Makalah ini membahas tentang pengertian warga negara dan kewarganegaraan, asas-asas kewarganegaraan, unsur-unsur kewarganegaraan, karakteristik warga negara demokrat, dan hak serta kewajiban warga negara."
Makalah PKN tentang Warga Negara dan Kewarganegaraan
1. MAKALAH
WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Emma Dewi Aisyah (G71219042)
2. Nur Wulan Suci (G71219050)
3. Arinda Septiani (G91219067)
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2020
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Warga Negara dan Kewarganegaraan”.
Adapun tujuan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila dan
Kewarganegaraan”. Selain itu yang bertujuan untuk menambah wawasan tentang warga
negara dan kewarganegaraan bagi para pembaca dan penulis. Dalam penyusunan makalah ini
kami banyak mengalami kesulitan tetapi dengan bantuan dari berbagai sumber sehingga
makalah ini dapat tersusun dan juga terselesaikan dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisannya untuk itu kami mohon kritik dan saran untuk pembaca yang dapat membangun
kami saya nantikan demi menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Surabaya,20 Februari 2020
Penyusun Materi
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2
2.1 Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan.............................................................. 2
2.2 Asas Kewarganegaraan....................................................................................................... 2
2.3 Unsur – unsur Kewarganegaraan........................................................................................ 4
2.4 Problem Status Kewarganegaraan...................................................................................... 5
2.5 Karakteristik Warga Negara Demokrat............................................................................... 6
2.6 Cara dan Bukti Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia................................................. 7
2.7 Syarat menjadi Warga Negara............................................................................................. 7
2.8 Hak dan Kewajiban Warga Negara..................................................................................... 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 10
1.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 10
1.2 Saran ................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 11
`
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari warga negara dan kewarganegaraan?
2. Apa perbedaan dari warga negara dan kewarganegaraan?
3. Apa hak dari setiap warga negara?
4. Bagaimana?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan warga negara dan kewarganegaraan
2. Untuk mengetahui unsur – unsur kewarganegaraan
3. Untuk mengetahui karakteristik warga negara yang demokrat
4. Untuk mengetahui hak dan kewajiban warga negara
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan
Salah satu unsur negara adalah rakyat. Rakyat yang tinggal di wilayah negara menjadi
penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian dari penduduk suatu
negara.1
Pengertian Warga Negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah
penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan
sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga negara itu.
Sementara Dr. A.S Hikam (2002) mendefinisikan Warga Negara (citizenship) adalah anggota
dari sebuah komunitas yang membentuk itu sendiri.
Pengertian warga negara juga diatur oleh Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 26 (1)
UUD 1945 menyatakan bahwa warga Negara Indonesia adalah bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara. Berdasarkan
bunyi pasal ini, maka yang menjadi warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain, misalnya peranakan Tionghoa, peranakan Arab, peranakan Belanda yang
bertempat tinggal di Indonesia yang mengaku bahwa Indonesia sebagai tanah airnya, sikap
setia kepada NKRI dan disahkan oleh undang-undang sebagai warga negara. Berdasarkan
Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia (UUKI) 2006, yang dimaksud dengan warga
negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Sebelum negara menentukan siapa saja yang menjadi warga negara, terlebih dahulu
negara harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali.2
2.3 Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan diperlukan untuk mengatur status kewarganegaraan seseorang.
Hal ini penting agar seseorang mendapatkan perlindungan hukum dari negara, serta
menerima hak dan kewajibannya. Ketentuan tentang status kewarganegaraan penting diatur
dalam peraturan perundang-undangan dari negara. Peraturan inilah yang kemudian dijadikan
asas untuk penentuan status kewarganegaraan seseorang. Setiap negara bebas menetapkan
asas kewarganegaraan, karena setiap negara memiliki budaya, sejarah, dan tradisi yang
berbeda satu sama lain.
