Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Kesatria agung penjaga kota suci
1. Kesatria Agung Penjaga Kota Suci
Ilustrasi. (inet)
Masa-masa Kelam Dunia Islam
dakwatuna.com - Ketenteraman Yerusalem musnah seketika. Negeri damai yang dibebaskan
Umar Al-Faruq seperti terobek-robek. Selama 400 tahun orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Islam
hidup bersama dalam kedamaian. Pasalnya demi mengikuti ajakan Paus Urbanius II pada 27
November 1095 di Dewan Clermont, lebih dari 100.000 orang Eropa bergerak ke Palestina untuk
“merebut” tanah suci dari orang Islam dan mencari kekayaan yang besar di Timur. Perjalanan
panjang yang melelahkan seperti tak berarti bagi pasukan salib ini. Perampasan dan pembantaian
mereka lakukan di sepanjang perjalanan yang mereka lalui. Mereka tiba di Yerusalem pada tahun
1099.
1|Page
2. Kota ini jatuh setelah pengepungan hampir lima minggu. Ketika Tentara Perang Salib masuk ke
dalam, mereka melakukan pembantaian yang sadis. Seluruh orang-orang Islam dan Yahudi
dibasmi dengan pedang. Dalam catatan seorang ahli sejarah, “Mereka membunuh semua orang
Saracen dan Turki yang mereka temui… pria maupun wanita.”
Salah seorang tentara Perang Salib, Raymond dari Aguiles, merasa bangga dengan kekejaman
yang mereka lakukan sambil berkata, “Sungguh ini adalah pemandangan yang luar biasa untuk
dinikmati. Beberapa orang lelaki kami (dan ini lebih mengasihi sifatnya) memenggal kepalakepala musuh-musuh mereka; lainnya menembaki mereka dengan panah-panah, sehingga
mereka berjatuhan dari menara-menara; lainnya menyiksa mereka lebih lama dengan
memasukkan mereka ke dalam nyala api. Tumpukan kepala, tangan, dan kaki akan terlihat di
jalan-jalan kota. Perlu berjalan di atas mayat-mayat manusia dan kuda. Tapi ini hanya masalah
kecil jika dibandingkan dengan apa yang terjadi pada Biara Sulaiman, tempat di mana ibadah
keagamaan kini dinyanyikan kembali… di biara dan serambi Sulaiman, para pria berdarah-darah
disuruh berlutut dan dibelenggu lehernya.”
Dalam dua hari, tentara Perang Salib membunuh sekitar 40.000 orang Islam dengan cara tak
berperikemanusiaan seperti yang telah digambarkan. Perdamaian dan ketertiban di Palestina,
yang telah berlangsung semenjak Umar, berakhir dengan pembantaian yang mengerikan. Tentara
Perang Salib menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota mereka, dan mendirikan Kerajaan Katolik
yang terbentang dari Palestina hingga Antakiyah.
Sudah menjadi catatan sejarah bahwa kekalahan kaum Muslimin dari pasukan Salib pada akhir
abad 5 Hijriah, merupakan salah satu tragedi terbesar yang dialami umat Islam. Hal itu terjadi
tidak lain karena kesalahan umat Islam sendiri. Jauh sebelum terjadi invasi pasukan Salib ini,
kondisi umat Islam berada dalam keterpurukan, kemunduran dan kerusakan yang parah.
Para penguasa meninggalkan amanat yang diemban, kerusakan pemikiran dan kegilaan akan
kemewahan serta kekuasaan. Bahkan mereka berlaku zhalim kepada rakyat. Gubernur Abu
Nashr Ahmad bin Marwan, seorang gubernur ketika itu, mengucurkan anggaran 200.000 dinar
dalam setiap acara hiburan yang digelarnya. Tahun 516 Hijriah, saat Menteri Sultan al-Mahmud
terbunuh, istrinya keluar dari rumah dengan diiringi 100 pelayan dan kendaraan-kendaraan
terbuat dari emas.
