Potret pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sini dapat diartikan bahwa suatu gambaran bagaimana pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang ada di jenjang sekolah dasar yang ada di Indonesia. Dalam UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran No. 12 Tahun 1954 BAB VI Pasal 9 menyatakan bahwa Pendidikan jasmani menuju keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan disegala jenis sekolah. Sedangkan menurut mu’arifin (2009:29) olahraga bertujuan menampilkan perilaku gerak setinggi-tingginya untuk memenangkan suatu pertandingan. Namun pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah dasar masih mengarah pada pelaksanaan pendidikan olahraga sehingga lebih menekankan pada penguasaan teknik dasar padahal yang sebenarnya adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan lebih menekankan pada pemberian pengalaman gerak pada peserta didik. Jadi pendidik harus memahami hakikat pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan itu seperti apa.
1. POTRET PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
DI SEKOLAH DASAR
ARTIKEL
UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATAKULIAH
Dasar-dasar Pendidikan Olahraga
yang dibina oleh Dr. Imam Hariadi, M.Kes
Oleh
Chrysmada Dewa Kusuma
160614801100 / MPOR 104025
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
MEI 2017
2. POTRET PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN
DI SEKOLAH DASAR
Chrysmada Dewa Kusuma
Program Studi Pendidikan Olahraga
Fakultas Pascasarjana
Universitas Negeri Malang
Email: chyzmad@yahoo.co.id
Abstrak: Potret pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sini dapat
diartikan bahwa suatu gambaran bagaimana pelaksanaan pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan yang ada di jenjang sekolah dasar yang ada di
Indonesia. Dalam UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran No. 12 Tahun 1954
BAB VI Pasal 9 menyatakan bahwa Pendidikan jasmani menuju keselarasan
antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha
untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir
batin, diberikan disegala jenis sekolah. Sedangkan menurut mu’arifin
(2009:29) olahraga bertujuan menampilkan perilaku gerak setinggi-tingginya
untuk memenangkan suatu pertandingan. Namun pelaksanaan pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah dasar masih mengarah pada
pelaksanaan pendidikan olahraga sehingga lebih menekankan pada
penguasaan teknik dasar padahal yang sebenarnya adalah pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan lebih menekankan pada pemberian
pengalaman gerak pada peserta didik. Jadi pendidik harus memahami hakikat
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan itu seperti apa.
Kata Kunci: Potret, Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
Latar Belakang
Dilihat dari sejarah
Indonesia, memang pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan di
sekolah dipercayakan untuk mencari
dan menemukan bibit-bibit atlit yang
diproyeksikan untuk berpartisipasi
membela negara Indonesia di ajang
keolahragaan atau event-event
Internasional.
Menyadari tentang
keberadaan manusia seutuhnya dan
ketergantungan terhadap lingkungan,
maka sudah sewajarnya apabila
pendidikan jasmani dipandang
sebagai pendidikan melalui jasmani,
dan oleh karena itu pendidikan
jasmani tidak hanya mempelajari
teknik pelatihan jasmani, tetapi juga
berkaitan dan sering dengan
pembelajaran yang menumbuh
kembangkan pribadi manusia
seutuhnya. Sehingga akan tampak
janggal apabila kita membatasi
3. tujuan dan manfaat pendidikan
jasmani hanya pada hasil
pembelajaran yang bersifat
jasmaniah, karena tujuan yang lain
akan selalu muncul.
Pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan tak dapat dipisahkan.
Meskipun berbeda istilah dan arti,
tetapi ada beberapa aspeknya yang
saling berhubungan, dan saling
tumpang tindih. Hal itu dapat kita
simak pada butir-butir yang
terkandung dalam UU RI No. 3
Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional yang
menyebutkan, olahraga pendidikan
adalah pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan yang dilaksanakan
sebagai bagian proses pendidikan
yang teratur dan berkelanjutan untuk
memperoleh pengetahuan,
kepribadian, keterampilan,
kesehatan, dan kebugaran jasmani.
Pembinaan dan
pengembangan olahraga merupakan
bagian dari upaya meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yang
ditunjukkan pada peningkatan
jasmani dan rohani, pemupukan
watak, disiplin, dan sportivitas, serta
pengembangan prestasi olahraga
yang dapat membangkitkan rasa
kebangsaan nasional. Untuk itu perlu
ditingkatkan pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan di
lingkungan sekolah, pengembangan
olahragakan masyarakat, upaya lebih
mendorong partisipasi masyarakat
dalam membina dan
mengembangkan olahraga,
pembibitan olahraga, pembinaan
pelatih, penyediaan prasarana dan
sarana, pengembangan sistem
pembinaan olahraga, pemberian
penghargaan bagi pada olahragawan
yang berpartisipasi, serta
pengembangan organisasi
keolahragaan.
