Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama
Bulan Referensi Menurut Jumlah Hari Sakit, Tahun 2008-2010
Jumlah Hari Sakit 2008 2009 2010
(1) (3) (4) (5)
0-3 49,25 66,81 55,75
4-7 40,13 27,80 36,07
8 - 14 3,69 3,12 5,02
15 - 21 4,06 1,15 0,34
22 - 30 2,87 1,11 2,82
Sumber : Susenas 2008-2010
Dalam upaya untuk terapi penyembuhan bagi penduduk Kabupaten
Paser tahun 2010 yang mengalami gangguan kesehatan dan berusaha
mengobati sendiri yaitu sebanyak 64,64 persen. Bila dilihat menurut jenis
kelaminnya maka laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan dan berusaha
untuk mengobati sendiri mempunyai persentase lebih besar yaitu 65,40 persen
dibanding perempuan sebesar 63,88 persen. Apabila dibandingkan dengan
tahun 2008 dan 2009 maka persentase penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan dan usaha mengobati sendiri mengalami penurunan, dimana
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 20
21. sebelumnya mencapai 70,87 persen (tahun 2008) dan 69,02 persen (tahun
2009).
Grafik 4.2. Persentase Penduduk Yang mengalami Keluhan Kesehatan dan
Usaha Mengobati Sendiri Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Paser,
Tahun 2008-2010
71.65
72 70.87
70.11 70.29
70 69.02
67.68
68
65.4 Laki-laki
66 64.64
63.88
Perempuan
64
L+P
62
60
58
2008 2009 2010
Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan biasanya berusaha
dengan berbagai cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan keluhan
tersebut. Pada tahun 2010 persentase penduduk Kabupaten Paser yang
mengalami keluhan kesehatan dan berusaha mengobati sendiri dengan obat/
cara pengobatan tradisional sebanyak 21,58 persen. Selain obat/ cara
tradisional juga dengan obat/ cara pengobatan modern sekitar 91,48 persen.
Obat/ cara pengobatan lainnya juga merupakan pilihan sekitar 5,48 persen
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan mengupayakan pengobatan
sendiri.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 21
22. Grafik 4.3. Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan
Usaha Mengobati Sendiri Menurut Jenis Obat/ Cara Pengobatan Yang
Digunakan di Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010
100 91.48
90 83.36
80
70
60 Tradisional
50 Modern
40 Lainnya
26.9
30 21.58
20
5.91 5.48
10
0
2009 2010
4.4. Penolong Kelahiran
Untuk menghindari kematian bayi maupun kematian ibu pada saat
persalinan, maka penolong kelahiran harus ditangani oleh tenaga yang
berpengalaman di bidang kesehatan, semakin banyak bayi yang lahir ditolong
oleh dokter atau bidan maka diharapkan semakin baik tingkat keselamatan bayi
dan ibunya. Dari hasil Susenas 2008-2010 tercatat masih sedikit kelahiran
balita yang ditolong oleh dokter, sementara yang banyak menolong proses
kelahiran adalah bidan atau dukun, baik proses pertolongan pertama kali
maupun penolong terakhir kelahiran bayi.
Hasil Susenas 2010 terdapat sekitar 58,58 persen proses kelahiran
pertama ditolong oleh bidan, dan pada proses kelahiran terakhir yang juga
ditolong oleh bidan meningkat menjadi sekitar 61,28 persen. Sementara proses
penolong kelahiran yang dilakukan oleh dukun untuk proses kelahiran pertama
sebesar 26,41 persen dan pada proses kelahiran terakhir menurun menjadi
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 22
23. sekitar 23,65 persen. Kondisi ini dapat terjadi karena dalam proses persalinan
yang dilakukan pertama kali oleh dukun mungkin mengalami sesuatu dan lain
hal sehingga perlu penanganan lebih lanjut, dan biasanya diserahkan kepada
tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, atau tenaga paramedis.
Tabel 4.5. Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan Pertama dan
Terakhir Waktu Lahir Di Kabupaten Paser, Tahun 2008 - 2010
2008 2009 2010
Penolong
Perta Tera Perta Tera Perta Tera
Kelahiran
ma khir ma khir ma khir
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Dokter 11,23 14,19 13,54 17,03 12,67 13,03
Bidan 54,42 59,54 51,35 58,20 58,58 61,28
Tenaga
0,32 0,32 0,00 0,37 1,04 2,03
Paramedis Lain
Dukun 31,64 24,76 26,91 20,30 26,41 23,65
Famili 2,08 1,20 8,21 4,10 1,30 0,00
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008 – 2010
4.5. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator mengenai jumlah balita
yang mengalami kekurangan gizi. Pada tahun 2010 di Kabupaten Paser
terdapat 25.706 balita usia 1 sampai 4 tahun. Dari balita yang ada tersebut,
1.096 balita mengalami Kekurangan Energi Protein Total dan 140 balita
mengalami Kekurangan Energi Protein Nyata. Bila dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumya, angka ini mengalami penurunan drastis.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 23
24. Tabel 4.6. Status Gizi Balita Kabupaten Paser,
Tahun 2006 – 2010
Jumlah Jumlah Jumlah Balita Dengan
Tahun Balita Balita KEP KEP
(1-4tahun) Ditimbang % %
Total Nyata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2010 25.706 17.015 1.096 6,44 140 0,82
2009*) - - - - - -
2008 25.387 5.178 894 17,27 177 3,42
2007*) - - - - - -
2006 22.771 7.488 1.049 14,01 182 2,43
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, 2011
*) Data tidak tersedia.
4.6. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak saja dilandasi atas dasar
motivasi kesehatan tetapi juga kasih sayang. Dalam hal kesehatan manfaat ASI
sangat besar bagi tumbuh dan berkembang bagi anak serta kelangsungan
hidup anak. Kekebalan tubuh seorang anak terhadap penyakit diperoleh dengan
cara pemberian vaksinasi. Pemberian vaksinasi secara alami hanya diperoleh
anak melalui pemberian ASI. Di dalam ASI terkandung zat imunisasi yang
menyebabkan seorang bayi kebal terhadap penyakit. Selain itu, lama menyusui
seorang ibu kepada anaknya sangat mempengaruhi keadaan gizi bagi sang
anak. Anak yang mengkonsumsi ASI dengan cukup cenderung lebih sehat,
lebih kebal dari serangan penyakit sehingga jarang sakit.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 24
25. Tabel 4.7. Persentase Bayi Yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Menyusui Di Kabupaten Paser, Tahun 2008 - 2010
Lama Menyusui (Bulan) 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
0-5 10,48 17.13 5.55
6-11 11,52 14.70 13.71
12-17 20,89 15.33 23.03
18-23 18,18 16.51 18.38
24+ 38,92 36.33 39.34
Jumlah 100,00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
Pada tabel di atas diperlihatkan bahwa kesadaran akan pentingnya
pemberian ASI selain baik untuk bayi itu sendiri juga sangat baik bagi
kesehatan ibu, terutama untuk pemberian ASI lebih dari 24 bulan yaitu dari
36,33 persen pada tahun 2009 menjadi 39,34 persen pada tahun 2010. Selain
itu data tahun 2010 mencatat bahwa untuk balita yang diberi ASI selama 18-23
bulan ada sekitar 18,38 persen, 12-17 bulan 23,03 persen, 6-11 bulan 13,71
persen, sementara itu masih ada bayi yang diberi ASI kurang dari 5 bulan
sebanyak 5,55 persen.
