SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
TEKNIK ANAMNESIS EPISTAKSIS
I Putu Indra Wiadnyana
17710061
EPISTAKSIS
BARU SUDAH LAMA
ADA TRAUMA
DEFORMITAS OS
NASI
PANAS/FEBRIS
FRACTUR
OS
NASALIS
LESI/LUKA
SEKRET BAU
KELAIN
AN
DARAH
BUNTU HIDUNG
UMUR
ANAK DEWASA
ANGIOFIBRO
MA
JUVENILIS
TUMOR
CAVUM
NASI,
TUMOR
NASOFA
RING
HIPERT
ENSI/
KELAIN
AN
DARAH
YA TIDAK
YA TIDAK
YA TIDAK
TIDAK
YA
SIN.
MAKS
RHINI
TIS
AKUT
YA TIDAK
EPISTAKSIS
(NASAL HEMORRHAGE/HAEMORRHAGIA NASI)
DEFINISI
• Keluarnya darah dari cavum
nasi.
Merupakan gejala yang timbul
akibat suatu penyakit.
Bukan merupakan suatu
penyakit
Penyebab
Epistaksis
Lokal
Sistemik
1. Kelainan lokal
Trauma
• Korek-korek
Hidung
• Sisi/bersin
terlalu keras
• KLL
• Olahraga
• Tindakan
dokter
Radang
• Rhinitis akut
• Sinusitis
maksilaris
• Diphteri
cavum nasi
• Ulkus pada
TB, lues,
lepra
Tumor
• Carsinoma
nasi
• Carsinoma
sinus
paranasal
• Carsinoma
nasofaring
• Angiofibroma
juvenilis
2. Kelainan Sistemik/Umum
• Trombosisto
penia
• Hemofilia
• Leukemia
Kelainan
Darah
• Hipertensi
• Arterioskler
osis
• Teleangiekt
asis
Penyakit
Kardiovas
kuler
• Hepatitis
• Sirosis
hepatis
• Dengue
hemoragik
fever
Infeksi
• Penurunan
kadar
estrogen
• Vicarious
menstruasi
Ganggusn
Hormonal
• Posisi
ketinggian
• Pesawat
Tekanan
udara
rendah
• Tumor
kepala leher
• peny.
Cardiopulm
onal
Venous
stasis
• Menyebabkan
peningkatan
agregasi
trombosit
Alkoholism
e
Lokasi Perdarahan
CAVUM NASI ANTERIOR
Berasal dari Pleksus Kisselbach (area
little)
80% pada anak-anak & dewasa muda
Sering berulang, keluhan ringan
Dapat berhenti sendiri
CAVUM NASI POSTERIOR
Berasal dari arteri sfenopalatina atau
etmoidalis posterior
Perdarahan hebat
jarang berhenti sendiri
Penegakan Diagnosis Epistaksis
ANAMNESIS
• Pertanyaan Penting Epistaksis.
• Identitas pasien? terutama umur pasien.
• Kapan dan lamanya perdarahan ?
• Apakah ada penyebab trauma?
• Adakah deformitas ?
• Suhu tubuh panas/ febris?
• Hidung terasa buntu ?
• Apakah darah bercampur sekret ? Berbau?
PEMERIKSAA
N FISIK
• STATUS UMUM
• Vital Sign
• Tanda tanda syok hipovolemik
• PEMERIKSAAN HIDUNG
• Pemeriksaan luar
• Rinoskopi anterior
• Vestibulum nasi, cavum nasi atas, fenomena
palatum mole ,cavum nasi bawah, septum nasi
• Rinoskopi posterior
• Margo posterior septum nasi , koana, ostium
dinding tuba eusthasius kanan dan kiri
• Atap nasofaring
• Kauda konka Inferior
Pemeriksaan
penunjang
• Rontgen sinus , CT Scan, MRI
• Endoskopi nasal
• LAB: Marker pembekuan
darah dan LFT
Alur Penatalaksanaan Epistaksis
1.Perbaiki keadaan Umum
Primary survey : A,B,C,D,E
• Tenangkan pasien , pasien yang tidak tenang
menyebabkan peningkatan TD , memperparah
epistaksis.
• Pasang infus jika diperlukan
• Bersihkan sumbatan jalan napas, dan bekuan
darah pada jalan napas.
2. Cari Sumber Perdarahan
Pasang tampon yang telah ditetesi
adrenalin 1/10.000 + lidocaine 2%.
Masukkan tampon kedalam hidung
untuk mengurangi perdarahan dan
nyeri, dibiarkan selama 10-15 menit.
Setelah terjadi vasokontriksi di evaluasi
perdarahan berasal dari anterior atau
posterior.
3. Menghentikan perdarahan anterior
Pada perdarahan ringan dapat dilakukan
kompresi hidung menggunakan jari telunjuk
dan ibu jari, ditekan selama 10-15 menit.
Kaustik menggunakan Nitras Argenti 25-30%,
Trichloor Aseticum 100 % ataupun kauter
listrik pada plexus kiesselbach.
Pemasangan tampon boorzalf (vaselin +
acidum Boricum), diberikan 2-4 buah agar
menekan daerah perdarahan, dapat diberikan
pada kavum nasi sisi lainnya untuk
menambah tekanan, dipertahankan 24 jam.
4. Menghentikan perdarahan posterior
Pemasangan tampon bellocq yang
menutup koana dan terfiksasi pada
nasofaring maupun nares, untuk
mencegah darah mengalir ke nasofaring
Pemasangan kateter folley ukuran 12-
14F kemudian diisi cairan saline 10-15ml
untuk menutup koane
5. Ligasi Arteri
Dilakukan apabila semua
usaha menghentikan
perdarahan tidak
berhasil. Arteri yang
diligasi arteri carotis
eksterna
Ligasi A.
Carotis
eksterna
Fraktur os nasal
Fractur os Nasal
• Hilangnya kontinuitas tulang hidung
disertai atau tidak kerusakan pada
septum nasi dan tulang yang
berhubungan.
Definisi
• Trauma, KLL, Rudapaksa (pukulan),
Perkelahian dan olahraga
Etiologi
• Arah depan: Hidung melesak
• Arah lateral: Deviasi hidung
Kontralateral trauma
Arah
trauma
Trauma arah
lateral
Trauma arah
Anterior