Dalam asas kewarganegaraan dalam UU Nomor 12 Tahun 2006, dikenal dua
pedoman yaitu: (1) asas kewarganegaraan umum dan (2) asas kewarganegaraan khusus
1. Asas Kewarganegaraan Umum
a. Asas Kelahiran (Ius Soli)
Ius soli berasal dari bahasa latin; ius berarti hukum atau pedoman, sedangkan soli
dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau daerah. Jadi ius soli adalah
penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah kelahiran
1
Dr. Winarno, S.Pd.., M.Si., 2006, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Surakarta : PT Bumi Aksara,
halaman: 31
2
Srijanti, dkk., 2009, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa, Yogyakarta : Graha Ilmu, halaman: 42
6. 3
seseorang. Seseorang dapat menjadi warga negara dimana ia dilahirkan, contoh
Jepang dan Amerika Serikat.
b. Asas Keturunan (Ius Sanguinis)
Ius berarti hukum atau pedoman, sedangkan sanguinis dari kata sanguis yang
berarti darah atau keturunan. Jadi, ius sanguinis adalah asas kewarganegaraan
yang berdasarkan darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang
mendapatkan kewarganegaraan suatu negara, apabila orang tuanya adalah warga
negara suatu negara, sebagai contoh seseorang yang lahir di Indonesia, namun
orang tuanya berkewarganegaraan asing, maka ia mendapatkan status
kewarganegaraan dari orang tuanya.
c. Asas Kewarganegaraan Tunggal
Asas ini adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
Setiap orang tidak dapat menjadi warga negara ganda atau lebih dari satu.
d. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas
Asas ini adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda (lebih dari 1 warga
negara) bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU. Pada saat
anak-anak ini telah mencapai 18 tahun, maka harus menentukan salah satu
kewarganegaraannya.
Seseorang tidak boleh memegang status dua kewarganegaraan. Oleh sebab itu, apabila
seseorang berhak mendapatkan status kewarganegaraan karena kelahiran dan keturunan
sekaligus, maka pada saat dewasa, harus memilih salah satu.3
2. Asas Kewarganegaraan Khusus
a. Asas Kepentingan Nasional
Asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan
kepentingan nasional Indonesia, bertekad mempertahankan kedaulatannya.
b. Asas Perlindungan Maksimum
Asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh
kepada setiap warga negara Indonesia dalam kedan apapun, baik di dalam maupun
luar negeri
c. Asas Persamaan di Dalam Hukum dan Pemerintahan
Asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia mendapatkan
perlakuan yang sama di dalam hukum dan pmerintahan
d. Asas Kebenaran Substantif
Asas dimana prosedur kewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat
administratif, tetapi juga disertai subtansi dan syarat-syarat permohonan yang
dapat dipertangungjawabkan kebenarannya.
e. Asas Non-Diskriminatif
Asas yang tidak membedakan perlakuan dlam segala hal.
f. Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap HAM
Asas yang dalam segala hal yang berhubungan dengan menjamin, melindungi, dan
memuliakan HAM, dan hak warga negara pada khususnya.
3
Srijanti, dkk., 2009, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa, Yogyakarta : Graha Ilmu, halaman: 43
7. 4
g. Asas Keterbukaan
Asas yang menentukan bahwa segala yang berhubungan dengan warga negara
harus dilakukan secara terbuka
Sehubungan dengan asas kewarganegaraan sebagaimana yang telah dipaparkan di
atas, maka setiap warga negara bebas memilih asas kewarganegaraan mana yang
hendak dipakai, tergantung kepentingan masing-masing. Oleh karena itu, tidak ada
kesimpulan yang menyatakan satu asas lebih baik dari asas lainnya.4
2.4 Unsur – unsur Kewarganegaraan
Sistem kewarganegaraan merupakan ketentuan atau pedoman yang digunakan dalam
penentuan kewarganegaraan seseorang. Pada dasarnya terdapat 3 unsur yang digunakan
dalam menentukan kriteria siapa yang menjadi warga negara suatu negara, yaitu:5
A. Unsur darah keturunan (ius sanguinis)
Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan
kewarganegaraannya.6
Misalnya jika seseorang dilahirkan dari orang tua yang
berkewarganegaraan Indonesia maka dengan sendirinya anak tersebut
berkewarganegaraan Indonesia.
