Kurikulum pendidikan Islam merupakan seperangkat komponen yang dijadikan sebagai acuan atau pedoman bagi seorang pendidik dalam menerapkan pendidikan kepada peserta didik, sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Kurikulum pendidikan Islam memiliki dasar-dasar seperti Al-Quran dan Sunnah, serta tujuan untuk membentuk karakter peserta didik sesuai ajaran agama Islam.
1. BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Dasar Kurikulum
Kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu acuan dalam proses
pendidikan sehingga setiap proses pendidikan yang diselenggarakan akan lebih
terarah dan tepat sasaran. Dengan demikian, kurikulum pendidikan Islam
merupakan suatu alat untuk pengembangan sumber daya manusia. Di samping
itu kurikulum pendidikan Islam mempunyai tujuan untuk patokan dan
pedoman dalam melaksanakan proses pendidikan.
”Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang
artinya pelajari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum
berasal dari dunia olah raga zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung
pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis
finish.”.1 Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan.
”Dalam bahasa Arab, istilah ”kurikulum” diartikan dengan manhaj, yakni jalan
yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang
kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum pendidikan Islam berarti
jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai”.2
Menurut Rusman “kurikulum adalah seperangkat rencana dan
1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. VI, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 150
2 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007), hal. 1.
15
2. 16
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”.3 Dengan demikian pengertian kurikulum dalam
pandangan modern merupakan:
“Program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya
sebatas bidang studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi
segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu kehidupannya yang
pelaksanaannya bukan saja di sekolah tetapi juga di luar sekolah”.4
Hery Noer Aly mengemukakan, “kurikulum pendidikan Islam
merupakan rencana pendidikan yang memberikan pedoman tentang jenis,
lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan”.5
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa kurikulum pendidikan Islam
merupakan perencanaan dalam pendidikan, dengan adanya kurikulum
pendidikan Islam maka tujuan pendidikan akan terarah sesuai dengan hasil
yang diharapkan. Di samping itu kurikulum pendidikan Islam juga merupakan
kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan sebagai
pengalaman yang disajikan kepada dibawah pengawasan sekolah.
Pengertian kurikulum pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para
ahli rupanya sangat bervariasi, tetapi dari beberapa definisi itu dapat ditarik
suatu kesimpulan, bahwa di satu pihak ada yang menekankan pada isi
pelajaran atau mata kuliah, dan di lain pihak lebih menekankan pada proses
3 Rusman, Manajemen Kurikulum,, (Jakarta: Rajawali. 2009), hal. 3.
4 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. VI…, hal. 152
5 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 2000), hal. 161.
3. 17
atau pengalaman belajar.
Pengertian yang lama tentang kurikulum pendidikan Islam lebih
menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dalam arti sejumlah mata
pelajaran atau kuliah di sekolah atau perguruan tinggi, yang harus ditempuh
untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat, juga keseluruhan pelajaran yang
disajikan oleh suatu lembaga pendidikan. Ada juga yang membatasi pada
pengetahuan-pengetahuan yang dikemukakan oleh “guru atau sekolah atau
institusi pendidikan lainnya dalam bentuk mata pelajaran-mata pelajaran atau
kitab-kitab karya ulama terdahulu, yang dikaji begitu lama oleh para peserta
didik dalam tiap tahap pendidikannya”.6 Definisi yang dikemukakan oleh
Kemp, Morrison dan Ross (1994) “menekankan pada isi mata pelajaran dan
keterampilan-keterampilan yang termuat dalam suatu program pendidikan.
Demikian pula definisi yang tercantum dalam UU Sisdiknas Nomor 2/1989”.7
Berdasarkan beberapa pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa kurikulum pendidikan Islam merupakan seperangkat komponen yang
dijadikan sebagai acuan atau pedoman bagi seorang pendidik dalam
menerapkan pendidikan kepada peserta didik, sehingga diharapkan dapat
mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Oemar Hamalik mengemukakan, “kurikulum adalah program pendidikan
yang disediakan oleh lembaga pendidikan bagi siswa. Berdasarkan program
pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga
6 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum …, hal. 2.