4.6. Imunisasi Balita
Imunisasi sangat penting dilakukan pada balita karena pada umur
tersebut mereka masih sangat rentan terhadap penyakit. Imunisasi atau
vaksinasi adalah memasukkan kuman atau racun penyakit tertentu yang sudah
dilemahkan (vaksin) ke dalam tubuh dengan cara disuntik atau diminum
(diteteskan dalam mulut), dengan maksud untuk meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit tersebut. Dengan imunisasi yang lengkap dan makanan yang
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 25
26. bergizi diharapkan akan terbentuk generasi penerus bangsa yang lebih
berkualitas.
Grafik 4.4. Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi
Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Paser, Tahun 2010
99.55 99.1
100 98.66
98
96 95.06
94
92 90.45
90
88
86
84
BCG DPT Polio Campak/ Hepatitis B
morbili
Dari hasil Susenas 2010 mencatat bahwa bahwa rata-rata balita yang
ada di Kabupaten Paser sebagian besar pernah mendapatkan pelayanan
imunisasi. Persentase balita yang pernah mendapat imunisasi BCG sebesar
99,55 persen, imunisasi DPT sebesar 98,66 persen, imunisasi polio sebesar
99,10 persen, imunisasi Campak/morbili sebesar 90,45 persen, dan imunisasi
hepatitis B sebesar 95,06 persen (grafik 4.4).
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 26
27. BAB V
PENDIDIKAN
5.1 Partisipasi Sekolah
Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan yang bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Dan upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia ditempuh melalui pelaksanaan
berbagai program pendidikan dan keterampilan.
Mereka yang mempunyai pendapatan yang tinggi mempunyai
kemungkinan/peluang lebih besar untuk memperoleh pendidikan yang tinggi.
Sebaliknya, mereka yang mempunyai pendapatan yang rendah, kecil
kemungkinannya untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dengan
demikian dari sudut sosial ekonomi, tingkat pendidikan seseorang merefleksikan
tingkat kesejahteraannya.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia
sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya.
Pada dasarnya pendidikan yang diupayakan bukan hanya tanggung
jawab pemerintah saja tetapi juga masyarakat dan keluarga. Banyaknya
penduduk yang mendapatkan pendidikan di sekolah merupakan indikator
tersedianya tenaga terdidik atau sumber daya manusia terdidik yang tersedia
saat ini. Besaran ini ditunjukkan oleh angka partisipasi sekolah penduduk yang
berusia 10 tahun keatas yang berasal dari hasil Susenas, diantaranya
menyajikan persentase partisipasi bersekolah yang dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok besar, yaitu: penduduk yang tidak/belum pernah sekolah, masih
sekolah, dan tidak bersekolah lagi.
Pada tahun 2010 penduduk di Kabupaten Paser yang tidak/belum pernah
sekolah sekitar 6,69 persen dengan rincian 4,80 persen untuk laki-laki dan 8,74
persen untuk perempuan. Dari angka ini kita dapat melihat bahwa untuk
perempuan persentasenya lebih besar daripada laki-laki, hal ini menunjukkan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 27
28. bahwa kesempatan anak perempuan untuk mengenyam pendidikan lebih kecil
daripada anak laki-laki. Hal ini tentu terjadi karena sudah merupakan “
kebiasaan ” untuk mengutamakan pendidikan anak laki-laki dari pada anak
perempuan.
Selanjutnya persentase penduduk yang masih sekolah di Kabupaten
Paser untuk usia 10 tahun keatas sebesar 18,39 persen, yaitu 17,46 persen
untuk laki-laki dan 19,40 persen untuk perempuan. Kemudian persentase
penduduk yang tidak bersekolah lagi sebesar 74,93 persen, dengan rincian
77,74 persen untuk laki-laki dan 71,86 persen untuk perempuan.
Tabel 5.1. Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas Menurut Partisipasi
Sekolah Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
2010
Partisipasi Sekolah
2008 2009 Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tidak/Belum Pernah
4,73 5,37 4.80 8.74 6.69
Sekolah
Masih Sekolah 19,56 21,29 17.46 19.40 18.39
Tidak Bersekolah lagi 75,71 73,34 77.74 71.86 74.93
Jumlah 100,00 100,00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
5.2. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Indikator lain yang juga dapat digunakan untuk menggambarkan
kemajuan di bidang pendidikan adalah persentase penduduk yang menamatkan
sekolah pada jenjang tertentu. Dari Tabel 5.2 menunjukkan bahwa selama tiga
tahun terakhir penduduk 10 tahun keatas di Kabupaten Paser sebagian besar
masih berpendidikan tamat SD.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 28
29. Pada tahun 2010 penduduk Kabupaten Paser yang berumur 10 tahun
keatas bila dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan, maka yang tamat
SD/MI/Sederajat 36,20 persen, tamat SLTP Umum/Kejuruan/Sederajat sebesar
22,50 persen, tamat SLTA Umum/Kejuruan/Sederajat 17,50 persen dan tamat
Diploma /Sarjana sebesar 6,50 persen. Dan masih ada penduduk 10 tahun
keatas yang tidak/belum sekolah/belum punya ijazah adalah sebesar 17,30
persen.
Tabel 5.2. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang
Pendidikan Yang Ditamatkan Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Jenjang Pendidikan Yang
2008 2009 2010
Ditamatkan
(1) (2) (3) (4)
Tidak/ belum pernah sekolah/
26,93 23,68 17.30
tidak /belum tamat SD
Tamat SD/Sederajat 32,14 33,99 36.20
Tamat SLTP
21,17 19,42 22.50
Umum/Kejuruan/Sederajat
Tamat SLTA
17,34 18,02 17.50
Umum/Kejuruan/Sederajat
Diploma/Sarjana 2,41 4,89 6.50
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 29
30. 5.3 Angka Melek Huruf (AMH)
Salah satu kebutuhan dasar penduduk untuk berkomunikasi adalah
kemampuan membaca dan menulis. Dimana hal ini merupakan keterampilan
minimum yang dibutuhkan penduduk dalam proses bermasyarakat, sehingga
penduduk dapat berperan lebih aktif dalam pembangunan ekonomi yang
berkesinambungan. Angka Melek Huruf diperoleh dengan membagi banyaknya
penduduk usia 10 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis dengan
seluruh penduduk usia 10 tahun keatas. Indikator ini menggambarkan mutu
sumber daya manusia yang diukur dalam aspek pendidikan. Semakin tinggi
nilai indikator ini semakin tinggi mutu sumber daya manusia suatu masyarakat.
Pada tahun 2010 di Kabupaten Paser penduduk usia 10 tahun keatas
yang melek huruf sudah lebih baik dibandingkan tahun 2008. Hal ini terlihat dari
hasil Susenas 2010 persentase penduduk yang melek huruf sekitar 96,14
persen, dibandingkan tahun 2008 hanya mencapai sekitar 94,46 persen.
