SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Objek Penelitian
BAB III
OBJEK PENELITIAN
3.1 Uang Beredar
3.1.1 M1 , M2
Di dalam melakukan penelitian tentang permintaan uang, jumlah uang
yang diminta sebenarnya tidak ada dalam kenyataan (unobservable). Data
yang ada adalah data jumlah uang beredar di dalam masyarakat (supply of
money).
Untuk mengetahui atau menghitung jumlah uang yang diminta di
gunakan asumsi pasar uang berada dalam keseimbangan. Dengan demikian
jumlah uang yang beredar digunakan sebagai penaksir jumlah uang yang
diminta. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data uang
beredar riil (dengan menggunakan IHK tahun dasar 1996) di Indonesia, yaitu
uang dalam arti sempit (M1 riil) dan uang dalam arti luas (M2 riil).
Dalam penelitian ini , objek penelitian untuk uang beredar terbagi
menjadi dua definisi uang beredar. Pertama , M1 didefinisikan sebagai
penjumlahan dari uang kartal dan uang giral (demand deposits), M2
didefinisikan sebagai penjumlahan dari M1 dan uang kuasi (quasi money).
Kedua, M2(Isl) didefinisikan sebagai penjumlahan dari uang kartal dan uang
giral (demand deposits) yang terdapat pada bank-bank yang menerapkan
sistem bebas bunga, M2(Isl) didefinisikan sebagai penjumlahan dari M1(Isl)
83
Objek Penelitian
dan uang kuasi (quasi money) yang terdapat pada bank-bank yang
menerapkan sistem bebas bunga.
Kebijakan moneter pada dasarnya adalah pengendalian jumlah uang
yang beredar dalam perekonomian untuk mempengaruhi arah pertumbuhan
ekonomi, dimana pengendalian jumlah uang beredar merupakan kewajiban
bank sentral sebagai pemegang otoritas moneter. Tujuan kebijakan moneter
menurut UU No. 23 Th 1999. Pasal 7 adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah baik terhadap mata uang asing maupun stabilitas
rupiah terhadap harga-harga barang yang tercermin dalam laju inflasi. Oleh
karena itu, pengendalian moneter (jumlah uang beredar) hanya diarahkan
untuk mencapai dan menjaga stabilitas nilai rupiah tersebut .
Pergerakan M1 dan M2 pada pertengahan tahun 1997, akibat krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia meningkat tajam. Sampai akhir periode
penelitian 2003 jumlah uang beredar untuk M2 adalah sebesar 877,776
triliun rupiah sementara, walaupun jumlah uang beredar untuk M1 juga
meningkat tajam tetapi nilainya hanya sebesar 181,239 triliun rupiah.
Perbedaan (gap) antara M1 dan M2 yang semakin besar pada tahun
1999 terutama setelah tahun laporan di latarbelakangi oleh meningkatnya
motif berjaga-jaga para deposan di tengah-tengah kondisi peningkatan
aktivitas perekonomian dan ketidakstabilan sosial politik dalam negeri yang
mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi asset milik masyarakat dari
aset yang kurang likuid ke aset dengan tingkat likuiditas tinggi yang dapat
dengan mudah digunakan.
84
Objek Penelitian
Jika dilihat dari komponennya, peningkatan M2 tersebut di sebabkan
oleh peningkatan uang kuasi, terutama terjadi pada jenis tabungan yang
menawarkan tingkat suku bunga menarik yang cukup bersaing dengan suku
bunga deposito berjangka dan fleksibilitas dalam letak kemudahan layanan
jasa perbankan.
Namun demikian, secara umum pada awal tahun laporan 2000
masyarakat masih tetap berjaga-jaga sehingga pergeseran aset yang terjadi
masih berkisar dari aset yang kurang likuid menjadi aset yang lebih likuid.
Walaupun posisi M1 mengalami peningkatan yang sejalan dengan
meningkatnya aktivitas perekonomian dan rendahnya suku bunga riil, M2
juga mengalami peningkatan. Dimana peningkatan M2 ini didorong oleh
tingginya pertumbuhan tabungan dan rendahnya pertumbuhan simpanan
berjangka.
Selama 2002, posisi likuiditas perekonomian yang tercermin dari dari
jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2) terus
menunjukkan peningkatan walaupun dengan pertumbuhan yang melambat
dibandingkn tahun sebelumnya. Sampai akhir tahun Desember 2002, M1
mencapai posisi Rp191,9 triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp14,2
triliun dibandingkan posisi akhir Desember 2001.
Sementara itu, dalam periode yang sama, M2 mengalami peningkatan
sebesar Rp39,9 triliun hingga mencapai posisi Rp883,9 triliun pada akhir
Desember 2002. Peningkatan tersebut, selain disebabkan oleh peningkatan
M1 juga berasal dari peningkatan uang kuasi sebesar Rp25,6 triliun.
85
Objek Penelitian
Gambaran umum mengenai perkembangan jumlah uang beredar dalam arti
sempit M1 dan dalam arti luas M2 dan pertumbuhannya di Indonesia dapat
dilihat pada tabel 3.1.1 dan grafik 3.1.1 berikut:
Tabel 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Nominal M1, M2
Di Indonesia Periode 1997.I – 2003.I
(Miliar Rp)
Tahun Kuartal M1 M2
1997 I 63565 294581
II 69950 312839
III 66258 329074
IV 78343 355643
1998 I 98270 449824
II 109480 565785
III 102563 550404
IV 101197 517381
1999 I 105705 603325
II 105964 615411
III 118124 652289
IV 124633 646205
2000 I 124663 656451
II 133832 684335
III 135430 686453
IV 162186 747028
2001 I 148375 766812
II 160142 796440
III 164237 783104
IV 177731 844053
2002 I 166173 831411
II 174017 838635
III 181791 859706
IV 191939 883908
2003 I 181239 877776
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
86
Objek Penelitian
Grafik 3.1.1 : Perkembangan Uang Beredar M1 &
M2
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
1000000
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Periode
Nilai(Miliar)
M1 M2
Sumber: Tabel 3.1
3.1.2 Uang Primer (base money)
Uang primer (base money) terdiri dari uang kartal (currency) dan
cadangan bank-bank (reserves), uang primer Islamic terdiri dari uang kartal
(currency) dan cadangan bank-bank yang menerapkan sistem bebas bunga
(reserves) di Bank Indonesia. Pada awal periode penelitian uang primer
menunjukkan peningkatan yang sangat besar yaitu dari Rp36,2 triliun pada
akhir tahun 1996/97 menjadi Rp59,4 triliun pada akhir tahun laporan.
Peningkatan tersebut terjadi sebagai akibat dari tingginya pertumbuhan uang
kartal. Sebaliknya , cadangan bank-bank menurun tajam sebagai akibat
kesulitan likuiditas yang dialami bank-bank sehubungan dengan penarikan
dan secara besar-besaran oleh masyarakat.
87
Objek Penelitian
Pada akhir tahun 1998, base money mencapai Rp78,7 triliun atau
meningkat 27,5% dari tahun 1997. Kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Mei
1998 ketika kerusuhan sosial menimbulkan bank run di beberapa bank
sehingga jumlah base money melonjak menjadi Rp68 triliun, jauh lebih tinggi
