Ringkasan dokumen tentang patofisiologi infeksi Entamoeba Histolytica:
1. Infeksi Entamoeba Histolytica memiliki masa inkubasi 4-5 hari dan dapat berlangsung tanpa gejala atau menyebabkan berbagai gejala gangguan pencernaan seperti diare dan diare berdarah.
2. Parasit dapat menginfeksi usus dan menyebar melalui darah ke organ lain seperti hati dan otak, menyebabkan abses. Infeksi sekunder ole
1. PATOFISIOLOGI
Masa inkubasi infeksi Entamoeba Histolytica berkisar antara 4 dan 5 hari. Amoebiasis
dapat berlangsung tanpa gejala (asimtomatis). Penderita kronis memiliki toleransi terhadap
parasit sehingga tidak menderita gejala penyakit lagi (symptomles carrier). Gejala bervariasi
mulai dari rasa tidak enak di perut hingga diare. Gejala yang khas adalah sindroma disentri,
yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan yang meliputi diare berlendir dan berdarah
disertai tenesmus. Tempat yang sering dihinggapi oleh parasit ini adalah sekum, rektum, dan
kolon sigmoid. Amoebiasis dapat menjalar melalui aliran darah (hematogen) hingga ke
organ-organ yang jauh, seperti limpa dan otak sehingga menimbulkan abses ditempat-tempat
tersebut. Abses juga dapat terjadi di serviks, vulva, vagina dan penis melalui penularan secara
hubungan seksual, yakni seks oral. Proses amoebiasis meliputi:
a. Primer
Pada fase ini penderita mengalami amoebiasis intestinal. Organ yang diserang terutama
bagian sekum dan bagian-bagian lain yang sangat bergantung pada resistensi hospes,
virulensi dari strain amoeba, kondisi lumen usus/dinding usus (infeksi atau tidaknya
dinding usus), kondisi makanan (jika makanan banyak mengandung karbohidrat, ameba
tersebut menjadi patogen), dan keadaan flora normal usus. Interaksi amoeba dengan
bakteri-bakteri tertentu akan mengaktifkan sifat amoeba sehingga menimbulkan lesi pada
usus yang umumnya sampai mencapai mukosa. Gambaran lesi pada usus (mukosa)
menunjukkan nekrosis tanpa reaksi peradangan, kecuali ada infeksi sekunder. Pada
keadaan lanjut, proses ini dapat sampai ke submukosa kemudian masuk ke sirkulasi
darah, sehingga timbul lesi-lesi ekstra-intestinal. Bentuk lesi berupa settle neck ulcus.
Infeksi sekunder biasanya oleh kuman-kuman Clostridium perfringens, Shigella, dan
umunya berprognosis buruk karena terjadi gangren usus, dan sering menyebabkan
kematian. Pada ulkus yang dalam (sampai mencapai submukosa) sering terjadi
pendarahan. Ini dapat dilihat pada feses penderita, yang biasanya ditemukan adanya sel-
sel mukosa. Disamping itu, ulkus juga dapat menyebabkan perforasi sehingga
prognosisnya menjadi buruk.
b. Sekunder
Proses ini terjadi pada amoebiasis ekstra intestinal, yang diakibatkan oleh penyebaran
parasit secara hematogen. Organ yang sering terkena adalah hati yang menimbulkan
amoebik hepatis kemudian menimbulkan abses hepatikum. Abses hepatikum ini dapat
tunggal atau multipel dan terjadi pada 85 % lobus hati. Selanjutnya dapat terjadi pula
2. amoeba ekspansi karena pecahnya abses hati atau penyebaran melalui hematogen, ke
pleura, paru, kulit. Ulserasi pada sigmoid dan rektum dapat menyebabkan komplikasi
atau ekspansi ke vagina bagi penderita wanita.
Sumber :
http://library.usu.ac.id/download/fk/06001187.pdf [Diakses 20/01/2016].
Safar, Rosdiana. 2010. Parasitologi Kedokteran: Protozologi, Helmintologi, Entomologi.
Bandung: Yrama Widya.