Diagnosis fraktur os nasal
Anamnesis
1.Riwayat trauma hidung
2. Epistaksis
3. Buntu hidung
4. Pembengkakan
5. Deformitas
Pemeriksaan Fisik
Inpeksi
1. Udema dan hiperemi
2. Deviasi hidung(trauma
lateral)
3. Hidung terlihat mendatar
(trauma anterior)
4. Fraktur terbuka tampak
fragmen tulang
Palpasi : nyeri tekan dan
krepitasi
RA:
1. Darah pada kavum nasi
2. Dislokasi, penyempitan
kavum nasi
3. Robekan mukosa
4. Hematoma septum nasi
Pemeriksaan penunjang
Foto Rongent kepala posisi
lateral
Penatalaksanaan fraktur os nasalis Reposisi Tertutup
Prinsip : Reposisi sedapat mungkin dilakukan segera , bila dilakukan
dalam 3 jam post trauma akan memberikan hasil yang maksimal , dapat
dilakukan penundaan reposisi 4-7 hari setelah udema berkurang.
1. Bersihkan bekuan darah
2. Anastesi lokal dengan lidocain 1% + ephedrine 1% kedalam rongga hidung
diamkan 10-15 menit
3. Masukkan Elevator tumpul ke dalam kavum nasi untuk mengangkat os nasal ke
tempat semula dengan bantuan tangan kanan
4. Ibu jari tangan kiri mengontrol reposisi agar bentuk hidung simetris dengan
menekan os nasal ke lateral
5.Dapat pula menggunakan forsep asch untuk meluruskan septum, sedangkan
untuk reposisi os nasal gunakan forcep walsham .
6. Gunakan internal fiksasi dengan tampon boorzalf yang dimasukkan ke dalam
septum nasi kanan dan kiri agar seimbang (3-4hari)
7. Dapat juga menggunakan external fiksasi dengan nasal splint selama 4-7 hari
Elevator nasal Ashe Forceps Walsham Forcpes
Nasal Splint
Rhinitis Akut
Definisi
• Radang akut mukosa nasi yang
ditandai dengan gejala-gejala
rinorea, obstruksi nasi, bersin-
bersin dan disertai gejala
umum rasa tidak enak badan
dan febris.
Faktor risiko
• Faktor luar
• Perubahan cuaca
• Ventilasi ruangan yang buruk
• Debu , gas
• Perubahan suhu ruangan yang mendadak
• Faktor dalam
• 1. Faktor daya tahan tubuh
• Kelelahan
• Kurang makan bergizi
• Defisiensi vit A,C,D
• 2. Daya tahan lokal kavum nasi
• Alergi hidung
• Obstuksi kavum nasi (adenoid, deviasi
septum)
Gejala Klinis
Stadium prodromal (H-1)
Anamsesis :Rasa panas, kering pada kacum nasi,
bersin – bersin , hidung buntu, pilek encer
RA : kavum nasi sempit, sekret serous,mukosa
udem hiperemis
Stadium Akut (H-2) sampai (H-4)
Anamsesis : Bersin berkurang, obtruksi nasi
bertambah, hiposmia, pilek kental kekuningan,
tidak enak badan, sumer – sumer.
RA: Kavum nasi lebih sempit, sekret mukpurulen,
mukosa lebih udem dan hiperemis.
Stadium resolusi (H-5) sampai ( H-7)
Anamsesis : Gejala mulai mereda,.
RA: obtruksi nasi berkurang, sekret berkurang dan
mengering
Penegakan diagnosis Rhinitis
akut
Anamnesis
1. Rhinore
2. Hidung tersumbat
3. Rasa panas dan gatal
pada hidung
4. Bersin bersin
5. Dapat disertai batuk
Pemeriksaan fisik
1. Suhu tubuh dapat
meningkat
2. Pada rhinoskopi
anterior didapatkan
mukosa udema dan
hiperemi konka inferior
dan medius udema,
sekret mukopurulen,
penyempitan lumen
cavum nasi.
Pemeriksaan penunjang
tidak perlu dilakukan
Etiologi Rhinitis Akut
Rhinitis virus
Rinitis simplek (pilek,
Comman Cold, Coryza)
• Disebabkan oleh
adenovirus,
picovirus,rhinovirus,
coxsakievirus.
• Masa inkubasinya 1-4
hari.
• Gejala:
• Hidung tersumbat,
rinore, dan bersin yang
berulang-ulang.
• Mukosa hidung tampak
merah dan
membengkak
• secret hidung (ingus)
encer dan sangat
banyak
Rinitis Influenza
• Disebabkan oleh virus
influenza A,B,C
• Gejala klinis mirip
rhinitis simplek
Rhinitis
Eksantematosa
• Rhinitis yang
berhubungan atau
tanda awal penyakit lain
seperti Morbili, varisela,
variola, dan pertusis.
• Didahului dengan
eksantema kulit sekitar
2-3 hari
Rhinitis Bakterial
Rhinitis bakteri non spesifik
• Lebih sering pada anak.
• Disebabkan oleh pneumococcus,
streptococcus atau staphylococcus..
Rhinitis Difteri
• Disebabkan oleh Corynebacterium
diphteriae. Rhinitis difteri dapat
berbentuk akut atau kronik dan
bersifat primer pada hidung atau
sekunder pada tenggorokan. Dugaan
adanya rhinitis difteri harus
dipikirkan pada penderita dengan
riwayat imunisasi yang tidak lengkap.
• Didapatkan membran putih
keabuabuan yang lengket dapat
terbentuk di rongga hidung, dan
apabila diangkat dapat
menyebabkan pendarahan/epistaksis
Rhinitis Iritan
• Disebabkan oleh paparan
debu, asap atau gas yang
bersifat iritatif seperti
ammonia, formalin, gas
asam dan lain-lain.
• Dapat juga disebabkan oleh
trauma yang mengenai