daripada sasaran indikatif untuk bulan tersebut sebesar Rp61,9 triliun.
Pada akhir 2001, posisi uang primer telah mencapai Rp127,8 triliun,
atau meningkat sebesar Rp2,2 triliun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar Rp125,6 triliun. Uang primer tersebut sempat mencapai
posisi tertinggi sebesar Rp134,1 triliun pada saat menjelang lebaran, namun
kemudian turun setelah berakhirnya periode lebaran. Peningkatan ini
terutama didorong oleh kenaikan komponen uang kartal yang selama 2001
telah mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 20,1%, lebih besar
dibandingkan rata-rata pertumbuhan uang primer pada periode yang sama.
Selama 2002, dilihat dari posisi akhir Desember 2002, uang primer
mencapai Rp138,3 triliun atau Rp1,5 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan
posisi akhir Desember 2001 sebesar Rp127,8 triliun. Ditinjau dari
komponennya, peningkatan uang primer tersebut terutama berasal dari
peningkatan uang kartal sebesarRp4,4 triliun dan saldo giro positif bank
umum sebesar Rp3,4 triliun
88
Objek Penelitian
Tabel 3.1.2 Jumlah Uang Primer di Indonesia Periode 1997.I – 2003.I
(Miliar Rp)
Tahun Kuartal MB/Uang Primer
1997 I 35353
II 40431
III 36638
IV 46086
1998 I 58912
II 70308
III 70304
IV 75121
1999 I 78749
II 77351
III 81257
IV 101790
2000 I 88919
II 94559
III 97098
IV 125615
2001 I 103254
II 110604
III 115233
IV 127796
2002 I 117016
II 119943
III 123869
IV 138250
2003 I 125210
Sumber : Bank Indonesia, data diolah
89
Objek Penelitian
Grafik 3.1.2 : Perkembangan Uang Primer
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Periode
Nilai(Miliar)
MB/Uang Primer
Sumber : Tabel 3.1.2
3.2 Tingkat Inflasi IHK
Inflasi merupakan kecenderungan naiknya tingkat harga umum. Inflasi
merupakan salah satu indikator perekonomian secara umum dan tingkat
inflasi dipakai sebagai dasar pengukuran secara statistik terhadap
perkembangan harga barang dan jasa yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat di Indonesia. Terdapat beberapa indikator untuk mengukur laju
inflasi, diantaranya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) dan GDP deflator. IHK merupakan pengukur
perkembangan daya beli rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang
dan jasa dari bulan ke bulan. IHK mulai digunakan sejak April 1979,
sebelumnya menggunakan Indeks Biaya Hidup (IBH) / Cost of Living (CLI).
90
Objek Penelitian
Laju inflasi IHK selama tahun 1999 menunjukkan penurunan yang
cukup besar dari tahun sebelumnya, disumbang oleh perbaikan sisi
penawaran jangka pendek dan sumbangan yang besar dari penurunan laju
inflasi inti. Dalam triwulan I/1999 laju inflasi IHK mencapai 4,05% dibanding
1,23% pada triwulan sebelumnya. Tingginya laju inflasi di awal tahun laporan
terutama disebabkan oleh faktor musiman, yaitu bulan Ramadhan dan hari
raya Idul Fitri yang tercermin dari tingginya laju inflasi kelompok makanan.
Pada semester pertama 2002 laju inflasi menunjukkan kecenderungan
yang menurun. Hal ini terutama disebabkan oleh menguatnya nilai tukar
rupiah dan membaiknya ekspektasi inflasi. Pada semester kedua 2002,
penurunan inflasi sedikit tertahan. Kondisi ini terutama terkait dengan faktor
musiman yakni menghadapi perayaan hari besar keagamaan, berlanjutnya
administered prices, dan meningkatnya ekspektasi inflasi Gambaran umum
mengenai tingkat inflasi IHK di indonesia periode 1995.I-2001.IV dapat
dilihat pada grafik 3.2 dan tabel 3.2 berikut:
91
Objek Penelitian
Tabel 3.2 Tingkat Inflasi IHK di Indonesia Periode
1997.I - 2003.I
Tahun Kuartal IHK
Perubahan
IHK
1997 I 104 -3,6144578
II 104,54 0,51923077
III 107,49 2,82188636
IV 111,79 4,00037213
1998 I 141,06 26,1830217
II 163 15,5536651
III 196,28 20,4171779
IV 198,47 1,11575301
1999 I 206,61 4,10137552
II 203,87 -1,3261701
III 198,4 -2,6830824
IV 202,45 2,04133065
2000 I 204,34 0,93356384
II 208,24 1,90858373
III 211,87 1,74318095
IV 221,37 4,48388163
2001 I 226,04 2,10959028
II 233,46 3,28260485
III 239,44 2,56146663
IV 249,15 4,05529569
2002 I 257,87 3,49989966
II 260,25 0,92294567
III 264,53 1,64457253
IV 274,13 3,62907799
2003 I 276,23 0,7660599
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
92
Objek Penelitian
Grafik 3.2 : Perkembangan Inflasi IHK
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Periode
Persen
GIHK
Sumber: Tabel 3.2
3.3 Kredit
Variabel kredit pada penelitian ini memuat data kredit rupiah dan
valuta asing berdasarkan kelompok bank umum dan sektor ekonomi. Jumlah
kredit tersebut tidak termasuk kredit kepada Pemerintah Pusat, kredit
kepada bukan penduduk, kredit kelolaan, nilai lawan valuta asing pinjaman
investasi dalam rangka bantuan proyek, bantuan proyek, biaya lokal rekening
dana investasi, dan kredit yang diberikan oleh kantor cabang bank di luar
negeri.
Dalam penelitian ini, variabel kredit terbagi menjadi dua, yaitu kredit
yang berasal dari kelompok bank umum konvensional (Credit) dan bank
umum syariah (Credit(Isl)).
93
Objek Penelitian
Perkembangan kredit perbankan mengalami penurunan yang cukup
besar akibat terjadinya krisis perbankan. Pada tahun 1999 kredit perbankan
mengalami penurunan sebesar 262,293 triliun rupiah dari tahun 1998,
sekitar 49,2%. Menurunnya kredit perbankan tersebut terutama sebagai
akibat dilakukannya pembekuan kegiatan usaha beberapa bank dan adanya
pengalihan kredit bermasalah.
Selama periode tahun 2000, posisi kredit perbankan meningkat
sebesar 15,5% sehingga menjadi Rp320,4 triliun dibanding tahun 1999.
Peningkatan tersebut berasal dari kredit rupiah dan kredit valuta asing yang
masing-masing naik sebesar Rp18,9 triliun dan 24,2 triliun, apabila pengaruh
nilai tukar dihilangkan, kredit dalam valuta asing menjadi turun sebesar
10,8%, sehingga posisi kredit dalam tahun laporan hanya meningkat sebesar
2,2%
Pada akhir Desember 2002, kredit perbankan terus menunjukkan
trend yang meningkat, terutama kredit rupiah, sementara kredit valas
berfluktuasi karena adanya pengaruh perubahan nilai tukar. Secara nominal,
outstanding kredit pada Desember 2002 sebesar Rp 410,3 triliun, lebih besar
dibandingkan dengan peningkatan pada 2001 sebesar Rp 38,2 triliun
(11,9%). Namun apabila pengaruh perubahan nilai tukar dihilangkan dengan
menggunakan kurs tetap (Desember 2000), outstanding kredit selama 2002
mengalami peningkatan sebesar Rp 70 triliun (20,1%) atau lebih besar dari
peningkatan pada 2001 yang hanya mencapai Rp28,1 triliun (8,8%)
94
Objek Penelitian
Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Periode