7 Ibid., hal. 2.
4. 18
mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan”. 8
Kurikulum pendidikan Islam mempunyai hubungan yang erat dengan
pendidikan, karena itu dalam pelaksanaan pendidikan tentu saja tidak boleh
terlepas dari kurikulum. Dalam setiap lembaga pendidikan baik itu pendidikan
formal maupun pendidikan informal mempunyai kurikulum tersendiri dalam
upaya mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kurikulum pendidikan Islam sebagai salah komponen pendidikan yang
sangat berperan dalam mengantarkan pada tujuan pendidikan yang diharapkan,
harus mempunyai dasar-dasar yang merupakan kekuatan utama yang
mempengaruhi dan membentuk materi kurikulum pendidikan Islam, susunan
dan organisasi kurikulum.
”Dasar kurikulum pendidikan Islam adalah kekuatan-kekuatan utama yang
mempengaruhi dan membentuk materi kurikulum, susunan atau organisasi
kurikulum. Dasar kurikulum disebut juga sumber kurikulum atau determinan
kurikulum (penentu)”.9
Menurut Ramayulis yang dikutip dalam Herman H. Horne memberikan
dasar bagi penyusunan kurikulum pendidikan Islam dengan tiga macam, yaitu:
1. Dasar Psikologi, yang digunakan untuk memenuhi dan
mengetahui kemampuan yang diperoleh dari pelajar dan
kebutuhan anak didik.
2. Dasar sosiologi, yang digunakan untuk mengetahui
8 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal.
65.
9Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), hal. 124
5. 19
tuntutan yang sah dari masyakat.
3. Dasar filosofis, yang digunakan untuk mengetahui
keadaan alam semesta tempat kita hidup.10
Dari kedua pendapat di atas menunjukkan bahwa dasar-dasar
kurikulum pendidikan Islam, di samping itu terlihat bahwa kurikulum
pendidikan Islam yang disebutkan di atas belum memadai karena kurikulum
pendidikan Islam merupakan usaha-usaha untuk menerapkan atau
menanamkan nilai-nilai keagamaan.
Kurikulum pendidikan Islam yang baik dan relevan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan Islam adalah yang bersifat terpadu dan
komperensif serta menjadi Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama dalam
penyusunannya. ”Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber utama pendidikan
Islam berisi kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai acuan operasional
penyusunan dan pengembangan kurikuluum pendidikan Islam”.11
Dari kedua kerangka dasar tersebut penulis akan menguraikan satu
persatu sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalam terkandung ajaran pokok yang
dapat dikembangkan untuk keperluan aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran
yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yang
berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah dan yang
10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. III, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal.
131
11 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. VI, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal.
155
6. 20
berhubungan dengan amal disebut syari’ah. Oleh karena itu kurikulum
pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber dalam
merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam sesuai dengan perubahan
dan pembaharuan.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Al-Qur’an memiliki sifat
ajaran yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari memungkinkan
konsep ajarannya dapat diturunkan ke dalam kata kerja operasional atau
kurikulum. Kurikulum berbasis Al-Qur’an ini juga merupakan hipotesis
pengembangan kurikulum yang awal perkenalannya diasumsikan dapat
memperbaiki kondisi pendidikan yang cenderung mengalami kerendahan
moral.
2. As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rasul. Yang
di maksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang
diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan
itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an yang
juga sama berisi pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala
aspek untuk membina umat menjadi manusia seutuh atau muslim yang
bertaqwa.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa As-Sunnah juga merupakan
dasar kurikulum pendidikan Islam karena di dalamnya terkandung hal-hal yang
dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dan dapat direalisasikan ke dalam
7. 21
pendidikan Islam
B. Tujuan Kurikulum
Kurikulum pendidikan Islam merupakan aspek terpenting dalam
mencapai tujuan pembelajaran, karena itu kurikulum pendidikan Islam harus
diatur sedemikian rupa sehingga arah dan tujuannya lebih jelas. Ramayulis
yang kutip dalam Hasan Langgulung mengemukakan bahwa kurikulum
mempunyai aspek utama yang menjadi ciri-cirinya, yaitu:
a) Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu.
