Ada dua pendapat utama tentang penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan berdasarkan ru'yat atau penglihatan hilal: 1) ru'yat lokal, di mana setiap daerah menetapkan sendiri berdasarkan penglihatan di daerah masing-masing; 2) ru'yat internasional, di mana penetapannya bersifat universal untuk seluruh umat Islam berdasarkan penglihatan di mana saja. Namun mayoritas ulama lebih mendukung ru'y
Puasa Ramadhan adalah puasa yang diwajibkan terhadap setiap muslim selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Puasa pada bulan Ramadhan termasuk salah satu puasa wajib yang harus dilakukan oleh segenap kaum muslimin. Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam bulan Islam. Bulan ini merupakan bulan penuh berkah, penuh dengan ampunan Allah Swt., dan rahmat-Nya. Didalamnya terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yaitu malam lailatul qadar. Begitu pula al-Qur’an diturunkan pertama kali disalah satu malam pada bulan Ramadhan.
Perintah untuk melaksanakan puasa Ramadhan didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis. Dalil yang menyatakan kewajiban puasa Ramadhan terdapat dalam Al-Qur’an ditegaskan dalam surat Q.S. Al-Baqarah: 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS. Al-Baqarah: 183)
Rukun puasa Ramadhan, yaitu:
a. Niat, yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam matahari hingga sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya, dalam hati telah tergerak (berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa wajib Ramadhan.sebagaimana hadis Nabi Saw.,:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ كِلِّهِ لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: "Aku niat berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala."
Niat puasa Ramadhan harian (dibaca setiap hari):
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ االشَّهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: "Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa pada bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala".
b. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Pengenalan terhadap penanggalan Hijrah. Pembahasan meliputi:
1. Pengenalan terhadap istilah konjungsi
2. Apa itu Hisab, Rukyat dan Imkanur Rukyat
3. Studi kasus penentuan 1 Syawal 1435H untuk wilayah Indonesia dan Australia
Puasa Ramadhan adalah puasa yang diwajibkan terhadap setiap muslim selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Puasa pada bulan Ramadhan termasuk salah satu puasa wajib yang harus dilakukan oleh segenap kaum muslimin. Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam bulan Islam. Bulan ini merupakan bulan penuh berkah, penuh dengan ampunan Allah Swt., dan rahmat-Nya. Didalamnya terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yaitu malam lailatul qadar. Begitu pula al-Qur’an diturunkan pertama kali disalah satu malam pada bulan Ramadhan.
Perintah untuk melaksanakan puasa Ramadhan didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis. Dalil yang menyatakan kewajiban puasa Ramadhan terdapat dalam Al-Qur’an ditegaskan dalam surat Q.S. Al-Baqarah: 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS. Al-Baqarah: 183)
Rukun puasa Ramadhan, yaitu:
a. Niat, yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam matahari hingga sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya, dalam hati telah tergerak (berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa wajib Ramadhan.sebagaimana hadis Nabi Saw.,:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ كِلِّهِ لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: "Aku niat berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala."
Niat puasa Ramadhan harian (dibaca setiap hari):
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ االشَّهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: "Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa pada bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala".
b. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Pengenalan terhadap penanggalan Hijrah. Pembahasan meliputi:
1. Pengenalan terhadap istilah konjungsi
2. Apa itu Hisab, Rukyat dan Imkanur Rukyat
3. Studi kasus penentuan 1 Syawal 1435H untuk wilayah Indonesia dan Australia
Salah satu hal yang membedakan antara penanggalan Hijriah dengan kalender lainnya adalah peraturan yang digunakan. Peraturan penanggalan hijriah disandarkan pada Al Qur’an dan Hadis yang sekaligus sebagai sumber hukum dalam agama Islam. Beberapa aturan dasar penanggalan Hijriah adalah :
1. Satu tahun terdiri dari 12 bulan. Hal ini didasarkan firman Allah (QS. Attaubah : 36) yang artinya, “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram”.
2. Awal bulan ditandai dengan hilal. Hal ini didasarkan pada firman Allah (QS. Al-Baqarah : 189) yang artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji”.