1997.1-2003.1
(Miliar Rp)
Tahun Kuartal Kredit
1997 I 306125
II 328808
III 368517
IV 378134
1998 I 476841
II 626465
III 535975
IV 487426
1999 I 366543
I I 251262
III 263262
IV 225133
2000 I 223235
II 240135
III 248994
IV 269000
2001 I 285375
II 306333
III 304428
IV 307594
2002 I 302776
II 312018
III 341172
IV 365410
2003 I 376141
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
95
Objek Penelitian
Grafik 3.3 : Perkembangan Kredit Perbankan
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Periode
Nilai(Miliar)
Credit
Sumber: Tabel 3.3
3.4 Likuiditas Perbankan
Alat likuid bank umum terdiri atas kas dan giro pada Bank Indonesia.
Jumlah alat likuid minimum ditetapkan dengan persentase tertentu dari dana
pihak ketiga yang meliputi giro, simpanan berjangka, tabungan, dan
kewajiban jangka pendek lainnya. Simpanan berjangka terdiri atas deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan deposit on call.
Variabel likuid pada penelitian ini terbagi menjadi dua; alat likuid
(Islamic) yaitu alat likuid perbankan yang menerapkan sistem bebas bunga
dan alat likuid konvensional, yaitu alat likuid perbankan berbasiskan bunga.
Pada akhir tahun 1997, cadangan bank-bank menurun tajam sebagai
akibat kesulitan likuiditas yang dialami bank-bank sehubungan dengan
penarikan dana secara besar-besaran oleh masyarakat. Kegiatan usaha
96
Objek Penelitian
perbankan yang tecermin pada volume usaha, penyaluran kredit , dan
penghimpunan dana pada tahun 1997 menunjukkan peningkatan yang pesat.
Namun demikian perlu dicatat bahwa peningkatan yang pesat tersebut pada
dasarnya sangat dipengaruhi oleh merosotnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar. Volume usaha perbankan pada tahun ini, meningkat dengan sangat
tajam sehingga mencapai Rp737,6 triliun dibandingkan Rp399,6 triliun pada
tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 84,6%. Namun, apabila pengaruh
perubahan kurs tidak diperhitungkan maka pertumbuhan volume usaha
hanya sebesar 18,2%.
Kegiatan usaha perbankan pada tahun 1998 ditandai dengan
penurunan volume usaha dan penyaluran dana, sementara penghimpunan
dana mengalami peningkatan. Perkembangan tersebut menunjukkan
terganggunya fungsi intermediasi perbankan. Volume usaha perbankan pada
tahun ini mengalami penurunan sebesar 12,5% setelah mengalami
peningkatan sangat tajam pada tahun sebelumnya.
Dalam tahun 2000, total aset perbankan meningkat sebesar 2,4%
dibanding Desember 1999 sehingga menjadi Rp1.030,5 triliun. Sebagian
besar aset perbankan berupa obligasi pemerintah yang dimiliki oleh bank-
bank peserta program rekapitalisasi.
Total aset perbankan pada tahun 2002 secara agregat mengalami
peningkatan dibandingkan pada 2001 sehingga menjadi Rp1.112,2 triliun.
Peningkatan aset tersebut terutama didorong oleh meningkatnya portofolio
kredit yang disalurkan dan portofolio SBI. Permodalan bank secara
97
Objek Penelitian
keseluruhan mengalami peningkatan dari Rp62,3 triliun pada Desember 2001
menjadi Rp93 triliun pada akhir periode laporan. Peningkatan tersebut
sebagian besar berasal dari setoran modal sebesar Rp8,3 triliun,
pembentukan cadangan modal Rp2,7 triliun, koreksi kerugian tahun
sebelumnya Rp12,3 triliun dan laba tahun berjalan Rp7 triliun. Membaiknya
kualitas aktiva perbankan yang diiringi dengan peningkatan permodalan
bank, mendorong peningkatan CAR. Pada akhir 2002, CAR untuk
keseluruhan bank umum mencapai 22,5% atau meningkat 199 poin bila
dibandingkan dengan akhir tahun 2001 sebesar 20,5.
Grafik 3.4 : Perkembangan Likuiditas Perbankan
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Periode
Nilai(Miliar)
Likuid
Sumber: Tabel 3.4
98
Objek Penelitian
Tabel 3.4 Perkembangan Posisi Alat Likuid Bank Umum
(Miliar Rp)
Tahun Kuartal Likuid
1997 I 324027
II 352776
III 364127
IV 394507
1998 I 492537
II 609970
III 595943
IV 630011
1999 I 655269
II 669047
III 712864
IV 696207
2000 I 718851
II 743508
III 748389
IV 814180
2001 I 836590
II 863211
III 851829
IV 918083
2002 I 903771
II 915148
III 947841
IV 971346
2003 I 966130
Sumber :Bank Indonesia, data diolah
99
Objek Penelitian
3.5 Perkembangan Perbankan Syariah
Sebagai industri keuangan yang relatif baru, perbankan syariah pada
2002 memperlihatkan pertumbuhan yang cukup pesat. Hal tersebut
tercermin dari meningkatnya jumlah bank yang beroperasiberdasarkan
prinsip syariah dan cukup tingginya pertumbuhan aset, dana pihak ketiga,
maupun pembiayaan yang diberikan.
Sejalan dengan bertambahnya jaringan kantor bank, kegiatan usaha
perbankan syariah juga mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Pada
akhir 2002 total aset perbankan syariah tercatat sebesar Rp4,1 triliun,
jumlah tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar
Rp1,4 triliun atau 50,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan
tersebut menyebabkan pangsa total aset perbankan syariah terhadap total
aset perbankan nasional meningkat dari 0,3% pada akhir 2001 menjadi 0,4%
pada akhir periode tahun 2002.
Tabel. 3.5.1 Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank
Islamic Banks Total
BanksNominal Share
Total Assets 4,63 0,42% 1100
Deposit Fund 3,32 0,40% 833,4
Credit Financing
extended
3,66 0,87% 420,52
LDR/FDR*) 110,22% 50,46%
NPL 3,96% 8,15%
*) FDR = Financing extended/Deposit Fund
LDR = Credit extended/Deposit Fund
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Maret 2003
Biro Perbankan Syariah
Bank Indonesia
100
Objek Penelitian
Secara umum pertumbuhan penghimpunan DPK (dana pihak ketiga)
perbankan syariah pada 2002 tercatat sebesar 61,5%. Tambahan DPK
perbankan syariah memberikan kontribusi sebesar 2,9% dari total tambahan
DPK perbankan nasional. Sementara itu kontribusi DPK terhadap total aset
perbankan syariah meningkat dari 2001 sebesar 66,4% menjadi 71,4% pada
2002.
Tabel.3.5.2. Komposisi Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
(juta Rupiah)
DANA PIHAK KETIGA
Jan-03 Feb-03 Mar-03
DEPOSIT FUND
Giro Wadiah Nilai
(Amount)
325,944 321,18 411,082
Wadiah currency account Pangsa
(Share)
10,47% 10,19% 12,37%
Tabungan Mudharabah Nilai
(Amount)
947,795 982,511 1,018,925
Mudharabah saving
account
Pangsa
(Share)
30,45% 31,18% 30,66%
Deposito Mudharabah Nilai
(Amount)
1,838,870 1,846,914 1,892,842
Mudharabah investment
account
Pangsa
(Share)
59,08% 58,62% 56,96%
Total 3,112,609 3,150,605 3,322,849
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Maret 2003
Biro Perbankan Syariah
Bank Indonesia
101