Sementara tahun 2009 persentasenya hampir tidak jauh beda dengan tahun
2010 yaitu sekitar 96,38 persen. Dengan demikian dapat dikatakan persentase
penduduk usia 10 tahun keatas yang buta huruf dari tahun 2008-2010 adalah
sebesar 5,54 persen, 3,62 persen, dan 3,86 persen (Grafik 5.1).
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 30
31. Grafik 5.1. Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Menurut Angka Melek
Huruf dan Buta Huruf di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
3.86
2010
96.14
3.62
2009 96.38
5.54
2008
94.46
0 20 40 60 80 100
Buta Huruf Melek Huruf
Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 persentase
penduduk Kabupaten Paser usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan
menulis berdasarkan jenis huruf, maka yang dapat membaca dan menulis
menggunakan huruf latin sebesar 61,97 persen, huruf latin dan arab 26,00
persen, huruf latin, arab dan lainnya 4,72 persen, dan sisanya masih di bawah 4
persen.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 31
32. Tabel 5.3. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas
Menurut Kemampuan Membaca/Menulis Di Kabupaten Paser
Tahun 2010
Kemampuan
2009 2010
Membaca/Menulis
(1) (2) (3)
Huruf Latin 60,45 61,97
Huruf Arab 0,50 2,18
Huruf Lainnya 0,12 0,06
Huruf Latin dan Arab 25,04 26,00
Huruf Latin, Arab dan Lainnya 6,31 4,72
Huruf Latin dan Lainnya 3,87 1,21
Huruf Arab dan Lainnya 0,08 0,00
Tidak bisa 3,62 3,86
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2009, 2010
5.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Upaya untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan pemerataan pada pemanfaatan fasilitas pendidikan,
sehingga makin banyak penduduk dapat bersekolah. Partisipasi penduduk usia
sekolah dapat menggambarkan tingkat ketersediaan kualitas sumber daya
manusia dan aktivitas pendidikan di suatu wilayah. Partisipasi penduduk yang
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 32
33. dimaksudkan di sini adalah merupakan perbandingan antara penduduk yang
masih sekolah terhadap penduduk usia sekolah pada kelompok jenjang
pendidikan tertentu, misalnya (7 – 12) untuk usia SD, (13 – 15) untuk usia
SLTP, dan (16 – 18) untuk usia SLTA.
Tabel 5.4. Angka Partisipasi Sekolah menurut Usia Sekolah
Di Kabupaten Paser, Tahun 2008 - 2010
Tahun
Usia Sekolah
2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
7-12 98,03 98.50 96.38
13-15 85,00 85.80 85.30
16-18 47,64 59.79 64.52
Sumber : Susenas 2008-2010
Angka Partisipasi Sekolah (APS) yang merupakan gambaran tingkat
partisipasi dan keikutsertaan masyarakat untuk mengikuti pendidikan, semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah tingkat partisipasinya, walaupun
dalam setiap tingkatan semakin menunjukkan peningkatan APS. APS untuk
SD/MI paling besar dibanding pada tingkatan pendidikan di atasnya. Demikian
juga untuk tingkat SLTP, APS-nya masih cukup besar. Angka-angka tersebut
menunjukkan tingkat partisipasi pendidikan di tingkat dasar sangat tinggi, dan
menurun ketika masuk tingkatan yang lebih tinggi.
Angka Partisipasi Sekolah penduduk Kabupaten Paser pada kelompok
usia sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun mengalami penurunan masing-masing
dari 98,50 dan 85,80 persen di tahun 2009 menjadi 96,38 dan 85,30 persen
tahun 2010. Sementara itu untuk kelompok usia sekolah 16-18 tahun
mengalami kenaikan dari 59,79 persen di tahun 2009 menjadi 64,52 persen di
tahun 2010.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 33
34. Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab penurunan tingkat
partisipasi sekolah antara lain mungkin masih kurangnya kesadaran orang tua
untuk menyekolahkan anak, kurangnya fasilitas pendidikan yang ada di wilayah
Kabupaten Paser khususnya pada wilayah kecamatan dan desa-desa yang
jaraknya cukup jauh dari wilayah kecamatan dan kabupaten sedangkan akses
jalan masih cukup sulit untuk dapat dilalui/ dijangkau.
5.5. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah
penduduk pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat
yang sesuai dengan kelompok umurnya. APM SD pada tahun 2010 sebesar
93,92 persen, APM SLTP sebesar 70,47 persen, dan APM SLTA sebesar
58,03 persen.
Tabel 5.5. Angka Partisipasi Murni SD, SLTP, SLTA
Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Paser,
Tahun 2009-2010
APM 2009 2010
(1) (2) (3)
SD 92.57 93.92
SLTP 70.61 70.47
SLTA 49.07 58.03
Sumber : Susenas 2009-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 34
35. BAB VI
KETENAGAKERJAAN
6.1. Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja
Data ketenagakerjaan dewasa ini semakin diperlukan, terutama untuk
evaluasi dan perencanaan pembangunan di bidang ketenagakerjaan seperti
peningkatan keterampilan tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja dan
berusaha serta produktifitas tenaga kerja. Sangat masuk akal jika analisis
mengenai kualitas sumber daya manusia biasanya menempatkan faktor
ketenagakerjaan sebagai salah satu dimensi yang vital.
Apabila kita bicara masalah penduduk usia kerja dewasa ini menurut
UU No. 20 tahun 1999, berarti kita berbicara tentang penduduk usia 15 tahun
keatas yang terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang
termasuk angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas)
yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, dan orang
tidak bekerja yang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja,
adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas) yang tidak bekerja, tidak
mencari pekerjaan, tetapi kegiatan golongan ini masih bersekolah, mengurus
rumah tangga dan lainnya (seperti tidak mampu bekerja, pensiun).
Hasil Sakernas 2010 Kabupaten Paser seperti terlihat pada tabel 6.1
menunjukkan bahwa penduduk usia kerja usia 15 tahun keatas tercatat
160.384 orang, yang terdiri dari angkatan kerja sekitar 99.383 orang (61,97
persen) dan bukan angkatan kerja sekitar 61.001 orang (38,03 persen).
Bila dilihat dari jenis kelamin penduduk usia kerja, maka 85,86 persen
laki-laki adalah merupakan angkatan kerja yang terdiri dari 81,75 persen
bekerja dan 4,12 persen sedang mencari pekerjaan, sisanya adalah bukan
angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya). Sedangkan
penduduk usia kerja perempuan yang merupakan angkatan kerja hanya sekitar
34,46 persen yang terdiri dari 30,11 persen bekerja dan 4,35 persen sedang
mencari pekerjaan, sisanya adalah bukan angkatan kerja sebesar 65,54
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 35
36. persen (sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya).