Hingga saat ini, masih
banyak hambatan dalam
pembelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan, terutama di
Sekolah Dasar (SD). Salah satu
penyebabnya adalah bahwa mata
pelajaran ini masih dipandang
sebelah mata oleh guru lain (guru
kelas) karena mata pelajaran ini
dianggap hanya sebagai mata
pelajaran pelengkap saja agar siswa
tidak jenuh menerima pelajaran di
kelas. Selain itu masih banyak juga
guru pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan kurang dapat
mengartikan definisi dari pendidikan
4. jasmani, olahraga dan kesehatan ini
sendiri. Jadi disini guru
berpandangan bahwa pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan
dalam praktiknya tidak banyak
melibatkan otak, sehingga hanya
dengan berbekal kekuatan otot saja.
Dalam Permendiknas RI
Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk
satuan pendidikan dasar dan
menengah dijelaskan: (1) Menjaga
kesehatan, ketahanan, dan kebugaran
jasmani; (2) Membangun dan
menerapkan informasi dan
pengetahuan potensi lokal untuk
menunjang kesehatan, ketahanan,
dan kebugaran jasmani; dan (3)
Menunjukkan sikap kompetitif dan
sportif untuk mendapatkan hasil
yang terbaik dalam bidang
pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan. Menurut pernyataan
tersebut sudah dijelaskan bahwa
untuk mencapai kelulusan dalam
pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan anak didik tidak dituntut
untuk menguasai teknik dasar secara
sempurna seperti halnya yang
dilakukan oleh seorang pelatih
kepada atlitnya.
Program pendidikan jasmani
yang diselenggarakan di Sekolah
Dasar hendaknya mampu
memberikan banyak pengalaman
gerak bagi anak. Keberhasilan proses
pendidikan jasmani tidak lepas dari
peran serta semua unsur pendidikan
baik dari kebijakan sekolah,
perangkat sekolah, pendidik di
sekolah, sarana-prasarana di sekolah
dan orang tua siswa. Melalui
berbagai bentuk gerakan dalam
pendidikan jasmani, dapat
memberikan sumbangan yang sangat
besar dan bermakna bagi anak-anak
SD terhadap pengembangan
kemampuan pengetahuan, nilai dan
sikapnya. Dengan demikian tidaklah
berlebihan bila dikatakan bahwa
program pendidikan pendidikan
jasmani merupakan bagian integral
dari pendidikan, artinya pendidikan
jasmani merupakan salah satu alat
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut peneletian saat ini
masih banyak guru yang masih
menggunakan metode kepelatihan ke
sekolah formal. Padahal olahraga
sendiri diharapkan menjadi
matapelajaran yang menyenangkan
malah menjadikan siswa bosan
karena metode mengajarnya kurang
5. menarik dan bahkan sampai
mumbuat siswa stress. Dan itu semua
akan berdampak pada tingkat
kebugaran siswa yang semakin
menurun dan akan mengganggu ke
matapelajaran yang lain.
Oleh karena itu, guru
pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan harus memodifikasi ke
dalam permainan agar siswa tidak
bosan dan menarik siswa untuk
membudayakan aktfitas gerak seperti
yang dicita-citakan dari pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan itu
sendiri.
Pembahasan
Standar Kompetensi Guru
Peraturan Mendiknas RI No
16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Kualifikasi
akademik guru harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat atau
sarjana program studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang
diajarkan dan diperoleh dari program
studi yang terakreditasi. Ada empat
kompetensi utama guru, yaitu:
kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kopentensi sosial, dan
kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik,
kompetensi inti guru: (1) Menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, motorik, spiritual, social,
kultural, emosional, dan intelektual;
(2) Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik; (3)Mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran yang diampu; (4)
Menyelenggarakan pembelajaran
yang mendidik; (5) Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran; (6)
Memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki; (7) Berkomunikasi
secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik; (8)
Menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar; (9)
Memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran; dan (10) Melakukan
tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
Komptensi kepribadian,
kompetensi inti guru: (1) Bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum,
6. sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia; (2) Menampilkan diri
sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik
dan masyarakat; (3) Menampilkan
diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa;
(4) Menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri; dan (5) Menjunjung
tinggi kode etik profesi guru.
Kompetensi Sosial,
kompetensi inti guru: (1) Bersikap
inklusif, bertindak objektif, serta
tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama,
ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi;
(2) Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua, dan masyarakat; (3) Beradaptasi
di tempat bertugas di seluruh wilayah
RI yang memiliki keragaman sosial
budaya; dan (4) Berkomunikasi
dengan komunitas profesi sendiri dan
profesi lain secara lisan dan tulisan
atau bentuk lain.
Kompetensi Profesional,
kompetensi inti guru: (1) Menguasai
materi, struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu; (2)
Menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran
yang diampu; (3) Mengembangkan
materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif; (4) Mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif;
dan (5) Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Karakteristik Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan.