More Related Content

What's hot

PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...AfneiNganBillyTumba
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNandaTika
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Tugas kelompok pak marja1
Tugas kelompok pak marja1Tugas kelompok pak marja1
Tugas kelompok pak marja1IPDN
 
Ekonomi mikro dan makro
Ekonomi mikro dan makroEkonomi mikro dan makro
Ekonomi mikro dan makroMasni Gunawan
 
Dasar-dasar teori tingkat bunga.docx
Dasar-dasar teori tingkat bunga.docxDasar-dasar teori tingkat bunga.docx
Dasar-dasar teori tingkat bunga.docxAbdBakir
 
Inflasi di indonesia, Sumber Penyebab dan Pengendaliannya - Adwin S.
Inflasi di indonesia, Sumber Penyebab dan Pengendaliannya - Adwin S.Inflasi di indonesia, Sumber Penyebab dan Pengendaliannya - Adwin S.
Inflasi di indonesia, Sumber Penyebab dan Pengendaliannya - Adwin S.Perpus Maya
 
Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012bwfitri
 
Tugas Compilation (Microeconomic)
Tugas Compilation (Microeconomic)Tugas Compilation (Microeconomic)
Tugas Compilation (Microeconomic)leonardotaslim2017
 
Bempvol1no3des
Bempvol1no3desBempvol1no3des
Bempvol1no3desiphint
 
Ekonomi makro ayu dan devy
Ekonomi makro ayu dan devyEkonomi makro ayu dan devy
Ekonomi makro ayu dan devyanadevy
 
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013Eko Wahyu H
 
Indeks harga konsumen dan inflasi
Indeks harga konsumen dan inflasiIndeks harga konsumen dan inflasi
Indeks harga konsumen dan inflasiricohedyansyah
 
inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesia
inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesiainflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesia
inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesiabisow enow
 
Pembagian ilmu ekonomi
Pembagian ilmu ekonomiPembagian ilmu ekonomi
Pembagian ilmu ekonomiDwyce Munthe
 

What's hot (20)

PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...
 
Nailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docxNailatur fitria.docx
Nailatur fitria.docx
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
 
Tugas kelompok pak marja1
Tugas kelompok pak marja1Tugas kelompok pak marja1
Tugas kelompok pak marja1
 
Pembagian ilmu ekonomi
Pembagian ilmu ekonomiPembagian ilmu ekonomi
Pembagian ilmu ekonomi
 
Ekonomi mikro dan makro
Ekonomi mikro dan makroEkonomi mikro dan makro
Ekonomi mikro dan makro
 
Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2
 
Monetary policy ~ ira kristina l. tobing
Monetary policy ~  ira kristina l. tobingMonetary policy ~  ira kristina l. tobing
Monetary policy ~ ira kristina l. tobing
 
Dasar-dasar teori tingkat bunga.docx
Dasar-dasar teori tingkat bunga.docxDasar-dasar teori tingkat bunga.docx
Dasar-dasar teori tingkat bunga.docx
 
Inflasi di indonesia, Sumber Penyebab dan Pengendaliannya - Adwin S.
Inflasi di indonesia, Sumber Penyebab dan Pengendaliannya - Adwin S.Inflasi di indonesia, Sumber Penyebab dan Pengendaliannya - Adwin S.
Inflasi di indonesia, Sumber Penyebab dan Pengendaliannya - Adwin S.
 
Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012
 
Tugas Compilation (Microeconomic)
Tugas Compilation (Microeconomic)Tugas Compilation (Microeconomic)
Tugas Compilation (Microeconomic)
 
Bempvol1no3des
Bempvol1no3desBempvol1no3des
Bempvol1no3des
 
Ekonomi makro ayu dan devy
Ekonomi makro ayu dan devyEkonomi makro ayu dan devy
Ekonomi makro ayu dan devy
 
Ulasan Bank of Japan - Kebanksentralan
Ulasan Bank of Japan - KebanksentralanUlasan Bank of Japan - Kebanksentralan
Ulasan Bank of Japan - Kebanksentralan
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
 
Indeks harga konsumen dan inflasi
Indeks harga konsumen dan inflasiIndeks harga konsumen dan inflasi
Indeks harga konsumen dan inflasi
 
inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesia
inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesiainflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesia
inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesia
 
Pembagian ilmu ekonomi
Pembagian ilmu ekonomiPembagian ilmu ekonomi
Pembagian ilmu ekonomi
 

Similar to M1 dan M2 sebagai Objek Penelitian

Teori PermintaanUang dan IHK XI - Bab 4.pptx
Teori PermintaanUang dan IHK XI - Bab 4.pptxTeori PermintaanUang dan IHK XI - Bab 4.pptx
Teori PermintaanUang dan IHK XI - Bab 4.pptxleilanorita1
 
Kebijakan moneter 2
Kebijakan moneter 2Kebijakan moneter 2
Kebijakan moneter 2Imam Firdaus
 
Makalah krisis moneter
Makalah krisis moneterMakalah krisis moneter
Makalah krisis moneterWarnet Raha
 
Disusun Oleh Kelompok 2 kerangka kerja kebijakan moneter.pdf
Disusun Oleh  Kelompok 2 kerangka kerja kebijakan moneter.pdfDisusun Oleh  Kelompok 2 kerangka kerja kebijakan moneter.pdf
Disusun Oleh Kelompok 2 kerangka kerja kebijakan moneter.pdfMeliSaputri41
 
MASALAH MAKRO EKONOMI INDONESIA TAHUN 1998 DAN PENYELESAIANNYA
MASALAH MAKRO EKONOMI INDONESIA TAHUN 1998 DAN PENYELESAIANNYAMASALAH MAKRO EKONOMI INDONESIA TAHUN 1998 DAN PENYELESAIANNYA
MASALAH MAKRO EKONOMI INDONESIA TAHUN 1998 DAN PENYELESAIANNYAnuelsitohang
 
Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi
Kebijakan pemerintah di bidang ekonomiKebijakan pemerintah di bidang ekonomi
Kebijakan pemerintah di bidang ekonomiikhwan caniago
 
Makalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesiaMakalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesiaily_sugli
 
Kebijakan moneter
Kebijakan moneterKebijakan moneter
Kebijakan moneterSiti Sahati
 
Makalah “Inflasi yang Terjadi di Indonesia”
Makalah “Inflasi yang Terjadi di Indonesia”Makalah “Inflasi yang Terjadi di Indonesia”
Makalah “Inflasi yang Terjadi di Indonesia”Riska Yuliatiningsih
 
Dampak ketidakstabilan nilai tukar terhadap permintaan uang di indonesia
Dampak ketidakstabilan nilai tukar terhadap permintaan uang di indonesiaDampak ketidakstabilan nilai tukar terhadap permintaan uang di indonesia
Dampak ketidakstabilan nilai tukar terhadap permintaan uang di indonesiaSastyo Darmawan
 
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...Oswar Mungkasa
 

Similar to M1 dan M2 sebagai Objek Penelitian (20)

Bab iii verdana
Bab iii verdanaBab iii verdana
Bab iii verdana
 
Makalah krisis moneter
Makalah krisis moneterMakalah krisis moneter
Makalah krisis moneter
 
Teori PermintaanUang dan IHK XI - Bab 4.pptx
Teori PermintaanUang dan IHK XI - Bab 4.pptxTeori PermintaanUang dan IHK XI - Bab 4.pptx
Teori PermintaanUang dan IHK XI - Bab 4.pptx
 
Kebijakan moneter 2
Kebijakan moneter 2Kebijakan moneter 2
Kebijakan moneter 2
 
Makalah krisis moneter
Makalah krisis moneterMakalah krisis moneter
Makalah krisis moneter
 
Makalah krisis moneter
Makalah krisis moneterMakalah krisis moneter
Makalah krisis moneter
 
Disusun Oleh Kelompok 2 kerangka kerja kebijakan moneter.pdf
Disusun Oleh  Kelompok 2 kerangka kerja kebijakan moneter.pdfDisusun Oleh  Kelompok 2 kerangka kerja kebijakan moneter.pdf
Disusun Oleh Kelompok 2 kerangka kerja kebijakan moneter.pdf
 
Teori Kuantitas Uang
Teori Kuantitas UangTeori Kuantitas Uang
Teori Kuantitas Uang
 
Perbedaan makro dan mikro ekonomi
Perbedaan makro dan mikro ekonomi Perbedaan makro dan mikro ekonomi
Perbedaan makro dan mikro ekonomi
 
MASALAH MAKRO EKONOMI INDONESIA TAHUN 1998 DAN PENYELESAIANNYA
MASALAH MAKRO EKONOMI INDONESIA TAHUN 1998 DAN PENYELESAIANNYAMASALAH MAKRO EKONOMI INDONESIA TAHUN 1998 DAN PENYELESAIANNYA
MASALAH MAKRO EKONOMI INDONESIA TAHUN 1998 DAN PENYELESAIANNYA
 
Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi
Kebijakan pemerintah di bidang ekonomiKebijakan pemerintah di bidang ekonomi
Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi
 
Makalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesiaMakalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesia
 
Kebijakan moneter
Kebijakan moneterKebijakan moneter
Kebijakan moneter
 
Ekonomi mikro
Ekonomi mikroEkonomi mikro
Ekonomi mikro
 
Makalah Redenominasi
Makalah RedenominasiMakalah Redenominasi
Makalah Redenominasi
 
Moneter economy
Moneter economyMoneter economy
Moneter economy
 
Kebijakan moneter
Kebijakan moneterKebijakan moneter
Kebijakan moneter
 
Makalah “Inflasi yang Terjadi di Indonesia”
Makalah “Inflasi yang Terjadi di Indonesia”Makalah “Inflasi yang Terjadi di Indonesia”
Makalah “Inflasi yang Terjadi di Indonesia”
 
Dampak ketidakstabilan nilai tukar terhadap permintaan uang di indonesia
Dampak ketidakstabilan nilai tukar terhadap permintaan uang di indonesiaDampak ketidakstabilan nilai tukar terhadap permintaan uang di indonesia
Dampak ketidakstabilan nilai tukar terhadap permintaan uang di indonesia
 
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Dampaknya terhadap Tabungan Domnesti...
 

More from Chenk Alie Patrician (20)

Senam hamil
Senam hamilSenam hamil
Senam hamil
 
Ibu bayi sehat
Ibu bayi sehatIbu bayi sehat
Ibu bayi sehat
 
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bblTanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
 
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bblTanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
 
Senam nifas
Senam nifasSenam nifas
Senam nifas
 
Senam hamil
Senam hamilSenam hamil
Senam hamil
 
Memandikan bayi
Memandikan bayiMemandikan bayi
Memandikan bayi
 
Memandikan bayi haha
Memandikan bayi hahaMemandikan bayi haha
Memandikan bayi haha
 
Liflet payudara kel 7
Liflet payudara kel 7Liflet payudara kel 7
Liflet payudara kel 7
 
Leaflet tnda bhya
Leaflet tnda bhyaLeaflet tnda bhya
Leaflet tnda bhya
 
Leaflet senam hamil
Leaflet senam hamilLeaflet senam hamil
Leaflet senam hamil
 
Leaflet pemeriksaan ibu hamil
Leaflet pemeriksaan ibu hamilLeaflet pemeriksaan ibu hamil
Leaflet pemeriksaan ibu hamil
 
Leaflet panduan pijat bayi cie
Leaflet panduan pijat bayi cieLeaflet panduan pijat bayi cie
Leaflet panduan pijat bayi cie
 
Leaflet imunisasi
Leaflet imunisasiLeaflet imunisasi
Leaflet imunisasi
 
Leaflet hamil berkualitas
Leaflet hamil berkualitasLeaflet hamil berkualitas
Leaflet hamil berkualitas
 
Leaflet bersalin
Leaflet bersalinLeaflet bersalin
Leaflet bersalin
 
Leaflet perawatan payudarah
Leaflet   perawatan payudarahLeaflet   perawatan payudarah
Leaflet perawatan payudarah
 
Ketidaknyamanan masa kehamilan
Ketidaknyamanan masa kehamilanKetidaknyamanan masa kehamilan
Ketidaknyamanan masa kehamilan
 