Tabel 6.1. Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) Menurut
Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin, Tahun 2010
Laki- Perem
Kegiatan Utama % % Total %
Laki puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1.Angkatan Kerja 73.685 85,86 25.698 34,46 99.383 61,97
Bekerja 70.150 81.75 22.457 30.11 92.607 57.74
Mencari
3.535 4.12 3.241 4.35 6.776 4.22
Pekerjaan
2. Bukan Angkatan
12.130 14,14 48.871 65,54 61.001 38,03
Kerja
Sekolah 7.632 8.89 7.985 10.71 15.617 9.74
Mengurus Rumah
1.286 1.50 38.732 51.94 40.018 24.95
Tangga
Lainnya 3.212 3.74 2.154 2.89 5.366 3.35
Jumlah 85.815 100.00 74.569 100.00 160.384 100.00
Sumber : Sakernas 2010
6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah.
TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah
penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan
tenaga kerja (Labour Supply) yang tersedia untuk memproduksi barang –
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 36
37. barang dan jasa dalam suatu perekonomian. TPAK Kabupaten Paser dari tahun
ke tahun berfluktuatif dengan nilai diatas 60,00 persen.
Hasil Sakernas 2010 Kabupaten Paser menunjukkan bahwa penduduk
usia kerja usia 15 tahun keatas tercatat 160.384 orang, yang terdiri dari
angkatan kerja sekitar 99.383 orang (61,97 persen) dan bukan angkatan kerja
sekitar 61.001 orang (38,03 persen). Sehingga dapat dikatakan bahwa Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2010 adalah sebesar 61,97 persen,
angka ini menurun bila dibandingkan tahun 2009 sebesar 64,06 persen, dan
tahun 2008 sebesar 67,00 persen.
6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Seseorang dikatakan bekerja apabila berupaya bekerja atau berusaha
membantu mencari nafkah sekurang-kurangnya satu jam dalam sehari secara
terus menerus selama seminggu yang lalu.Sementara dikatakan sebagai
pencari kerja apabila melakukan kegiatan mencari pekerjaan. Istilah lain dari
pencari kerja adalah pengangguran, yang bisa terdiri atas pencari kerja baru
atau pernah bekerja sebelumnya.
Konsep pengangguran yang digunakan adalah mereka yang sedang
mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan yang sudah punya
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan pada waktu bersamaan mereka tidak
bekerja (jobless). Penganggur dengan konsep / definisi tersebut biasanya
disebut pengangguran terbuka (open unemployment ).
Indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok
pengangguran diukur dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dimana
TPT merupakan persentase jumlah yang mencari pekerjaan terhadap jumlah
angkatan kerja. Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara tidak
langsung dapat menggambarkan kondisi ekonomi suatu wilayah. Tinggi
rendahnya angka ini memiliki kepekaan terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat maupun keamanan dan stabilitas regional.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 37
38. Sedangkan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) adalah rasio antara
penduduk yang bekerja terhadap angkatan kerja. Antara TPT dan TKK akan
selalu berkaitan satu sama lain. Jika TPT semakin besar maka kesempatan
kerja akan berkurang, dan sebaliknya jika TKK besar berarti TPT akan
berkurang atau semakin kecil.
TPT Kabupaten Paser dari tahun ke tahun terus menunjukkan
penurunan, hasil Sakernas tahun 2010 TPT sekitar 6,82 persen. Jadi dari 100
penduduk yang termasuk angkatan kerja sekitar 7 orang diantaranya adalah
pencari kerja (pengangguran). Angka TPT tahun 2010 menurun bila
dibandingkan tahun 2009 sebesar 7,64 persen, dan tahun 2008 sebesar 7,76
persen, atau dari 100 penduduk yang termasuk angkatan kerja sekitar 8 orang
diantaranya adalah pencari kerja (pengangguran).
Seiring dengan perubahan tingkat pengangguran terbuka, tingkat
kesempatan kerja yang tersedia di daerah ini juga mengalami perubahan. TKK
di Kabupaten Paser pada tahun 2010 mencapai 93,18 persen, sementara pada
tahun 2009 hanya 92,36 persen.
Tabel 6.2. Perkembangan Angkatan Kerja, TPAK, TPT, dan TKK
Kabupaten Paser, Tahun 2007 – 2010
Uraian 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5)
Angkatan Kerja 81.791 90.751 88.447 99.383
(jiwa)
65,57 67,00 64,06 61.97
TPAK (%)
10,89 7,76 7,64 6,82
TPT (%)
TKK (%) 89,11 92,24 92,36 93,18
Sumber : Sakernas 2007-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 38
39. 6.4. Lapangan Usaha
Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama
biasanya dipakai sebagai salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor
perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, disamping itu juga digunakan
untuk mengetahui struktur perekonomian suatu daerah.
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Di Kabupaten Paser, Tahun 2010
Lapangan Usaha Jumlah Persentase
(1) (2) (3)
Pertanian 42.013 45,37
Pertambangan dan Penggalian 10.658 11,51
Industri 1.827 1,97
Listrik, Gas dan Air Minum 316 0,34
Konstruksi 6.180 6,67
Perdagangan 11.720 12,66
Angkutan dan Komunikasi 5.155 5,57
Keuangan 1.635 1,77
Jasa-jasa 13.103 14,15
Jumlah 92.607 100,00
Sumber : Sakernas, 2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 39
40. Jika dicermati dari penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor yang
ada, maka tampak pada tabel 6.3 bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten
Paser pada tahun 2010 yang bekerja di sektor pertanian sebesar 45,37 persen,
disusul kemudian di sektor jasa-jasa sebesar 14,15 persen, di sektor
perdagangan sebesar 12,66 persen, di sektor pertambangan dan penggalian
sebesar 11,51 persen dan sisanya tersebar di berbagai sektor seperti di sektor
industri, listrik, gas dan air minum, konstruksi, angkutan dan komunikasi serta
keuangan, dimana persentasenya masih di bawah 7 persen.
Penyerapan tenaga kerja menurut sektor kadang kala menggambarkan
kinerja sektor secara ekonomis yang diukur dari penciptaan nilai tambah bruto
(PDRB) oleh tenaga kerja yang terserap pada masing-masing sektor. Sektor
yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak tentu saja akan dapat
menciptakan nilai tambah yang lebih besar. Tetapi sisi lain juga terjadi
fenomena bahwa sektor yang lebih bersifat tradisional dan konvensional akan
lebih ramah terhadap penyerapan tenaga kerja dibandingkan sektor yang
dikelola secara lebih modern.
6.5. Status Pekerjaan
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk memberikan
gambaran tentang kedudukan pekerja adalah status pekerjaan bagi penduduk
yang bekerja. Status pekerjaan bagi buruh/ karyawan merupakan bagian
terbesar dari status pekerjaan penduduk di Kabupaten Paser tahun 2010 yaitu
sekitar 36.649 orang atau 39,57 persen. Selain sebagai buruh/ karyawan,
bagian yang besar lainnya adalah berstatus berusaha sendiri yang mencapai
22,92 persen. Kemudian berusaha dibantu buruh tidak tetap sekitar 15,75
persen, pekerja tidak dibayar 11,60 persen, sedangkan yang berusaha dibantu
buruh tetap, perkerja bebas di pertanian, pekerja bebas non pertanian masing-
masing sekitar 3,09 persen, 3,64 persen, dan 3,37 persen.
