IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
Modul prosedur pengembangan modul pembelajaran
1. Makalah Diajukan Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Media
Pembelajaran
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh
Kelompok IV
Wardana
Muslimin
Wa Ode Siti Martati
Siti Muayyana Islamiyah
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FATIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI
SULTAN QAIMUDDIN
2017
2. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, atas selesainya makalah
ini yang berjudul (Prosedur Pengembangan Modul).
Karena tanpa ridho, hidayah, inayah-Nya mustahil
penulisan makalah ini bisa terselesaikan.
Salawat seiring salam kepada Baginda Rasul Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam
kebodohan kezaman yang berilmu pengetahuan, beserta
keluarga dan para sahabat beliau yang telah
memperjuangkan islam.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Dosen yang telah membimbing dan mengajarkan kami
MediaPembelajaran ini.
Meskipun demikian kami menyadari makalah ini
jauh dari kata sempurna ,oleh karena itu kami sangat
membutuhkan saran dan kritik dari semua pihak,khususnya
teman-teman seprofesi agar menjadi harapan bagi kami
guna perbaikan selanjutnya.
Akhirnya permohonan dan harapan semoga apa
yang telah kami lakukan mendapat ridho dan kebaikan dari
Allah SWT, serta bermanfaat bagi para pembaca sebagai
jembatan ilmu pengetahuan. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Kendari, 24 Nofember 2017
Penulis : Kelompok 1
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………..ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………..1
a. Latar Belakang………………………………………...2
b. Rumusan Masalah……………………………………..2
c. Tujuan Penulisan………………………………………2
BAB II PENDAHULUAN……………………………….4
a. Pengertian modul dan kriteria/karateristik modul…….5
b. Prinsip-prinsip pembelajaran modul…………………..8
c. Kegunaan dan tujuan modul…………………………10
d. Prosedur penyusunan modul…………………………11
e. Langkah-langkah penyusunan modul………………..12
f. Masalah-masalah dalam pembelajaran modul……….14
BAB III KESIMPULAN………………………………...16
a. Kesimpulan…………………………………………..16
b. saran………………………………………………….17
c. Evaluasi………………………………………………18
Daftar Pustaka……………………………………………20
4. BAB 1
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Modul adalah bentuk pengajaran yang bersifat
individual, dan masih termaksud pada klarifikasi metode
pengajaran yang bersifat inkonvensional, dimana siswa
dapat belajar tanpa kehadiran guru atau tidak melalui tatapa
muka secara langsung.Oleh sebab itu modul dianggap
sebagai kebalikan dari pengajaran klasikal dan merupakan
reaksi dari pengajaran klasi-kal tersebut.Modul merupakan
salah satu hasil atau produk dari perkembangan teknologi
instruksional yang menggabungkan keuntungan-
keuntungan dari berbagai pengajaran individual
lainnya.Pengajaran modul telah diuji cobakan kepada
sejumlah siswa sekolah proyek perintis pembangunan
(SPPP) dan sebagian IKIP dan juga pada lembaga
pendidikan lainnya.Keefektifan pengajaran modul ini
tampak sekali hasilnya pada SD kecil, SMP terbuka dan
universitas terbuka (UT) atau pendidikan jarak jauh yang
telah diterapkan di Indonesia.
Modul dirumuskan sebagai salah satu unit yang
lengkap yang berdiri sendiri, terdiri dari rangkaian kegiatan
belajar yang disusun untuk membantu para siswa dalam
menyapai sejumlah tujuan belajar yang telah dirumuskan
secara spesifik dan operasional.
5. Pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian
atau seluruhnya didasarkan atasmodul.Kemungkinan
adanya sebagian pengajar yang mengutamakan metode
trasdisional, memanfaatkan modul dalam pengajarannya.
Demikian juga serangkaian modul yang lengkap untuk
suatu bidang studi disamping juga ada sebagian pengajaran
yang memberikan alternative atau pilihan padasejumblah
yang tersedia.Jad imodul merupakan salah satu altarnatif
jawaban yang di anggap tepat oleh para ahli dalam
menanggapi dan memecahkan masalah pendidikan dan
pengajaran yang sangat kompleks dewasa ini.
B.Rumusan Masalah
1. Apa PengertiandanKreteria/krateristikmodul ?
2. Apa saja Prinsip-prinsippembelajaran modul ?
3. Apa Kegunaandan tujuan modul bagi kegiatan
pembelajaran?