Prinsip ini telah berlaku sejak dahulu, hal itu di buktikan dalam sistem
kesukuan, dimana seorang anak dilahirkan dalam suatu suku maka dengan
sendirinya ia menjadi anggota suku tersebut. Prinsip ini telah di terapkan di
berbagai negara, yaitu negara Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan
Indonesia.
Jadi dengan prinsip ini seseorang dengan sendirinya atau secara langsung
tanpa melalui beberapa tahap yang rumit untuk mendapatkan kewarganegaraan
seperti yang dimiliki kedua orang tuanya.7
B. Unsur daerah tempat kelahiran (ius soli)
Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan.
Artinya, kalau seseorang dilahirkan dalam hukum Indonesia, ia dengan sendirinya
menjadi warga negara Indonesia. Terkecuali anggota korps diplomatik dan
anggota tentang asing yang masih dalam ikatan dinas.8
Negara yang menganutius
soli ialah Argentina, Meksiko, Brazil, Kanada, Jamaika, dan Amerika.9
C. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi)
4
Dr. Mardenis, S.H., M.Si., 2016, Pendidikan Kewarganegaraan, Padang : PT Rajagrafindo Persada,
halaman: 20
5
Agus Thohawi dan Ahmad Suhaimi, 2019, Materi Civic Education, Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia,
halaman: 48.
6
Wahyu Widodo, Budi Anwari, dan Maryanto, 2015, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET, halaman: 57.
7
Saidurrahman dan Arifinsyah, 2018, Pendidikan Kewarganegaraan NKRI Harga Mati Edisi Pertama, Jakarta:
KENCANA, halaman: 105.
8
Wahyu Widodo, Budi Anwari, dan Maryanto, 2015, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET, halaman: 57.
9
Gianto, 2019, Pendidikan Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan, Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
halaman: 133.
8. 5
Seseorang bisa memperoleh kewarganegaraan atau naturalisasi suatu
negara meskipun tidak melalui unsur ius sanguinis dan ius soli setelah melalui
syarat yang telah di tetapkan perundang-undangan. Setiap negara memiliki syarat-
syarat yang berbeda untuk unsur pewarganegaraan ini, persyaratan tersebut
tergantung dari kondisi dan situasi di negara tersebut.
Dalam unsur pewarganegaraan ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu aktif dan
pasif. Dalam unsur pewarganegaraan aktif, seseorang dapat menggunakan hak
opsi untuk memilih atau mengajukan menjadi warga negara suatu negara tersebut.
Sedangkan unsur pewarganegaraan pasif, seseorang yang tidak mau
diwarganegarakan oleh suatu negara atau tidak mau di jadikan warga negara
suatunegara, maka yang bersangkutan bisa mengajukan hak repudiasi, yaitu hak
untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.10
2.4 Problem Status Kewarganegaraan
Membicarakan status kewarganegaraanseorang warga negara di suatu negara, maka
kita juga akan membahas persoalan atau problem seseorang yang dinyatakan sebagai warga
negara atau bukan warga negara dalam suatu negara tersebut.11
Jika diamati, diantara
penduduk suatu negara terdapat beberapa yang bukan warga negara (warga asing) di negara
tersebut. Problem status kewarganegaraan seorang tersebut meliputi Apatride, Bipatride,dan
Multipatride yang akan di jelaskan pengertiannya di bawah ini:
1. Apatride
Apatride adalah suatu kasus dimana seorang anak tidak memiliki
kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang ibu yang berasal di negara
yang menganut unsur ius soli dan melahirkan seorang anak di negara yang
menganut ius sanguinis. Maka dengan sendirinya anak itu tidak memiliki
kewarganegaraan, baik dari negara asal ibunya atau negara kelahirannya.
Misalnya, Agus dan Ira adalah suami istri yangberstatus dari negara B
yang menganut unsur ius soli dan berdomisili di negara A yang menganut unsur
ius sanguinis.Kemudian mereka mempunyai anak yaitu Budi, menurut negara A,
Budi tidak diakui kewarganegaraannya, karena orang tuanya bukan warga
negaranya. Begitu pula di negara B, tidak diakui kewarganegaraannya, karena
lahir di negara lain. Maka dapat disimpulkan Budi tidak memiliki
kewarganegaraan atau Apatride.