Bila dilihat menurut jenis kelamin, maka status pekerja antara
penduduk laki-laki dan perempuan mempunyai pola yang sama dimana
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 40
41. proporsi terbesar untuk laki-laki dan perempuan adalah sebagai buruh/
karyawan yaitu sekitar 40,55 persen dan 36,52 persen.
Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Tahun 2010
Status/Kedudukan Perem-
Laki-laki Persen Persen. Total Persen
Pekerjaan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Berusaha Sendiri 16.091 22,94 5.132 22,85 21.223 22,92
Berusaha dibantu
12.658 18,04 1.982 8,83 14.590 15,75
buruh tidak tetap
Berusaha dibantu
2.535 3,61 326 1,45 2.863 3,09
buruh tetap
Buruh/Karyawan/
28.447 40,55 8.202 36,52 36.649 39,57
Perkerja dibayar
Pekerja Bebas di
2.974 4,24 393 1,75 3.367 3,64
Pertanian
Pekerja Bebas di
2.803 4,00 320 1,42 3.123 3,37
Non Pertanian
Pekerja Tidak
4.660 6,64 6102 27,17 10.742 11,60
dibayar
Jumlah 70.150 100,00 22.457 100,00 92.607 100,00
Sumber : Sakernas, 2010
6.6. Jam Kerja
Salah satu indikator produktivitas tenaga kerja disamping dilihat dari
nilai tambah yang dihasilkan juga dapat dilihat dari lamanya penduduk untuk
bekerja. Produktivitas dianggap membaik jika tenaga kerja bekerja semakin
lama akan menghasilkan output yang lebih besar dengan asumsi faktor-faktor
lain bersifat sama.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 41
42. Batasan jam kerja yang biasanya dipakai sebagai jumlah jam kerja
normal selama satu minggu adalah 35 jam. Apabila jumlah jam kerja kurang
dari 35 jam dalam seminggu dianggap pekerja mempunyai produktivitas rendah
atau disebut juga setengah pengangguran. Berdasarkan hasil Sakernas 2010
(periode Agustus 2010) dari 92.607 pekerja yang ada di Kabupaten Paser
terdapat sekitar 34.742 pekerja atau 37,51 persen bekerja dengan jam kerja
dibawah 35 jam, dan sebanyak 57.865 pekerja atau sekitar 62,49 persen
bekerja dengan jam kerja 35 jam lebih. Ini berarti lebih dari sepertiga jumlah
pekerja memiliki produktivitas rendah atau setengah pengangguran.
Tabel 6.5 . Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Jumlah
Jam Kerja seluruhnya dan Jenis Kelamin, Tahun 2010.
Jumlah Jam Kerja Perem-
Laki-laki Persen Persen. Total Persen
seluruhnya puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
0 (sementara
2.384 3,40 647 2,88 3.031 3,27
tidak bekerja)
1-9 1.663 2,37 640 2,85 2.303 2,49
10 - 24 11.573 16,50 4.081 18,17 15.654 16,90
25 - 34 9.948 14,18 3.806 16,95 13.754 14,85
35 - 44 14.010 19,97 4.408 19,63 18.418 19,89
45 - 59 20.823 29,68 5.551 24,72 26.374 28,48
60 + 9.749 13,90 3.324 14,80 13.073 14,12
Jumlah 70.150 100,00 22.457 100,00 92.607 100,00
Sumber : Sakernas, 2010
Dilihat dari jenis kelamin ternyata sekitar 36,45 persen pekerja laki-laki
dan 40,85 persen pekerja perempuan mempunyai produktivitas rendah.
Besarnya jumlah pekerja perempuan yang memiliki produktivitas rendah diduga
disebabkan karena fungsi ganda wanita, yakni disamping mengurus rumah
tangga juga merangkap sebagai pekerja sambilan untuk membantu
memperoleh penghasilan keluarga atau sebagai pekerja keluarga (tabel 6.5).
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 42
43. 6.7. Tingkat Pendidikan Pekerja
Kualitas pekerja yang bekerja pada selurah lapangan usaha dapat
dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan pekerja dapat diasumsikan kualitas tenaga kerja tersebut semakin
baik, karena semakin tinggi tingkat pendidikan diperkirakan kemampuan dan
ketrampilan mereka akan bertambah. Dengan meningkatnya kemampuan dan
ketrampilan, maka nilai tambah sebagai imbalan yang diperoleh akan semakin
meningkat sehinga dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan mereka.
Tabel 6.6. Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Tingkat
Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Perem-
Laki-laki Persen Persen. Total Persen
Yang Ditamatkan puan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
TIDAK/BLM SEKOLAH 2.055 2,93 1.030 4,59 3.085 3,33
TIDAK/BLM TAMAT SD 12.568 17,92 4.432 19,74 17.000 18,36
SD 19.862 28,31 7.008 31,21 26.870 29,02
SMP/TSANAWIYAH 13.826 19,71 2.767 12,32 16.593 17,92
SMA/ALIYAH 13.172 18,78 2.475 11,02 15.647 16,90
SMK 4.970 7,08 1.594 7,10 6.564 7,09
PROGRAM DIPLOMA I/II 680 0,97 1.272 5,66 1.952 2,11
PROGRAM DIPLOMA III 1.189 1,69 722 3,22 1.911 2,06
PROGRAM
1.828 2,61 1.157 5,15 2.985 3,22
D.IV/S1/S2/S3
Jumlah 70.150 100,00 22.457 100,00 92.607 100,00
Sumber : Sakernas, 2010
Pada tabel 6.6 memperlihatkan penduduk usia 15 tahun keatas yang
bekerja menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan, ternyata yang tamat SD
memiliki proporsi terbesar dibandingkan yang lain yaitu mencapai 29,02 persen,
disusul kemudian mereka yang tamat SMA/Aliyah/SMK sebesar 23,99 persen.
Masih tingginya proporsi penduduk pada kelompok tamat SD ke bawah perlu
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 43
44. menjadi perhatian serius oleh pemerintah daerah dalam upaya pembangunan di
bidang pendidikan, guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada
di daerah ini.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 44
45. BAB VII
FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA
Ada tiga faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk disuatu daerah
berubah, yaitu kejadian kelahiran, kematian dan migrasi masuk/keluar. Tiga
faktor ini secara berkesinambungan yang mempengaruhi baik jumlah maupun
pertumbuhan penduduk. Sementara status perkawinan, mobilitas sosial
(perubahan status sosial dan kondisi) mempunyai pengaruh tak langsung
terhadap jumlah dan pertumbuhan penduduk suatu daerah. Status perkawinan
dan mobilitas sosial lebih berpengaruh dalam menentukan struktur atau
komposisi penduduk.