Kb kumplit
Kb kumplitKb kumplit
Kb kumplit
 
Kb k omplit
Kb k omplitKb k omplit
Kb k omplit
 

M1 dan M2 sebagai Objek Penelitian

  • 1. Objek Penelitian BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Uang Beredar 3.1.1 M1 , M2 Di dalam melakukan penelitian tentang permintaan uang, jumlah uang yang diminta sebenarnya tidak ada dalam kenyataan (unobservable). Data yang ada adalah data jumlah uang beredar di dalam masyarakat (supply of money). Untuk mengetahui atau menghitung jumlah uang yang diminta di gunakan asumsi pasar uang berada dalam keseimbangan. Dengan demikian jumlah uang yang beredar digunakan sebagai penaksir jumlah uang yang diminta. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data uang beredar riil (dengan menggunakan IHK tahun dasar 1996) di Indonesia, yaitu uang dalam arti sempit (M1 riil) dan uang dalam arti luas (M2 riil). Dalam penelitian ini , objek penelitian untuk uang beredar terbagi menjadi dua definisi uang beredar. Pertama , M1 didefinisikan sebagai penjumlahan dari uang kartal dan uang giral (demand deposits), M2 didefinisikan sebagai penjumlahan dari M1 dan uang kuasi (quasi money). Kedua, M2(Isl) didefinisikan sebagai penjumlahan dari uang kartal dan uang giral (demand deposits) yang terdapat pada bank-bank yang menerapkan sistem bebas bunga, M2(Isl) didefinisikan sebagai penjumlahan dari M1(Isl) 83
  • 2. Objek Penelitian dan uang kuasi (quasi money) yang terdapat pada bank-bank yang menerapkan sistem bebas bunga. Kebijakan moneter pada dasarnya adalah pengendalian jumlah uang yang beredar dalam perekonomian untuk mempengaruhi arah pertumbuhan ekonomi, dimana pengendalian jumlah uang beredar merupakan kewajiban bank sentral sebagai pemegang otoritas moneter. Tujuan kebijakan moneter menurut UU No. 23 Th 1999. Pasal 7 adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah baik terhadap mata uang asing maupun stabilitas rupiah terhadap harga-harga barang yang tercermin dalam laju inflasi. Oleh karena itu, pengendalian moneter (jumlah uang beredar) hanya diarahkan untuk mencapai dan menjaga stabilitas nilai rupiah tersebut . Pergerakan M1 dan M2 pada pertengahan tahun 1997, akibat krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia meningkat tajam. Sampai akhir periode penelitian 2003 jumlah uang beredar untuk M2 adalah sebesar 877,776 triliun rupiah sementara, walaupun jumlah uang beredar untuk M1 juga meningkat tajam tetapi nilainya hanya sebesar 181,239 triliun rupiah. Perbedaan (gap) antara M1 dan M2 yang semakin besar pada tahun 1999 terutama setelah tahun laporan di latarbelakangi oleh meningkatnya motif berjaga-jaga para deposan di tengah-tengah kondisi peningkatan aktivitas perekonomian dan ketidakstabilan sosial politik dalam negeri yang mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi asset milik masyarakat dari aset yang kurang likuid ke aset dengan tingkat likuiditas tinggi yang dapat dengan mudah digunakan. 84
  • 3. Objek Penelitian Jika dilihat dari komponennya, peningkatan M2 tersebut di sebabkan oleh peningkatan uang kuasi, terutama terjadi pada jenis tabungan yang menawarkan tingkat suku bunga menarik yang cukup bersaing dengan suku bunga deposito berjangka dan fleksibilitas dalam letak kemudahan layanan jasa perbankan. Namun demikian, secara umum pada awal tahun laporan 2000 masyarakat masih tetap berjaga-jaga sehingga pergeseran aset yang terjadi masih berkisar dari aset yang kurang likuid menjadi aset yang lebih likuid. Walaupun posisi M1 mengalami peningkatan yang sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian dan rendahnya suku bunga riil, M2 juga mengalami peningkatan. Dimana peningkatan M2 ini didorong oleh tingginya pertumbuhan tabungan dan rendahnya pertumbuhan simpanan berjangka. Selama 2002, posisi likuiditas perekonomian yang tercermin dari dari jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2) terus menunjukkan peningkatan walaupun dengan pertumbuhan yang melambat dibandingkn tahun sebelumnya. Sampai akhir tahun Desember 2002, M1 mencapai posisi Rp191,9 triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp14,2 triliun dibandingkan posisi akhir Desember 2001. Sementara itu, dalam periode yang sama, M2 mengalami peningkatan sebesar Rp39,9 triliun hingga mencapai posisi Rp883,9 triliun pada akhir Desember 2002. Peningkatan tersebut, selain disebabkan oleh peningkatan M1 juga berasal dari peningkatan uang kuasi sebesar Rp25,6 triliun. 85
  • 4. Objek Penelitian Gambaran umum mengenai perkembangan jumlah uang beredar dalam arti sempit M1 dan dalam arti luas M2 dan pertumbuhannya di Indonesia dapat dilihat pada tabel 3.1.1 dan grafik 3.1.1 berikut: Tabel 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Nominal M1, M2 Di Indonesia Periode 1997.I – 2003.I (Miliar Rp) Tahun Kuartal M1 M2 1997 I 63565 294581 II 69950 312839 III 66258 329074 IV 78343 355643 1998 I 98270 449824 II 109480 565785 III 102563 550404 IV 101197 517381 1999 I 105705 603325 II 105964 615411 III 118124 652289 IV 124633 646205 2000 I 124663 656451 II 133832 684335 III 135430 686453 IV 162186 747028 2001 I 148375 766812 II 160142 796440 III 164237 783104 IV 177731 844053 2002 I 166173 831411 II 174017 838635 III 181791 859706 IV 191939 883908 2003 I 181239 877776 Sumber: Bank Indonesia, data diolah 86
  • 5. Objek Penelitian Grafik 3.1.1 : Perkembangan Uang Beredar M1 & M2 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Periode Nilai(Miliar) M1 M2 Sumber: Tabel 3.1 3.1.2 Uang Primer (base money) Uang primer (base money) terdiri dari uang kartal (currency) dan cadangan bank-bank (reserves), uang primer Islamic terdiri dari uang kartal (currency) dan cadangan bank-bank yang menerapkan sistem bebas bunga (reserves) di Bank Indonesia. Pada awal periode penelitian uang primer menunjukkan peningkatan yang sangat besar yaitu dari Rp36,2 triliun pada akhir tahun 1996/97 menjadi Rp59,4 triliun pada akhir tahun laporan. Peningkatan tersebut terjadi sebagai akibat dari tingginya pertumbuhan uang kartal. Sebaliknya , cadangan bank-bank menurun tajam sebagai akibat kesulitan likuiditas yang dialami bank-bank sehubungan dengan penarikan dan secara besar-besaran oleh masyarakat. 87