Keberadaan Pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan
telah diakui oleh pemerintah melalui
Undang-Undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwasannya mata
pelajaran Pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan wajib
diberikan mulai tingkat Sekolah
Dasar (SD) hingga Sekolah
Menengah Atas/Kejuruan
(SMA/SMK).
Hakikat Pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan
sebenarnya tercipta dari sebuah
7. rancangan pembelajaran yang
berorientasi pada gerak, permainan,
dan olahraga. Nixon dan Jewet
(1990) berpendapat bahwa
pendidikan jasmani adalah satu fase
dari proses pendidikan keseluruhan
yang menggunakan kemampuan
gerak individu secara sukarela, tetapi
bermakna langsung terhadap
perkembangan mental, emosional,
dan sosial. Urutan pembelajaran
Pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan dirancang dengan hati-hati
untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan, perkembangan, dan
perilaku setiap peserta didik.
Pembelajaran yang dirancang dalam
aktivitas Pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan berorientasi
pada tahap perkembangan usia
kronologis dan karakteristik
keterampilan untuk membentuk
perkembangan kemampuan-
kemampuan yang mengarah pada
kecerdasan.
Pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan merupakan
pendidikan melalui medium aktivitas
fisik yang memfokus pada
pencapaian seluruh ranah tujuan
belajar yang terdiri dari ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor,
secara simultan dikembangkan dalam
sebuah rancangan belajar yang
standar (Frost, 1995). Pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan juga
merupakan proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas jasmani
yang direncanakan secara sistematik
bertujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan individu secara
organik, neuromuskuller, perseptual,
kognitif, dan emosional, dalam
kerangka sistem pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan juga merupakan suatu
proses pembelajaran melalui
aktivitas jasmani yang didesain
untuk meningkatkan kebugaran
jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan,
dan perilaku hidup sehat dan aktif,
sikap sportif, dan kecerdasan emosi.
Lingkungan belajar diatur secara
seksama untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan
seluruh ranah, jasmani, psikomotor,
kognitif, dan afektif setiap peseta
didik. Menurut Sarma (2017), secara
fisik program pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan akan dapat
meningkatkan aktifitas fisik,
pengetahuan, keterampilan dan rasa
aman Serta memuaskan aktifitas fisik
8. dalam kehidupan peserta didik. Di
sisi lain, pembelajaran Pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan juga
berpengaruh terhadap kondisi
fisiologis tubuh. Ganie (2017)
menyatakan bahwa program
pendidikan jasmani dapat
berpengaruh secara signifikan
terhadap sistem pernafasan dan
denyut nadi peserta didik.
Pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan bertujuan
untuk; a) meletakkan landasan
karakter yang kuat melalui
internalisasi nilai dalam pendidikan
jasmani, b) membangun landasan
kepribadan kuat, sikap cinta damai,
sikap sosial dan toleransi dalam
konteks kemajemukan budaya, etnis
dan agama, c) menumbuhkan
kemampuan berfikir kritis melalui
tugas-tugas pembelajaran Pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan, d)
mengembangkan sikap sportif, jujur,
disiplin, bertanggungjawab,
kerjasama, percaya diri, dan
demokratis melalui aktivitas jasmani,
e) mengembangkan keterampilan
gerak dan keterampilan teknik serta
strategi berbagai permainan dan
olahraga, aktivitas pengembangan,
senam, aktivitas ritmik, akuatik
(aktivitas air) dan pendidikan luar
kelas (outdoor education), f)
mengembangkan keterampilan
pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan
kebugaran jasmani serta pola hidup
sehat melalui berbagai aktivitas
jasmani, g) mengembangkan
keterampilan untuk menjaga
keselamatan diri sendiri dan orang
lain, h) mengetahui dan memahami
konsep aktivitas jasmani sebagai
informasi untuk mencapai kesehatan,
kebugaran dan pola hidup sehat, dan
i) mampu mengisi waktu luang
dengan aktivitas jasmani yang
bersifat rekreatif. (Kanca, 2017)
Kompleksitas pembelajaran
yang tertera di atas melalui
karakteristik pembelajarannya
menuntut guru pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan untuk selalu
mempersiapkan diri dengan
meningkatkan kemampuan teoritis
maupun praktis, sehingga guru
pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan dapat melaksanakan apa
yang seharusnya dilaksanakan.
Persamaan Pendidikan Jasmani
dan Olahraga
9. Dalam penelitian Caspersen,
dkk (1985) menyatakan physical
activity is defined as any bodily
movement produced by skeletal
muscles that results in energy
expenditure. The energy expenditure
can be measured in kilocalories.
Physical activity in daily life can be
categorized into occupational,
sports, conditioning, household, or
other activities. Exercise is a subset
ofphysical activity that is planned,
structured, and repetitive and has as
a final or an intermediate objective
the improvement or maintenance
ofphysicalfitness. Physicalfitness is a
set of attributes that are either
health- or skill-related. The degree
to which people have these attributes
can be measured with specific tests.