7.1. Fertilitas
Penduduk menurut status perkawinan penting untuk diketahui karena
terkait dengan tingkat fertilitas suatu daerah. Semakin besar penduduk yang
berstatus kawin memungkinkan tingkat fertilitas yang tinggi di suatu daerah
tersebut. Dari hasil Susenas 2010, jika dilihat menurut jumlah penduduk
Kabupaten Paser usia 10 tahun keatas menurut status perkawinan
menunjukkan bahwa yang status belum kawin sebesar 33,00 persen, berstatus
kawin sebesar 61,50 persen, sedangkan untuk yang berstatus cerai hidup dan
cerai mati masing-masing sebesar 1,03 persen, dan 4,47 persen (tabel 7.1).
Dalam setiap penelitian tentang kependudukan khususnya tentang
pertumbuhan penduduk, peneliti biasanya langsung memusatkan kepada obyek
penelitian yaitu penduduk wanita berumur 10 tahun ke atas. Karakteristik yang
akan dilihat antara lain, status perkawinan, usia perkawinan pertama, jumlah
anak yang dilahirkan dan penggunaan alat kontrasepsi. Dengan mengetahui
informasi tersebut tentunya akan lebih mudah untuk merencanakan program
pembangunan, khususnya di bidang kependudukan.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 45
46. Tabel 7.1. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Status Perkawinan dan
Jenis Kelamin Di Kabupaten Paser, Tahun 2010
Jenis Kelamin
Status Perkawinan Peremp Jumlah %
Laki-laki % %
uan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Belum Kawin 35.328 37,40 24.439 28,20 59.767 33,00
Kawin 56.480 59,80 54.913 63,36 111.394 61,50
Cerai Hidup 784 0,83 1.081 1,25 1.865 1,03
Cerai Mati 1.865 1,97 6.229 7,19 8.094 4,47
Jumlah 94.457 100,00 86.663 100,00 181.120 100,00
Sumber : Susenas 2010
Bila dilihat selama kurun waktu tahun 2008-2010 (tabel 7.2) maka
persentase penduduk wanita 10 tahun keatas menurut status perkawinan
menunjukkan bahwa penduduk yang berstatus kawin mengalami peningkatan
yaitu dari 60,24 persen (tahun 2008) dan 60,73 persen (tahun 2009), menjadi
63,36 persen (tahun 2010).
Usia perkawinan pertama bagi wanita mempengaruhi resiko melahirkan
semakin muda (rendah usia perkawinan pertama) akan semakin besar resiko
yang dihadapi selama kehamilan maupun saat melahirkan, baik bagi ibu
maupun anak. Umur perkawinan pertama seseorang juga merupakan faktor
yang sangat penting dalam menambah penduduk di suatu daerah, semakin
muda seseorang kawin maka semakin panjang masa reproduksinya sehingga
akan memberikan peluang yang sangat besar terhadap jumlah anak yang akan
dilahirkan.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 46
47. Tabel 7.2. Persentase Penduduk Wanita 10 Tahun ke Atas Menurut
Status Perkawinan Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
.Status Perkawinan 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (2)
Belum Kawin 35,02 34,16 28,20
Kawin 60,24 60,73 63,36
Cerai Hidup 1,27 1,24 1,25
Cerai Mati 3,47 3,87 7,19
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
Beberapa hasil penelitian / kajian menemukan adanya pengaruh
perkawinan penduduk usia dini sebagai penyebab tingginya laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia. Selain itu, usia perkawinan penduduk terutama
perempuan yang belum cukup umur merupakan salah satu penyebab
rendahnya tingkat kesehatan ibu dan anak, serta tingginya angka perceraian
terutama di pedesaan. Cukup beralasan apabila masalah perkawinan penduduk
dianggap sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi tinggi rendahnya
tingkat kesejahteraan keluarga atau penduduk pada umumnya. Sebaliknya, baik
buruknya tingkat kesejahteraan keluarga atau penduduk baik secara ekonomi
ataupun sosial merupakan faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya peristiwa
atau kasus perceraian di kalangan penduduk.
Pada tahun 2010 penduduk wanita usia 10 tahun keatas yang berstatus
kawin di Kabupaten Paser sebagian besar melakukan perkawinan pertama
pada usia 19-24 tahun yaitu sebesar 50,01 persen, sementara itu penduduk
wanita yang kawin pada usia 16 tahun kebawah sudah mengalami penurunan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 47
48. yaitu hanya sekitar 13,65 bila dibandingkan tahun 2008 dan 2009. Begitu pula
yang usia 17-18 tahun mengalami penurunan dimana pada tahun 2010 yaitu
hanya sekitar 24,76 persen. Sebaliknya yang melakukan perkawinan pertama
pada usia 25 tahun keatas mengalami kenaikan yaitu sebesar 11,57 persen. Hal
ini berarti upaya dari pemerintah untuk mengatasi perkawinan muda dengan
memberikan penyuluhan tentang resiko dan akibat yang akan ditimbulkan dari
perkawinan muda usia cukup berhasil (tabel 7.3).
Tabel 7.3. Persentase Penduduk Wanita 10 Tahun ke Atas Yang
Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama
Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Umur Perkawinan
2008 2009 2010
Pertama
(1) (2) (3) (2)
<= 16 15,86 18,09 13,65
17-18 29,93 27,83 24,76
19-24 44,67 45,43 50,01
25+ 9,54 8,65 11,57
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
7.2. Keluarga Berencana
Gerakan Keluarga Berencana Nasional sebagai salah satu kegiatan
pokok dalam upaya mencapai keluarga sejahtera diarahkan untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan cara pengendalian angka
kelahiran untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga diupayakan agar makin membudaya dan
makin mandiri melalui penyelenggaraan penyuluhan Keluarga Berencana (KB),
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 48
49. disertai dengan peningkatan kualitas dan kemudahan pelayanan dengan tetap
memperhatikan kesehatan peserta KB dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
agama, moral, etika dan sosial budaya masyarakat, sehingga norma keluarga
kecil bahagia dan sejahtera dihayati dan dilaksanakan oleh semua lapisan
masyarakat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Tabel 7.4. Penduduk Perempuan umur 15-49 Tahun Menurut Kelompok
Umur dan Status Perkawinan, Tahun 2010
Status Perkawinan
Kelompok Umur
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati
(1) (2) (3) (4) (5)
10-14 41.94 0.56 0.00 0.00
15-19 36.24 2.67 0.00 0.00
20-24 11.00 14.48 0.00 0.00
25-29 5.59 23.34 0.00 9.91
30-34 2.77 20.21 16.05 0.00
35-39 0.64 16.42 22.63 38.02
40-44 1.81 12.77 22.63 7.03
45-49 0.00 9.57 38.68 45.05
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2010
Lahirnya program keluarga berencana antara lain bertujuan untuk
menekan tingginya angka kelahiran. Program seperti ini masih sangat
diperlukan karena jika jumlah penduduk tidak dapat dikendalikan, maka upaya
yang dilakukan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat bisa menjadi
tidak bermakna, karena setiap peningkatan hasil pembangunan akan terserap
oleh pertumbuhan penduduk. Usia antara 15 – 49 tahun merupakan usia subur
bagi wanita karena pada selang usia tersebut kemungkinan perempuan
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 49
50. melahirkan anak cukup besar. Perempuan yang usianya berada pada periode
ini disebut Wanita Usia Subur ( WUS ) dan Pasangan Usia Subur ( PUS ) bagi
yang berstatus kawin. Semakin banyak jumlah PUS, maka semakin banyak pula
jumlah anak yang dilahirkan. Semakin banyak jumlah anak maka semakin besar
tanggungan kepala rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan material dan
spiritual anggota rumahtangga. Dengan demikian pembatasan jumlah anak
perlu diperhatikan demi tercapainya keluarga yang sejahtera.