Padahal, pada saat yang sama, banyak rakyat yang menderita kelaparan. Orang-orang yang tidak
berpunya terbelit kesulitan hidup yang luar biasa. Bahkan banyak di antara mereka yang sampai
memakan anjing, kucing dan sesama manusia. Ada juga yang sampai memakan anak darah
dagingnya sendiri demi mempertahankan hidup.
Para ulama pun banyak yang menjadi “ulama dunia” dengan mencari muka di depan para
penguasa demi menuai simpati atau jabatan dan bahkan tidak jarang terjadi permusuhan dan
saling menjatuhkan antar ulama. Ketika pasukan Salib membantai ribuan kaum Muslimin,
sebagian ulama berusaha menggelorakan semangat jihad kaum Muslimin, tetapi gagal. Karena
ruhul jihad sudah musnah dalam jiwa mereka. Belitan kehidupan hedonistik begitu sangat kuat.
2|Page
3. Ada cerita yang menyebutkan, sebagian pengungsi membawa tumpukan tulang-tulang manusia,
rambut wanita, dan anak-anak, korban kekejaman pasukan Salib, kepada khalifah dan para
sultan. Ironisnya, para Sultan malah berkata: ”Biarkan aku sibuk dengan urusan yang lebih
penting. Merpatiku, si Balqa‟, sudah tiga hari menghilang dan aku belum melihatnya.” Demikian
pula halnya keadaan orang-orang kaya yang bergelimang harta saat itu. Mereka lebih
mementingkan hobby dan kesenangan mereka daripada membantu saudara-saudaranya yang
miskin, tak berdaya serta terzhalimi.
Demikian kondisi saat itu seperti dijelaskan oleh DR. Madjid Irsan Al-Kilani dalam bukunya,
Hakadza Zhahara Jīilu Shalahuddin wa Hakadza ‟Ādat al-Quds ~ Demikianlah bangkitnya
generasi Shalahuddin dan demikianlah al-Quds kembali ke tangan Islam.
Singkatnya, ada arus penyimpangan kolektif yang dilakukan oleh berbagai lapisan umat setelah
ditinggalkan oleh tiga generasi emas (shalafus shalih). Penyimpangan yang merambah semua
kalangan umat baik pemerintah, ulama, tentara, kaum kaya dan masyarakat awam.
Hadirnya Sang Pembebas
Dalam buku Hamzah Abdullah, berjudul Shalahuddin Al Ayyubi, „Sang Pembebas Al-Aqsha‟
menyebutkan bahwa Sultan Agung ini memiliki nama lengkap Shalahuddin Abul Muzhaffar
Yusuf bin Amir Najmuddin Ayyub bin Syadzi bin Marwan bin Ya‟qub ad-Duwini. Beliau lahir
di Tikrit pada 532 H atau bertepatan dengan tahun 1137 Masehi. Ayahnya adalah Najmuddin
Ayub yang mengabdi kepada Gubernur Seljuk, Imaduddin Zanky. Keberhasilan Najmuddin
merebut wilayah Balbek di Lebanon menjadikan ia kemudian diangkat menjadi Gubernur untuk
daerah Tikrit.
Di saat itulah Shalahuddin Al Ayubi diperkenalkan dengan dunia politik Timur Tengah dan
strategi perang dalam lingkungan istana oleh Nuruddin, paman Shalahuddin Al Ayubi. Masa itu,
Al-Quds (Jerusalem) dalam era perang salib masih dikuasai pasukan Salibis (Crusader) dari
Eropa selama 88 tahun (1009 M-1187 M) tanpa perlawanan berarti dari umat Islam.