4. Bagaimana Prosedur penyusunan modul ?
5. Bagaimana Langkah-langkah penyusunan Modul ?
6. Apa saja Masalah-Masalah dalam Pembelajaran Modul ?
C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui Pengertian dan Kreteria/krateristik
modul.
2.Untuk mengetahui Prinsip-prinsip pembelajaran modul.
3.Untuk mengetahui Kegunaan dan tujuan modul bagikegiatan
pembelajaran.
4.Untuk mengetahui Prosedur penyusunan modul.
6. 5. Untuk mengetahui Langkah-langkah penyusunan Modul.
6. Untuk mengetahui Masalah-Masalah dalam Pembelajaran
Modul.
7. BAB 11
PEMBAHASAN
A. Pengertian Modul dan Karakterisitik Modul
Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu
alat ukur yang lengkap dan merupakan satu kesatuan
program yang dapat mengukur tujuan. Modul menurut
Cece Wijaya (1992:86), dapat dipandang sebagai paket
program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna
keperluan belajar. Departemen Pendidikan Nasional dalam
bukunya “Teknik Belajar dengan Modul, (2002:5),
mendefinisikan modul sebagai suatu kesatuan bahan belajar
yang disajikan dalam bentuk “self- instruction”, artinya
bahan belajar yang disusun di dalam modul dapat dipelajari
siswa secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari
guru atau orang lain.
Jadi, dari pengertian di atas dapat di simpulkan
bahwa modul merupakan bahan belajar terprogram yang di
susun sedemikian rupa dan di sajikan secara terpadu,
sistematis, serta terperinci.dengan mempelajari materi
modul, siswa diarahkan pada pencarian suatu tujuan
melalui langkah-langkah belajar tertentu, Karena modul
merupakan paket program untuk keprluan belajar. Satu
paket program modul, terdiri dari komponen-komponen
yang berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar,
alat dan sumber belajar, dan sistem evaluasi.
8. Untuk menghasilkan modul yang mampu
meningkatkan motivasi belajar pengembangan modul harus
memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai
modul.
a.self instruction
Merupakan karakteristik penting dalam modul,
dengan karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar
secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.
Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul
harus:
1. Membuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat
mengambarkan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
2. Membuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-
unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan
dipelajari secara tuntas.
3. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pemaparan materi pembelajaran
4. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memungkinkan untuk mengukur penguasaan peserta didik.
5. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan
suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan
peserta didik
6. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
7. Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
8. Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta
didik melakukan penilaian mandiri (self assessment).
9. 9. Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga
peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi
10. Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi
yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
b. self contalned
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi
pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul
tersebut.Tujuan dari konsep ini adalah memberikan
kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran
secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu
kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau
pemisahan materi dari satu standar kompetensi/kompetensi
dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan
keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
c. Berdiri sendiri (standar alone)
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan
karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan
ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan
modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk
mempelajari dan atau mengerjakan tugass pada modul
tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan
bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang
digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan
sebagai modul yang berdiri sendiri.
10. d. Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang
tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
Dikatakan adaptif jikamodul tersebut dapat menyesuaikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras
(hardware).
e.Bersahabat/akrab (User Friendly)
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user
frindly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap
instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat denagan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses
sesuai dengan keinginan.Penggunaan bahasa yang
sederhana, muda dimengerti, serta menggunakan istilah
yang umum digunakan, merupakan salah satu bebtuk user
friendly.
Walaupun ada bermacam-macam batasan modul,
namun ada kesaman pendapat bahwa modul itu merupakan
suatu paket kurikulum yang di sediakan untuk belajar
sendiri, Karenna modul adalah suatu unit yang berdiri
sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar
yang di susun untuk membawa siswa mencapai sejumlah
tujuan yang di rumuskan secara khusus dan jelas. Dengan
demikian, pengajaran modul dapat di sesuaikan dengan
perbedaan individual siswa, yakni mengenai kegiatan
belajar dan bahan pelajaran.
11. Batasan modul pada buku pedoman penyusuna
modul (Cece Wijaya 1992-96), yang di maksud modul
ialah satu unit program belajar mengajar terkecil yang
secara terinci menggariskan :
1. Tujuan-tujuan intruksional umum.
2. Tujuan-tujuan intruksional khusus
3. Topik yang akan di jadikan pangkal proses belajar mengajar.
4. Pokok-pokok materi yang akan di pelajari dan di ajarkan.
5. Kedudukan dan pungsi modul dalam kesatuan program yang
lebih luas.