2. Bipatride
Bipatride adalah suatu kasus dimana seorang anak memiliki 2
kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang ibu yang berasal dari negara
yang menganut unsur ius sanguinis dan melahirkan seorang anak di negarayang
menganut unsur ius soli. Maka dengan sendirinya kedua negara tersebut (negara
asal dan tempat kelahiran) sama-sama memberikan status kewarganegaraannya.
10
Saidurrahman dan Arifinsyah, 2018, Pendidikan Kewarganegaraan NKRI Harga Mati Edisi Pertama, Jakarta:
KENCANA, halaman: 105-106.
11
Wahyu Widodo, Budi Anwari, dan Maryanto, 2015, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET, halaman: 58.
9. 6
Misalnya, Anton dan Dwi adalah suami istri yang berstatus dari negara A
yang menganut unsur ius sanguinis dan berdomisili di negara B yang menganut
unsur ius soli. Kemudian mereka mempunyai seorang anak yaitu Ranti, menurut
negara A, Ranti adalah warga negaranya karena mengikuti kewarganegaraan
orang tuanya. Begitu pula di negara B, Ranti juga dianggapsebagai warga
negaranya karena tempat kelahirannya di negara B. Maka dapat disimpulkan
bahwa Ranti memiliki 2 kewarganegaraan atau Bipatride.
3. Multipatride
Multipatride adalah suatu kasus dimana seseorang memiliki 2 atau lebih
kewarganegaraan. Keadaan ini sering terjadi pada warga negara yang tinggal di
daerah perbatasan negara.Dalam hal ini di perlukan ketentuan-ketentuan yang
pasti tentang perbatasan dan wilayah teritorial.Sehingga penduduk di daerah
tersebutdapat mengetahui mereka termasuk kewarganegaraan diantara kedua
negara tersebut.
Misalnya seorang yang Bipatride menerima pemberian status
kewarganegaraan dari negara lain karena sudah dewasa, dimana dia sudah
menerima status kewarganegaraan lain tetapi dia tidak bisa melepas status
Bipatride-nya. Adapula contoh lainnya yaitu ketika seorang anak dari orang tua
yang menganut unsur ius sanguinis dan ius soli tetapi dilahirkan di negara netral
atau tidak menganut 2 unsur tersebut.12
2.5 Karakteristik Warga Negara Demokrat
Seperti dikemukakan di atas keunikan demokrasi pancasila terletak :
1. Pada cakupannya tidak terbatas dalam arti demokrasi politik, tetapi juga mencakup
demokrasi ekonomi dan demokrasi social. Indikator terwujudnya ketiga aspek yaitu
demokrasi politik terwujud bila dalam distribusi kekuasaan masyarakat berada di atas
negara. Demokrasi sosial terjadi jika jaminan kesejahteraan rakyat atau warga Negara
mendapat lokasi memadai. Demokrasi ekonomi terwujud bila kekuasaan produktif
berada di tangan bagian terbesar masyarakat.
2. Pada spirit yang dikandungnya yakni religius, humanis, kolektivisme atau
kekeluargaan (pola kehidupan desa). Atau spiritualitas atau religius (sila 1), keadilan
(sila II dan V), dan kekeluargaan (sila III dan IV) (Slamet Sutrisno, 2006:121).
3. Meskipun kelembagaan demokrasi modern yang digunakan tetapi dalam pengambilan
keputusan menggunakan mekanisme dari pranata social budaya asli yakni sistem
permusyawaratan.
Warga negara sebagai pemilik kedaulatan memiliki hak dan kewajiban untuk mengambil
bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara mencakup pada tahapan proses pembuatan atau penyusunan kebijakan,
implementasi, evaluasi serta pemanfaatan hasil – hasilnya. Syarat utama warga Negara
disebut berpartisipasi kehidupan atau kegiatan berbangsa dan bernegara dan berpemerintahan
12
Saidurrahman dan Arifinsyah, 2018, Pendidikan Kewarganegaraan NKRI Harga Mati Edisi Pertama, Jakarta:
KENCANA, halaman: 106.