Sebagai anak pembesar istana, masa remaja Shalahuddin dihabiskan dengan waktu berfoya-foya
dan mabuk-mabukan. Perubahan paling drastis saat Shalahuddin memasuki usia 20 tahun. Saat
itu ia ditugaskan untuk mengatur muatan kapal di pelabuhan. Saat itulah Shalahuddin
membuktikan kelihaiannya dan kesan sebagai seorang pemuda yang suka mabuk-mabukan
hilang seketika. Shalahuddin mendapatkan penghargaan dan pujian atas keberhasilannya
mengatur muatan kapal tersebut. Shalahuddin muda juga belajar kepada para ulama zamannya
seperti Abu Thahir as-Silafi, al-Faqih Ali bin Binti Abu Sa‟id, Abu Thahir bin Auf, dan lainnya.
Saat Mesir di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah, Shalahuddin menemani pamannya Asaduddin
Syirkuh yang diutus raja Syam. Mereka diutus raja Syam ke Mesir guna memerangi kaum
Salibis yang membantu pemberontakan Syawur dan Dhargham terhadap Khalifah Fatimiyah.
Pertempuran sengit pun terjadi dan kemenangan peperangan itu ada pada pasukan Asaduddin
Syirkuh.
3|Page
4. Kemelut politik yang terjadi di Mesir telah mengakibatkan seorang menteri Khalifah Fatimiyah
terbunuh. Asaduddin diangkat menjadi menteri oleh Khalifah „Adhid menggantikan yang telah
tewas dengan pertimbangan telah memenangkan perang terhadap pasukan Eropa. Tentunya,
kejadian ini menjadi peristiwa yang sangat luar biasa mengingat Asaduddin merupakan golongan
Sunni yang menjabat menteri di ke-khalifahan kaum Syiah.
Dua bulan setelah menjabat menteri di Mesir, Asaduddin yang telah lanjut usia pun meninggal.
Prajurit Syam terpukul hebat. Seandainya para ulama tidak menengahi, pasukan Syam pasti akan
membuat kerusuhan dengan cara berdemonstrasi dan tidak akan meninggalkan kuburan
pemimpinnya hingga mereka tahu siapa yang diangkat menjadi pengganti setelah itu.
Seorang ulama al-Faqih Ali bin Binti Abu Sa‟id yang dikenal dekat dengan Asaduddin dan
Shalahuddin menengahi perebutan kekuasaan tersebut. Ia menunjuk Shalahuddin sebagai
pengganti Asaduddin. Tiada yang bisa membantah penunjukkan ini kecuali Baruqi. Kabar
terbentuknya kementerian Shalahiyah di bawah pimpinan Shalahuddin menyebar di kalangan
orang Eropa. Karir politik Shalahuddin akhirnya mampu meruntuhkan Kekhalifahan Fatimiyah.
Saat itu, Shalahuddin diangkat menjadi penguasa Mesir di bawah pengaruh negeri Syam.
Masa pemerintahan Shalahuddin diwarnai dengan peperangan melawan bangsa Eropa yang
mengumandangkan perang salib di Timur Tengah. Bangsa Eropa yang dikenal sebagai Crussader
berniat hendak menguasai Baitul Maqdis usai meninggalnya Raja Baldwin IV.
Baldwin IV sudah menjalankan perdamaian selama lima tahun. Setelah ia meninggal, Cybele
menggantikannya dengan orang lain sebagai pemimpin di Al Quds. Menyikapi hal tersebut,
pemimpin-pemimpin Eropa kemudian mengadakan perundingan yang diketuai oleh penguasa
Baitul Maqdis. Di antara pemimpin yang hadir dalam acara itu adalah Renault de Chatillon yang
masih menguasai Karak. Namanya dikenal oleh orang Arab dengan sebutan Arnat.
Pemimpin yang berkumpul itu menyusun strategi mengusir pemimpin besar Muslimin,
Shalahuddin. Baldwin V tidak setuju dengan hal tersebut karena menurut dia, perundingan damai
belum berakhir. Adalah Renault yang bersikukuh agar pasukan Eropa segera memerangi kaum
Muslimin di bawah pimpinan Shalahuddin. Meskipun para pemimpin Eropa telah mengatur
strategi militer sedemikian rupa, Shalahuddin sama sekali tidak mempunyai taktik apa-apa dalam
masa damai tersebut. Dia masih menanti akhir masa damai dengan sabar.