6. Peranan guru dalam proses belajar mengajar.
7. Alat dan sumber yang akan din pakai.
8. Kegiatan belajar mengajar yang akan/harus di lakukan dan di
hayati murid secara berurutan.
9. Lembaran-lembaran kerja yang akan dilaksanakan selama
berjalannya proses belajar ini.Hal di atas sejalan dengan
apa yang di kemukakan oleh B. Suryosubroto (1983:17),
bahwa modu adalah sebagai sejenis satuan kegiatan belajar
yang terencana, didesain guna membantu siswa
menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu.
B. Prinsip-Prinsip PembelajaranModul
Modul mempunyai beberapa karakteristik pengajaran yang
khas dan agak jauh berbeda dengan pengajaran individual
lainnya, yakni :
12. 1. Prinsipfleksibilitas; yakni idapat disesuaikan dengan
perbedaan siswa yang menyangkut dalam kecepatan
belajarmereka, gaya belajar, dan bahan pelajaran.
2. Prinsipbalikan (feetback); yakni memberikan balikan segera
sehingga siswa dapat mengetahui kesalahan dan
memperbaiki kesalahannya dengan segera. Di samping
siswa juga dapat mengetahui dengan segera
terhadaphasilbelajarnya.
3. Prinsip penguasaan tuntas (mastery learning); yakni siswa
belajar secara tuntas dan mendapat kesempatan
memperoleh nilai setinggi-tingginya tanpa
membandingankan dengan prestasi siswa lainya, dengan
pengertian pengajaran modul tidak menggunakan kurva
normal dalam penilaianya.
4. Prinsip remedial; artinya siswa diberikan kesempatan untuk
segera memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ditemukan
mereka itu sendiri berdasarkan evaluasi secara kontinu.
Siswa tidak perlu mengulangi seluruh bahan pelajaran
tetapi hanya bagian-bagian yang dianggap/berkenaan
dengan kesalahan saja.
5. Prinsip motivasi dan kerjasama; yakni pengajaran modul
dapat membimbing siswa secara teratur dengan langkah-
langkah tertentu dapat pula menimbulkan motivasi yang
kuat untuk belajar dengan giat. Di samping itu pengajaran
modul dapat mengurangi persaingan antara sesame siswa
sebab dalam pengajaran modul tidak menggunakan kurva
normal, dimanaantarasiswa yang satu dengan lainnya tidak
dibandingkan, akantetapi siswa dapat memperoleh nilai
setinggi-tingginya.
13. 6.Prinsippengayaan; yakni siswa dapat menyelesaikan dengan
cepat belajarnya akan mendapat kesempatan untuk
mendengarkan ceramah dari guru atau pelajaran tambahan
sebagai pengayaan. Disamping itu, guru dapat member
bantuan individual bagi siswa yang membutuhkannya.
C. Kegunaan dan tujuan modul bagi kegiatan
pembelajaran
Menurut prastowo kegunaan modul dalam proses
pembelajaran antara lain: sebagai penyedia informasi dasar
karena dalam modul disajikan berbagai materi pokok yang
bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai petunjuk bagi
peserta didik. Dismping itu kegunaan lainnya adalah
menjadi petunjuk pengajar yang efektif bagi pendidik serta
menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam
melakukan penilaian sendiri.
Tujuan digunakannya modul di dalam proses belajar
mengajar menurut B. Suryosubroto (1983:18), ialah agar:
a. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
b. Murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan
kecepatan dan kemampuannya sendiri.
c. Murid dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan
kegiatan belajar sendiri, baik di bawah bimbingan atau
tanpa bimbingan guru.
d. Murid benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar
mengajar.
14. e. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih
tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul
berakhir.
f. Modul disusun dengan berdasar kepada konsep “Mastery
Learning” suatu konsep yang menekankan bawa murid
harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang
disajikan dalam modul itu. Prinsip ini, mengandung
konsekwensi bahwa seorang murid tidak diperbolehkan
mengikuti program berikutnya sebelum ia menguasai
paling sedikit 75% dari bahan tersebut.
D.Prosedur Penyusunan Modul
Modul pembelajaran disusun berdasarkan prinsip-
prinsip pengembangan suatu modul, meliputi analisis
kebutuhan, pengembangan desain modul,
implementasi,penilaian, evaluasi, dan validasi, serta
jaminan kualitas. Pengembangan suatu desain modul
dilakukan dengan tahapan yaitu menetapkan strstegi
pembelajaran dan media, memproduksi modul dan
mengembangkan perangkat penilaian.
