Tiga kalimat:
Inggris dan sekutunya memainkan peran penting dalam menghancurkan Kekhilafahan Utsmaniyah dengan membuat Mustafa Kemal menjadi boneka untuk menggantikan khalifah dan membubarkan sistem khilafah pada tahun 1924, sehingga menghancurkan dua kekuatan spiritual Turki yaitu khilafah dan Islam.
1. Dibalik Jatuhnya Kekhilafahan Turki Utsmaniyah (2)
Tidak berapa lama kemudian, muncullah hakikat sebenarnya yang dilakukan oleh musuh-musuh
Islam dari kalangan Yahudi dan Kristen dan lebih khusus lagi Inggris. Mereka melihat, bahwa
penghancuran Khilafah bukanlah perkara yang mudah, kecuali dengan cara membuat pahlawan
boneka dan menggambarkan opini umum tentang sosoknya yang besar dan keramat. Dan mereka
mengusulkan nama Musthafa Kemal agar menjadi sumber harapan dan sumber penghormatan di
kalangan perwira tentara dan rakyat Utsmani.
Mereka membuat beberapa sandiwara peperangan untuk mengangkat (mengorbitkan) nama
Musthafa Kemal sebagai pahlawan. Mereka bertempur tetapi tidak ada peluru dan meriam yang
ditembakkan pihak sekutu. Musthafa Kemal berhasil mendesak pasukan sekutu mundur dari
wilayah Turki. Kemenangan sandiwara ini disambut oleh rakyat Turki dan menyanjung nama
Musthafa Kemal serta menganggapnya sebagai pahlawan penyelamat. Inggris mempublikasikan
kemenangan (sandiwara) Musthafa Kemal secara besar-besaran. Atas kemenangan ini Musthafa
Kemal mengatakan dihadapan publik;”Semua rencana tidak akan dilakukan kecuali untuk
melindungi kesultanan dan Khilafah serta membebaskan Sultan dan negeri ini dari perbudakan
negara asing”.Di sisi lain Duta Besar Inggris mengeluarkan beberapa pernyataan yang ditujukan
kepada bangsa Turki supaya mematuhi khalifahnya, seolah-olah mereka berdiri dipihak Sultan
dan bermusuhan dengan Musthafa Kemal. Maka bertambahlah kebencian terhadap Khalifah dan
bertambahlah kecintaan terhadap pahlawan (boneka) yang memerangi sekutu.
kemalKebusukan rencana Musthafa Kemal mulai terbongkar pada tahun 1341 H/ 1923 M,
Organisasi Nasional Turki pimpinan Mustafa Kemal mengumumkan berdirinya Republik Turki
yang beribukota di Ankara dan dia terpilih sebagai presiden pertamanya, peristiwa ini membuat
posisi Khalifah Sultan Muhammad Wahidudin terancam, kemudian dia melarikan diri ke Malta
dengan kapal Inggris. Awalnya Musthafa Kemal berpura-pura tetap menjaga eksistensi Sistem
Khilafah dengan menunjuk Sultan Abdul Majid II menggantikan Sultan Muhammad Wahidudin.
Namun pada tanggal 27 Rajab 1342 H bertepatan dengan 3 Maret 1924 M, Musthafa Kemal
memanggil semua pendiri Organisasi Persatuan dan Pembangunan, dia yakin bahwa tidak ada
seorangpun yang berani menentang dirinya. Di hadapan anggota, dia mengusulkan untuk
membuat projek pembubaran Khilafah yang dia sebut sebagai `bisul abad pertengahan`.
Akhirnya pada pertemuan tersebut Sistem Kekhilafahan Islam dibubarkan. Pada keesokan
harinya, Khalifah Sultan Abdul Majid II dan keluarga Ustmani diusir dari Ibukota Istambul,
hartanya disita, dan Musthafa Kemal mengganti sekolah-sekolah Islam dengan sekolah sekuler
dibawah kementrian pendidikan. Hal itu dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan
pimpinan delegasi Inggris, Lord Curzon pada saat perjanjian Lausanne tanggal 23 Juli 1923.