3. Satu bulan Hijriah itu terdiri dari 29 hari atau 30 hari. Hal ini didasarkan pada beberapa Hadis Nabi yang berkaitan dengan puasa di antaranya, “Sebulan itu adalah sekian dan sekian, kemudian beliau melengkungkan ibu jarinya pada perkataan yang ketiga, maka berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah (mengakhiri puasa) kamu karena melihat hilal. Jika hilal tertutup oleh awan, maka pastikanlah bilangan hari pada bulan itu lamanya menjadi 30 hari” (HR. Muslim).
Berdasarkan Al Quran dan Hadis Nabi tersebut, para ulama sepakat bahwa penanggalan Hijriah merupakan sistem penanggalan yang didasarkan pada pergerakan Bulan dalam mengelilingi Bumi (Lunar Calendar) dan awal bulan ditandai dengan hilal.
Dalam praktiknya, penanggalan Hijriah hingga kini-belum mempunyai peraturan baku yang dipergunakan secara internasional, sehingga dalam penetapan awal maupun akhir bulan terutama dalam penetapan awal dan akhir Ramadhan masih sering terjadi perbedaan. Banyak faktor yang menjadi penyebab perbedaan tersebut.
PENGAJIAN BA’DA ZUHUR MASJID ALLIANZ TOWER, 18 JULI 2012 oleh Muhammad Zen, MA:
Kenapa terjadi perbedaan dalam Hisab dan Rukyat??? pengajian ini mencoba menjelaskan dalam "Menentukan awal Ramadhan"
Puasa sunat ialah puasa yang dikerjakan kerana semata-mata untuk mengharapkan akan keampunan, keridhaan, balasan kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah. Puasa sunat boleh dikerjakan pada bila-bila masa yang diingini jika seseorang itu merasa ia berkemampuan untuk melaksanakannya kecuali pada hari-hari yang telah diharamkan dan pada hari-hari yang makruh berpuasa.
2. HISAB:
Menentukan awal dan akhir Ramadhan cukup dengan perhitungan
(hisab) dan tidak perlu melihat bulan, dalil melihat bulan karena
waktu itu ilmu pengetahuan (matematika, astronomi / falaq) belum
berkembang
RUKYAT
Puasa dimulai dan diakhiri bila hilal sudah terlihat
disuatu tempat
1.lokal:
Puasa hanya wajib bagi kaum muslimin di daerah sekitar
lokasi terlihatnya hilal (1 Matla’, sekitar radius 120 Km)
kaum muslim di daerah lain harus melakukan rukyat
sendiri
1.international
Bila terlihat hilal dimanapun tempatnya maka wajib berpuasa
bagi seluruh kaum muslimin di dunia hari itu juga
3. 1. Dalil Aqli
dalil melihat bulan karena waktu itu ilmu pengetahuan
(matematika, astronomi / falaq) belum berkembang
2. Dalil Naqli
اْ موُ لَ عْ تَ لِ لَ زِ ناَ مَ هُ رَ دّ قَ وَ نوراُ رَ مَ قَ لْ واَ ياءَ ضِ سَ مْ شّ ال لَ عَ جَ ذيِ لّ ا وَ هُ
لُ صّ فَ يُ قّ حَ لْ باِ لّ إِ كَ لِ ذَ هُ لّ ال قَ لَ خَ ماَ بَ ساَ حِ لْ واَ نَ نيِ سّ ال دَ دَ عَ
نَ موُ لَ عْ يَ مٍ وْ قَ لِ تِ ياَ ال
• “Dialah yang menjadikan matahari bersinar, dan bulan bercahaya, dan ditetapkan
manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan waktu.” Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
4. Dalil Quran tersebut bersifat umum untuk
semua perhitungan waktu, dan bukan
khusus untuk penentuan awal dan akhir
Ramadhan
Hadits-hadits tentang ru’yat merupakan
dalil khusus tentang penetuan awal dan
akhir Ramadhan
Jumhur ulama : Penentuan awal dan
akhir Ramadhan adalah dengan ru’yat,
sedangkan hisab hanya untuk
memperkirakan waktu pelaksanaan ru’yat
5. Rosulullah SAW bersabda yang
artinya, “Jika kalian melihatnya
(hilal bulan Romadhon) maka
berpuasalah. Dan jika kalian
melihatnya (hilal bulan Syawwal)
maka berhari rayalah, akan tetapi
jika ia (hilal) terhalang dari
pandangan kalian maka kira-
kirakanlah”, dalam riwayat lain “…
maka sempurnakanlah bilangan
bulan Sya’ban menjadi 30 hari.”