Dengan lebih tegas lagi orang yang bagaimana yang
ingin kita bentuk dengan kurikulum tersebut.
b) Pengetahuan (khowledge), informasi-informasi, data-
data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman
dari mana terbentuk kurikulum itu. Bagian inilah
yang disebut mata pelajaran.
c) Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh
guru-guru untuk mengajar dan memotivisi murid
untuk membawa mereka ke arah yang dikehendaki
oleh kurikulum.
d) Metode dan cara penilaian yang digunakan dalam
mengukur dan menilai hasil proses pendidikan yang
dirancangkan dalam kurikulum tersebut.12
Berdasarkan konteks di atas menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan
Islam mempunyai unsur-unsur tertentu. Unsur tersebut meliputi tujuan pendidikan di
suatu lembaga. Setiap lembaga pendidikan mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Oleh karena itu dalam mencapainya tujuan ini tentu saja harus dibentuk melalui
kurikulum pendidikan Islam tentang apa upaya yang harus dilakukan demi
tercapainya tujuan tersebut. Pengetahuan juga merupakan unsur kurikulum
pendidikan Islam, di mana pengetahuan tersebut tertuang dalam materi ajar atau
12 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. VI …, hal. 153
8. 22
pelajaran yang bersangkutan. Setiap mata pelajaran mempunyai tujuan yang hendak
dicapai, karena itu biasanya materi pembelajaran dituangkan dalam bentuk silabus.
Silabus itu menjadi pedoman guru dalam menyajikan pelajaran kepada siswa.
Dalam proses pembelajaran guru harus dapat menggunakan metode-metode
yang efektif demi mengarahkan para siswa agar lebih bersemangat dalam
menerima pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Penggunaan metode yang
tepat merupakan salah satu hal yang dikehendaki oleh kurikulum pendidikan Islam.
Di sisi lain, metode penilaian setelah selasainya proses pembelajaran juga
merupakan salah satu aspek kurikulum pendidikan Islam. Jika dapat menggunakan
sistem penilaian yang tepat maka tujuan yang direncanakan dapat tercapai
semaksimal mungkin. Hal tersebut merupakan suatu ketentuan yang tertera dalam
kurikulum pendidikan Islam. Dengan demikian, kurikulum dan pengajaran
merupakan dua hal yang berbeda namun erat kaitannya antara satu dengan yang
lainnya. Kurikulum pendidikan Islam pada dasarnya merupakan suatu perencanaan
menyeluruh yang mencakup kegaitaan dan pengalaman yang perlu disediakan yang
memberikan kesempatan secara luas bagi siswa untuk belajar. Dengan kurikulum
pendidikan Islam itu pada gilirannya tersedia kesempatan dan kemungkinan
terselenggaranya proses belajar dan mengajar.
Oemar Hamalik mengemukakan, ada empat tujuan yang hendak dicapai
antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan informasi secara menyeluruh
tentang ilmu mengajar sebagai bagian yang
tidak terpisakan dari ilmu endidikan.
2. Memberikan informasi tentang konsep belajar
serta beberapa teori belajar, yang pada
dasarnya turut mewarnai suatu sistem dan
9. 23
strategi pengajaran.
3. Memberikan informasi tentang konsep
mengajar serta beberapa teori dan pendekatan
mengajar dan pengajaran.