Dengan demikian, modul disusun berdasarkan
desain yang telah ditetapkan.Dalam konteks ini, desain
modul ditetapkan berdasarkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru.Adapun
kerangka modul pada pedoman ini telah ditetapkan
sehingga sekolah dimungkinkan untuk langsung
menetapkan atau dapat memodifikasi sesuai dengan
15. kebutuhan tanpa harus mengurangi ketentuan-ketentuan
minimal yang harus ada dalam suatu modul.
Materi atau isi modul yang ditulis harus sesuai
dengan RPP yang disusun.Isi modul mencakup subtansi
yang dibutuhkan untuk menguasai suatu kompetensi sangat
diharuskan agar satu kompetensi dapat dikembangkan
menjadi satu modul. Tapi dengan pengembangan
karakteristik khusus, keluasan dan kompleksitas
kompetensi , dimungkinkan satu kompetensi dikembangkan
menjadi lebih dari satu modul. Selanjutnya, satu modul
disarankan terdiri dari 2-4 kegiatan pembelajaran .apabila
pada standar kompetensi yang ada pada
kKTSP/silabus/RPP ternyata memiliki lebih dari 4
kompetensi dasar, maka sebaiknya dilakukan reorganisasi
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
terlebih dahulu.
E. Langkah-langkah penyusunan Modul
Suatu modul yang digunakan di sekolah, disusun
atau ditulis dengan melalui langkah-langkah seperti berikut:
1. Menyusun kerangka modul
a. Menetapkan (menggariskan) tujuan intruksional umum
(TIU) yang akan dicapai dengan mempelajari modul
tersebut.
b. Merumuskan tujuan intruksional khusus (TIK) yang
merupakan perincian atau pengkhususan dari tujuan
intruksional umum tadi.
16. c. Menyusun soal-soal penilaian untuk mengukur sejauh mana
tujuan intruksional khusus bisa dicapai.
d. Identifikasi pokok materi pelajaran yang sesuai dengan
setiap tujuan intruksional khusus.
e. Mengatur/menyusun pokok-pokok materi tersebut di dalam
urutan yang logis dan fungsional.
f. Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar murid
2. Menyusun (menulis) program secara terperinci meliputi
pembuatan semua unsur modul, yakni petunjuk guru,
lembar kegiatan murid, lembar kerja murid, lembar
jawaban, lembar penilaian (tes), dan lembar jawaban tes.
Secara garis besarnya, penyusunan modul atau
pengembangan modul menurut S. Nasution (1987:217-218)
dapat mengikuti langkah- langkah berikut:
a. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam
bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.
b. Urutan tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang
diikuti dalam modul itu.
c. Tes diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa,
pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimilikinya
sebagai pra-syarat untuk menempuh modul itu (Entry
Behaviour atau Entering Behaviour).
d. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi
siswa. Ia harus tahu apa gunanya ia mempelajari modul ini,
siswa harus yakin akan manfaat modul itu agar ia bersedia
mempelajarinya dengan sepenuh tenaga.
e. Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu
dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi-
17. kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan. Kegiatan itu
dapat berupa mendengarkan rekaman, melihat film,
mengadakan percobaan dalam laboratorium, mengadakan
bacaan membuat soal, dan sebagainya. Perlu disediakan
beberapa alternatif, beberapa cara yang dijalani oleh siswa
sesuai dengan pribadinya. Bagian inilah yang merupakan
inti modul, aspek yang paling penting dalam modul itu,
karena menyangkut proses belajar itu sendiri.
f. Menyusun post-tes untuk mengukur hasil belajar murid,
hingga manakah ia menguasai tujuan-tujuan modul. Dapat
pula disusun beberapa bentuk tes yang pararel.Butir-butir
tes harus bertalian erat dengan tujuan-tujuan modul.
g. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang
terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukannya.
F. Masalah-Masalah dalam Pembelajaran Modul
Sebagaimana telah diuraikan terdahulu bahwa
modul mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu
dibanding pengajaran biasa, namun dalam pengajaran
modulpun terdapat masalah-masalah yang dapat menjadi
penghambat bagi siswa, pengajar, dan administrator.
a. Kesulitan bagi siswa
1. Belajar sendiri melalui modul memerlukan disiplin yang
tinggi (self dicipline). Siswa harus sanggup mengatur
waktu, memaksa diri untuk belajar, dan kuat terhadap
gangguan-gangguan lingkungan dan teman-teman bermain.