Dalam bahasa Indonesia yang berarti
aktivitas fisik didefinisikan sebagai
gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot skelet yang menghasilkan
pengeluaran energi. Pengeluaran
energi bisa diukur dalam kilokalori.
Aktivitas fisik dalam kehidupan
sehari-hari dapat dikategorikan ke
dalam pekerjaan, olahraga,
pengkondisian, rumah tangga, atau
kegiatan lainnya. Latihan adalah
subset aktivitas fisik yang
direncanakan, terstruktur, dan
berulang-ulang dan memiliki tujuan
akhir atau menengah untuk
memperbaiki atau merawat saksi
fisik. Saksi fisik adalah seperangkat
atribut yang terkait dengan kesehatan
atau keterampilan. Tingkat di mana
orang memiliki atribut ini dapat
diukur dengan tes spesifik
Pendidikan jasmani dan
olahraga memiliki kesamaan yaitu
keduanya berupa aktivitas fisik dan
permainan. Namun demikian
tujuannya tidak sama, sekalipun
menunjukkan kaitan satu sama lain.
Pendidikan jasmani menanamkan
kegemaran berolahraga dan
memberikan keterampilan dasar yang
dapat dikembangkan untuk olahraga.
Olahraga menarik manfaat dari
pendidikan jasmani dan sebaliknya
pendidikan jasmani dari olahraga,
umpamanya dalam memotivasi
peserta didik dengan bintang
lapangan atau memenangkan
pertandingan olahraga antar
kelas/sekolah.
Kesamaan Pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan
dapat dilihat pada table berikut:
10. Kesamaan
tujuan
Pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan
ikut membantu
meningkatkan kualitas
manusia Indonesia
seutuhnya.
Penekanan
tujuan
Pendidikan jasmani
cenderung menekankan
pada pembinaan perilaku
hidup sehat, dengan
menganut prinsip
“pendidikan melalui
jasmani”. Olahraga
cenderung menekankan
pada peningkatkan prestasi
olahraga, dengan catatan
tidak terperangkap ke
dalam prinsip “pendidikan
untuk jasmani”.
Kesamaan
medium yang
digunakan
Pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan
menggunakan medium
jasmani atau psikomotor.
Lain dari pada itu, hubungan
pandidikan jasmani dan olahraga
tidak hanya dikarenakan adanya
kesamaan tujuan dan kesamaan cara
pandang saja, tetapi juga terungkap
adanya hubungan tumpang tindih
dan hubungan yang berkelanjutan
dalam pelaksanaan di lapangan,
misalnya: sambil mengikuti program
pendidikan jasmani, peserta didik
mengikuti kegiatan olahraga dalam
program ekstrakurikuler dan atau
mengikuti kegiatan olahraga di
masyarakat sebagai anggota klub
bola voli, sepakbola, bulu tangkis,
dll. Bahkan, mungkin sekali mereka
masih terus berpartisipasi dalam
kegiatan olahraga di masyarakat baik
sebagai atlet maupun sebagai
organisator pada satu cabang
olahraga setelah mereka menamatkan
sekolah.
Perbedaan Pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan
Selain kesamaannya, diantara
pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan juga terdapat perbedaan.
Karena pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan ini merupakan
kontinum, tentunya sulit dipilah
secara tegas. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam gambar berikut:
Pendidikan
Jasmani
Olahraga
Diselenggarakan
terutama di
lingkungan
sekolah
Diselenggarakan
terutama di lingkungan
luar sekolah atau
masyarakat
Berorientasi pada
pendidikan yang
cenderung
mangacu
kepembinaan
perilaku hidup
sehat
Berorientasi pada pelatih
yang cenderung
mengacu kepembinaan
dan peningkatan prestasi
olahraga
Sebagai mata ajar
wajib dilakukan
sekolah
Sebagai kegiatan
sukarela di lingkungan
masyarakat
Materi pelajaran
berpusat pada
anak sesuai
perkembangan
psikofisik
Materi berpusat pada
jenis olahraga yang
harus dikuasai
sepenuhnya
Dikelola di bawah
wewenang
Mendiknas
Dikelola di bawah
wewenang Menpora
bersama organisasi
olahraga di masyarakat
11. Beberapa perbandingan yang
lainnya, umpamanya adalah sebagai
berikut:
Tanpa mengurangi perhatian
yang lain, anak yang
ketinggalan harus mendapatkan
perhatian ekstra dari guru
pendidikan jasmani, sedangkan
atlet yang tidak berbakat
terpaksa harus ditinggalkan
oleh pelatihnya.
Pemandu bakat dalam
menyusun program. Dalam
olahraga, pemandu bakat
bertujuan memiliki atlet
berbakat.
Ada pembakuan peraturan
dalam olahraga yang tidak
dapat diubah setiap waktu,
sedangkan pendidikan jasmani
tidak mengenal pembakuan.