4. Memberikan informasi tentang dasar-dasar
pengembangan kurikulum secara singkat,
yang merupakan bagian yang perlu dipahami
dalam kaitannya dengan pengajaran.13
Dalam skala yang lebih luas, kurikulum pendidikan Islam merupakan
suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas. Kurikulum pendidikan Islam menyediakan kesempatan yang luas
bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk
mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya
manusia yang berkualitas umumnya. Tujuan ini dikategorikan sebagai tujuan
umum kurikulum. Sedangkan tujuan umum pendidikan nasional merupakan
dasar dan pedoman bagi penyusunan kurikulum untuk semua lembaga
pendidikan yang ada di negara Indonesia, mulai dari jenjang Taman Kanak-
Kanak sampai Perguruan Tinggi. Maka dalam penyusunan tujuan kurikulum
setiap lembaga pendidikan harus didasarkan kepada tujuan pendidikan
nasional.
C. Pendekatan dalam Kurikulum
Pendekatan kurikulum pendidikan Islam merupakan pendekatan kearah
yang lebih baik, dengan menggunakan berbagai macam alat atau cara dalam
menempuh proses belajar mengajar. “Di dalam teori kurikulum pendidikan
13 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal.
1-2.
10. 24
Islam terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum pendidikan Islam yaitu pendekatan subjek akademis, pendekatan
humanistis, pendekatan teknologis dan pendekatan rekonstruksi sosial”.14 Dari
keempat pendekatan tersebut, penulis coba memodifikasi dengan ulasan
sebagai berikut:
a. Pendekatan subjek akademis
“Model kurikulum pendidikan ini sangat mengutamakan pengetahuan,
sehingga pendidikan diarahkan lebih bersifat intelektual. Konotasi model ini
tidak hanya menerima apa yang disampaikan dalam perkembangan, tetapi juga
menerima proses belajar yang dialami peserta didik”.15
Selanjutnya Muhaimin mengemukakan bahwa:
pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum pendidikan
Islam atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu
masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu
yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan
kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih
dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang
diperlukan untuk pengembangan disiplin ilmu.16
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa pendekatan subjek akademis
merupakan pendekatan menyusun dan menggunakan kurikulum pendidikan
Islam. Di samping itu, subjek akademis juga memberikan gambaran tentang
penyediaan kurikulum yang diperlukan sehingga tercapai tujuan pendidikan
yang diinginkan oleh semua pendidik maupun peserta didik.
14 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Raja Grafindo Persadar, 2007), hal. 139
15 Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan…, hal. 144
16 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum…, hal. 140
11. 25
Sekolah adalah tempat peserta didik untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Tanpa fungsi itu, eksistensi sekolah akan kehilangan pamornya
yang paling utama. Saat memuncak, model subjek akandemis ini mengalami
perkembangan menjadi tiga struktur disiplin yaitu:
1. Aliran yang melanjutkan struktur disiplin.
2. Pelajar terpadu.
3. Pendidikan fundamental.17
Dari ketiga struktur di atas menunjukkan bahwa belum memadai dalam
pelaksanaan kurikulum pendidikan Islam di sekolah karena hanya akan
menghasilkan manusia yang sinis sehingga tidak mempunyai cita-cita yang
tinggi. “Secara umum, kurikulum pendidikan Islam model subjek akademis
dipandang sebagai model yang masih sepihak, dan belum mampu
mengintegrasikan antara nilai lama dan nilai baru, padahal Islam menghendaki
adanya model yang interdisipliner dan integratif terhadap semua masalah-
masalah kehidupan”.18
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa pendekatan subjek akademis
adalah pendekatan yang belum sempurna. Dengan demikian, hendaknya
kurikulum pendidikan Islam harus digunakan sesuai dengan proses belajar
mengajar sehingga tercapai tujuan pendidikan yang menyeluruh.