  • 6. Objek Penelitian Pada akhir tahun 1998, base money mencapai Rp78,7 triliun atau meningkat 27,5% dari tahun 1997. Kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Mei 1998 ketika kerusuhan sosial menimbulkan bank run di beberapa bank sehingga jumlah base money melonjak menjadi Rp68 triliun, jauh lebih tinggi daripada sasaran indikatif untuk bulan tersebut sebesar Rp61,9 triliun. Pada akhir 2001, posisi uang primer telah mencapai Rp127,8 triliun, atau meningkat sebesar Rp2,2 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp125,6 triliun. Uang primer tersebut sempat mencapai posisi tertinggi sebesar Rp134,1 triliun pada saat menjelang lebaran, namun kemudian turun setelah berakhirnya periode lebaran. Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan komponen uang kartal yang selama 2001 telah mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 20,1%, lebih besar dibandingkan rata-rata pertumbuhan uang primer pada periode yang sama. Selama 2002, dilihat dari posisi akhir Desember 2002, uang primer mencapai Rp138,3 triliun atau Rp1,5 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2001 sebesar Rp127,8 triliun. Ditinjau dari komponennya, peningkatan uang primer tersebut terutama berasal dari peningkatan uang kartal sebesarRp4,4 triliun dan saldo giro positif bank umum sebesar Rp3,4 triliun 88
  • 7. Objek Penelitian Tabel 3.1.2 Jumlah Uang Primer di Indonesia Periode 1997.I – 2003.I (Miliar Rp) Tahun Kuartal MB/Uang Primer 1997 I 35353 II 40431 III 36638 IV 46086 1998 I 58912 II 70308 III 70304 IV 75121 1999 I 78749 II 77351 III 81257 IV 101790 2000 I 88919 II 94559 III 97098 IV 125615 2001 I 103254 II 110604 III 115233 IV 127796 2002 I 117016 II 119943 III 123869 IV 138250 2003 I 125210 Sumber : Bank Indonesia, data diolah 89
  • 8. Objek Penelitian Grafik 3.1.2 : Perkembangan Uang Primer 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Periode Nilai(Miliar) MB/Uang Primer Sumber : Tabel 3.1.2 3.2 Tingkat Inflasi IHK Inflasi merupakan kecenderungan naiknya tingkat harga umum. Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian secara umum dan tingkat inflasi dipakai sebagai dasar pengukuran secara statistik terhadap perkembangan harga barang dan jasa yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Terdapat beberapa indikator untuk mengukur laju inflasi, diantaranya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan GDP deflator. IHK merupakan pengukur perkembangan daya beli rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan. IHK mulai digunakan sejak April 1979, sebelumnya menggunakan Indeks Biaya Hidup (IBH) / Cost of Living (CLI). 90
  • 9. Objek Penelitian Laju inflasi IHK selama tahun 1999 menunjukkan penurunan yang cukup besar dari tahun sebelumnya, disumbang oleh perbaikan sisi penawaran jangka pendek dan sumbangan yang besar dari penurunan laju inflasi inti. Dalam triwulan I/1999 laju inflasi IHK mencapai 4,05% dibanding 1,23% pada triwulan sebelumnya. Tingginya laju inflasi di awal tahun laporan terutama disebabkan oleh faktor musiman, yaitu bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang tercermin dari tingginya laju inflasi kelompok makanan. Pada semester pertama 2002 laju inflasi menunjukkan kecenderungan yang menurun. Hal ini terutama disebabkan oleh menguatnya nilai tukar rupiah dan membaiknya ekspektasi inflasi. Pada semester kedua 2002, penurunan inflasi sedikit tertahan. Kondisi ini terutama terkait dengan faktor musiman yakni menghadapi perayaan hari besar keagamaan, berlanjutnya administered prices, dan meningkatnya ekspektasi inflasi Gambaran umum mengenai tingkat inflasi IHK di indonesia periode 1995.I-2001.IV dapat dilihat pada grafik 3.2 dan tabel 3.2 berikut: 91
  • 10. Objek Penelitian Tabel 3.2 Tingkat Inflasi IHK di Indonesia Periode 1997.I - 2003.I Tahun Kuartal IHK Perubahan IHK 1997 I 104 -3,6144578 II 104,54 0,51923077 III 107,49 2,82188636 IV 111,79 4,00037213 1998 I 141,06 26,1830217 II 163 15,5536651 III 196,28 20,4171779 IV 198,47 1,11575301 1999 I 206,61 4,10137552 II 203,87 -1,3261701 III 198,4 -2,6830824 IV 202,45 2,04133065 2000 I 204,34 0,93356384 II 208,24 1,90858373 III 211,87 1,74318095 IV 221,37 4,48388163 2001 I 226,04 2,10959028 II 233,46 3,28260485 III 239,44 2,56146663 IV 249,15 4,05529569 2002 I 257,87 3,49989966 II 260,25 0,92294567 III 264,53 1,64457253 IV 274,13 3,62907799 2003 I 276,23 0,7660599 Sumber: Bank Indonesia, data diolah 92
  • 11. Objek Penelitian Grafik 3.2 : Perkembangan Inflasi IHK -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Periode Persen GIHK Sumber: Tabel 3.2 3.3 Kredit Variabel kredit pada penelitian ini memuat data kredit rupiah dan valuta asing berdasarkan kelompok bank umum dan sektor ekonomi. Jumlah kredit tersebut tidak termasuk kredit kepada Pemerintah Pusat, kredit kepada bukan penduduk, kredit kelolaan, nilai lawan valuta asing pinjaman investasi dalam rangka bantuan proyek, bantuan proyek, biaya lokal rekening dana investasi, dan kredit yang diberikan oleh kantor cabang bank di luar negeri. Dalam penelitian ini, variabel kredit terbagi menjadi dua, yaitu kredit yang berasal dari kelompok bank umum konvensional (Credit) dan bank umum syariah (Credit(Isl)). 93
  • 12. Objek Penelitian Perkembangan kredit perbankan mengalami penurunan yang cukup besar akibat terjadinya krisis perbankan. Pada tahun 1999 kredit perbankan mengalami penurunan sebesar 262,293 triliun rupiah dari tahun 1998, sekitar 49,2%. Menurunnya kredit perbankan tersebut terutama sebagai akibat dilakukannya pembekuan kegiatan usaha beberapa bank dan adanya pengalihan kredit bermasalah. Selama periode tahun 2000, posisi kredit perbankan meningkat sebesar 15,5% sehingga menjadi Rp320,4 triliun dibanding tahun 1999. Peningkatan tersebut berasal dari kredit rupiah dan kredit valuta asing yang masing-masing naik sebesar Rp18,9 triliun dan 24,2 triliun, apabila pengaruh nilai tukar dihilangkan, kredit dalam valuta asing menjadi turun sebesar 10,8%, sehingga posisi kredit dalam tahun laporan hanya meningkat sebesar 2,2% Pada akhir Desember 2002, kredit perbankan terus menunjukkan trend yang meningkat, terutama kredit rupiah, sementara kredit valas berfluktuasi karena adanya pengaruh perubahan nilai tukar. Secara nominal, outstanding kredit pada Desember 2002 sebesar Rp 410,3 triliun, lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pada 2001 sebesar Rp 38,2 triliun (11,9%). Namun apabila pengaruh perubahan nilai tukar dihilangkan dengan menggunakan kurs tetap (Desember 2000), outstanding kredit selama 2002 mengalami peningkatan sebesar Rp 70 triliun (20,1%) atau lebih besar dari peningkatan pada 2001 yang hanya mencapai Rp28,1 triliun (8,8%) 94