Namun, kesabaran Shalahuddin kemudian hilang saat kafilah-kafilah kaum muslimin yang
kembali dari haji melewati Karak, dihadang oleh Renault. Sebagian wanita ditawan dan seluruh
harta mereka dirampas. Saat itu, Renault juga menghina agama Islam.
“Sekarang panggillah Muhammad untuk membuka penjara ini!”
„Tentara Muhammad‟ Pembebas Kota Suci
Hinaan Renault terhadap Rasulullah sampai ke telinga Shalahuddin. Seketika hatinya panas,
darahnya menggelegak. Ia kembali bertekad membunuh pengkhianat itu dengan tangannya
sendiri.
4|Page
5. Shalahuddin pun mempersiapkan pasukan untuk menggempur pasukan Eropa yang dipimpin
Renault de Chatillion. Shalahuddin mengumumkan jihad. Seketika seluruh prajurit muslim yang
ada di Mesir dan Syria bergabung. Tidak ada perbedaan suku dan tujuan. Semuanya memiliki
satu tujuan yaitu menyikat habis kaum salin dan membersihkan tanah Islam dari campur tangan
mereka.
Pada peperangan tersebut, strategi pasukan salib yang dipimpin oleh Renault adalah menyerang
wilayah-wilayah yang terletak dekat dengan posisi Shalahuddin.
Tujuan mereka sebagaimana diperintahkan oleh Renault adalah mendahului kaum muslimin
untuk menguasai sumber mata air sebagai bekal minum di saat teriknya matahari. Maklum saja,
saat peperangan itu berkecamuk musim panas belum berakhir.
Namun, rencana yang disusun itu telah diketahui oleh Shalahuddin. Wilayah yang hendak
diserang sudah terlebih dahulu dihancurkan oleh pasukan muslim. Sumber mata air yang
dimaksud sebagai bekal juga telah dijaga oleh kaum muslimin. Sementara pasukan salib
terkepung di antaranya. Perang meletus. Pasukan salib kewalahan oleh pukulan kaum muslim
dan dahaga di musim panas itu.
Prajurit salib pun akhirnya kacau balau. Mereka melarikan diri dari pertempuran termasuk
pemimpinnya, Raymond. Padahal, pada saat itu pasukan muslim sama sekali tidak menyerang
optimal dikarenakan tidak adanya komando dari Shalahuddin untuk menyerang pasukan salib di
malam hari.
Seorang utusan pasukan muslim menghadap Shalahuddin. Ia mempertanyakan kenapa
Shalahuddin tidak memerintahkan penyerangan akhir pada pasukan salib yang sudah kewalahan
tersebut.
Kabar tersebut diterima Shalahuddin dengan mengerahkan seluruh pasukan muslim pada
serangan pertama. Pasukan salib menjadi tidak berdaya. Mereka menghadapi kaum muslimin
seraya mengundurkan diri ke daerah Hittin. Hittin adalah daerah tempat dimakamkannya Nabi
Syu‟aib as.
Sesampai di Hittin, pasukan salib mendirikan kemah besar yang sulit ditembus oleh kaum
muslim. Kemah tersebut dipasangi salib besar yang terbuat dari kayu tua. Konon katanya Nabi
Isa dibunuh di atasnya. Kayu itu dilapisi dengan mutiara dan intan, lalu kayu itu mereka jadikan
bendera besar di setiap pertempuran yang dilancarkan atas nama agama mereka.
Pasukan muslim berjumlah besar telah berkumpul disekitar Hittin. Akhirnya mereka
melancarkan serangan dan mampu memporak-porandakan tempat tersebut. Tidak terkecuali
kemah besar yang dijadikan pusat komado tentara salib. Kemenangan gemilang berada di tangan
kaum muslimin. Malam itu adalah 26 Rabiul Tsani tahun 583 Hijriyah. Ummat Islam
menyambut kemenangan itu dengan doa, tahlil dan takbir.