b. Pendekatan humanistis
“Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum pendidikan
17 Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan…, hal. 145
18 Ibid, hal. 145
12. 26
Islam bertolak dari ide “memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang
akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk
mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar
evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan”.19
Suatu asumsi menyatakan bahwa peserta didik adalah faktor yang
pertama dan utama dalam pendidikan. Ia dapat menjadi subjek yang
menjadikan pusat kegiatan pendidikan dan mempunyai kemampuan, potensi
dan kekuatan untuk berkembang.20
Dari kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa pendekatan humanistis
merupakan pendekatan yang bersifat permisif sehingga dapat memberikan
dorongan kepada peserta didik dalam mencapai kesuksesan tersendiri. Di
samping itu, pendekatan model humanistis berfungsi sebagai alat pembantu
siswa dalam mencapai kepribadiannya. Dengan demikian, akan menjadikan
manusia yang dapat menciptakan unsur kreativitas, kemandirian dan aktivitas.
c. Pendekatan teknologis
“Dalam konteks kurikulum pendidikan Islam model teknologi,
teknologi pendidikan mempunyai dua aspek, yaitu hardware berupa alat benda
keras seperti proyektor, TV, LCD, radio dan sebagainya dan software berupa
teknik penyusunan kurikulum, baik secara mikro maupun makro”.21
“Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum pendidikan Islam
atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan
19 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum…, hal. 142
20 Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan…, hal. 145-146
21 Ibid, hal. 147
13. 27
untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria
evaluasi sukses dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas
tersebut”.22
Dari kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa pendekatan teknologis
merupakan pendekatan yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar,
dengan menggunakan media atau alat pendidikan yang bersifat teknologi
makan akan meningkatkan mutu pendidikan, di samping itu seorang pendidik
juga akan memudahkan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian
pendidik harus bisa memilih alat media yang akan digunakan sehingga tercapai
tujuan kurikulum pendidikan Islam sebagai mana yang telah ditetapkan dalam
pembelajaran.
d. Pendekatan rekonstruksi sosial
“Kurikulum ini bertujuan mengembangkan kemampuan mental, antara
lain berpikir dan berkeyakinan bahwa kemampuan tersebut dapat ditransfer
atau diterapkan pada bidang-bidang lain. Model ini berpijak pada psikologi
kognitif, yang konsepnya berpijak pada kekuaran pikiran”.23
“Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan Islam keahlian bertolak dari problem yang dihadapi dalam
masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan teknologi
serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, akan dicarikan upaya
pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik”.24
22 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum…, hal. 163-164
23 Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan…, hal. 148
24 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum…, hal. 173
14. 28
Model pembelajaran pendidikan agama Islam berwawasan rekonstruksi
sosial dapat dibagikan ke dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap analisis
a. Guru dan peserta didik
mengindentifikasi dan menganalisis
kebutuhan.
b. Analisis tugas.
c. Menentukan peserta atau siapa
yang menjadi subjek dan apa
sasaran program.
2. Tahap desain
a. Merumuskan tujuan dan target
pembelajaran pendidikan agama
Islam.
b. Merancang program pembelajaran
pendidikan agama Islam (tema
pokok, pendekatan dan metode,
media dan sumber belajar serta
evaluasinya).
c. Menetapkan waktu dan tempat
pelaksanaan.
d. Mengembangkan dalam proposal
atau TOR (Term of reference)
3. Tahap implementasi, yaitu pelaksanaan
program atau implementasi terhadap apa yang
tertuang dalam TOR. Dalam hal ini perlu
dibuat Skenario pembelajaran pendidikan
agama Islam yang berisi:
a. Berapa jumlah hari yang diperlukan
b. Perincian materi dari tema pokok
pembelajaran pendidikan agama
Islam yang dipelajari, dialami serta
diinternalisasi oleh peserta dalam
berapa sesi.
c. Perincian skenario kegiatan
pembelajaran.