Apabila diperhatikan menurut kelompok umurnya, dapat dikatakan pada
umumnya penduduk perempuan Kabupaten Paser umur 15-49 tahun kawin
pada umur dewasa, sedangkan perempuan yang kawin di bawah usia 20 tahun
tidak banyak, atau gambaran tersebut menunjukkan upaya pendewasaan umur
perkawinan sudah cukup berhasil.
Tabel 7.5. Persentase Penduduk Perempuan Umur 15-49 Tahun
Berstatus Kawin Menurut Sedang/Tidaknya Menggunakan alat KB
Di Kabupaten Paser , Tahun 2008-2010
Partisipasi Penggunaan Alat/ Cara
2008 2009 2010
KB
(1) (2) (3) (4)
Sedang Menggunakan 50,40 60,38 59,27
Tidak Menggunakan Lagi 27,69 19,00 23.79
Tidak Pernah Menggunakan 21,91 20,62 16.94
Jumlah 100,00 100,00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
Dari tabel 7.5 diperoleh informasi bahwa sekitar 16,94 persen perempuan
kawin yang berusia 15 – 49 tahun tidak pernah menggunakan alat KB. Sekitar
83,06 persen pernah menggunakan alat KB. Dari mereka yang pernah
menggunakan alat kontrasepsi tersebut 59,27 persen diantaranya saat ini
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 50
51. masih/ sedang aktif menggunakannya dan sisanya 23,79 persen sekarang
sedang tidak memakai alat kontrasepsi lagi dengan berbagai alasan. Dengan
demikian berdasarkan data tersebut di atas ternyata masih ada perempuan
yang tidak pernah menggunakan alat/ cara KB untuk itu Program Keluarga
Berencana agar tetap terus disosialisasikan dan dimasyarakan oleh Pemerintah
Daerah/ dinas yang terkait, untuk membantu dan mempermudah para pasangan
usia subur agar tetap mengatur jumlah dan jarak kelahiran anak.
Tabel 7.6. Persentase Wanita umur 15-49 Tahun Berstatus Kawin
Menurut Alat/Cara KB Yang Sedang Digunakan Di Kabupaten Paser,
Tahun 2008-2010
Alat/Cara KB Yang Sedang
2008 2009 2010
Digunakan
(1) (2) (3) (4)
MOW/tubektomi 8,01 2.42 1.14
MOP/vasektomi 24,59 0.98 -
AKDR/IUD/spiral 23,93 3.66 1.73
Suntikan KB 20,78 46.39 63.89
Susuk KB/norplan/inplanon/alwalit 10,18 3.38 1.14
Pil KB 5,94 43.17 31.83
Kondom/karet KB 3,49 - 0.27
Intravag 1,49 - -
Alat KB Tradisional 1,21 - -
Jumlah 100,00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
Dari tabel 7.6 dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi yang paling popular
digunakan di Kabupaten Paser adalah suntikan KB dan Pil KB. Perbandingan
dalam penggunaan alat kontrasepsi pada kurun waktu 2008-2010 terlihat
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 51
52. penurunan persentase penggunaan MOW, MOP, dan IUD. Sebaliknya terjadi
kenaikan yang cukup berarti pada penggunaan pil KB. Tingginya pilihan cara
suntik dan pil karena penggunaan cara KB ini lebih praktis, dan lebih mudah
sehingga wanita cenderung lebih senang menggunakan alat KB ini.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 52
53. BAB VIII
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
Rumah (papan) merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi
manusia atau suatu rumahtangga, disamping kebutuhan akan sandang
(pakaian) dan pangan (makan). Berbagai kondisi fasilitas perumahan seperti
fasilitas penerangan, air minum, jamban dan lain-lain merupakan aspek yang
perlu untuk diperhatikan apabila mengamati tingkat kesejahteraan rakyat.
Dalam kaitan dengan inilah, berbagai fasilitas perumahan tersebut digunakan
sebagai indikator kesejahteraan rakyat. Pada bagian ini akan dibahas mengenai
fasilitas perumahan, penerangan, air minum dan jamban.
8.1. Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal
Kepemilikan rumah merupakan salah satu indikasi kemampuan ekonomi
dari penduduk. Banyak rumah petak yang dibangun di Kabupaten Paser karena
masih banyak rumah tangga yang belum memiliki rumah sendiri, biasanya
rumah tangga muda. Semakin tinggi persentase kepemilikan rumah
menunjukkan semakin membaiknya kondisi ekonomi masyarakat setempat,
karena rumah merupakan kebutuhan primer yang merupakan prioritas utama
bagi sebuah keluarga.
Dari tabel 8.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 penguasaan
bangunan tempat tinggal sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Paser
adalah berstatus milik sendiri yaitu sekitar 70,82 persen, sementara yang masih
menyewa / kontrak ada 15,14 persen rumah tangga, bila dibandingkan tahun
2009 berarti terjadi penurunan persentase rumah tangga yang memiliki rumah
tangga sendiri, dimana pada tahun 2009 hanya sekitar 75,37 persen rumah
tangga, sementara yang masih menyewa/ kontrak ada sekitar 9,89 persen
rumah tangga.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 53
54. Tabel 8.1. Persentase Rumahtangga Menurut Status Penguasaan
Bangunan Tempat Tinggal Di Kabupaten Paser
Tahun 2008-2010
Status Penguasaan
Bangunan Tempat 2008 2009 2010
Tinggal
(1) (2) (3) (4)
Milik Sendiri 79,22 75,37 70,82
Kontrak 1,88 3,77 3,33
Sewa 8,43 6,12 11,81
Bebas Sewa 2,01 2,78 4,11
Dinas 3,40 5,21 2,93
Milik orang tua/
4,81 5,99 4,50
sanak/saudara
Lainnya 0,25 0,65 2,50
Jumlah 100,00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
8.2. Kondisi Fisik Bangunan
Indikator ini menunjukkan kualitas dan kuantitas tempat tinggal yang
dikuasai, baik milik sendiri ataupun bukan. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi
rumah sebagai tempat bernaung/berteduh dan berkreasi. Fisik bangunan yang
kuat terbuat dari bahan yang tidak membahayakan dan menjamin keamanan
penghuni tidak saja dari ancaman tindak kriminal, tetapi juga dari kerentanan
bangunan itu sendiri dari kemungkinan terserang penyakit. Fisik bangunan yang
kuat ditentukan oleh pemilihan bahan komponen bangunan yaitu lantai, atap,
dan dinding.