10. 7
yaitu ada rasa kesukarelaan (tanpa paksaan); ada keterlibatan secara emosional, memperoleh
manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari keterlibatannya (Syamsudin Haris,
2005:57).13
Dengan demikian karakter warga negara yang demokratis dalam prespektif demokrasi
pancasila, memiliki polasikap dan perilaku dalam berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara antara lain sebagai berikut :
a) Religius, tidak secular apalagiatheis;
b) Memiliki toleransi;
c) Adil dalam arti tidak deskriminatif atau humanitis;
d) Anti imperialism dan kolonisme;
e) Memiliki komitmen untuk mewujudkankemakmuranbersama;
f) Memiliki solidaritas dan kesetiakawanan yang tinggi sebagai sesame anak
bangsa;
g) Menghargai pluralisme;
h) Menyerasikan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum;
i) Menolak liberalisme, kapitalisme, dan neo liberalisme
j) Mengedepankan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan
terhadap masalah yang menyangkut kepentingan bersama;
Komitmen terhadap konstitusi dan nilai – nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan
masyarakatnya.
2.6 Cara dan Bukti Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia
Pada umumnya dua kelompok warga negara dalam suatu negara. Yakni warga
negara yang memperoleh status kewarganegaraannya melalui stelsel pasif atau
dikenal juga dengan warga negara by operation of law dan warganegara yang
memperoleh status kewarganegaraannya melalui stelselaktif atau dikenal dengan by
registration.
Dalam penjelasan umum undang-undang No. 62/1958 bahwa ada tujuh cara
memperoleh kewarganegaraan Indonesia yaitu, pertama kelahiran. Kedua,
pengangkatan. Ketiga, dikabulkannya permohonan. Keempat, pewarganegaraa.
Kelima, perkawinan. Keenam, ikut orang tua. Ketujuh, surat pernyataan.14
2.7 Syarat menjadi Warga Negara
Dalam penjelasan umum UU No.62 tahun 1958 menyatakan bahwa untuk memperoleh status
kewarganegaraan Indonesia, diperlukan bukti-bukti sebagai berikut.15
13
Cholisin ‘karakteristik warganegara yang demokratis dalam prespektifdemokrasipancasila’ jurnal civics.Vol.4,
No.2, Desember 2007, Hal 15-16
14
Saidurrahman – Arifinsyah, PendidikanKewarganegaraan (Jakarta:
GramediaPustakaUtama, 2018), 107.
15
Retno – Setiadi, pendidikankewarganegaraan (Jakarta : GramediaPustakaUtama, 2006),
133-134.
11. 8
a. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena kelahiran, yaitu dengan aktakelahiran.
b. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena pengangkatan. Yaitu kutipan pernyataan sah buku catatan
pengangkatan anak asing dari peraturan pemerintah No. 67 Tahun 1958, sesuai
dengan surat edaran menteri kehakiman No. JB.23/2/25, butir 6. Tanggal 5 Januari
1959.
c. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena dikabulkannya permohonan, yaitu petikan keputusan presiden
tentang permohonan tersebut (tanpa pengucapan sumpah dan janji setia).
d. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena pewarganegaraan, yaitu keputusan presiden tentang
pewarganegaraan tersebut yang diberikan setelah pemohon mengangkat sumpah dan
janji setia.
e. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena pernyataan, yaitu sebagaimana diatur dalam surat edaran menteri
kehakiman No. JB.3/166/22 tanggal 30 September 1958 tentang memperoleh /
kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia dengan pernyataan.