18. 2. Kebiasaan siswa belajar secara tatap muka dikelas melalui
guru yang cenderung membuat mereka menjadi pasif, akan
tetapi mengalami kesulitan-kesulitan untuk beralihkepada
situasi baru yang sangat berbeda dengan pengajaran dikelas
yang menuntut siswa banyak belajar secara aktif dan
mandiri.
b. Kesulitan bagi guru
1. Guru mendapat kesulitan dalam menyiapkan modul, sebab
tidak semua guru dapat membuat modul yang memenuhi
persyaratan. Modul yang baik memerlukan keahlian dan
keterampilan yang profesional, disamping penyusunannya
memerlukan waktu yang cukup lama.
2. Guru akan dihadapkan pada hal-hal biasa yang terjadi
dalam pengajaran konvesional, sehingga menjadi
pertanyaan bagi siswa-siswa, terutama menyangkut fase
keseluruhan materi yang akan disampaikan.
3. Guru sulit mengontrol aktifitas siswa dengan seketika dan
tidak dapat mengendalikannya sebagaimana dalam sistem
klasikal, karena modul menekankan proses belajarnya yang
didasarkan pada kecepatan dan lamanya waktu yang
digunakan oleh masing-masing siswa.
c. Kesulitan bagi administrator
1. Pengajaran modul terlalu banyak memerlukan fasilitas dan
besarnya pembiayaan untuk menggandakan modul tersebut.
2. Diperlukan tenaga-tenaga untuk menyiapkan hal-hal yang
berkenaan dengan uji coba modul.
3. Sulit bagi personalia untuk menyusun jadwal pengajaran
yang fleksibel.
19. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modul merupakan bahan belajar terprogram yang di
susun sedemikian rupa dan di sajikan secara terpadu,
sistematis, serta terperinci.dengan mempelajari materi
modul, siswa diarahkan pada pencarian suatu tujuan
melalui langkah-langkah belajar tertentu, Karena modul
merupakan paket program untuk keprluan belajar. Satu
paket program modul, terdiri dari komponen-komponen
yang berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar,
alat dan sumber belajar, dan sistem evaluasi.
Kegunaan modul dalam proses pembelajaran antara
lain: sebagai penyedia informasi dasar karena dalam modul
disajikan berbagai materi pokok yang bisa dikembangkan
lebih lanjut sebagai petunjuk bagi peserta didik. Dismping
itu kegunaan lainnya adalah menjadi petunjuk pengajar
yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk
berlatih bagi peserta didik dalam melakukan penilaian
sendiri.
Modul pembelajaran disusun berdasarkan prinsip-
prinsip pengembangan suatu modul, meliputi analisis
kebutuhan, pengembangan desain modul,
implementasi,penilaian, evaluasi, dan validasi, serta
20. jaminan kualitas. Pengembangan suatu desain modul
dilakukan dengan tahapan yaitu menetapkan strstegi
pembelajaran dan media, memproduksi modul dan
mengembangkan perangkat penilaian.
C. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami tulis. Kami sadar
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
dari pembaca yang budiman, demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini berguna dan memberikan manfaat
bagi pembaca dan pembuatnya. Pada akhirnya selamat
membaca, memahami dan mampu mengamalkannya.
EVALUASI
1. Apakah ada cara untuk mengatasi atau menanggulangi
pembelajaran modul ?jelaskan!
2. Seperti apa itu modul dan bagaimana isinya?
21. 3. Masalah-masalah atau kesulitan – kesulitan apa sajakah
yang menjadi penghambat siswa dan guru dalam modul
pembelajaran?
4. Apa pengertian modul?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dalam modul pembelajaran?
22. sDAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 1998, Adiministrasi Pendidikan,Jakarta : Rineka
Cipta, 1998
Gaffar, Perencanaanpendidikan Teori dan Metodologi, Jakarta
: P2LPTK 1989
Modul Penulis : Purwanto, Rahadi Aristo, Lasmono Suharto,
Seri Teknologi Pembelajaran Pengembangan,
Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi
Informasi dan Komunikasi Pendidikan Jakarta,
2007
Usman, Basyiruddin, metodologi pembelajaran Agama
Islam,jakarta: ciputat press, 2005.