Dengan adanya pembakuan
peraturan, maka terdapat pula
pembatasan bentuk gerak yakni
bentuk-bentuk gerak fungsional
cabang olahraga yang
bersangkutan. Dalam
pendidikan jasmani seluas
bentuk gerak kehidupan sehari-
hari.
Olahraga selalu berbentuk
pertandingan dan latihan-
latihan yang dilakukan adalah
berupa persiapan untuk
pertandingan yang harus
dimenangkan. Pendidikan
jasmani tidak selalu berbentuk
pertandingan meskipun motif
bertanding ada kalanya dapat
dimanfaatkan.
Konsep Pendidikan Jasmani,
Olahraga Dan Kesehatan Yang
Dahulu/Lama
Merupakan konsep yang
bersifat otoriter, guru merupakan
sumber dari segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengajaran baik
dari pembuatan RPP dan silabus
serta dalam proses pembelajaran
yang cenderung memaksa siswa
secara terus menerus yang dapat
mengakibatkan siswa kurang aktif,
kurang kreatif dan manjadi lebih
manja sehingga siswa tidak mandiri
pada saat berada di tingkat yang
lebih tinggi. Hal ini juga dipengaruhi
oleh sejarah pengembangan
pendidikan jasmani di masa lampau.
Jika kita melihat pada
perspektif sejarah, maka dapat
dimaklumi bahwa kualitas
pendidikan jasmani di Indonesia
dalam bentuknya yang sekarang.
12. Melihat konteks sejarah
perkembangan pendidikan jasmani
nasional kita, dapat diduga bahwa
telah terjadi perubahan anggapan
pendidikan jasmani di masa lalu,
yang terjadi pada tahun 60-an. Kala
itu, para pendahulu bangsa kita
mencoba memanfaatkan olahraga
sebagai alat strategis dan sekaligus
politis untuk keluar dari rasa rendah
diri sebagai bangsa yang baru
merdeka setelah sekian abad terjajah.
Keyakinan yang berkembang adalah
bahwa olahraga dapat menjadi bukti
bahwa bangsa kita memiliki potensi
dan kemampuan yang sama dengan
bangsa lain, yang ditunjukkan
melalui bisa berkiprahnya bangsa
Indonesia dalam berbagai event
olahraga regional dan internasional.
Anggapan tersebut pada akhirnya
mempengaruhi keyakinan dalam
pelaksanaan Pendidikan Jasmani di
sekolah.
Dengan kepercayaan tersebut,
penjas di sekolah-sekolah bukan lagi
sebagai alat pendidikan, melainkan
menjadi alat untuk membantu
gerakan olahraga sebagai penegak
bangsa, agar lebih banyak lagi bibit-
bibit atlet yang bisa dipersiapkan.
Akibatnya, seperti yang dapat kita
saksikan sekarang, pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan kita
lebih bernuansa pelatihan olahraga
daripada sebagai proses sosialisasi
dan mendidik anak melalui olahraga.
Konsep Pendidikan Jasmani,
Olahraga Dan Kesehatan Yang
Sekarang/Baru
Selama ini masih banyak para
guru pendidikan jasmani yang
menggunakan metode pembelajaran
pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan dengan menggunakan
metode pelatihan olahraga dalam
kegiatan pembelajaran. Dalam
metode pelatihan olahraga lebih
menekankan pada keterampilan
gerak yang bertujuan untuk meguasai
gerak sebaik mungkin untuk
menghasilkan prestasi yang tinggi.
Dalam metode ini tujuan pendidikan
jasmani secara keseluruhan tidak
akan tercapai dengan baik. Karena
banyak aspek dari tujuan pendidikan
jasmani yang terabaikan dan tidak
dikuasai oleh anak didik.
Pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan ada karena dalam
pendidikan di sekolah, anak perlu
aktivitas-aktivitas yang berdampak
pada kebugaran jasmani yang
13. dimana tidak didapatkan pada mata
pelajaran lain. Anak perlu aktivitas
fisik yang sehat dan teratur yang
didapat baik di sekolah maupun di
rumah dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan jasmani membekali anak
didik untuk dapat melakukan
kegiatan tersebut di masyarakat serta
mengetahui pentingnya aktivitas fisik
bagi kesehatan.
Pendidikan jasmani juga
mengembangkan keterampilan gerak
anak. Selain itu peningkatan
kecakapan gerak yang benar, efektif,
dan otomatis dapat menunjang
kelancaran anak dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui standar
kompetensi yang terdapat pada
pendidikan jasmani diharapakan
anak didik memiliki tingkat
kebugaran jasmani yang tinggi.
Materi-materi yang disajikan dalam
pendidikan jasmani juga diharapkan
dapat meningkatkan kedisiplinan,
penetapan tujuan yang realistis,
kerjasama tinggi, jiwa
kepemimpinan, melakukan tindakan
yang berguna, mengurangi stress,
dan memperkuat hubungan antar
teman pada peserta didik. Aktivitas
fisik yang dilakukan dalam
pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan juga betujuan untuk selalu
menghindari sikap atau tindakan
yang ekstrim (moderat) pada anak
didik.