mukosa hidung selama
masa manipulasi intranasal,
contohnya pada
pengangkatan corpus
alienum.
• Gejala akan menghilang jika
faktor penyebab dihilangkan
Penatalaksanaan
Simtomatik
• Antipiretik;paraset
amol.
• Dekongestan;
pseudoefedrin,
fenilpropanolamin,
atau fenilefrin.
• Rhinitis virus
merupakan self
limiting disease
sehingga diberikan
terapi simtomatik
saja.
Kausatif
• Antibiotik
diberikan jika
terdapat infeksi
bakteri, seperti
amoxicillin,
eritromisin,
cefadroxil.
• Pada rhinitis difteri
terapinya meliputi
isolasi pasien,
penisilin sistemik,
dan antitoksin
difteri
KIE
• Menjaga kondisi
tubuh optimal
• Lebih sering
mencuci tangan,
terutama sebelum
menyentuh wajah.
• Menutup mulut
ketika batuk dan
bersin.
Angiofibroma Nasofaring Juvenilis
( Basal fibroma/Nasofaringeal fibroma)
Definisi :
Suatu tumor pembuluh
darah yang berasal dari
posterolateral
nasofaring yang secara
histopatogi jinak,
namun secara klinis
ganas karena sifatnya
yang ekspansif serta
progresif menekan
tulang dan jaringan
sekitarnya.
• Belum jelas
• Diduga berkaitan dengan ketidakseimbangan
hormonal sistem pituitary androgenital
• Cenderung regresi spontan dengan proses
kematangan seksual
Etiologi
• Diperkirakan 0,5% dari tumor kepala leher
• Lebih sering pada laki laki usia 10-17 tahun
• Jarang pada ras tionghoa sering pada ras
indonesia
epidemiologi
• Pada atap dan lateral nasofaring
• Umumnya unilateral
• Jarang pada garis tengah
Lokasi tumor
Histopatologi
• Terdiri dari jaringan ikat yang
udematus, didapatkannya
pembuluh darah yang lebar
dan bervariasi besar, bentuk
dan distribusinya.
• Beberapa bagian tumor tampak
pembuluh darah kapiler yang
saling berhubungan
• Dinding pembuluh darah
dilapisi satu lapis endotel tanpa
tunika muskularis.
• Tumor yang aktif tumbuh, akan
tampak lebih banyak pembuluh
darah
Pembuluh
darah
Gejala Klinis
1. Sifat tumor ( berasal dari pembuluh darah)
• Epistaksis berulang dan hebat (80% penderita)
2. Sifat tumor yang ekspansif
• Lateral : Menutup ostium tuba→ oklusi tuba, OM
• Anterior: Masuk kekavum nasi → obtruksi →rhinolaliaocclusa
• Keluar dari vestibulum nasi
• Menutup ostium sinus paranasal → Pan-sinusutis
• Menutup fisura olfaktoria →hiposmia , anosmia
• Masuk sinus maksilaris kemudia ke fossa spenomaksilaris
• Ekspansi ke luar menekan pipi →frog face
• Masuk ke orbita →ptosis bulbi , ggn N II
• Kebawah mendesak palatum mole →bombans palatum mole
→ ggn bernapas dan menelan
• Ke atas menekan basis kranii
Diagnosis
Anamnesis
1.Laki laki > Perempuan
2.Usia pubertas 10-17 th
3. Epitaksis berulang
4. Gejala ekspansif tumor
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi : mata menonjol
, bentuk muka frog face
2. Rhinoskopi anterior:
Tumor dibagian posterior
rongg hidung, fenomena
palatum mole (-)
3. Rhinoskopi posterior:
tampak tumor dengan
warna merah keunguan,
Pemeriksaan Penunjang:
1.Foto water’s, skull lateral
2.CT scan
3. Angiografi
4. Biopsi
Biopsi tidak dianjurkan
karena menyebabkan
perdarahan, kecuali pada
kamar operasi
Staging perluasan tumor
• T1: Terbatas pada nasofaring
• T2: Tumor meluas ke rongga hidung atau ke
sinus sfenoid
• T3: Tumor meluas ke satu atau lebih jaringan
sekitar ; antrum, etmoid, fossa
pterigomaksilaris, fossa intra temporal, orbita
atau pipi.
• T4: Tumor meluas ke Intrakranial
Diagnosis Banding
Koanal Polip
1.Permukaan
rata
2.Mengkilap
3.Udema
4.Pucat
5.Konsistensi
lunak
Adenoid
1.Permukaan
iregular
2. Lokasi
ditengah
3. Sulit berdarah
Ca Nasofaring
1. Usia 30-50 th
2. Metastasis
3. Progresif , KU
turun
4. Biopsi PA:
ganas
Fibroma
nasofaring
1. Semua umur
2. Laki laki=
perempuan
3. Berasal dari
pembuluh darah
4. Dilapisi tunika
muskularis
5. Perdarahan
mudah
dihentikan
Penatalaksanaan
• Ekstraksi tumor
• Transpalatal
• Rhinotomi
lateral
• Mid facial
degloving
Pembedahan
• Tumor ukuran
T4.
• Pro operasi
untuk
mengurangi
vaskularisasi
tumor
• Tumor residif
• Sisa tumor post
operasi
pembedahan
Radiasi
• Pemberian
hormon
estrogen untuk
memperkecil
tumor, setelah
operasi maupun
sebelum operasi
• Preparatnya
• 1. Diacyl
stilbossterol
• 2. Dimethyl
diaethyl
Hormonal
Karsinoma Nasofaring
Definisi : Tumor
Maligna yang berasal
dari epitel mukosa
atau kelenjar yang
terdapat di
nasofaring
• Genetik (Ras thionghoa), Ras Indoneisa
• Virus (EBV)
• Bahan karsinogenik : asap rokok, polusi udara dll