8.2.1. Luas Lantai
Salah satu bagian dari perumahan, ialah luas lantai yang memadai untuk
kebutuhan pengaturan hidup sehari-hari. Luas lantai hunian sangat penting
sebagai salah satu indikator kesejahteraan. Semakin sempit luas lantai rumah
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 54
55. cenderung dianggap kurang sehat. Beberapa jenis penyakit mudah saling
tertularkan diantara sesama anggota rumahtangga pada keluarga yang
menghuni luas lantai yang sempit. Suatu rumah dikatakan sehat bila antara lain
luas lantai per kapitanya minimal 8 m2/orang.
Tabel 8.2. Persentase Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah
Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Luas Lantai 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
< 20 1,89 2,30 3,12
20 – 49 56,98 56,54 53,55
50 – 99 37,39 33,89 33,73
100 – 149 2,49 5,55 6,98
150 + 1,25 1,2 2,62
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
Tabel 8.2 memperlihatkan pada tahun 2010 sebesar 3,12 persen
rumahtangga di Kabupaten Paser tinggal di rumah dengan luas lantai kurang
dari 20 m2, sekitar 53,55 persen rumahtangga menempati rumah dengan luas
lantai antara 20 – 49 m2, rumah tangga yang menempati rumah dengan luas 50
– 99 m2 sebesar 33,73 persen dan mereka yang menghuni luas lantai rumah
diatas 99 m2 sebanyak 9,60 persen rumahtangga. Dari tabel ini dapat diketahui
bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Paser menempati rumah
dengan luas lantai antara 20 - 49 m2.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 55
56. 8.8.2. Jenis Atap
Pengamatan lain dari fisik bangunan rumah, ialah dari jenis atap yang
digunakan dan dapat melindungi penghuni dari panas matahari dan hujan, serta
cukup sehat untuk dijadikan pelindung rumah bagian atas. Pada tabel 8.3.
disajikan jenis atap terluas yang digunakan dalam setiap rumah yang ada di
Kabupaten Paser. Pada tahun 2008-2010 mayoritas rumah yang ada di
Kabupaten Paser menggunakan atap seng dengan persentasenya antara 60
persen-80 persen. Pada tahun 2010 penggunaan atap seng mencapai 83,28
persen, sirap 6,19 persen, genteng 3,34 persen, ijuk/rumbia 3,13 persen, asbes
2,59 persen, lainnya 0,89, dan beton 0,58 persen. Selama ini pemerintah
daerah sudah memperhatikan rumah tangga yang tinggal di bangunan tidak
layak huni dengan kegiatan bantuan untuk perbaikan rumah, terbukti
penggunaan ijuk/rumbia penggunaan menurun selama beberapa tahun terakhir.
Tabel 8.3. Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Atap
Terluas Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Jenis Atap Terluas 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Beton 1,63 4.21 0.58
Genteng 2,77 7.85 3.34
Sirap 6,92 5.62 6.19
Seng 73,35 67.99 83.28
Asbes 5,71 10.28 2.59
Ijuk/Rumbia 9,61 4.05 3.13
Lainnya - - 0.89
Jumlah 100,00 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2008-2010
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 56
57. 8.2.3. Jenis Dinding
Dari aspek kesehatan, kondisi fisik bangunan rumah yang ideal ialah
yang dapat memberikan kemungkinan peningkatan derajat kesehatan
penghuninya. Salah satu bagian fisik perumahan yang harus diperhatikan
adalah jenis dinding yang baik, sehingga dapat melindungi penghuninya dari
kelembaban tinggi dan hujan ataupun angin kencang.
Tabel 8.4. Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Dinding
Terluas Di Kabupaten Paser, Tahun 2008-2010
Jenis Dinding Terluas 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Tembok 16,36 22,84 21,49
Kayu 82,35 76,54 77,97
Bambu + Lainnya 1,29 0,62 0,54
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
Menurut jenis dinding terluas, rumah tangga di Kabupaten Paser tahun
2010 sebagian besar tinggal pada rumah dengan dinding terluas yang terbuat
dari kayu yaitu 77,97 persen, sedangkan yang bahan dinding terluasnya terbuat
dari tembok sebesar 21,49 persen, dan bahan dinding terluasnya terbuat dari
bambu/lainnya sebesar 0,54 persen (tabel 8.4).
8.3 Fasilitas Perumahan
Semakin lengkap fasilitas rumah mempunyai hubungan yang positif
terhadap tingkat kesejahteraan keluarga dilihat dari satu dimensi tempat
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 57
58. tinggalnya. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain sumber penerangan, fasilitas
air minum, fasilitas tempat pembuangan kotoran.
8.3.1. Sumber penerangan
Sumber penerangan yang digunakan rumahtangga dibedakan menjadi
listrik PLN, listrik non PLN, petromak/aladin, pelita/sentir/obor dan lainnya.
Listrik merupakan sumber penerangan yang mempunyai nilai tertinggi
dibandingkan dengan sumber penerangan yang lain, karena praktis dan tidak
menimbulkan polusi.
Tabel 8.5. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan
Di Kabupaten Paser Tahun 2008-2010
Sumber Penerangan 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Listrik PLN 74,22 78,49 77,39
Listrik Non PLN 11,29 10,30 12,46
Petromak/Aladin 5,50 0,52 1,79
Pelita/Sentir 7,83 9,67 8,05
Lainnya 1,15 1,03 0,31
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2008-2010
Tabel 8.5 menunjukkan persentase rumahtangga yang memanfaatkan
sumber penerangan yang menggunakan listrik (PLN dan non PLN) mengalami
peningkatan, yaitu dari 85,51 persen pada tahun 2008, menjadi 88,79 persen
pada tahun 2009, dan meningkat lagi menjadi 89,85 persen pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penggunaan sumber penerangan yang lain diantaranya
adalah yang menggunakan petromak/aladin sekitar 1,79 persen, pelita/sentir
8,05 persen, dan lainnya 0,31 persen.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 58
59. 8.3.2. Fasilitas Air Minum
Air merupakan kebutuhan dasar yang paling penting bagi kehidupan
manusia, tanpa adanya air merupakan suatu bencana bagi kelangsungan hidup
manusia. Didasari akan urgensinya fungsi air ini, maka salah satu perhatian
pemerintah adalah penyediaan fasilitas air minum.
Tabel 8.6. Persentase Rumahtangga Menurut Penggunaan
Fasilitas Air Minum Di Kabupaten Paser, Tahun 2009-2010
Fasilitas Air Minum 2009 2010
(1) (3) (4)
Sendiri 59.93 58.42
Bersama 25.25 31.54
Umum 6.39 4.56
Tidak Ada 8.43 5.47
Jumlah 100.00 100.00
Sumber : Susenas 2009-2010
Dari tabel 8.6 terlihat bahwa pada tahun 2010 penggunaan fasilitas air
minum oleh rumahtangga di Kabupaten Paser paling banyak menggunakan
fasilitas air minum yang digunakan sendiri (58,42 persen), dan yang mempunyai
fasilitas air minum bersama sebesar 31,54 persen, digunakan fasilitas air minum
umum sebesar 4,56 persen, sedangkan yang tidak ada fasilitas air minum
sebesar 5,47 persen.
Indikator Kesejateraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2011 59