Dokumen tersebut membahas tentang penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan berdasarkan beberapa dalil Al-Quran dan hadis Nabi. Ramadhan dimulai ketika hilal bulan Ramadhan terlihat dan diakhiri ketika hilal bulan Syawal terlihat. Jika penglihatan terhalang, bilangan bulan Sya'ban dihitung penuh 30 hari. Rasulullah meminta seluruh umat Islam berpuasa pada waktu yang sama.
2. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu (QS al-Baqarah [2]: 183-185).
3. • Apa hukum
meninggalkan shaum
Ramadhan?
• Apa hukum shaum di
hari syak (hari yang
meragukan/30 sya’ban)?
• Apa hukum shaum di
hari raya?
pendahuluan
5. dasar penentuan
“Berpuasalah kalian jika melihat hilal, dan berbukalah kalian jika melihat hilal.
dan jika (penglihatan kalian) terhalang oleh mendung,
maka genapkanlah (sempurnakanlah) bilangan bulan Sya’ban itu tiga puluh hari”
(HR. Bukhari melalui Abu Hurairah)
ِهِتَيْؤُرِل اوُرِطْفَأَو ، ِهِتَيْؤُرِل اوُومُص
َناَبْعَش َةَّدِع اوُلِمْكَأَف ْمُكْيَلَع َ
ِِّبُغ ْنِإَفَنَََِاََ
6. dasar penentuan
“Satu bulan ada 29 hari, maka janganlah kalian puasa hingga kalian melihat (hilal).
Apabila (penglihatan kalian) terhalang oleh mendung,
maka genapkanlah (sempurnakanlah) bilangannya 30 hari.”
(HR. Bukhari dari Ibnu Umar)
اوُومُصَت ََاَف ، ًةَلْيَل َنوُرْشِعَو ٌعْسِت ُرَّْهالش، ُهْوَرَت ََّّتَح
َنَََِاََ َةَّدِعْلا اوُلِمْكَأَف ْمُكْيَلَع َّمُغ ْنِإَف
7. dasar penentuan
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan bulat sabit sebagai tanda awal bulan.
Jika kalian melihatnya (bulan sabit Ramadhan), berpuasalah.
Dan jika kalian melihatnya (bulan sabit Syawal), berbukalah.
Apabila penglihatanmu terhalang maka genapkanlah hitungannya menjadi 30 hari.
Ketahuilah, setiap bulan tidak pernah lebih dari 30 hari.”
(HR. Imam Al Hakim, lihat Mustadrak jilid I hal. 423).
ُتْيَاَر اَذِإَف ًتْيِاقَوَم َةَلِْْهَْاْل َلَعَج َهللا َّنِاُاهْوُمُتْيَاَر اَذَِِو اْوُمْوُصَف ُاهْوُماْوُرِطْفأَف
َّنَا اْوُمَلْاعَو ُهَل اوُرُدْقاَف ْمُكْيَلَع َّمُغ ْنِإَفَْنَِ ََاََ َلَع ُدْيَِِت َْل َارَهْشَْاْل
8. ُرِطْفَأَف ُهوُمُتْيَأَر اَذِإ َو واُموُصَف ُهوُمُتْيَأَر اَذِإََ واُُرُْْقَف َّْ ُُْيََََ َّ ُُ َِِْْف واُه
Apabila kamu melihatnya (hilal), maka berpuasalah; dan apabila kamu melihatnya, maka berbukalah.
Jika ada mendung menutupi kalian, maka hitunglah (HR al-Bukhari no. 1767 dari Abu Hurairah)
dasar penentuan
13. dasar penentuan
“Apabila telah terbukti adanya rukyat disuatu negeri,
maka diwajibkan shaum atas seluruh negeri-negeri lain,
tanpa mempertimbangkan lagi adanya perbedaan jarak,
baik negeri-negeri tersebut dekat ataupun jauh
dengan syarat bahwa ru’yat sampai kepada mereka melalui salah satu cara
yang mewajibkan shaum sesuai dengan syarat-syarat yang layak dipercaya.
Tidak diperhatikan lagi perbedaan mathla’ (tempat munculnya bulan) sama sekali,
(Madzhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali)
14. dasar penentuan
Adapun pengikut imam Syafi’i berpendapat, apabila telah terbukti ru’yat disuatu tempat,
maka daerah-daerah yang berdekatan dengan tempat yang bersangkutan
wajib berpuasa berdasarkan bukti tersebut.
Jarak yang berdekatan itu dapat diukur/ditentukan dengan mathla’
(lebih kurang dari 24 farsakh atau kurang lebih 120 km).
Sedangkan penduduk yang berada di wilayah yang jauh,
maka tidak wajib shaum berdasarkan ru’yat, karena perbedaan mathla’.
(Al Fiqh ‘ala al Madzahib al Arba’ah jilid I hal. 550)
15. diriwayatkan dari Ibnu Abbas
bahwa seorang (arab) Badwi datang kepada Rasulullah seraya berkata :
“Saya telah melihat hilal”,
Rasulullah lalu bertanya,
“apakah kamu bersedia bersaksi bahwasannya tidak ada Illah kecuali Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah?” ia menjawab : “ya”,
kemudian Nabi SAW memerintahkan kami berpuasa”.
16. kapan kita berpuasa?
penyebab sah secara syar’i untuk mengawali Ramadhan adalah
dengan melihat bulan sabit (ru’yat hilal) Ramadhan
dan penyebab sah secara syar’i untuk mengawali Idul Fitri adalah
melihat bulan sabit (rukyat hilal) Syawal.
hal ini perlu diperhatikan karena rasulullah saw. melarang untuk berpuasa
pada dua hari besar yaitu Idul Fitri (1 Syawal) dan Idul Adha (12 Dzulhijjah)
hilal adalah penanda bulan baru atau
bulan sabit yang sangat muda yang dapat terlihat mata (first visible crescent)
17. bedah dalil
“Berpuasalah kalian (semua kaum muslim) jika (salah satu dari kalian) melihat hilal,
dan berbukalah kalian (semua kaum muslim) jika (salah satu dari kalian) melihat hilal.
dan jika (penglihatan kalian) terhalang oleh mendung,
maka genapkanlah (sempurnakanlah) bilangan bulan Sya’ban itu tiga puluh hari”
(HR. Bukhari melalui Abu Hurairah)
«ِهِتَيْؤُرِل اوُرِطْفَأَو ، ِهِتَيْؤُرِل اوُومُص
َناَبْعَش َةَّدِع اوُلِمْكَأَف ْمُكْيَلَع َ
ِِّبُغ ْنِإَفَنَََِاََ»
wau jama’ah
menandakan seruan
rasululullah untuk
seluruh muslim
kata ganti (dhamir)
orang ketiga tunggal
18. rukyat global
artinya rasulullah meminta seluruh kaum muslimin berpuasa pada waktu yang sama
dan mencukupkan bila salah seorang diantara kaum muslim saja yang melihat hilal
perlu diperhatikan bahwa ramadhan dimulai ketika hilal telah terlihat
sedangkan shalat dilakukan adalah ketika telah masuk waktunya
karena tempat yang paling jauh di dunia hanya berjarak 12 jam
maka seharusnya seluruh ummat muslim dapat mengawali dan mengakhiri ramadhan
pada saat yang sama sebagai hasil dari kewajiban yang diperintahkan rasulullah
22. hanya khalifah yang akan menyelesaikan permasalahan awal dan akhir ramadhan
karena semua permasalahan ini berawal dari tidak adanya kesatuan politik bagi kaum muslim
”perintah imam menghilangkan perbedaan”