Materi mengenai Tayammum yang terdiri atas
1. Pengertian Tayammum
2. Hukum Tayammum
3. Dalil Tayammum
4. Hikmah Tayammum
5. Dibolehkannya Bertayammum
6. Tata Cara Tayammum
7. Rukun Tayammum
8. Hal yang membatalkan Tayammum
Materi mengenai Tayammum yang terdiri atas
1. Pengertian Tayammum
2. Hukum Tayammum
3. Dalil Tayammum
4. Hikmah Tayammum
5. Dibolehkannya Bertayammum
6. Tata Cara Tayammum
7. Rukun Tayammum
8. Hal yang membatalkan Tayammum
Kita diperintahkankan berwudhu minimal lima kali dalam sehari, yaitu untuk menjalankan shalat lima waktu. Meski demikian, kita dianjurkan berwudhu tidak hanya ketika hendak mendirikan shalat, namun juga ketika hendak melakukan ibadah atau amalan lainnya, misalnya ketika membaca Alquran, mengikuti pelajaran, pengajian, dan memasuki masjid. Bahkan ketika kita hendak makan pun dianjurkan untuk berwudhu. ''Keberkahan makanan adalah dengan wudhu sebelum dan sesudahnya.'' (HR Abu Dawud).
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
1. Tata Cara Tayamum
Tayamum adalah salah satu cara bersuci dalam Islam dengan tanah, debu yang bersih atau
pasir halus. Tayamum dilakukan bila air untuk bersuci tidak dijumpai. Tayamum tidak
diperbolehkan bila telah mendapati air untuk bersuci.
Dalil Tayamum:
“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau
berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu”. (QS. Al Maidah [5] : 6).
“Dijadikan bagi kita tanahnya untuk bersuci.” (HR. Muslim no. 522)
Berikut ini sejumlah situasi dimana tayamum diperbolehkan:
1. Melakukan perjalanan jauh
2. Jumlah air tidak mencukupi untuk kebutuhan, misalnya untuk minum
3. Suhu air yang tak mendukung, misalnya terlalu dingin
4. Tidak menemukan air setelah mencarinya
5. Letak air terlalu jauh
6. Sumber air terkandung zat yang membahayakan
7. Sakit dan tak boleh terkena air
Media yang dapat dijadikan tayamum:
“Dijadikan (permukaan, pent.) bumi seluruhnya bagiku (Nabi shollallahu „alaihi was sallam)
dan ummatku sebagai tempat untuk sujud dan sesuatu yang digunakan untuk bersuci”. [HR.
Ahmad no. 22190, dinyatakan shohih lighoirihi oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam
Ta’liq beliau untuk Musnad Imam Ahmad, terbitan Muasa’sah Qurthubah, Kairo, Mesir]
Syarat sah tayamum:
1. Telah masuk waktu sholat
2. Menggunakan tanah bersih, debu bersih atau pasir halus (bersih)
3. Syarat untuk melakukan tayamum terpenuhi
4. Sudah berusaha mencari air
5. Tidak haid/nifas bagi perempuan
6. Hilangkan terlebih dahulu najis yang melekat
Tata Cara Tayamum (Prakteknya):
Rasulullah shallallahu „alaihi was sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku
mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah
sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal
tersebut kepada Nabi shallallahu „alaihi was sallam. Lantas beliau mengatakan,
“Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini”. Seraya beliau memukulkan
2. telapak tangannya ke permukaan bumi sekali pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau
mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap
punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya
dengan kedua tangannya. (HR. Bukhori no. 347, Muslim no. 368)
1. Temukan sepotong tanah yang bebas dari najis. Ini bisa berupa permukaan alam seperti
batu, pasir atau debu
2. Mengucapkan basmalah
3. Niat untuk melakukan tayamum
4. Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan kemudian
meniupnya.
5. Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
6. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.
*Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja
atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu.
**Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk
hadats kecil.
***Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayammum.
Pembatal Tayamum:
Pembatal tayamum sama dengan pembatal wudhu. Selain itu tayamum tidak diperbolehkan
lagi bila telah ditemukan air/memiliki kemampuan bersuci dengan air.
Namun ibadah sebelumnya dimana ia bertayamum, tetap sah dan tak perlu diulang.
Dua orang lelaki keluar untuk safar. Kemudian tibalah waktu shalat dan tidak ada air di
sekitar mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan bumi yang suci lalu
keduanya shalat. Setelah itu keduanya menemukan air sedangkan saat itu masih dalam waktu
yang dibolehkan shalat yang telah mereka kerjakan tadi. Lalu salah seorang dari mereka
berwudhu dan mengulangi shalat sedangkan yang lainnya tidak mengulangi shalatnya.
Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu „alaihi was sallam dan menceritakan yang mereka
alami. Maka beliau shallallahu „alaihi was sallam mengatakan kepada orang yang tidak
mengulang shalatnya, “Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan sunnah dan kamu telah
mendapatkan pahala shalatmu”. Beliau mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya,
“Untukmu dua pahala" [HR. Abu Dawud no. 338, An Nasa’i no. 433. Dinyatakan shohih
oleh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 3861.]