Penyerangan di Hittin telah berhasil menangkap pembesar-pembesar Eropa. Diantaranya adalah
Gaudefroy, suaminya Cibele penguasa Baitul Maqdis, Renault penguasa Karak, juga penguasa
5|Page
6. Dawiyah, penguasa Hospitaller, penguasa Ramla dan Husn Jabail (Giblet) serta anak penguasa
Tiberia dan banyak lagi pembesar Eropa lainnya.
Sultan Shalahuddin kemudian memerintahkan penguasa Dawiyah dan Hospitaler dipancung. Hal
ini karena menurut Shalahuddin mereka adalah sumber malapetaka negeri Arab dan daerah
muslim.
Renault juga mengalami hal serupa. Dia diperintahkan berdiri di samping saudaranya Gaudefroy.
Saat itu, Shalahuddin memerintahkan salah satu prajuritnya untuk mengambil air dingin dan
menyodorkannya pada Gaudefroy, penguasa Baitul Maqdis. Gaudefroy kemudian memberikan
sedikit air dalam gelas itu pada saudaranya Renault. Melihat hal itu, Shalahuddin berkata pada
penterjemahnya; “Katakan pada Gaudefroy bahwa kamulah yang memberi minum saudaramu,
sedangkan saya tidak memberikannya..!”
Adat kaum Arab, apabila seorang tawanan diberikan makan dan minum oleh orang yang
menawannya, maka akan terlepas dari ancaman. Itulah yang diberikan pada Gaudefroy namun
tidak untuk Renault.
Sultan telah memperingatkannya tentang ucapan-ucapan keji yang pernah dilontarkan Renault
pada Nabi Muhammad saw. Kemudian Shalahuddin berkata pada Renault, ”Inilah saya pembela
Muhammad..!”
Sultan menawarkan kepada Renault dua kalimat syahadat. Namun ia menolaknya. Shalahuddin
kemudian mencabut pedang lalu menebas leher salah satu pembesar Eropa tersebut. Setelah
kepalanya terlepas dari badan, kepala itu dilemparkannya ke pintu kemah. Selesai sudah usaha
untuk memelihara kemuliaan Islam dan Muslimin.
Melihat nasib saudaranya, Gaudefroy menjadi gemetar. Dia belum yakin kalau Shalahuddin akan
membiarkannya hidup. Sultan lalu memanggilnya dan menenangkannya.
“Tidak pernah terjadi seorang raja membunuh raja. Tetapi ini sudah melampaui batas. Dia
menghina Nabi kami, Muhammad saw. Kami sudah bernazar seandainya Allah memberikan
kekuatan kepada kami untuk membunuhnya. Terjadilah apa yang terjadi…!
Subhanallah…Begitulah sejarah mengalirkan dirinya sebagai sunnah at-tadawwul (hukum
perubahan) bagi manusia. Maka sekitar 90 tahun kemudian, Allah menghadirkan Shalahuddin
Al-Ayyubi yang memimpin pasukannya merebut Hitthin sebaga pembuka jalan untuk merebut
Palestina kembali. Apa gerangan yang terjadi? Apakah Shalahuddin Al-Ayyubi seorang utusan
langit yang datang begitu saja untuk menyelamatkan umat? Apakah Shalahuddin seorang
pahlawan tunggal yang berjuang sendirian dan mengandalkan segala keistimewaan pribadinya?
Jawabannya tentu tidak. Sejak awal Shalahuddin “hanya” seorang anak didik Nuruddin Zanki
yang sudah menyiapkan mimbar baru untuk Masjidil Aqsha jauh sebelum itu.
