2. Epistaksis:
keluarnya darah dari dalam hidung; merupakan
suatu tanda atau keluhan, bukan penyakit.
Perdarahan bisa menetes, bisa mengucur, bisa
keluar melalui lubang hidung depan, bisa melalui
nasofaring.
3. Terdapat dua sumber perdarahan yaitu
dari bagian anterior dan bagian posterior.
Epistaksis anterior dapat berasal dari
Pleksus Kiesselbach atau dari arteri
ethmoidal anterior.
Epistakasis posterior dapat berasal dari
arteri sphenopalatina dan arteri ethmoid
posterior.
4. • Suplai darah cavum nasi berasal dari sistem karotis; arteri
karotis interna (Internal Carotid Artery/ ICA) dan karotis
eksterna (External Carotid Artery/ ECA).
• ICA melalui arteri oftalmika mempercabangkan arteri ethmoid
anterior dan posterior yang mendarahi septum dan dinding
lateral superior.
• ECA memberikan suplai darah terbanyak pada cavum nasi
melalui facial artery dan internal maxillary artery
5. PLEKSUS KIESSELBACH
Disebut juga Little’s area. Merupakan anyaman
anastomosis cabang pembuluh darah di anterior
cartilaginous septum. Letaknya superficial dan mudah
cedera oleh trauma.
6. Terjadi pada >90% kasus. Berasal dari Kliesselbach
plexus, merupakan sumber perdarahan paling sering
dijumpai anak-anak.
Epistaksis anterior ini umumnya dapat berhenti
sendiri (spontan) dan dapat dikendalikan dengan
tindakan sederhana.
7. berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri ethmoid
posterior.
Perdarahan cenderung lebih berat dan jarang
berhenti sendiri sehingga dapat menyebabkan
risiko yang lebih besar seperti terganggunya jalan
napas, aspirasi darah, dan kesulitan mengontrol
darah.
9. Evaluasi Air, Breathing, Circulation
Tentukan karakteristik epistaksis
• estimasi jumlah kehilangan darah
• Durasi epistaksis
• Intermittent/ continuous bleeding
• Lokasi perdarahan
Riwayat trauma
Riwayat penyakit sebelumnya atau kelainan darah
Riwayat penggunaan obat-obatan
Riwayat konsumsi alkohol
10. Alat-alat yang diperlukan:
◦ lampu kepala
◦ speculum hidung
◦ Suction (bila ada)
◦ pinset bayonet
◦ kapas, kain kassa
Keadaan umum :
kesadaran, pernafasan, tekanan darah, nadi,
dan suhu
Keadaan lokal
11. Periksa hidung menggunakan spekulum hidung
Bersihkan semua kotoran dalam hidung
observasi bagian dalam hidung untuk mencari
tempat dan faktor-faktor penyebab perdarahan
masukkan kapas yang dibasahi dengan larutan
anestesi lokal yang juga ditetesi larutan
epinephrine 1/10.000 ke dalam hidung sehingga
perdarahan dapat berhenti untuk sementara
Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung
dikeluarkan dan dilakukan evaluasi
12. Rinoskopi anterior
Rinoskopi posterior
Pengukuran tekanan darah
Rontgen Sinus dan CT-scan atau MRI
Endoskopi hidung
Skrining terhadap koagulopati
Riwayat Penyakit
14. a) Perbaiki keadaan umum penderita
penderita diperiksa dalam posisi duduk.
Kepala tidak boleh hiperekstensi
b) Epistaksis ringan hentikan pendarahan
dengan metode Trotter.
c) Pasang tampon anterior yang telah diberi
adrenalin dan pantokain/lidokain serta
bantuan alat penghisap tentukan sumber
perdarahan
15. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan,
perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk dengan
kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke
arah septum selama beberapa menit (metode Trotter).
16. Dapat dicoba dihentikan dengan menekan
hidung dari luar selama 10-15 menit, seringkali
berhasil.
