2. ii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat inayah
taufik dan hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sedeharna. Semoga makalah ini
dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca,sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
3. iii
pendahuluan
Guru merupakan seseorang yang bertugas sebagai pendidik yang
bertanggung jawab penuh didalam kelas maupun diluar kelas selama proses
pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu menjadi seorang guru tidaklah mudah,
harus benar-benar memiliki keterampilan dan profesionalitas yang tinggi agar
mampu mengemban tanggung jawab serta menjalankan amanah yang sesuai
dengan ketetapannya sehingga mampu mencapai tujuan dari proses pembelajaran
diruang lingkup lembaga pendidikan.
Namun tidak sedikit dari guru-guru yang tidak mendapatkan haknya. Tanggung
jawab yang begitu besar tidak sesuai dengan hak yang didapatkan. Banyak juga
guru-guru yang diperlakukan tidak sebagaimana mestinya. Sehingga perlu adanya
sebuah satu kesatuan dari guru-guru se Indonesia khususnya untuk membangun
sebuah organisasi yang dapat menyalurkan aspirasi para guru ataupun dapat
menyampaikan tujuan-tujuan yang sama melalui organisasi tersebut. Sehingga
diharapkan tanggung jawab dan hak yang didapatkan itu bisa sesuai. Walaupun
jasa seorang guru tidak akan pernah bisa dibayar dengan apapun. Karena guru
adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Akan tetapi guru juga hanyalah manusia biasa
yang dapat merasakan lapar lelah dan butuh kehidupan ekonomi yang lebih baik
lagi.
Sehingga organisasi profesi amat sangat diperlukan keberadaanya untuk guru-
guru karena dapat sangat membantu para guru untuk bisa menyampaikan semua
hal yang
4. iv
A. PENDIDIKAN
Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. (
Ilmu pendidikan Teoritis dan Praktis, 2011).
Pergaulan antara orang dewasa dan orang dewasa tidak di sebut pergaulan
pendidikan ( pergaulan pedagogis ) sebab dalam pergaulan itu orang dewasa
menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap pengaruh yang terdapat dalam
pergaulan itu.
Demikian pula, pergaulan antara ana-anak dan anak-anak tidak dapat pula
dinamakan pergaulan pedagogis,seorang anak yang menguasai dituruti oleh anak-
anak yang lain. Kekuasaan yang ada pada anak-anak terhadap teman-temannya
tidak bersifat kekuasaan pendidikan karena kekuasaan itu tidak tertuju pada suatu
tujuan pedagogis secara disadarinya dan tidak dapat di lakukan dengan sengaja.
Jadi pergaulan pedagogis hanya terdapat antara orang dewasa dan anak ( orang
yang belum dewasa ). Satu-satunya pengaruh yang dapat di namakan pendidikan
ialah pengaruh yang menuju kedewasaan anak: untuk menolong anak menjadi
orang yang kela dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tanggung
jawab sendiri.
pergaulan itu di sebut pergaulan pedagogis jika orang dewasa atau pendidik sadar
akan kemampuannya sendiri dalam tindakan terhadap anak yang “tidak mampu
apa-apa”itu,tetapi di samping itu,ia masih ada percaya bahwa anak memiliki
kemampuan untuk membantu dirinya sendiri. Lebih jelas lagi: dalam
pergaulannya dengan anak-anak, orang dewasa menyadari bahwa tindakannya
yang dilakukan terhadap anak-anak itu mengandung maksud,ada tujuan untuk
menolong anak yang masih perlu di tolong untuk membentuk dirinya sendiri. (
Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis,2011 ).
Mengapa Pendidik Harus Orang yang sudah Dewasa?
Mendidik itu terdapat dalam pergaulan /hubungan antara orang dewasa dan anak.
Jadi dalam hal ini ada dua ketentuan :
a. Si pendidik harus orang yang sudah dewasa sendiri:
b. Si terdidik harus orang yang belum dewasa; jadi terbatas pada anak-anak
saja. Mengapa demikian?
Dalam hal ini kita harus ingat kepada tujuan pendidikan. Dimuka telah dikatakan
bahwa mendidik ialah memimpin anak ke arah kedewasaan. Jadi yang kita tuju
dengan pendidikan kita ialah kedewasaan si anak. Tidaklah mungkin pendidik
5. v
membawa anak-anak kepada kedewasaannya jika pendidik sendiri tidak dewasa.