• Iritasi menahun: Nasopharingitis kronis + asap
rokok, alkohol, lombok
• Faktor hormonal : Estrogen tinggi
Etiologi
• Laki laki lebih banyak
• Perbandingan pria dan wanita , 2: 1
• Usia 30-50 tahun
• Banyak pada bangsa indonesia baik pribumi
ataupun keturunan thionghoa.
Epidemiologi
Klasifikasi
1. Berdasarkan Histopatlogi
Well Differentiated Epidermoid Carsinoma
• jenis keratimising (cornificans)
• jenis non keratimising (cornificans)
Undifferentiated Epidermoid Carsinoma
• Jenis trantitional
• Jenis lympoepiteloma
• Adenocystic carsinoma (Cylindroma)
2. Berdasarkan bentuk dan cara tumbuh
• Ulceratif
• Exophitik : Tumor tumbuh keluar seperti polip/bunga kubis
• Endophitik : Tumor tumbuh dibawah selaput lendir , agak lebih
tinggi dari jaringan sekitar (crooping tumor- submukus)
Lokasi
Fossa
rosenmuller
Sekitar tuba
eusthasius
Dinding
belakang
nasofaring
Atap
nasofaring
Note :
• Pada daerah fossa rusenmuller merupakan daerah transisional atau peralihan
epitel berlapis pipih dan epitel silindris bersilia yang dicurigai tempat asal dari
carsinoma nasofaring.
• 1-2cm diatas fossa rusenmuller terdapat foramen lacerum dimana akan
mudah menjalar ke endocranium
• Saluran getah bening pada nasofaring berbeda, dimana tidak mengindahkan
garis tengh , sehingga dapat menyebabkan metastase leher kontalateral
Gejala Klinis
Stadium lanjut
Stadium Dini
Tumor terbatas di
Nasofaring(prime
r)
Telinga :
• Tinitus,
• Grebekgrebek,
• Pendengaran
menurun
• OMP
Hidung :
• Pilek kronis,
ingus/dahak
bercampur
darah
• Epistaksis
• Oklusio tuba
EKSPANSIF
Menyumbat koane :
Hidung Buntu
Mendesak palatum
mole :
Gangguan menelan
Sesak napas
INFILTRATIF
Ke atas : Foramen
laserum :Sakit kepala
Parese N III, IV, V, VI
Ke samping :
Menekan N. kranial
-N IX,X ; parese
palatum mole, faring
dan gg menelan,
suara parau
-N XI ; Parese otot
sternocleido dan
trapezius
-N XII : parese lidah
METASTASIS
Pemebesaran
getah bening
Regional :
-leher
Jauh :
- hati, paru,
ginjal, limpa,
tulang dll
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang cermat
karena keluhan berbeda
berdasarkan staging, keluhan
yang berhubungan dengan
tanda tumor ganas: progregsif,
infiltrating, ekspansif dan
metastasis.
Pemeriksaan Fisik
1.Inspeksi dari luar : wajah,
mata, rongga mulut, leher
2. Otoskopi : MAE, MT
3. Rinoskopi Anterior :
Tampak tumor dibagian
belakang rongga hidung,
tertutup sekret mukopurulen,
fenomena palatum mole (-)
4. Rinoskopi Posterior :
Tampak tumor kemerahan
5. Laringoskop: istmus faucium
menyempit . Refleks muntah(-)
Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi
2. Foto Rontgen
3. CT scan
Trias Diagnosis Ca Nasofaring
Tumor colli
Gejala telinga
Gejala hidung
Tumor colli
Gejala intracranial
Gejala hidung/telinga
Gejala intrakranial
Gejala hidung
Gejala telinga
Stadium Tumor
Klasifikasi TNM
Tumor di nasofaring (T)
T1: Tumor terbatas di nasofaring
T2: Tumor meluas ke jaringan lunak
T2a : Tumor meluas sampai daerah orofaring dan/atau
fossa nasalis tanpa perluasan ke depan parafaring
T2b: Dengan perluasan ke parafaring
T3: Tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus
paranasal
T4: Tumor meluas ke intrakranial dan/atau mengenai saraf
kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau
ruang mastikator
Kelenjar limfe regional (N)
N0 : Tidak ada pembesaran KGB regional
N1 : Metastasis ke KGB unilateral, ukuran  6cm, terletak
di atas fossa supraklavikula
N2 : Metastasis ke KGB bilateral, ukuran  6cm, terletak
di atas fossa supraklavikula
N3 : Metastasis ke KGB:
N3a :Ukuran KGB > 6 cm, di atas fossa supraklavikula
N3b :Terletak pada fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Ada metastasis jauh
Stadium KNF
I : T1 N0 M0
IIa : T2a N0 M0
IIb : T1-2a N1 M0, T2b N0-1 M0
III : T1-2b N2 M0, T3 N0-2 M0
IVa : T4 N0-2 M0
IVb : Semua T N3 M0
IVc : Semua T N0-3 M1
Penatalaksanaan
• Terapi Utama : Radiasi 4000-6000 R
• Adjuvan : Kemoterapi
Evaluasi terapi
4 minggu setelah radiasi selesai dievaluasi secara klinis dan
biopsi. Bila negatif, dilakulan pemeriksaan fisik dan biopsi satu
bulan sekali pada tahun pertama. Bila hasil positif radiasi
ditambah. Bila negatif pada tahun kedua diperiksa selama tiga
bulan sekali, tahun ke tiga di evaluasi enam bulan sekali dan
seterusnya tiap tahun sampai lima tahun.
Prognosis :
Stadium dini→ Dapat hidup > 5 tahun
Stadium lanjut → Hidup < 3 tahun