Di sisi lain, sejarah tidak mungkin melupakan karya dan peran signifikan sejumlah ulama dan
tokoh umat Islam yang hidup dalam kurun waktu tersebut, seperti Al-Ghazali, Abdul Qodir alJilani, Ibnu Qudamah al-Maqdisi dan sederetan nama lainnya yang berhasil melakukan
6|Page
7. perubahan radikal pada paradigma pemikiran dan pendidikan umat. Mereka berhasil mengikis
virus-virus yang menggerogoti imunitas internal umat berupa hegemoni filsafat, aliran kebatinan,
dikotomi fiqih dan tasawuf, mazhabisme dan lain-lainnya, sebelum melahirkan sebuah generasi
baru yang mengimplementasikan nilai-nilai nilai-nilai Islam dan mengusung panji kejayaannya
saat berhadapan denan lawan-lawannya.
Shalahuddin hanya seorang juru bicara resmi dari sebuah generasi yang telah mengalami proses
penggodokan dan perubahan. Sebuah generasi yang telah berhasil melampaui kesalahankesalahan masa lalu yang ditorehkan oleh para pendahulunya.
Dunia Islam tidak akan pernah melupakan apa yang telah diperjuangkan oleh Shalahudin untuk
membebaskan Jerusalem dari tangan para penzhalim. Dengan gagah dan tidak takut mati, ia
melancarkan serangan-serangan militer maupun non-militer pada kaum penjajah tersebut, serta
mengajak seluruh umat Islam untuk bersatu melawan mereka.
Dengan penaklukan-penaklukan yang ia lakukan, Islam menjadi bangga, dan dengan
kemenangan-kemenangannya, hari-hari berikutnya menjadi cahaya bagi umat, sebagaimana
digambarkan dalam syair Al-‟Imad Al-Ashbahani :
Dengan penaklukanmu, Islam menjadi bangga, dan dengan kemenanganmu, hari-hari menjadi
bercahaya.
Anda mempersembahkan kekuatan dan harapan kepada dunia dan agama.
Anda telah menyempurnakan futuhat dengan merebut Jerusalem.
Teruslah melakukan penaklukan agar sistemnya tetap berlanjut dan jadilah seorang Muslim
untuk membuat kemenangan Islam.
Mengambil Hikmah Kemenangan
Shalahudin Al Ayyubi menginfakkan dirinya sepenuhnya untuk membebaskan Jerusalem. Tiada
hari ia lalui tanpa berfikir siang dan malam untuk bisa menggapai kemenangan Islam. Bahkan
seringkali tidak ada waktu untuk sekedar makan, karena begitu perhatiannya untuk Jerusalem,
hingga akhirya kemenangan itu ia dapatkan di perang yang menentukan, yakni perang Hittin.
Namun, ada beberapa sebab dan pendahuluan kemenangan ini. Kita semestinya tidak lupa bahwa
sebab dan pendahuluan sebenarnya yang mengantarkan umat Islam pada kemenangan itu bukan
berasal dari diri Shalahudin. Akan tetapi, sebab itu adalah hasil dari mengikuti jalan yang telah di
contohkan oleh Rasulullah saw. pada perang Badar dan Ahzab serta peristiwa penaklukkan
Mekkah.
Lalu, apa rahasia dan sebab-sebab kemenangan yang diraih Shalahudin dan umat Islam ketika
itu?
7|Page
8. 1. Bertakwa kepada Allah dan menghindari kemaksiatan
Dengan bertakwa kepada Allah dan menghindari kemaksiatan, maka itu meningkatkan spiritual
pada setiap pasukan. Sehingga ia meminta perlindungan dan kemenangan serta menaruh semua
harapan hanya kepada Allah swt. Ini adalah langkah pertama menuju kemenangan dan ini adalah
tanda-tanda akan datangnya berita gembira.
Selain itu, Allah tidak akan membiarkan begitu saja pasukan mukmin yang bergantung kepadan
Nya dan melaksanakan perintah-perintah Nya sesulit apapun keadaannya dan sebesar apapun
konspirasi musuh atas umat Islam. Apabila pasukan Islam mengalami kesulitan mendapatkan
bantuan perlengkapan duniawi, Allah akan memberi bantuan kepada mereka dari langit. Allah
akan melemparkan rasa takut kedalam hati musuh-musuh mereka dan memberi mereka
kemenangan dari arah yang tidak disangka.
