Tiga penyebab utama permasalahan di Puskesmas Pembantu Nagari Tarok adalah: (1) kondisi geografis yang berbukit dan sulit diakses, (2) keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan kesehatan, (3) sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang lebih memilih berobat ke dukun. Solusi yang dapat diterapkan adalah meningkatkan sumber daya manusia dan sarana prasarana kesehatan serta meningkatkan ed
1. 1. Contoh Kasus Health Equity di Indonesia
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
di Puskesmas Pembantu Daerah Terpencil Nagari Padang Tarok
Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung
Permasalahan yang dialami puskesmas pembantu Padang Tarok Besar
dalam melayani kesehatan masyarakat adalah kurangnya tenaga. Hal ini akan
sangat terasa pada saat petugas harus terjun ke lapangan, namun di waktu
bersamaan harus memberikan pelayanan di puskesmas pembantu yang bersifat
darurat atau tidak bisa ditunda, misalnya ada pasien yang sudah waktunya
melahirkan. Di samping itu, kurangnya jumlah transportasi juga menjadi
permasalahan tersendiri. Peralatan yang dimiliki puskesmas pembantu sangat
minim sekali. Hal ini sangat berpengaruh pada pemberian pelayanan yang
diberikan, antara lain pemeriksaan Tuberkulose (TB) yang tidak bisa dilakukan
sampai tuntas karena pemeriksaan sputum harus ke puskesmas Aia Amo, dan
seringnya dilakukan rujukan diakibatkan puskesmas pembantu tidak memiliki
peralatan yang lengkap. Khusus untuk rujukan persalinan, biasanya pasien
dirujuk ke puskesmas aia amo atau ke klinik Asyifa yang teletak di kabupaten
sijunjung, dengan biaya 4 kali lipat dibandingkan dengan biaya persalinan di
puskesmas pembantu. Ketersediaan obat di puskesmas pembantu nagari padang
tarok juga sangat minim sekali. Permintaan obat ke Puskesmas aia amo tidak
semua bisa terpenuhi, melainkan tergantung stok yang ada. sehingga puskesmas
sering kehabisan stok obat, terutama obat jenis injeksi. Apalagi ada kebiasaan
masyarakat yang selalu minta disuntik jika berobat ke puskesmas pembantu.
Kegiatan posyandu di wilayah puskesmas pembantu nagari padang tarok masih
belum optimal. Masyarakat terdorong pergi ke posyandu karena adanya
pemberian makanan tambahan, berupa MP ASI dan susu Entrasol, namun tidak
mencukupi untuk semuanya Pustu di desa Nagari padang tarok mempunyai
sarana yang sangat terbatas. Fasilitas tidur ginekolog, lampu sorot, alat
2. penolong asphyxia tidak ada. Jenis penanganan yang paling sering dilakukan
oleh bidan desa adalah gastritis, demam dan ISPA
Selama ini pelayanan pengobatan disesuaikan dengan keadaan
masyarakat karena sebagian besar pekerjaan masyarakat adalah menoreh getah
karet. Persalinan normal biasanya ditangani oleh bidan desa. Kebiasaan
masyarakat di desa Nagari Padang Tarok, agak sulit dikumpulkan untuk
diberikan penyuluhan, karena mereka lebih memilih bekerja untuk mendapatkan
penghasilan menoreh getah yang dihitung berdasarkan perolehan getah karet.