  • 13. Objek Penelitian Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Periode 1997.1-2003.1 (Miliar Rp) Tahun Kuartal Kredit 1997 I 306125 II 328808 III 368517 IV 378134 1998 I 476841 II 626465 III 535975 IV 487426 1999 I 366543 I I 251262 III 263262 IV 225133 2000 I 223235 II 240135 III 248994 IV 269000 2001 I 285375 II 306333 III 304428 IV 307594 2002 I 302776 II 312018 III 341172 IV 365410 2003 I 376141 Sumber: Bank Indonesia, data diolah 95
  • 14. Objek Penelitian Grafik 3.3 : Perkembangan Kredit Perbankan 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Periode Nilai(Miliar) Credit Sumber: Tabel 3.3 3.4 Likuiditas Perbankan Alat likuid bank umum terdiri atas kas dan giro pada Bank Indonesia. Jumlah alat likuid minimum ditetapkan dengan persentase tertentu dari dana pihak ketiga yang meliputi giro, simpanan berjangka, tabungan, dan kewajiban jangka pendek lainnya. Simpanan berjangka terdiri atas deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposit on call. Variabel likuid pada penelitian ini terbagi menjadi dua; alat likuid (Islamic) yaitu alat likuid perbankan yang menerapkan sistem bebas bunga dan alat likuid konvensional, yaitu alat likuid perbankan berbasiskan bunga. Pada akhir tahun 1997, cadangan bank-bank menurun tajam sebagai akibat kesulitan likuiditas yang dialami bank-bank sehubungan dengan penarikan dana secara besar-besaran oleh masyarakat. Kegiatan usaha 96
  • 15. Objek Penelitian perbankan yang tecermin pada volume usaha, penyaluran kredit , dan penghimpunan dana pada tahun 1997 menunjukkan peningkatan yang pesat. Namun demikian perlu dicatat bahwa peningkatan yang pesat tersebut pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Volume usaha perbankan pada tahun ini, meningkat dengan sangat tajam sehingga mencapai Rp737,6 triliun dibandingkan Rp399,6 triliun pada tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 84,6%. Namun, apabila pengaruh perubahan kurs tidak diperhitungkan maka pertumbuhan volume usaha hanya sebesar 18,2%. Kegiatan usaha perbankan pada tahun 1998 ditandai dengan penurunan volume usaha dan penyaluran dana, sementara penghimpunan dana mengalami peningkatan. Perkembangan tersebut menunjukkan terganggunya fungsi intermediasi perbankan. Volume usaha perbankan pada tahun ini mengalami penurunan sebesar 12,5% setelah mengalami peningkatan sangat tajam pada tahun sebelumnya. Dalam tahun 2000, total aset perbankan meningkat sebesar 2,4% dibanding Desember 1999 sehingga menjadi Rp1.030,5 triliun. Sebagian besar aset perbankan berupa obligasi pemerintah yang dimiliki oleh bank- bank peserta program rekapitalisasi. Total aset perbankan pada tahun 2002 secara agregat mengalami peningkatan dibandingkan pada 2001 sehingga menjadi Rp1.112,2 triliun. Peningkatan aset tersebut terutama didorong oleh meningkatnya portofolio kredit yang disalurkan dan portofolio SBI. Permodalan bank secara 97
  • 16. Objek Penelitian keseluruhan mengalami peningkatan dari Rp62,3 triliun pada Desember 2001 menjadi Rp93 triliun pada akhir periode laporan. Peningkatan tersebut sebagian besar berasal dari setoran modal sebesar Rp8,3 triliun, pembentukan cadangan modal Rp2,7 triliun, koreksi kerugian tahun sebelumnya Rp12,3 triliun dan laba tahun berjalan Rp7 triliun. Membaiknya kualitas aktiva perbankan yang diiringi dengan peningkatan permodalan bank, mendorong peningkatan CAR. Pada akhir 2002, CAR untuk keseluruhan bank umum mencapai 22,5% atau meningkat 199 poin bila dibandingkan dengan akhir tahun 2001 sebesar 20,5. Grafik 3.4 : Perkembangan Likuiditas Perbankan 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Periode Nilai(Miliar) Likuid Sumber: Tabel 3.4 98
  • 17. Objek Penelitian Tabel 3.4 Perkembangan Posisi Alat Likuid Bank Umum (Miliar Rp) Tahun Kuartal Likuid 1997 I 324027 II 352776 III 364127 IV 394507 1998 I 492537 II 609970 III 595943 IV 630011 1999 I 655269 II 669047 III 712864 IV 696207 2000 I 718851 II 743508 III 748389 IV 814180 2001 I 836590 II 863211 III 851829 IV 918083 2002 I 903771 II 915148 III 947841 IV 971346 2003 I 966130 Sumber :Bank Indonesia, data diolah 99
  • 18. Objek Penelitian 3.5 Perkembangan Perbankan Syariah Sebagai industri keuangan yang relatif baru, perbankan syariah pada 2002 memperlihatkan pertumbuhan yang cukup pesat. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya jumlah bank yang beroperasiberdasarkan prinsip syariah dan cukup tingginya pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, maupun pembiayaan yang diberikan. Sejalan dengan bertambahnya jaringan kantor bank, kegiatan usaha perbankan syariah juga mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Pada akhir 2002 total aset perbankan syariah tercatat sebesar Rp4,1 triliun, jumlah tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp1,4 triliun atau 50,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut menyebabkan pangsa total aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan nasional meningkat dari 0,3% pada akhir 2001 menjadi 0,4% pada akhir periode tahun 2002. Tabel. 3.5.1 Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank Islamic Banks Total BanksNominal Share Total Assets 4,63 0,42% 1100 Deposit Fund 3,32 0,40% 833,4 Credit Financing extended 3,66 0,87% 420,52 LDR/FDR*) 110,22% 50,46% NPL 3,96% 8,15% *) FDR = Financing extended/Deposit Fund LDR = Credit extended/Deposit Fund Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Maret 2003 Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia 100
  • 19. Objek Penelitian Secara umum pertumbuhan penghimpunan DPK (dana pihak ketiga) perbankan syariah pada 2002 tercatat sebesar 61,5%. Tambahan DPK perbankan syariah memberikan kontribusi sebesar 2,9% dari total tambahan DPK perbankan nasional. Sementara itu kontribusi DPK terhadap total aset perbankan syariah meningkat dari 2001 sebesar 66,4% menjadi 71,4% pada 2002. Tabel.3.5.2. Komposisi Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah (juta Rupiah) DANA PIHAK KETIGA Jan-03 Feb-03 Mar-03 DEPOSIT FUND Giro Wadiah Nilai (Amount) 325,944 321,18 411,082 Wadiah currency account Pangsa (Share) 10,47% 10,19% 12,37% Tabungan Mudharabah Nilai (Amount) 947,795 982,511 1,018,925 Mudharabah saving account Pangsa (Share) 30,45% 31,18% 30,66% Deposito Mudharabah Nilai (Amount) 1,838,870 1,846,914 1,892,842 Mudharabah investment account Pangsa (Share) 59,08% 58,62% 56,96% Total 3,112,609 3,150,605 3,322,849 Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Maret 2003 Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia 101