More Related Content

Similar to TEKNIK ANAMNESIS EPISTAKSIS (40

Acute and chronic rhinitis.pptx
Acute and chronic rhinitis.pptxAcute and chronic rhinitis.pptx
Acute and chronic rhinitis.pptxIvanCornelius2
 
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlmlREFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlmlShodiqulAmin2
 
Epiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan Laryngitis
Epiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan LaryngitisEpiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan Laryngitis
Epiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan LaryngitisMuhammad Nasrullah
 
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & TrakeitisEpiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & TrakeitisMuhammad Nasrullah
 
Bronkopneumonia pada anak.pptx
Bronkopneumonia pada anak.pptxBronkopneumonia pada anak.pptx
Bronkopneumonia pada anak.pptxMuhammadFikiFauzan
 
PPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).ppt
PPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).pptPPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).ppt
PPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).pptfarmasipkcpesanggrah
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRichard Leonardo
 
CBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCoassTHT
 
THT Bimbingan [Autosaved].pptx
THT Bimbingan [Autosaved].pptxTHT Bimbingan [Autosaved].pptx
THT Bimbingan [Autosaved].pptxLettaCoffee
 
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Betari Wanda Saskia
 
Epistaksis
EpistaksisEpistaksis
EpistaksisBenKuben
 
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia LuvinaCss rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvinavinavina25
 

Similar to TEKNIK ANAMNESIS EPISTAKSIS (40 (20)

Permenkes hidung
Permenkes hidungPermenkes hidung
Permenkes hidung
 
Acute and chronic rhinitis.pptx
Acute and chronic rhinitis.pptxAcute and chronic rhinitis.pptx
Acute and chronic rhinitis.pptx
 
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlmlREFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml
 
Epistaksis
EpistaksisEpistaksis
Epistaksis
 
Epiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan Laryngitis
Epiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan LaryngitisEpiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan Laryngitis
Epiglotitis, Trakeitis, Faringitis dan Laryngitis
 
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & TrakeitisEpiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
 
Present ispa
Present ispaPresent ispa
Present ispa
 
Bronkopneumonia pada anak.pptx
Bronkopneumonia pada anak.pptxBronkopneumonia pada anak.pptx
Bronkopneumonia pada anak.pptx
 
PPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).ppt
PPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).pptPPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).ppt
PPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).ppt
 
THT - Hidung.pptx
THT - Hidung.pptxTHT - Hidung.pptx
THT - Hidung.pptx
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
CBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotor
 
DIFTHERIA AND INFLUENZA
DIFTHERIA AND INFLUENZADIFTHERIA AND INFLUENZA
DIFTHERIA AND INFLUENZA
 
THT Bimbingan [Autosaved].pptx
THT Bimbingan [Autosaved].pptxTHT Bimbingan [Autosaved].pptx
THT Bimbingan [Autosaved].pptx
 
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
 
Rinosinusitis
RinosinusitisRinosinusitis
Rinosinusitis
 
Belajar THT.pdf
Belajar THT.pdfBelajar THT.pdf
Belajar THT.pdf
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
Epistaksis
EpistaksisEpistaksis
Epistaksis
 
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia LuvinaCss rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
 

Recently uploaded

MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 

Recently uploaded (20)

MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 

TEKNIK ANAMNESIS EPISTAKSIS (40

  • 1. TEKNIK ANAMNESIS EPISTAKSIS I Putu Indra Wiadnyana 17710061
  • 2. EPISTAKSIS BARU SUDAH LAMA ADA TRAUMA DEFORMITAS OS NASI PANAS/FEBRIS FRACTUR OS NASALIS LESI/LUKA SEKRET BAU KELAIN AN DARAH BUNTU HIDUNG UMUR ANAK DEWASA ANGIOFIBRO MA JUVENILIS TUMOR CAVUM NASI, TUMOR NASOFA RING HIPERT ENSI/ KELAIN AN DARAH YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK TIDAK YA SIN. MAKS RHINI TIS AKUT YA TIDAK
  • 3. EPISTAKSIS (NASAL HEMORRHAGE/HAEMORRHAGIA NASI) DEFINISI • Keluarnya darah dari cavum nasi. Merupakan gejala yang timbul akibat suatu penyakit. Bukan merupakan suatu penyakit
  • 5. 1. Kelainan lokal Trauma • Korek-korek Hidung • Sisi/bersin terlalu keras • KLL • Olahraga • Tindakan dokter Radang • Rhinitis akut • Sinusitis maksilaris • Diphteri cavum nasi • Ulkus pada TB, lues, lepra Tumor • Carsinoma nasi • Carsinoma sinus paranasal • Carsinoma nasofaring • Angiofibroma juvenilis
  • 6. 2. Kelainan Sistemik/Umum • Trombosisto penia • Hemofilia • Leukemia Kelainan Darah • Hipertensi • Arterioskler osis • Teleangiekt asis Penyakit Kardiovas kuler • Hepatitis • Sirosis hepatis • Dengue hemoragik fever Infeksi • Penurunan kadar estrogen • Vicarious menstruasi Ganggusn Hormonal • Posisi ketinggian • Pesawat Tekanan udara rendah • Tumor kepala leher • peny. Cardiopulm onal Venous stasis • Menyebabkan peningkatan agregasi trombosit Alkoholism e
  • 7. Lokasi Perdarahan CAVUM NASI ANTERIOR Berasal dari Pleksus Kisselbach (area little) 80% pada anak-anak & dewasa muda Sering berulang, keluhan ringan Dapat berhenti sendiri CAVUM NASI POSTERIOR Berasal dari arteri sfenopalatina atau etmoidalis posterior Perdarahan hebat jarang berhenti sendiri
  • 8. Penegakan Diagnosis Epistaksis ANAMNESIS • Pertanyaan Penting Epistaksis. • Identitas pasien? terutama umur pasien. • Kapan dan lamanya perdarahan ? • Apakah ada penyebab trauma? • Adakah deformitas ? • Suhu tubuh panas/ febris? • Hidung terasa buntu ? • Apakah darah bercampur sekret ? Berbau?
  • 9. PEMERIKSAA N FISIK • STATUS UMUM • Vital Sign • Tanda tanda syok hipovolemik • PEMERIKSAAN HIDUNG • Pemeriksaan luar • Rinoskopi anterior • Vestibulum nasi, cavum nasi atas, fenomena palatum mole ,cavum nasi bawah, septum nasi • Rinoskopi posterior • Margo posterior septum nasi , koana, ostium dinding tuba eusthasius kanan dan kiri • Atap nasofaring • Kauda konka Inferior
  • 10. Pemeriksaan penunjang • Rontgen sinus , CT Scan, MRI • Endoskopi nasal • LAB: Marker pembekuan darah dan LFT
  • 12.
  • 13. 1.Perbaiki keadaan Umum Primary survey : A,B,C,D,E • Tenangkan pasien , pasien yang tidak tenang menyebabkan peningkatan TD , memperparah epistaksis. • Pasang infus jika diperlukan • Bersihkan sumbatan jalan napas, dan bekuan darah pada jalan napas.
  • 14. 2. Cari Sumber Perdarahan Pasang tampon yang telah ditetesi adrenalin 1/10.000 + lidocaine 2%. Masukkan tampon kedalam hidung untuk mengurangi perdarahan dan nyeri, dibiarkan selama 10-15 menit. Setelah terjadi vasokontriksi di evaluasi perdarahan berasal dari anterior atau posterior.
  • 15. 3. Menghentikan perdarahan anterior Pada perdarahan ringan dapat dilakukan kompresi hidung menggunakan jari telunjuk dan ibu jari, ditekan selama 10-15 menit. Kaustik menggunakan Nitras Argenti 25-30%, Trichloor Aseticum 100 % ataupun kauter listrik pada plexus kiesselbach. Pemasangan tampon boorzalf (vaselin + acidum Boricum), diberikan 2-4 buah agar menekan daerah perdarahan, dapat diberikan pada kavum nasi sisi lainnya untuk menambah tekanan, dipertahankan 24 jam.
  • 16. 4. Menghentikan perdarahan posterior Pemasangan tampon bellocq yang menutup koana dan terfiksasi pada nasofaring maupun nares, untuk mencegah darah mengalir ke nasofaring Pemasangan kateter folley ukuran 12- 14F kemudian diisi cairan saline 10-15ml untuk menutup koane
  • 17. 5. Ligasi Arteri Dilakukan apabila semua usaha menghentikan perdarahan tidak berhasil. Arteri yang diligasi arteri carotis eksterna Ligasi A. Carotis eksterna
  • 19. Fractur os Nasal • Hilangnya kontinuitas tulang hidung disertai atau tidak kerusakan pada septum nasi dan tulang yang berhubungan. Definisi • Trauma, KLL, Rudapaksa (pukulan), Perkelahian dan olahraga Etiologi • Arah depan: Hidung melesak • Arah lateral: Deviasi hidung Kontralateral trauma Arah trauma
  • 21. Diagnosis fraktur os nasal Anamnesis 1.Riwayat trauma hidung 2. Epistaksis 3. Buntu hidung 4. Pembengkakan 5. Deformitas Pemeriksaan Fisik Inpeksi 1. Udema dan hiperemi 2. Deviasi hidung(trauma lateral) 3. Hidung terlihat mendatar (trauma anterior) 4. Fraktur terbuka tampak fragmen tulang Palpasi : nyeri tekan dan krepitasi RA: 1. Darah pada kavum nasi 2. Dislokasi, penyempitan kavum nasi 3. Robekan mukosa 4. Hematoma septum nasi Pemeriksaan penunjang Foto Rongent kepala posisi lateral
  • 22. Penatalaksanaan fraktur os nasalis Reposisi Tertutup Prinsip : Reposisi sedapat mungkin dilakukan segera , bila dilakukan dalam 3 jam post trauma akan memberikan hasil yang maksimal , dapat dilakukan penundaan reposisi 4-7 hari setelah udema berkurang. 1. Bersihkan bekuan darah 2. Anastesi lokal dengan lidocain 1% + ephedrine 1% kedalam rongga hidung diamkan 10-15 menit 3. Masukkan Elevator tumpul ke dalam kavum nasi untuk mengangkat os nasal ke tempat semula dengan bantuan tangan kanan 4. Ibu jari tangan kiri mengontrol reposisi agar bentuk hidung simetris dengan menekan os nasal ke lateral 5.Dapat pula menggunakan forsep asch untuk meluruskan septum, sedangkan untuk reposisi os nasal gunakan forcep walsham . 6. Gunakan internal fiksasi dengan tampon boorzalf yang dimasukkan ke dalam septum nasi kanan dan kiri agar seimbang (3-4hari) 7. Dapat juga menggunakan external fiksasi dengan nasal splint selama 4-7 hari
  • 23. Elevator nasal Ashe Forceps Walsham Forcpes Nasal Splint