Setelah khilafah Islam dibubarkan dan pasukan Inggris ditarik dari wilayah Turki. Menteri luar
negeri Inggris, Curzon dipanggil Senat Inggris untuk mempertanggungjawabkan perihal
penarikan pasukan Inggris dari wilayah Turki, dihadapan anggota Senat Curzon berkata,
”Utama persoalannya adalah bahwa Turki telah dihancurkan dan tidak akan pernah bangkit
kembali, karena kita telah berhasil menghancurkan dua kekuatan spiritualnya, yaitu Khilafah dan
Islam”.
2. Beberapa bulan setelah penghancuran Khilafah tanggal 24 Juli 1924, kemerdekaan Turki secara
resmi diakui dengan penandatanganan Traktat Lausanne. Inggris dan sekutu-sekutunya menarik
semua pasukannya dari Turki yang ditempatkan sejak akhir PD I. Sebagai reaksi dari hal ini,
dilakukan protes pada Menlu Lord Curzon di House of Common karena Inggris mengakui
kemerdekaan Turki. Lord Currzon menjawab,
“Situasinya sekarang adalah Turki telah mati dan tidak akan pernah bangkit lagi, karena kita
telah menghancurkan kekuatan moralnya, khilafah dan Islam.”
Sebagaimana diakui oleh Lord Curzon, Inggris bersama dengan Perancis memainkan peran
penting dalam membagi-bagi tanah kaum muslimin diantara mereka. Rencana mereka melawan
Khilafah bukanlah karena Khilafah berpihak pada Jerman pada PD I. Rencana ini telah dibuat
ratusan tahun yang lalu yang akhirnya berbuah ketika Khilafah Usmani dengan cepat mulai
merosot di pertengahan abad ke 18.
Usaha yang pertama untuk menghancurkan persatuan Islam terjadi pada abad ke 11 ketika Paus
Urbanus II melancarkan Perang Salib I untuk menduduki Al-Quds. Setelah 200 tahun
pendudukan, akhirnya pasukan salib dikalahkan di tangan Salahudin Ayyubi. Di abad ke 15
Konstantinopel ditaklukan dan benteng terakhir Kekaisaran Byzantium itupun dikalahkan. Lalu
pada abad ke 16 Daulah Islam menyapu seluruh bagian selatan dan timur Eropa dengan
membawa Islam kepada bangsa-bangsa itu. Akibatnya jutaan orang Albania, Yugoslavia,
Bulgaria dan negara-negara lain memeluk Islam. Setelah pengepungan Wina tahun 1529 Eropa
membentuk Aliansi untuk menghentikan expansi Khilafah di Eropa. Pada titik itulah terlihat
bangkitnya permusuhan pasukan Salib terhadap Islam dan Khilafah, dan dibuatlah rencana-
rencana berkaitan dengan ‘Masalah Ketimuran’ seperti yang sudah diketahui.
Count Henri Decastri, seorang pengarang Perancis menulis dalam bukunya yang berjudul Islam
tahun 1896:
“Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan dikatakan oleh kaum muslimin jika mereka
mendengar cerita-cerita di abad pertengahan dan mengerti apa yang biasa dikatakan oleh ahli
pidato Kristen dalam hymne-hymne mereka; semua hymne kami bahkan hymne yang muncul
sebelum abad ke 12 berasal dari konsep yang merupakan akibat dari Perang Salib, hymne-hymne
itu dipenuhi oleh kebencian kepada kaum muslimin dikarenakan ketidakpedulian mereka
terhadap agamanya. Akibat dari hymne dan nyanyian itu, kebencian terhadap agama itu tertancap
di benak mereka, dan kekeliruan ide menjadi berakar, yang beberapa diantaranya masih terbawa
hingga saat ini. Tiap orang menganggap muslim sebagai orang musyrik, tidak beriman, pemuja
berhala dan murtad.”
Setelah kekalahan mereka, pasukan Salib menyadari bahwa kekuatan Islam dan keyakinannya
adalah Akidah Islam. Sepanjang kaum muslimin berkomitmen dengan kuat pada Islam dan al-
Qur’an, Khilafah tidak akan pernah hancur. Inilah sebabnya di akhir abad ke 16, mereka
mendirikan pusat misionaris pertama di Malta dan membuat markasnya untuk melancarkan
serangan misionarisnya terhadap Dunia Islam. Inilah awal masuknya kebudayaan Barat ke Dunia
Islam yang dilakukan para misionaris Inggris, Perancis dan
Amerika…(Bersambung)[Eramuslim]