2. Persiapan penuh dan fokus terhadap masalah pembebasan Jerusalem
Para sejarawan sepakat bahwa Shalahudin sangat menaruh perhatian terhadap pembebasan
Jerusalem. Hal itu menyita waktu dan istirahatnya. Hatinya sangat merindukan kebebasan
Jerusalem. Dia bahkan tidak bisa merasakan ketentraman dan ketenangan sebelum Jerusalem
terbebaskan dari tangan-tangan kaum penjajah. Bagi Shalahudin, pendudukan Jerusalem adalah
perkara penting yang tidak mampu dipikul oleh gunung.
Teman dekat Shalahudin, Al Qadhi Baha‟uddin, menggambarkan keadaan Shalahudin ketika
mengajak dan mendorong umat Islam untuk berjihad di jalan Allah melawan pasukan Salib,
“Shalahudin bagaikan ibu yang kehilangan anaknya. Dia menunggangi kuda dari satu tempat ke
tempat lainnya untuk mendorong orang-orang untuk berjihad. Dia berkeliling ke daerah-daerah
dan menyeru umat Islam untuk berkorban untuk Islam, sedangkan kedua matanya meneteskan
airmata. Dia selalu disibukkan dengan urusan jihad. Tiada yang dia bicarakan kecuali urusan
jihad. Tiada pula yang dia perhatikan kecuali menyediakan sarana dan pasukan untuk berjihad.
Dia hanya tertarik kepada orang yang mengingatkan dan mendorongnya untuk berjihad”.
Demikian gambaran bahwa Shalahudin menaruh seluruh jiwa dan raganya untuk kepentingan
umat yang sedang di jajah. Ia tidak terlena oleh kefanaan dunia sebagaimana kebanyakan umat
Islam pada zamannya. Ia menyeru umat Islam untuk bersatu, melawan kedzaliman dan
kebathilan yang sedang terjadi.
Perhatiannya kepada persiapan militer dan penyiapan sebab-sebab kekuatan materi sama dengan
perhatiannya pada persiapan spiritual dan moral. Diantaranya adalah membentuk berbagai
pasukan khusus di antara tentaranya. Tidak hanya pasukan darat saja, namun juga pasukan
armada laut. Bahkan ia mendirikan dewan khusus untuk mengatur penghasilan dan
penggunaannya serta mengawasi urusan armada.
Setelah persiapan dan perhatian yang penuh ini, dia menyerang musuhnya dengan keimanan
yang kuat dan tekad yang jujur. Musuhpun mundur dan kalah.
8|Page
9. 3. Kesatuan politik negeri-negeri Islam
Setelah kematian khalifah Fathimiyah, maka Shalahudin naik menjadi Sultan Mesir. Dia
meluaskan kerajaannya dengan menaklukkan Nubia (negeri selatan Mesir), Yaman, dan Hijaz.
Laut merah dan sekitarnya berada dalam kontrolnya. Dia juga menyatukan Syria, setelah
Nurudin Zanki (penguasa Syria) meninggal dunia dan kekacauan melanda negeri tersebut.
Begitupun Damaskus, Aleppo dan kota-kota lainnya ia gabungkan kedalam kerajaannya. Dengan
demikian terbentuklah kesatuan negeri-negeri Islam yang mencakup Irak Utara (Kurdistas),
Syria, Yaman, Mesir, Barqah dan negara-negara kecil lainnya.
Tidak diragukan bahwa pembentukan kesatuan ini dan penguatan pilar-pilarnya mempunyai
pengaruh besar dalam membebaskan Jerusalem. Ketika negeri-negeri Islami dan politik yang
dipimpin oleh seorang pemimpin yang mukmin, pahlawan yang berpengalaman, komandan yang
pemberani, sultan yang terlatih, dan amir yang ikhlas, maka kemenangan pasti akan diraih oleh
umat Islam. Panji kemuliaan Islam pun akan berkibar di seluruh negeri Muslim. Itulah yang
mampu dilakukan oleh Shalahudin Al Ayyubi. Dia berhasil mengalahkan pasukan salib,
mengusir para penyerbu yang bengis, dan membebaskan Masjid Al Aqsha dari tangan-tangan
para durjana.