  • 25. Definisi • Radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejala-gejala rinorea, obstruksi nasi, bersin- bersin dan disertai gejala umum rasa tidak enak badan dan febris. Faktor risiko • Faktor luar • Perubahan cuaca • Ventilasi ruangan yang buruk • Debu , gas • Perubahan suhu ruangan yang mendadak • Faktor dalam • 1. Faktor daya tahan tubuh • Kelelahan • Kurang makan bergizi • Defisiensi vit A,C,D • 2. Daya tahan lokal kavum nasi • Alergi hidung • Obstuksi kavum nasi (adenoid, deviasi septum)
  • 26. Gejala Klinis Stadium prodromal (H-1) Anamsesis :Rasa panas, kering pada kacum nasi, bersin – bersin , hidung buntu, pilek encer RA : kavum nasi sempit, sekret serous,mukosa udem hiperemis Stadium Akut (H-2) sampai (H-4) Anamsesis : Bersin berkurang, obtruksi nasi bertambah, hiposmia, pilek kental kekuningan, tidak enak badan, sumer – sumer. RA: Kavum nasi lebih sempit, sekret mukpurulen, mukosa lebih udem dan hiperemis. Stadium resolusi (H-5) sampai ( H-7) Anamsesis : Gejala mulai mereda,. RA: obtruksi nasi berkurang, sekret berkurang dan mengering
  • 27. Penegakan diagnosis Rhinitis akut Anamnesis 1. Rhinore 2. Hidung tersumbat 3. Rasa panas dan gatal pada hidung 4. Bersin bersin 5. Dapat disertai batuk Pemeriksaan fisik 1. Suhu tubuh dapat meningkat 2. Pada rhinoskopi anterior didapatkan mukosa udema dan hiperemi konka inferior dan medius udema, sekret mukopurulen, penyempitan lumen cavum nasi. Pemeriksaan penunjang tidak perlu dilakukan
  • 28. Etiologi Rhinitis Akut Rhinitis virus Rinitis simplek (pilek, Comman Cold, Coryza) • Disebabkan oleh adenovirus, picovirus,rhinovirus, coxsakievirus. • Masa inkubasinya 1-4 hari. • Gejala: • Hidung tersumbat, rinore, dan bersin yang berulang-ulang. • Mukosa hidung tampak merah dan membengkak • secret hidung (ingus) encer dan sangat banyak Rinitis Influenza • Disebabkan oleh virus influenza A,B,C • Gejala klinis mirip rhinitis simplek Rhinitis Eksantematosa • Rhinitis yang berhubungan atau tanda awal penyakit lain seperti Morbili, varisela, variola, dan pertusis. • Didahului dengan eksantema kulit sekitar 2-3 hari
  • 29. Rhinitis Bakterial Rhinitis bakteri non spesifik • Lebih sering pada anak. • Disebabkan oleh pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus.. Rhinitis Difteri • Disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Rhinitis difteri dapat berbentuk akut atau kronik dan bersifat primer pada hidung atau sekunder pada tenggorokan. Dugaan adanya rhinitis difteri harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat imunisasi yang tidak lengkap. • Didapatkan membran putih keabuabuan yang lengket dapat terbentuk di rongga hidung, dan apabila diangkat dapat menyebabkan pendarahan/epistaksis
  • 30. Rhinitis Iritan • Disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas yang bersifat iritatif seperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain. • Dapat juga disebabkan oleh trauma yang mengenai mukosa hidung selama masa manipulasi intranasal, contohnya pada pengangkatan corpus alienum. • Gejala akan menghilang jika faktor penyebab dihilangkan
  • 31. Penatalaksanaan Simtomatik • Antipiretik;paraset amol. • Dekongestan; pseudoefedrin, fenilpropanolamin, atau fenilefrin. • Rhinitis virus merupakan self limiting disease sehingga diberikan terapi simtomatik saja. Kausatif • Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin, eritromisin, cefadroxil. • Pada rhinitis difteri terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik, dan antitoksin difteri KIE • Menjaga kondisi tubuh optimal • Lebih sering mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh wajah. • Menutup mulut ketika batuk dan bersin.
  • 32. Angiofibroma Nasofaring Juvenilis ( Basal fibroma/Nasofaringeal fibroma) Definisi : Suatu tumor pembuluh darah yang berasal dari posterolateral nasofaring yang secara histopatogi jinak, namun secara klinis ganas karena sifatnya yang ekspansif serta progresif menekan tulang dan jaringan sekitarnya.
  • 33. • Belum jelas • Diduga berkaitan dengan ketidakseimbangan hormonal sistem pituitary androgenital • Cenderung regresi spontan dengan proses kematangan seksual Etiologi • Diperkirakan 0,5% dari tumor kepala leher • Lebih sering pada laki laki usia 10-17 tahun • Jarang pada ras tionghoa sering pada ras indonesia epidemiologi • Pada atap dan lateral nasofaring • Umumnya unilateral • Jarang pada garis tengah Lokasi tumor
  • 34. Histopatologi • Terdiri dari jaringan ikat yang udematus, didapatkannya pembuluh darah yang lebar dan bervariasi besar, bentuk dan distribusinya. • Beberapa bagian tumor tampak pembuluh darah kapiler yang saling berhubungan • Dinding pembuluh darah dilapisi satu lapis endotel tanpa tunika muskularis. • Tumor yang aktif tumbuh, akan tampak lebih banyak pembuluh darah Pembuluh darah
  • 35. Gejala Klinis 1. Sifat tumor ( berasal dari pembuluh darah) • Epistaksis berulang dan hebat (80% penderita) 2. Sifat tumor yang ekspansif • Lateral : Menutup ostium tuba→ oklusi tuba, OM • Anterior: Masuk kekavum nasi → obtruksi →rhinolaliaocclusa • Keluar dari vestibulum nasi • Menutup ostium sinus paranasal → Pan-sinusutis • Menutup fisura olfaktoria →hiposmia , anosmia • Masuk sinus maksilaris kemudia ke fossa spenomaksilaris • Ekspansi ke luar menekan pipi →frog face • Masuk ke orbita →ptosis bulbi , ggn N II • Kebawah mendesak palatum mole →bombans palatum mole → ggn bernapas dan menelan • Ke atas menekan basis kranii
  • 36. Diagnosis Anamnesis 1.Laki laki > Perempuan 2.Usia pubertas 10-17 th 3. Epitaksis berulang 4. Gejala ekspansif tumor Pemeriksaan fisik 1. Inspeksi : mata menonjol , bentuk muka frog face 2. Rhinoskopi anterior: Tumor dibagian posterior rongg hidung, fenomena palatum mole (-) 3. Rhinoskopi posterior: tampak tumor dengan warna merah keunguan, Pemeriksaan Penunjang: 1.Foto water’s, skull lateral 2.CT scan 3. Angiografi 4. Biopsi Biopsi tidak dianjurkan karena menyebabkan perdarahan, kecuali pada kamar operasi