Membawa anak kepada kedewasaannya bukan hanya dengan nasihat-
nasihat,perintah,anjuran-anjuran,dan larangan saja,melainkan yang pertama-tama
ialah dengan gambaran kedewasaan yang senantiasa dapat di bayangkan oleh
anak dalam diri pendidinya, didalam pergaulan mereka ( antara pendidik dan anak
didik ).
Demikian pula disebabkan oleh majunya masyarakat dan kebudayaan manusia,
tidak mungkin lagi pendidikan anak-anak itu diserahkan kepada orang tua saja.
Maka dari itu, pendidikan yang sebenarnya tugas dan kewajiban orang
tua,menjadi tugas masyarakat dan negara pula;masyarakat dan negara turut
“mengambil bagian” dalam hal ini (lihat pasal 5, Bab 2 ini )
Pendidikan seumur hidup ( life long education ), maka pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga,masyarakat dan pemerintah. Hal ini di
nyatakan dalam GBHN 1983-1988 sebagai berikut “ pendidikan berlangsung
seumur hidup dan di laksanakan di dalam lingkungan rumah tangga,sekolah, dan
masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga,masyarakat,dan pemerintah”. ( Ilmu Pendidikan teoritis dan
Praktis,2011 ).
Apa yang Dimaksud dengan Kedewasaan?
Kedewasaan itu ita tinjau dari ciri-cirinya yaitu sifat tetap dan sifat teratur dan
statis jika dibandingkan dengan dinamika pada anak-anak yang selalu
menghendaki dan mengalami perubahan. Pada orang dewasa telah ada penetapan
sendiri atas tanggung jawab sendiri (Zelverantwoordelijk zelfbepaling). Jadi
kedewasaan itu mempunyai bentuk dan wujud. Oleh karena itu kita dapat berkata
bahwa seseorang itu telah dewasa atau belum dewasa.
Orang dewasa itu benar-benar mengetahui siapa dirinya dan apa yang diperbuat,
baikkah atau burukkah itu. Jadi menjadi dewasa dan kedewasaan itu mempunyai
arti kesusilaan dan segala perbuatannya. Ia secara moral telah menyesuaikan diri (
mengidentifikasi diri ) dengan norma kesusilaan. Dinamika pada orang dewasa
selalu tampak suatu garis hidup yang tetap dan tegas ada rencana dan tujuan yang
menentu. Perbandingan antara gejala-gejala kedewasaan sebagai berikut.
Anak-anak
Mencari bentuk
Tak mempunyai ketetapan
Tak ada kemerdekaan
Kelihatan mudah berubah
Lemah
6. vi
Memerlukan bantuan
Sangat mudah terpengaruh
Dewasa
Menampakkan diri sebagai bentuk
Beranggapan mempunyai ketetapan
Merdeka
Tetap,stabil
Kuat
Membantu
Tahu mengambil dan menentukan jalan
( Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis,2011 ).
Anak Harus Dididik Menjadi Manusia susila
Manusia susila ialah manusia yang hidupnya selalu menuruti dan sesuai dengan
norma-norma kesusilaan yang sedang berlaku. Sebagai pendidik harus benar-
benar kenal akan norma –norma kesusilaan yang berlaku sekarang, bahkan tidak
cukup mengenal saja, tetapi wajib pula memilikinya yang berarti ia harus hidup
sesuai dengan norma kesusilaan yang telah di tetapkan.
7. vii
Pendidik adalah orang yang selalu di pandang, dicontoh oleh anak didiknya ataupun oleh masyarakat. Kita tidak dapat mendidik anak-anak
berbuat susila jika kita sendiri tidak atau belum sanggup menjelmakan unsur-unsur kesusilaan itu” pendidik tidak dapat memberikan
sesuatu kepada anak didiknya, kecuali apa yang ada pada dirinya”. ( Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis,2011 ).
Masalah Tujuan dalam Pendidikan dan pengajaran
“Suatu pernyataan yang jelas tentang tujuan pendidikan akan merupakan dasar pokok bagi pemilihan metode dan bahan pengajaran serta
pemilihan alat-alat untuk menilai apakah pengajaran itu telah berhasil” Robert F.mager (1975) dalam kata pengantarnya buku preparing
instructional Objectivitas .
Dalam mempersiapkan pengajaran umumnya guru telah merasa cukup jika ia telah mengikuti urutan-urutan bahan pelajaran yang
tercantum dalam sebuah buku “ buku pegangan guru “ atau “ buku pegangan murid “ yang di anjurkan kurikulum yang berlaku di sekolah
yang bersangkutan.