4. Tujuan berperang adalah meninggikan kalimat Allah
Dalam manhaj Islam, sebelum berangkat ke medan perang, seorang mujahid harus terlebih
dahulu membersihkan niatnya. Ia tidak boleh meniatkan perang untuk mendapatkan ghanimah
(hasil rampasan perang), reputasi, fanatisme ataupun riya‟. Dia harus mengikhlaskan niat karena
Allah swt. semata dan untuk mendapatkan keridhaan Nya. Dalam sebuah hadits nabi Muhammad
saw. ditanya mengenai orang yang berperang karena berani, fanatisme golongan, dan riya‟.
Siapakah di antara mereka yang berada di jalan Allah? Beliau menjawab, “Barangsiapa
berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka dia berada di jalan Allah”. (Hadits shahih
yang diriwayatkana oleh Bukhari dan Muslim)
Shalahudin Al Ayyubi terjun berperang untuk meninggikan kalimat Allah ini. Banyak buktibukti yang dituliskan oleh sejarawan tentang niat Shalahudin dalam jihad ini. Salah satu buktinya
adalah, bahwa pada setiap kesempatan setelah usai peperangan, ia selalu memperlakukan
tahanan perangnya dengan perlakuan yang baik. Bahkan tidak jarang ia mengeluarkan pajak
tahanan dari kantongnya sendiri untuk bisa membebaskan tahanan-tahanan perang yang ada,
khususnya kaum perempuan, anak-anak dan orang-orang tua. Ia tidak memperlakukan
tahanannya seperti perlakuan tentara Salib terhadap umat Islam, dimana digambarkan bahwa
anak-anak, ibu-ibu dan orang-orang tua yang menjadi tahanan mereka, dibunuh secara membabi
buta, sampai warna sungaipun berubah menjadi darah. Ini adalah bukti, bahwa ketulusan hati
Shalahudin Al Ayyubi berperang adalah semata-mata karena Allah swt., bukan karena nafsu atau
dengki, atau hal-hal lainnya.
5. Pembebasan adalah masalah Islam dan kaum Muslimin
Syariat Islam menyatakan bahwa apabila orang-orang kafir menduduki negeri kaum Muslim,
maka semua orang Muslim wajib bersatu untuk membebaskan negeri yang dijajah dari
9|Page
10. cengkeraman musuh dan orang-orang kafir. Allah swt. berfirman dalam Al Quran surat At
Taubah ayat 39 : “Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu
dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan
dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ”
Selanjutnya Allah swt. juga berfirman dalam ayat 41 surat At Taubah,”Berangkatlah kamu baik
dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di
jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
Berdasarkan prinsip di atas, maka Shalahudin mengumpulkan semua kaum muslimin di seluruh
wilayah kekuasaannya dan menyeru mereka untuk menghentikan kejahatan pasukan Salib yang
mengotori kesucian Jerusalem. Demikianlah pasukan Shalahudin terbentuk dan tersusun rapi
yang terdiri dari umat Islam yang mengimani Rabb nya, Rasul sebagai suri tauladannya, Al
Quran sebagai pedomannya, jihad sebagai semangat berjuangnya, dan syahid di jalan Allah
sebagai cita-citanya yang tertinggi.
Demikian perjuangan Shalahudin al Ayyubi demi menegakkan kalimat Allah dan membebaskan
bumi Jerusalem. Kiranya kita semua bisa menjadikan perjuangan Shalahudin sebagai contoh dan
tauladan yang baik. Mudah-mudahan Allah swt. melimpahkan shalawat serta salam kepada
baginda Rasulillah Muhammad saw., para sahabatnya, dan para tabiin hingga akhir
10 | P a g e