4. Tahap evaluasi dan umpan balik, yaitu
evaluasi pelaksanaan programnya sehingga
ditemukan titik-titik kelebihan dan
kelemahannya dan melalui evaluasi tersebut
akan diperoleh umpan balik untuk selanjutnya
direvisi programnya untuk perbaikan
pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama
Islam rekonstruksi sosial di masa yang akan
15. 29
datang.25
Dari beberapa kutipan di atas dapat dipahami bahwa hasil yang diharapkan
dari keempat tahap adalah konteks atau karakteristik masyarakat yang menghadapi
problem, kategorisasi permasalahan atau problem yang ada di masyarakat, tema-
tema pembelajaran pendidikan agama Islam, skala prioritas tema pembelajaran
pendidikan agama Islam, tersusunnya rencana dasar penyelenggaraan pembelajaran
pendidikan agama Islam di masyarakat yang mencakup tujuan pembelajaran
pendidikan agama Islam, pokok-pokok dan sub pokok bahasan, metode dan media
pembelajaran, kriteria dan jumlah peserta yang menjadi subjek dan sasaran
pembelajaran pendidikan agama Islam.
D. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum pendidikan Islam merupakan rancangan
pembelajaran yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dengan
demikian, organisasi kurikulum sangat terpengaruh kepada hasil belajar peserta
didik di sekolah. Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir mengemukakan bahwa:
“Organisasi kurikulum pendidikan Islam adalah pola atau bentuk bahan
pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada peserta didik atau
struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-
program pendidikan atau pengajaran yang hendak disampaikan ada
peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan atau pengajaran yang
ditetapkan”.26
1. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran terpisah-
pisah
25 Ibid, hal. 175-178
26 Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan…, hal. 158
16. 30
“Jenis kurikulum pendidikan Islam ini bertujuan agar generasi muda
mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah
dikumpulkan sejak berabad-abad. Mereka perlu mencari dan
menemukan lagi apa yang diperoleh generasi-generasi terdahulu.
Dengan demikian, mereka lebih mudah dan cepat membekali diri untuk
menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya”. 27
Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa dengan adanya rancangan
kurikulum pendidikan Islam yang terpisah-pisah antar mata pelajaran maka
peserta didik akan memudahkan dalam memahami pelajaran yang akan
disajikan oleh pendidik. Dengan demikian, peserta didik akan mudah
memahami sehingga dapat dijadikan panutan dalam kehidupannya.
2. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran gabungan
“Jenis ini merupakan modifikasi dari kurikulum pendidikan Islam mata
pelajaran yang terpisah-pisah. Agar pengetahuan peserta didik tidak terpisah-
pisah, maka disusunlah hubungan antara dua mata pelajaran atau lebih, yang
dapat dipandang sebagai kelompok yang mempunyai hubungan erat”. 28
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa kurikulum pendidikan Islam
pada mata pelajaran gabungan akan menambah minat peserta didik, karena
peserta didik akan mendapat pandangan yang lebih luas dalam memahami
mata pelajaran dan prinsip-prinsip pengetahuan serta penguasaan fakta.
3. Kurikulum terpadu
“Kurikulum pendidikan Islam terpadu dilaksanakan melalui pengajaran
unit dengan langkah-langkah yang berupa berpikir bila menghadapi masalah
melalui perumusan yang tajam, lalu memikirkan hipotesis-hipotesis yang
27 Ibid, hal, 159
28 Ibid, hal. 160
17. 31
mungkin memberi jawab dan menyelesaikan masalah”.29
Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan Islam
terpadu juga sangat terpengaruh kepada prestasi belajar, karena dalam
kurikulum pendidikan Islam terpadu secara rinci dapat memberikan jawaban-
jawaban dalam menyelesaikan masalah. Di samping itu, kurikulum pendidikan
Islam terdapat juga merupakan suatu kesatuan yang bulat dalam suatu mata
pelajaran karena dapat melihat lebih jauh tentang mata pelajaran yang
disajikan oleh pendidik.