  • 37.
  • 38. Staging perluasan tumor • T1: Terbatas pada nasofaring • T2: Tumor meluas ke rongga hidung atau ke sinus sfenoid • T3: Tumor meluas ke satu atau lebih jaringan sekitar ; antrum, etmoid, fossa pterigomaksilaris, fossa intra temporal, orbita atau pipi. • T4: Tumor meluas ke Intrakranial
  • 39. Diagnosis Banding Koanal Polip 1.Permukaan rata 2.Mengkilap 3.Udema 4.Pucat 5.Konsistensi lunak Adenoid 1.Permukaan iregular 2. Lokasi ditengah 3. Sulit berdarah Ca Nasofaring 1. Usia 30-50 th 2. Metastasis 3. Progresif , KU turun 4. Biopsi PA: ganas Fibroma nasofaring 1. Semua umur 2. Laki laki= perempuan 3. Berasal dari pembuluh darah 4. Dilapisi tunika muskularis 5. Perdarahan mudah dihentikan
  • 40. Penatalaksanaan • Ekstraksi tumor • Transpalatal • Rhinotomi lateral • Mid facial degloving Pembedahan • Tumor ukuran T4. • Pro operasi untuk mengurangi vaskularisasi tumor • Tumor residif • Sisa tumor post operasi pembedahan Radiasi • Pemberian hormon estrogen untuk memperkecil tumor, setelah operasi maupun sebelum operasi • Preparatnya • 1. Diacyl stilbossterol • 2. Dimethyl diaethyl Hormonal
  • 41. Karsinoma Nasofaring Definisi : Tumor Maligna yang berasal dari epitel mukosa atau kelenjar yang terdapat di nasofaring
  • 42. • Genetik (Ras thionghoa), Ras Indoneisa • Virus (EBV) • Bahan karsinogenik : asap rokok, polusi udara dll • Iritasi menahun: Nasopharingitis kronis + asap rokok, alkohol, lombok • Faktor hormonal : Estrogen tinggi Etiologi • Laki laki lebih banyak • Perbandingan pria dan wanita , 2: 1 • Usia 30-50 tahun • Banyak pada bangsa indonesia baik pribumi ataupun keturunan thionghoa. Epidemiologi
  • 43. Klasifikasi 1. Berdasarkan Histopatlogi Well Differentiated Epidermoid Carsinoma • jenis keratimising (cornificans) • jenis non keratimising (cornificans) Undifferentiated Epidermoid Carsinoma • Jenis trantitional • Jenis lympoepiteloma • Adenocystic carsinoma (Cylindroma) 2. Berdasarkan bentuk dan cara tumbuh • Ulceratif • Exophitik : Tumor tumbuh keluar seperti polip/bunga kubis • Endophitik : Tumor tumbuh dibawah selaput lendir , agak lebih tinggi dari jaringan sekitar (crooping tumor- submukus)
  • 44. Lokasi Fossa rosenmuller Sekitar tuba eusthasius Dinding belakang nasofaring Atap nasofaring Note : • Pada daerah fossa rusenmuller merupakan daerah transisional atau peralihan epitel berlapis pipih dan epitel silindris bersilia yang dicurigai tempat asal dari carsinoma nasofaring. • 1-2cm diatas fossa rusenmuller terdapat foramen lacerum dimana akan mudah menjalar ke endocranium • Saluran getah bening pada nasofaring berbeda, dimana tidak mengindahkan garis tengh , sehingga dapat menyebabkan metastase leher kontalateral
  • 45. Gejala Klinis Stadium lanjut Stadium Dini Tumor terbatas di Nasofaring(prime r) Telinga : • Tinitus, • Grebekgrebek, • Pendengaran menurun • OMP Hidung : • Pilek kronis, ingus/dahak bercampur darah • Epistaksis • Oklusio tuba EKSPANSIF Menyumbat koane : Hidung Buntu Mendesak palatum mole : Gangguan menelan Sesak napas INFILTRATIF Ke atas : Foramen laserum :Sakit kepala Parese N III, IV, V, VI Ke samping : Menekan N. kranial -N IX,X ; parese palatum mole, faring dan gg menelan, suara parau -N XI ; Parese otot sternocleido dan trapezius -N XII : parese lidah METASTASIS Pemebesaran getah bening Regional : -leher Jauh : - hati, paru, ginjal, limpa, tulang dll
  • 46. Diagnosis Anamnesis Anamnesis yang cermat karena keluhan berbeda berdasarkan staging, keluhan yang berhubungan dengan tanda tumor ganas: progregsif, infiltrating, ekspansif dan metastasis. Pemeriksaan Fisik 1.Inspeksi dari luar : wajah, mata, rongga mulut, leher 2. Otoskopi : MAE, MT 3. Rinoskopi Anterior : Tampak tumor dibagian belakang rongga hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole (-) 4. Rinoskopi Posterior : Tampak tumor kemerahan 5. Laringoskop: istmus faucium menyempit . Refleks muntah(-) Pemeriksaan Penunjang 1. Biopsi 2. Foto Rontgen 3. CT scan
  • 47. Trias Diagnosis Ca Nasofaring Tumor colli Gejala telinga Gejala hidung Tumor colli Gejala intracranial Gejala hidung/telinga Gejala intrakranial Gejala hidung Gejala telinga
  • 48.
  • 49. Stadium Tumor Klasifikasi TNM Tumor di nasofaring (T) T1: Tumor terbatas di nasofaring T2: Tumor meluas ke jaringan lunak T2a : Tumor meluas sampai daerah orofaring dan/atau fossa nasalis tanpa perluasan ke depan parafaring T2b: Dengan perluasan ke parafaring T3: Tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal T4: Tumor meluas ke intrakranial dan/atau mengenai saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang mastikator
  • 50. Kelenjar limfe regional (N) N0 : Tidak ada pembesaran KGB regional N1 : Metastasis ke KGB unilateral, ukuran  6cm, terletak di atas fossa supraklavikula N2 : Metastasis ke KGB bilateral, ukuran  6cm, terletak di atas fossa supraklavikula N3 : Metastasis ke KGB: N3a :Ukuran KGB > 6 cm, di atas fossa supraklavikula N3b :Terletak pada fossa supraklavikula Metastasis jauh (M) M0 : Tidak ada metastasis jauh M1 : Ada metastasis jauh
  • 51. Stadium KNF I : T1 N0 M0 IIa : T2a N0 M0 IIb : T1-2a N1 M0, T2b N0-1 M0 III : T1-2b N2 M0, T3 N0-2 M0 IVa : T4 N0-2 M0 IVb : Semua T N3 M0 IVc : Semua T N0-3 M1
  • 52. Penatalaksanaan • Terapi Utama : Radiasi 4000-6000 R • Adjuvan : Kemoterapi Evaluasi terapi 4 minggu setelah radiasi selesai dievaluasi secara klinis dan biopsi. Bila negatif, dilakulan pemeriksaan fisik dan biopsi satu bulan sekali pada tahun pertama. Bila hasil positif radiasi ditambah. Bila negatif pada tahun kedua diperiksa selama tiga bulan sekali, tahun ke tiga di evaluasi enam bulan sekali dan seterusnya tiap tahun sampai lima tahun. Prognosis : Stadium dini→ Dapat hidup > 5 tahun Stadium lanjut → Hidup < 3 tahun