Bila sumber perdarahan dapat terlihat,tempat
asal perdarahan dikaustik dengan larutan Silver
Nitrate. Sesudahnya, diberikan antibiotik.
Bila perdarahan masih berlangsung, dilakukan
pemasangan tampon anterior yang dibuat dari
kapas atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau
salep antibiotik.
Pemakaian pelumas ini agar tampon mudah
dimasukkan dan tidak menimbulkan perdarahan
baru saat dimasukkan dan dicabut.
17. Tampon dimasukkan sebanyak 2-4 buah,
disusun dengan teratur dan harus dapat
menekan asal perdarahan.
Tampon dipertahankan selama 2 kali 24
jam,harus dikeluarkan untuk mencegah
infeksi hidung.
Selama 2 hari ini, dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk mencari faktor penyebab
epistaksis.
Bila perdarahan belom berhenti,dipasang
tampon baru.
18.
19. diatasi dengan pemasangan tampon posterior
atau tampon Bellocq
dibuat dari kasa berukuran 3x2x2 cm dan
mempunyai 3 buah benang, 2 buah pada satu
sisi dan sebuah lagi pada sisi yang lainnya.
Tampon harus menutup koana (nares
posterior).
20. Teknik Pemasangan
o Memasang tampon posterior pada perdarahan 1
sisi
~Dengan bantuan kateter karet yang dimasukkan
dari lubang hidung sampai nampak di orofaring,
lalu ditarik keluar dari mulut.
~Pada ujung kateter,diikatkan 2 benang tampon
Bellocq tadi,kateter ditarik kembali melalui hidung
sampai benang keluar dan dapat ditarik.
~Tampon perlu didorong dengan bantuan jari
telunjuk untuk dapat meliwati palatum mole masuk
ke nasofaring.
~Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah
tampon anterior ke dalam kavum nasi.
21. ~Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada
sebuah gulungan kain kasa di depan nares
anterior supaya tampon yang terletak di nasofaring
tetap di tempatnya.
~Benang lain yang keluar dari mulut diikatkan secara
longgar pada pipi pasien.
~Gunanya untuk menarik tampon keluar melalui
mulut setelah 2-3 hari. Hati-hati mencabut tampon
karena dapat menyebabkan laserasi mukosa.
22. o Perdarahan dari kedua sisi
~Digunakan bantuan dua kateter masing-
masing melalui kavum nasi kanan dan kiri,
dan tampon posterior terpasang di tengah
tengah nasofaring
23.
24.
25.
26. Topical vasoconstrictors
• Oxymetazolind 0,05% (Afrin). Diaplikasikan langsung pada membran
mukosa. Dapat dikombinasikan dengan lidocain 4% untuk memberikan
efek anastesi nasal dan vasokonstriksi yang lebih efektif.
Antibiotic oinment
• Mupirocin oinment 2% (bactroban nasal). Obat ini menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat sintesis RNA dan
protein.
Agen kauterisasi
• Silver nitrate. Agen ini akan mengkoagulasikan protein selular dan
menyingkirkan jarungan granulasi. Agen ini juga memiliki efek
antibakterial
27. AKIBAT PERDARAHAN
•SYOK
•ANEMIA
•ASPIRASI DARAH
•GAGAL GINJAL
•TENSI TURUN
•MENIMBULKAN ISKEMIA
OTAK, INSUFISIENSI
KORONER, INFARK MIOKARD.
AKIBAT PASANG TAMPON:
•TIMBUL SINUISITIS
•TIMBUL OMA
•HEMOTIMPANUM
•AIR MATA DARAH (BLOODY
TEARS)
•SEPTIKEMIA
•LASERASI MUKOSA HIDUNG
(AKIBAT TAMPON ANTERIOR)
•LASERASI SUDUT BIBIR,
PALATUM MOLLE, ALA NASI
(AKI BAT TAMPON BELLOCQ)
29. 90 % kasus epistaksis anterior dapat berhenti
sendiri.
Prognosis buruk pada pasien hipertensi
dengan/tanpa arterosklerosis dengan
perdarahan hebat