Tradisi masyarakat nagari padang tarok dalam pengobatan biasanya pergi
ke dukun dulu, baru ke bidan, tetapi juga melihat keadaan pasiennya. Dukun
kampung lebih dominan karena biaya dan transportasi lebih terjangkau. Dukun
kampung di nagari padang tarok ada 1 yaitu untuk melayani persalinan
Kurangnya peralatan kesehatan dan sarana penunjang kesehatan
(laboratorium) di puskesmas pembantu nagari padang tarok sering
mengecewakan masyarakat yang akhirnya harus menempuh perjalanan yang
jauh dan sulit. Oleh karena itu perlu kelengkapan alat kesehatan dan bahan
habis pakai yang menunjang pelayanan kesehatan khususnya untuk kasus
penyakit yang banyak terjadi di puskesmas pembantu. Hasil observasi
menunjukkan bahwa peralatan untuk bidan di polindes tidak tercukupi
sepenuhnya, padahal bidan di desa mendapat beban kegiatan pengobatan dan
program-program yang lain selain KIA. Kekurangan peralatan ini dipenuhi
dengan dibeli sendiri oleh bidan desa menunjukkan kurangnya pemenuhan
kebutuhan peralatan kesehatan di polindes. Banyaknya kasus kegawatdaruratan
membutuhkan peralatan dan ketrampilan khusus, tetapi dalam kenyataannya
masih kurang. Mengingat puskesmas pembantu dan jaringannya (pustu,
polindes) adalah sasaran pertama untuk menangani kasus darurat maka
penyediaan peralatan gawat darurat perlu tersedia di semua jaringan puskesmas
3. pembatu dan perlu pemberian ketrampilan kepada tenaga kesehatan yang
bertanggungjawab di fasilitas kesehatan tersebut.
Epidemiologi penyakit sangat penting dalam menetapkan prioritas dan
populasi yang menjadi sasaran. Dengan mempelajari penyebaran penyakit yang
ada di wilayah puskesmas dapat dipakai untuk menentukan titik fokus
pelayanan yang terkait dengan jenis dan jumlah obat serta jenis peralatan
kesehatan (Baker TD, William A.Reinke, 1994). Keterjangkauan Pelayanan
Kesehatan Puskesmas pembantu dan Jaringannya Bila dilihat dari determinan
penyediaan, persoalan penting di daerah terpencil perbatasan khususnya di
wilayah puskesmas pembantu nagari padang tarok adalah masalah transportasi,
di samping masalah sumber daya puskesmas. Oleh karena itu pemenuhan
kebutuhan alat transportasi direncanakan dengan baik. Estimasi mengenai
kebutuhan alat transportasi tergantung kepada beberapa faktor antara lain
kondisi wilayah, jumlah dan penyebaran sasaran pelayanan serta jumlah dan
jenis kegiatan yang dilakukan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas pihak
Kemeterian Kesehatan perlu memberikan perhatian khusus kepada daerah-
daerah terpencil perbatasan seperti di desa nagari Padang Tarok di wilayah
puskesmas Aia Amo dengan memperhatikan kondisi wilayah, jumlah,
penyebaran sasaran pelayanan serta jumlah dan jenis kegiatan yang dilakukan.
Bila dilihat dari determinan permintaan yaitu dari
faktor pengguna, sulitnya pembangunan infrastruktur menjadi kendala di desa
ini. Transportasi yang sulit telah menyulitkan akses menuju tempat pelayanan
tenaga kesehatan, ditambah kurangnya ekonomi masyarakat. Akhirnya satu-
satunya jalan untuk memperoleh pelayanan pengobatan yang termudah adalah
pergi ke dukun. Diperlukan perhatian khusus dari Kementerian Kesehatan
bersama-sama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah tersebut.
Sumber:
4. ERWINDA (2014). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
KETERJANGKAUAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
PEMBANTU DAERAH TERPENCIL NAGARI PADANG TAROK
KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG. Jakarta ,
Perdesaan Sehat.
2. Penyebab Permasalahan yang terjadi di Puskesmas Pembantu Nagari
Tarok
Berdasarkan kasus yang ada, dapat diketahui beberapa penyebab yang
menghambat dan akhirnya dapat menimbulkan masalah ketidaksetaraan
dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Pembantu Nagari Tarok. Dalam
hal ini penyebabnya terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor geografis atau
lingkungan, faktor pelayanan, faktor pengguna.
2.1Faktor geografis/lingkungan :
a. Kondisi geografis yang berbukit dan merupakan daerah perbatasan.
Hal ini sangat berpengaruh pada pemberian pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat. Selain masalah sumber daya puskesmas,
transportasi juga termasuk masalah yang penting, di karenakan
minimnya jumlah transportasi itu sendiri dan akses ke puskesmas
yang cukup sulit dijangkau. Sehingga mengharuskan menempuh
perjalanan yang jauh. Kebanyakan masyarakat lebih memilih pergi
ke dukun dulu, baru ke bidan, tetapi juga melihat keadaan pasiennya.