Untuk merealiasi kurikulum pendidikan Islam terpadu, menurut Abdul
Mujid dan Jusuf Mudzakkir di kutip dalam Kuntowijoyo dapat dilakukan
dengan pendekatan lima metode yaitu:
1. Memasukkan mata pelajaran keislaman sebagai bagian integral dari
sistem kurikulum yang ada.
2. Menawarkan mata pelajaran pilihan dalam studi keislaman.
3. Mengarahkan terjadinya integrasi antara ilmu-ilmu agama dengan
ilmu-ilmu umum.
4. Tujuan utama program ini adalah memberikan semacam keterangan
keagamaan kepada mata pelajaran tersebut dan kemudian
mengintegrasikan ke dalam orde dan hirarki ilmu keislaman.
5. Terlebih dahulu mengintegrasikan semua disiplin ilmu di dalam
kerangka kurikulum pendidikan Islam.30
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa kurikulum
pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Dalam usaha untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik maka sebagai
seorang pendidik harus menggunakan kurikulum pendidikan Islam yang baik.
Dengan demikian pendidik dalam mengajar tidak boleh melenceng dari
29 Ibid, hal. 161
30 Ibid, hal. 163-164
18. 32
kuriklum pendidikan Islam agar peserta didik dapat terarah dalam proses belajar.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Mulyana A. 263077/2027, Judul Skripsi: Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan
Agama di SD dalam Gugus I Samalanga Kabupaten Bireuen, metode yang
digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif, mengemukakan bahwa
kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu
sistem pendidikan, karena ia merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis
dan tingkat pendidikan.
Kurikulum merupakan bagian yang terpenting dalam pendidikan dan
pengajaran, karena segala kegiatan pendidikan dan pengajaran bertitik tolak
padanya. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang terarah dan
terorganisir, maka kurikulum merupakan masalah yang terpenting, karena
masalahnya menyangkut inti yang mesti direncanakan, diajarkan dan dipelajari
di sekolah. Pola pendidikan dan pengajaran tertera dalam kurikulum, ke mana
dan bagaimana membantu anak didik dalam pertumbuhan dan perkembangan
seluruh potensi yang ada padanya seperti minat, bakat, kemampuan dan
kebutuhannya. Karena itu, kurikulum merupakan masalah yang terpenting
dalam pendidikan dan pengajaran.
Aminah, NIM. A. 273728/2678, judul skripsi “Kurikulum Pendidikan
Islam untuk Pendidikan Dasar”, metode yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research), mengemukakan bahwa kurikulum merupakan
19. 33
rencana pembelajaran, karena itu kurikulum merupakan program pendidikan
yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan
pengembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa
yang memberikan kesempatan belajar itu. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus
disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak
terbatas pada mata ajaran saja, melainkan meliputi segala suatu yang dapat
mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat pelajaran,
perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain;
yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua
kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa
direncanakan dalam suatu kurikulum.
Dalam melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran bagi seorang
guru tidak terlepas dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh setiap jenjang
pendidikan. Dengan adanya kurikulum yang dijadikan sebagai pegangan guru
maka tujuan yang ingin dicapai akan lebih terarah dan tepat sasaran. Dengan
demikian kurikulum sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Begitu pula
kurikulum tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan Islam.
Dalam penerapan pendidikan Islam baik itu pendidikan tingkat dasar,
tingkat menengah bahkan tingkat tinggi tentu saja mempunyai kurikulum
tersendiri. Kurikulum merupakan suatu acuan dalam proses pendidikan
20. 34
sehingga setiap proses pendidikan yang diselenggarakan akan lebih terarah dan
tepat sasaran. Dengan demikian, kurikulum merupakan suatu alat untuk
pengembangan sumber daya manusia. Adapun tujuan kurikulum adalah
sebagai patokan dan pedoman dalam melaksanakan proses pendidikan.