Melalui aktivitas fisik yang
dilaksanakan di sekolah diharapkan
dilaksanakan juga oleh anak didik
dimasyarakat. Karena melalui
aktivitas fisik yang dilakukan,
diharapkan dapat mengurangi
timbulnya beberapa penyakit.
Keterlibatan semua anak didik dalam
kegiatan pendidikan jasmani ,
diharapkan dapat meningkatkan
keyakinan diri untuk terus terlibat
dalam olahraga yang rutin.
Guru juga harus menerapkan
urutan kurikulum yang direncanakan
secara progresif untuk membangun
dan mengembangkan pengalaman
baru. Selain itu fasilitas dan
perlengkapan harus memadai dalam
setiap kegaitan pembelajaran
pendidikan jasmani dan disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak.
Selain itu pelaksanaan kegiatan
pembelajaran haruslah
menyenangkan anak didik agar
pengembangan afektif, kognitif,
psikomotor, dan fisik dapat
berlangsung bersamaan. Pengenalan
semua gerakan pada masa usia
14. perkembangan menentukan
kecakapan anak dalam membuat
keputusan tentang olahraga yang
mereka senangi pada saat dewasa.
Aktivitas bermain dan
berolahraga bagi anak menjadi media
pendidikan jasmani dalam usaha
mencapai tujuan pembelajaran yang
menyeluruh, oleh karena fungsi dan
tujuan pendidikan jasmani adalah
menumbuhkembangkan seluruh
potensi yang ada pada peserta didik
melalui aktivitas jasmani, termasuk
juga dalam hal mengembangkan
kemampuan sosial anak. Alfermann
(1999:374) menyatakan bahwa
“Physical education is a natural
practice ground for social
interaction and an opportunity for
observing social processes. These
are seen within groups as well as
between groups”. Alferman
menegaskan bahwa pendidikan
jasmani merupakan dasar latihan
yang alamiah bagi interaksi sosial
dan kesempatan untuk mengamati
proses-proses sosial yang terjadi,
baik di dalam kelompok maupun
antar kelompok. Sejalan dengan
pendapat Alferman, dalam Rusli
(2001) juga mengemukakan bahwa
pendidikan jasmani memberi
kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi dalam aktivitas
jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang
memungkinkan siswa berfungsi
secara efektif dalam hubungan antar
orang.
Rusmini dkk (2016)
menyatakan melalui peran guru
penjas sebagai fasilitator dan
motivator yang baik (bukan hanya
sebagai pengoreksi saja),
penyesuaian tantangan dan tingkat
kesulitan tugas gerak dengan
kemampuan siswa, penguatan
(reinforcement) melalui pemberian
umpan balik yang tepat kesasaran
yang dilakukan oleh guru penjas
merupakan bagian dari factor
penunjang keberhasilan penerapan
variasi bentuk tugas gerak yang
sistematis.
Menurut Widayati (2013)
menyimpulkan pendidikan jasmani
olahraga kesehatan merupakan
bidang studi yang paling digemari
oleh siswa Sekolah Dasar sehingga
lewat pembelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan
Kesehatan dapat dipergunakan
sebagai alat untuk mendidik siswa
pada perilaku yang baik, kepekaan
15. emosi, rasa social dan spiritual. Dan
dari sini guru penjas harus merubah
cara mendidiknya dengan benar,
karena penjas sudah memiliki ruang
di hati dari para peserta didik.
Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan pada Kurikulum
2013
Tema pengembangan
Kurikulum 2013 adalah kurikulum
yang dapat menghasilkan insan
Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif, melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi, dan relevan dengan
tantangan abad 21.
Pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan (PJOK)
merupakan salah satu mata pelajaran
pada Kurikulum 2013. PJOK
merupakan bagian integral dari
program pendidikan nasional,
bertujuan untuk mengembangkan
aspek kebugaran jasmani,
keterampilan gerak, keterampilan
berfikir kritis, keterampilan sosial,
penalaran, stabilitas emosional,
tindakan moral, pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih
melalui pembekalan pengalaman
belajar menggunakan aktivitas
jasmani terpilih dan dilakukan secara
sistematis yang dilandasi nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Pembekalan pengalaman
belajar itu dilakukan dengan multi
tujuan, multi metode, multi sumber
dan media dengan menjadikan
peserta didik sebagai subyek
pembelajaran. Proses dan hasil
pembelajaran diukur menggunakan
penilaian berbasis kinerja untuk
menjamin kompetensi yang
diharapkan benar-benar telah
dicapai. Dengan ini diharapkan
peserta didik sebagai bagian sumber
daya bangsa Indonesia masa depan
siap menghadapi tantangan abad 21.