Suatu tujuan dalam pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah
mereka mempelajari bahan pelajarn yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran itu dan bukan sekedar proses dari pengajaran itu sendiri. (
Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis,2011 ).
Apakah perbedaan antara Kewibawaan Oran Tua dan Kewibawaan guru atau pendidik-pendidik lainnya terhadap anak-anak
Didiknya
Kewibawaan oran tua ada memiliki dua sifat
1) Kewibawaan pendidikan
8. viii
Ini berarti bahwa dengan kewibawaan itu orang tua bertujuan memelihara keselamatan anak-anaknya agar mereka dapat hidup terus
dan selanjutnya berkembang jasmani dan rohaninya menjadi manusia dewasa.
2) Kewibawaan keluarga
Kewibawaan keluarga bertujuan untuk pemeliharaan dan keselamatan keluarga itu. Soal sudah dewasa atau belum, itu bukan soal
yang penting lagi.
Kewibawaan guru atau pendidik-pendidik lainnya, memiliki dua sifat
1. Kewibawaan pendidikan
Sama halnya dengan kewibawaan orang tua, sebagai pendidik telah di serahi sebagian dari tugas orang tua untuk mendidik anak-
anak. Guru atau pendidik karena jabatan menerima kewibawaannya sebagian lagi dari pemerintah yang mengangkat mereka.
2. Kewibawaan pemerintah
Telah di beri kekuasaan (gezag) oleh pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Kekuasaan tersebut meliputi pimpinan
kelas; disanalah anak-anak telah diserahkan kepadanya. Bagi kepala sekolah kewibawaan ini lebih luas meliputi pimpinan
seolahnya. ( Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis,2011 ).
Bagaimana Individu Berhubungan dengan Lingkungan?
Allport merumuskan kepribadian manusia itu sebagai berikut “kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisik dalam
individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dalam lingkungan”.
Bakat,kecakapan dan ciri-ciri kegiatannya menyatakan diri dengan khas dalam menyesuaikan dirinya dalam lingkungannya.
Menurut Woodworth
a. Individu bertentangan dengan lingkungannya,
b. Individu menggunakan lingkungannya,
9. ix
c. Individu berpartisipasi dengan lingkungannya ,dan
d. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
( Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis,2011 ).
Sikap dan Sifat-sifat Guru yang Baik
a. Adil
b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya
c. Sabar dan rela berkorban
d. Memiliki perbawa (gezag) terhadap anak-anak
e. Penggembira
f. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya
g. Bersikap baik terhadap masyrarakat
h. Benar-benar menguasai mata pelajarannya
i. Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya
j. Berpengetahuan luas
( Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis,2011 ).
Nilai –nilai dan Tujuan pendidikan
a. Mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran
b. Memberikan motivasi kepada guru dan siswa
10. x
c. Memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau
menyediakan lingkungan belajar bagi siswa
d. Memilih dan menentukan alat peraga pendidikan
e. Menentukan alat-alat teknik penilaian terhadap hasil belajar siswa
(Made pidarta,2009:80-81)
Kode Etik Guru
Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya setiap pendidik yang profesional akan melaksanakan etika
jabatannya sebagai pendidik ( Made pidarta,2003:271). Guru harus menjalankan peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi
sosial yang tidak sesuai dengan peranan itu akan mendapat kecaman dan harus dielakan. Sebaliknya prilaku akan diinternalisasikan dan
menjadi suatu aspek dan kepribadiannya.(S. Nasution,1988:116).
Atas dasar itu kode etik guru di indonesia pada garis besarnya mengatur pada hal-hal berikut ini:
Mengatur hubungan guru dengan murid
Mengatur hubungan guru dengan teman sekejarnya
Mengatur hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat
Mengatur hubungan guru dengan jabatan dan profesinya
Mengatur hubungan guru dengan pemerintah
Dan itu semua akan lahir kesenjangan hubungan sosial guru ( Dasar-dasar pendidikan,2015:152-153).
11. xi
Kebutuhan Peserta Didik
1. Kebutuhan psikologis peserta didik yang harus di penuhi
a. Kebutuhan akan rasa kasih sayang
b. Kebutuhan rasa aman
c. Kebutuhan akan penghargaan
d. Kebutuhan akan rasa bebas
e. Kebutuhan akan rasa sukses
f. Kebutuhan akan rasa ingin tahu
(Dasar-dasar pendidikan,2015:167-171)1
1 Dasar-dasar pendidikan,2015:167-171