2.8 Hak dan Kewajiban Warga Negara
Pada umumnya setiap negara mengatur masalah hak dan kewajiban warga
negaranya dalam suatu konstitusi atau dalam peraturan perundangan-undangan negaranya
sebagai syarat objektif-formal dalam hidup berbangsa dan bernegara. Hak adalah kuasa untuk
menerima atau melakukan sesuatu yang semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak
tertentu, dan tidak dapat oleh pihak lain maupun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut
paksa olehnya (Sumarsono, 2005). Dengan demikian hak pada dasarnya mengacu kepada
sesuatu yang mesti didapatkan atau diperoleh baik dalam bentuk material maupun
nonmaterial oleh seseorang dalam interelasi dengan orang lain, kelompok atau dengan suatu
lembaga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sedangkan kewajiban adalah beban untuk memberikan atau membiarkan sesuatu yang
semestinya dibiarkan atau diberikan melalui pihak tertentu, tidak dapat oleh pihak lain
manapun, yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan
(Notonagoro, dalam Soemiarno 2005). Jadi kewajiban mengacu pada sesuatu yang
semestinya diberikan oleh seseorang dalam interelasinya dengan orang lain, kelompok atau
lembaga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hak dan kewajiban warga negara suatu negara yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundangannya berhubungan erat dengan latar historis dan budaya suatu bangsa. Sehingga
di dunia ini terdapat berbagai variasi pelaksanaan hak dan kewajiban warganegara suatu
negara yang tertuang dalam konstitusi atau peraturan perundang-undangan suatu negara.
Menurut Sumantri (2002: 25-27) paling sedikit ada dua hal yang menyebabkan adanya variasi
tersebut, yaitu spirit sejarah perjuangan bangsa yang bersangkutan dan kebudayaan bangsa
tersebut.
Selain spirit sejarah perjuangan bangsa, kebudayaan bangsa sangat mempengaruhi
kualitas hak dan kewajiban suatu bangsa. Dalam sejarah kebudayaan bangsa yang menganut
demokrasi liberal, system kekuasaan Negara dipisah secara tegas antara kekuasaan legislatif,
12. 9
eksekutif, dan yudikatif, sementara hak dan kewajiban warganegaradiperinci dengan low
enforcement, tetapi hak ini tergantung juga pada budaya masyarakat itu. Tingkat pendidikan
dan kemakmuran bangsa akan menentukan pula mutu pelaksanaan hak dan kewajiban warga
negara. Soemantri ( 2002:27 ) mengatakan bahwa kondisi tingkat mutu hak dan kewajiban
warga negara Indonesia dilatarbelakangi oleh kondisi penduduk Indonesia zaman kolonial
dan budaya feodalisme yang terbawa sampai saat ini. Gejolak politik dan ekonomi akhir-
akhir ini yang dibarengi oleh reformasi telah banyak juga mempengaruhi sistem hak dan
kewajiban warga negara Indonesia. Namun demikian, pada bangsa-bangsa yang sudah
menerapkan prinsip hak maupun kewajiban warganegara, pada dasarnya mengacu kepada
nilai-nilai universal yang dimasudkan adalah prinsip-prinsip negara modern, prinsip-prinsip
demokrasi, dan prinsip pengakuan atas hak-hak asasi manusia.
Menurut Soemantri ( 2002 ) kebudayaanbangsa yang berhubungan dengan mutu dan
efektivitas pelaksanaan hak dan kewajiban warganegara Indonesia, di antaranya adalah UUD
1945, keputusan MPR, undang-undang, dan peraturan hokum, serta kodeetik yang dibuat
oleh berbagai department pemerintah, lembaga negara, dan swasta. Hak dan kewajiban
warganegara Indonesia secara garis besar diatur dalam UUD 1945, antara lain dapat
dicermati dalam pasal 26 (1), pasal 27 (1, 2, 3), pasal 28 – 28J, pasal 29 (2), pasal 30 (1),
pasal 31 (1, 2) pasal 32 (1), pasal 33, dan pasal 34
Selain UUD 1945, hak dan kewajiban warga negara RI juga diatur lewat berbagai
peraturan perundang-undangan yang ada hingga penetapan kode etik pada berbagai lembaga
negara dan organisasi kelompok sosial masyarakat. Mutu pelaksanaan hak dan kewajiban
pada berbagai tingkatan kepentingan ini juga ditentukan oleh pelaksanaan prinsip-prinsip
keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, terutama bagaimana
keadilan komutatif dan distributif itu dimaknai dan dilaksanakan.16
16
. Sukadi, PendidikanKewarganegaraan (Jakarta : GramediaPustakaUtama), 66-67
14. 11
DAFTAR PUSTAKA
Srijanti, dkk. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Mardenis, Dr., S.H., M.Si. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Padang: PT Rajagrafindo
Persada
Winarno, Dr., S.Pd., M.Si. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta:
PT Bumi Aksara