Ini bersifat fleksibel,
kontekstual, dan memberikan
kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan dan melaksanakan
pembelajaran, serta mengakomodasi
keungulan-keunggulan lokal. Atas
dasar prinsip tersebut, komponen
silabus mencakup kompetensi dasar,
materi pembelajaran, dan kegiatan
pembelajaran. Uraian pembelajaran
yang terdapat dalam silabus
merupakan alternatif kegiatan yang
dirancang berbasis aktivitas.
Pembelajaran tersebut merupakan
16. alternatif dan inspiratif sehingga
guru dapat mengembangkan berbagai
model yang sesuai dengan
karakteristik masing-masing mata
pelajaran. Dalam melaksanakan
silabus ini guru diharapkan kreatif
dalam pengembangan materi,
pengelolaan proses pembelajaran,
penggunaan metode dan model
pembelajaran, yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi
masyarakat serta tingkat
perkembangan kemampuan peserta
didik.
Pengembangan kompetensi
mata pelajaran PJOK didasarkan pada
perkembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan peserta didik. Khusus
untuk pengembangan kompetensi
pada ranah fisik dan motorik,
pengembangan kompetensi mata
pelajaran PJOK didasarkan pada
prinsip pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan gerak.
Berdasarkan hal tersebut,
pembelajaran pada ranah fisik dan
motorik berbagai aktivitas di dalam
PJOK pada jenjang pendidikan
SD/MI pada kelas rendah (kelas 1–3)
diarahkan untuk mencapai
kompetensi dalam penyempurnaan
dan pemantapan pola gerak dasar,
pengembangan kebugaran jasmani
serta pola hidup sehat melalui
berbagai permainan sederhana dan
tradisional, aktivitas senam, aktivitas
gerak berirama, aktivitas air, dan
materi kesehatan. Pada kelas tinggi
(4–6) diarahkan pada pengembangan
gerak dasar menuju kesiapan gerak
spesifik, pengembangan kebugaran
jasmani serta gaya hidup sehat
melalui permainan bola besar,
permainan bola kecil, atletik, beladiri,
senam, gerak berirama, aktivitas air,
dan materi kesehatan.
Kerangka pengembangan
kurikulum PJOK SD/MI Kelas I s.d
VI mengikuti elemen pengorganisasi
kompetensi dasar yaitu Kompetensi
Inti (Kompetensi Inti pada kelas I sd
VI). Kompetensi inti dijadikan
sebagai payung untuk menjabarkan
kompetensi dasar mata pelajaran.
Kompetensi sikap spiritual
dan sikap sosial, dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung
(indirect teaching) yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah,
dengan memperhatikan karakteristik
mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan
pengembangan kompetensi sikap
17. dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung, dan dapat
digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan
karakter peserta didik lebih lanjut.
Pengembangan Kompetensi
Dasar (KD) tidak dibatasi oleh
rumusan Kompetensi Inti (KI), tetapi
disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran, kompetensi, lingkup
materi dan psiko-pedagogi.
Pendidikan Jasmani di Negara
Jepang
Pendidikan jasmani di
Jepang, penekanannya diletakkan
pada peningkatan kesehatan,
kepribadian, keterampilan gerak dan
ketajaman sosial melalui seleksi
yang bijaksana, terhadap aktivitas-
aktivitas dan metode dalam
mengajar.
Penyampaian materi
pelajaran pendidikan jasmani
umumnya menggunakan pendekatan
pengajaran terbuka. Maksudnya
siswa diberi tugas gerak dan guru
hanya bertindak sebagai
pembimbing. Sehingga siswa diberi
kebebasan untuk berpikir, dan
memecahkan masalah. Hal ini
memiliki banyak keuntungan, antara
lain keterlibatan siswa dalam proses
belajar mengajar sehingga
meningkatkan kreatifitas siswa
sekaligus meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengembangkan daya
nalar.
Dalam memberikan materi,
guru tidak terpaku pada kurikulum,
guru bebas menentukan materi apa
yang akan diberikan sesuai dengan
kondisi dan situasi yang diperlukan
pada saat itu. Pengelolaan
pelaksanaan yang dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar pada
umumnya guru memberikan materi
secara spesialiasasi kepada siswa-
siswanya. Hal ini memiliki kelebihan
yaitu materi disesuaikan dengan
kebutuhan siswa dan siswa bebas
untuk mengembangkannya sesuai
dengan keingiannya.
Berbeda dengan di Indonesia,
dalam memberikan materi, sekolah
memiliki otonomi untuk dapat
mengatur sendiri materi yang akan
diajarkan kepada siswa, sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada
di sekolah tersebut. Materi
pelajaranpun lebih banyak tertuju
pada kecabangan (spesialiasasi).
Dalam mengajarpun guru pendidikan
jasmani di Jepang tidak perlu untuk
18. membuat satuan pelajaran ataupun
silabus.