Dari kedua penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kurikulum merupakan seperangkat komponen yang dijadikan sebagai acuan
atau pedoman bagi seorang pendidik dalam menerapkan pendidikan kepada
peserta didik, sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah
direncanakan. Dengan demikian, tujuan kurikulum hanyalah untuk
mengarahkan peserta didik kepada arah yang lebih maju dan berkembang
dengan masa-masa sebelumnya.
F. Kerangka Berfikir
Kurikulum pendidikan Islam merupakan acuan dalam proses
pembelajaran, karena segala kegiatan pendidikan dan pengajaran bertitik tolak
padanya. Maka kurikulum pendidikan Islam merupakan masalah yang
terpenting, karena masalahnya menyangkut inti yang mesti direncanakan,
diajarkan dan dipelajari di sekolah. Pola pendidikan dan pengajaran tertera
dalam kurikulum pendidikan Islam, ke mana dan bagaimana membantu anak
didik dalam pertumbuhan dan perkembangan seluruh potensi yang ada padanya
seperti minat, bakat, kemampuan dan kebutuhannya. Karena itu, kurikulum
pendidikan Islam merupakan masalah yang terpenting dalam pendidikan dan
pengajaran.
21. 35
Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi yang sesuai
dengan kurikulum pendidikan Islam yang berlaku, agar siswa dapat belajar
secara efektif dan efisien sehingga tujuan yang direncanakan sebelumnya akan
tercapai. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus
menguasai teknik-teknik penyajian pelajaran dalam ketentuan kurikulum
pendidikan Islam. Dalam penyajian pelajaran kepada siswa, guru harus
memperhatikan metode yang lebih efektif untuk diterapkan. Di samping itu,
dalam menerapkan suatu metode guru juga harus mencocokkan dengan materi
yang akan disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu keberhasilan
yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran adalah metode yang
digunakan guru.
Kurikulum pendidikan Islam dan teknik penyajian guru mempunyai
peranan penting dalam proses pembelajaran atau belajar mengajar. Teknik
penyajian pelajaran merupakan suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang dipergunakan oleh guru. Atau dalam pengertian lain disebut sebagai
teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat dipahami
dan digunakan oleh siswa dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa kurikulum
pendidikan Islam yang digunakan guru merupakan suatu faktor untuk
mengarahkan pengajaran kepada anak didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam
belajar. Dengan adanya kurikulum pendidikan Islam guru akan lebih terarah
22. 36
dalam memberikan pendidikan kepada siswa dalam mengikuti pelajaran,
dengan demikian hubungan antara kurikulum pendidikan Islam dengan proses
pembelajaran tak dapat dipisahkan.
Belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam
belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri individu. Belajar
merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan yang sampai
kepada perbuatan atau tingkah laku bukan terbatas, sehingga membekali
berbagai macam ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila bahan yang
dipelajari sesuai dengan kurikulum pendidikan Islam yang berlaku. Karena itu
bahan harus dipilih yang sesuai dengan tujuan melakukan aktivitas belajar.
Untuk itu perlu diusahakan agar di dalam bahan pelajaran dapat dimasukkan
hal-hal yang sesuai dengan kurikulum sehingga ia akan memasukkan bahan
diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan belajar maka guru harus mampu
menggunakan menguasai kurikulum pendidikan Islam yang berlaku dalam
pembelajaran. Kurikulum pendidikan Islam yang digunakan guru merupakan
acuan atau patokan materi yang harus diberikan kepada siswa. Sardiman
menyebutkan: Di dalam kegiatan belajar mengajar kurikulum pendidikan
Islam merupakan acuan yang diperlukan untuk terarahnya proses
pembelajaran. Dengan adanya kurikulum, pelajar dapat mengembangkan
aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kurikulum pendidikan Islam.
23. 37
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa kurikulum
pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Dalam usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa maka sebagai seorang
guru harus menggunakan kurikulum pendidikan Islam yang baik. Dengan
demikian guru dalam mengajar tidak boleh melenceng dari kurikulum
pendidikan Islam agar siswa dapat terarah dalam proses belajar.