Selain itu dukun kampung lebih dominan karena biaya dan
transportasi lebih terjangkau. Hanya saja dukun di nagari padang
tarok hanya bisa melayani persalinan.
b. Jarak desa ke puskesmas, membutuhkan waktu 1 jam menggunakan
motor.
Dengan kondisi geografis yang berbukit dan tidak mudah untuk di
akses, maka masyarakat lebih memilih ke dukun yang transpostasinya
lebih terjangkau. Selain itu minimnya kendaraan umum yang
5. mengakibatkan masyarakat cukup sulit untuk pergi ke puskesmas
terutama bagi masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi.
c. Jarak ke tempat rujukan terdekat, membutuhkan waktu 1 jam
menggunakan mobil
d. Kondisi jalan menuju pelayanan kesehatan kurang mendukung.
2.2 Faktor pelayanan
a. Kurangnya tenaga kesehatan di puskesmas
a. Kurangnya tenaga kesehatan di puskesmas. Petugas Kesehatan
yang bekerja di puskesmas pembantu tersebut sangat terbatas. Hal ini
menjadi terasa apabila petugas harus melakukan kunjungan lapangan
misalnya mengikuti kegiatan posyandu ataupun sanitasi namun disaat
yang bersamaan juga dibutuhkan petugas di dalam puskesmas.
b. Kurangnya jumlah transportasi di puskesmas untuk akses ke desa
Kurangnya jumlah transportasi di puskesmas untuk akses ke desa
Karakteristik geografis letak puskesmas yang cukup terpencil
mengakibatkan minimnya kendaraan umum yang melewati
puskesmas tersebut, sehingga akses ke puskesmas cukup sulit bagi
masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi.
c. Peralatan di pustu yang minim
Peralatan dan sarana penunjang kesehatan di puskesmas sangat
minim. Hal ini mempengaruhi proses pengobatan yang ada di
puskesmas yang pada akhirnya sering tidak tuntas dan berujung pada
rujukan. Seringkali massyarakat lebih memilih berobat atau
melakukan persalianan di dukun ketika malas untuk pergi ke
puskesmas atau rumah sakit rujukan yang lebih jauh.
d. Persediaan obat yang minim, terutama obat injeksi dikarenakan warga
lebih sering meminta disuntik
6. Persediaan obat yang minim, terutama obat injeksi dikarenakan
masyarakat lebih sering meminta disuntik.
2.3Faktor pengguna
a. Sosial ekonomi yang rendah
b. Mayoritas pekerjaan menoreh getah karet sehingga sulit untuk
dilakukan penyuluhan
c. Budaya masyarakat yang lebih memilih berobat ke dukun dahulu baru
ke bidan, terutama dalam hal persalinan
3. Solusi yang Dapat Ditawarkan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka solusi yang dapat diambil:
a) Perlu dilakukan peninjauan kembali tentang masa kerja, beban kerja
dan reward bagi tenaga kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan
kepulauan agar tenaga kesehatan di daerah terpencil lebih semangat
lagi dalam menjalankan kewajibannya dalam melayani masyarakat.
b) Perlu tambahan alat kesehatan untuk tindakan darurat serta alat
kesehatan untuk bidan desa, alat komunikasi berupa telepon atau
radio komunikasi, alat transportasi dengan mempertimbangkan
jumlah, jenis serta biaya operasional.
c) Perlu penambahan jumlah pustu untuk lebih mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat terutama untuk daerah-daerah yang
tidak memiliki poliklinik.
d) Mengingat tingkat pendidikan masyarakat umumnya masih rendah,
serta kendala terbatasnya sarana informasi, maka frekuensi promosi
kesehatan harus lebih sering dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten di bidangnya.
e) Anggaran yang diberikan kepada puskesmas di daerah terpencil
perbatasan harus mempunyai standar yang berbeda di bandingkan
dengan daerah yang lain. Dalam arti memberikan anggaran yang
lebih.