Masalah alokasi waktu yang
disediakan untuk pendidikan jasmani
di Jepang adalah dua kali seminggu,
yaitu dari pukul 8 pagi sampai 11
siang. Perbedaan waktu tersebut juga
disertai dengan kelengkapan sarana
dan prasarana yang sangat
menunjang terhadap proses belajar
mengajar.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa
pelaksanaan pendidikan jasmani
masih mengarah pada pelaksanaan
pendidikan olaharaga sehingga lebih
menekankan pada penguasaan teknik
dasar padahal yang sebenarnya
adalah pendidikan jasmani lebih
menekankan pada pemberian
pengalaman gerak pada peserta
didik. Selain itu pendidikan jasmani
lebih menitikberatkan pada
pembudayaan gerak sehingga
nantinya kegiatanya dapat
diaplikasikan dalam kehidupan
nyata.
Pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan memang tidak dapat
dipisahkan. Meskipun berbeda istilah
dan arti, tetapi ada beberapa
aspeknya yang saling berhubungan,
dan saling tumpang tindih.
Selama ini masih banyak para
guru pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan yang menggunakan
metode pembelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan
dengan menggunakan metode
pelatihan olahraga dalam kegiatan
pembelajaran.
Daftar Pustaka
Caspersen, Carl J. 1985. Physical
Activity, Exercise, and
Physical Fitness:
Definitions and
Distinctions for Health-
Related Research. Public
Health Reports. 100 (2):
126-131.
Frost, R.B. 1995. Physical
Education: Foundations,
Practices and Principles.
Reading: Addison Wesley
Publishing Company.
Ganie, M.A. 2017. Effectiveness of
Physical Education
Academic Programme on
Psychological and
Phychological
19. Characteristics Among
Varsity Students.
International Journal of
Physical Education, Sport,
and Health. 4(1):10-12.
Kanca, I.N. 2017. Pengembangan
Profesionalisme Guru
Penjasorkes. Seminar
Nasional Prodi Pendidikan
Olahraga PPs UM, pada
Sabtu, 06 Mei 2017.
Nixon, J.E., dkk. 1990. An
Introduction to Physical
Education. Philadelphia:
Saunder College Publisher.
Nurjana, dkk. 2016.
Mengembangkan Perilaku
Asosiatif Siswa SD
Melalui Penerapan
Pendekatan Bermain
Dalam Konteks
Pembelajaran Penjas.
Jurnal Pendidikan
jasmani, olahraga dan
kesehatan FPOK UPI.
2(1): 52-61.
Paiman. 2013. Kontribusi Pendidikan
Jasmani Dalam
Membentuk Karakter
Peserta Didik. Jurnal
Pendidikan Jasmani
Indonesia. Volume: 9,
Nomor: 2, November
2013: 134-140.
Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Olahraga
Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas
Negeri Yogyakarta.
Rahayu, Ega Trisna. 2013. Strategi
Pembelajaran Pendidikan
Jasmani. Implementasi
pada Pembelajaran
Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan.
Bandung: ALFABETA.
Rismayanthi, Cerika. 2011.
Optimalisasi Pembentukan
Karakter dan Kedisiplinan
Siswa Sekolah Dasar
Melalui Pendidikan
Jasmani Olahraga dan
Kesehatan. Jurnal
Pendidikan Jasmani
Indonesia FIK UPI. 8 (1):
10-17.
Rusli, L. 2001. Asas-asas Pendidikan
Jasmani Pendekatan
Pendidikan gerak di
Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdiknas: Dirjen
Dikdasmen bekerja sama
dengan Dirjen Olahraga.
20. Rusmini, dkk. 2016. Upaya Guru
Meningkatkan
Keterampilan Dasar
Dribling Dalam Permainan
Bola Basket Pada Siswa
Sekolah Dasar Kelas 5.
Jurnal Pendidikan
jasmani, olahraga dan
kesehatan FPOK UPI. 2
(1): 25-31
Sarma, A.S. 2017. A Critical Review
on Benefits of Different
Physical Education
Programs in School.
International Journal of
Physical Education, Sport
and Health. 4(2): 86-88.
Sartinah. 2008. Peran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan
Kesehatan dalam
Perkembangan Gerak dan
Keterampilan Sosial Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Jasmani
Indonesia FIK UNY. 5(2):
62-67.
Siedentop, D. 1990. Introduction to
Physical Education
Fitness and Sport. USA:
Mayfield Publishing
Company.
Sudarsini. 2013. Pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan.
Malang: Universitas
Negeri Malang (UM
Press).
Undang-undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-undang RI No. 3 Tahun
2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional.
Widayati, Esti. 2013. Sikap Siswa
Sekolah Dasar Terhadap
Pendidikan jasmani
Olahraga dan Kesehatan.
Jurnal Pendidikan
Jasmani Indonesia FIK
UNY. 9 (2): 73-80.