(HR. Bukhori dan Muslim)
6. Ketiga imam madzhab (Abu Hanifah, Maliki, Ahmad) berpendapat bahwa awal
Ramadhan ditetapkan berdasarkan ru’yat global, tanpa mempertimbangkan
perbedaan mathla’.
7. 1. Mayoritas diikuti oleh ulama’ madzhab
Syafi’I
2. Apabila terlihat hilal di suatu daerah maka
penduduk di sekitar daerah tersebut wajib
berpuasa. dihitung menurut kesamaan
mathla’, yaitu jarak kurang dari 24 farsakh
(sekitar radius 120km). Adapun penduduk
daerah lain, maka mereka tidak wajib
berpuasa dengan ru’yat ini, karena
terdapat perbedaan mathla’.”
(Abdurahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzhahib Al-
Arba’ ah, Jilid I, hlm. 550).
8. Dari Kuraib : Sesungguhnya Ummu Fadl binti Al-Haarits telah mengutusnya menemui
Mu’awiyah di Syam. Berkata Kuraib : Lalu aku datang ke Syam, terus aku selesaikan semua
keperluannya. Dan tampaklah olehku (bulan) Ramadlan, sedang aku masih di Syam, dan
aku melihat hilal (Ramadlan) pada malam Jum’at. Kemudian aku datang ke Madinah pada
akhir bulan (Ramadlan), lalu Abdullah bin Abbas bertanya ke padaku (tentang beberapa
hal), kemudian ia menyebutkan tentang hilal, lalu ia bertanya ; “Kapan kamu melihat hilal
(Ramadlan) ? Jawabku : “Kami melihatnya pada malam Jum’at”. Ia bertanya lagi : “Engkau
melihatnya (sendiri) ?” Jawabku : “Ya ! Dan orang banyak juga melihatnya, lalu mereka
puasa dan Mu’awiyah Puasa”. Ia berkata : “Tetapi kami melihatnya pada malam Sabtu,
maka senantiasa kami berpuasa sampai kami sempurnakan tiga puluh hari, atau sampai
kami melihat hilal (bulan Syawwal) “. Aku bertanya : “Apakah tidak cukup bagimu ru’yah
(penglihatan) dan puasanya Mu’awiyah ? Jawabnya : “Tidak ! Begitulah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, telah memerintahkan kepada kami”.
10. MutawatirMutawatir AhadAhad
MasyhurMasyhur AzizAziz GharibGharib
Banyak Jalur Satu Jalur
Populer Jaman
Tabi’in/Tabiut Tabi’in
Dua Jalur tapi tidak
bertemu
Satu Jalur ditiap
tingkatan
Rasulullah sawRasulullah saw
Shahabat raShahabat ra
Tabi’inTabi’in
Tabi’ut
Tabi’in
Tabi’ut
Tabi’in
11. Marfu’Marfu’
MauqufMauquf
Bersandar pada Rasulullah
langsung
Tidak bersandar pada Rasulullah
langsung
Rasulullah sawRasulullah saw Shahabat raShahabat ra
Melihat perilaku Rasul
Mendengar perkataan Rasul
Melakukan perintah Rasul
dll
Shahabat raShahabat ra Tabi’inTabi’in
Pendapat (hasil Ijtihad)
Shahabat sendiri setelah
mereka mendapatkan
pelajaran dari Rasul
Dari Shahabat
diriwayakan oleh
Tabi’in
Dari Shahabat
diriwayakan oleh
Tabi’in
Tabi’inTabi’in
Rasulullah sawRasulullah saw
12. Dilihat dari sisi sanad merupakan
hadits Shahih, Ahad, Gharib
mutlak, yakni hadits yang
diriwayatkan dengan sanad yang
tsiqah, dari satu jalur diawal
sanad
Dilihat dari penyandaran matan
hadits merupakan hadits Mauquf,
yakni tidak bersandar secara
langsung kepada nabi tetapi pada
shahabat dalam hal ini adalah
pada Ibnu Abas ra
GharibGharib
Satu Jalur ditiap
tingkatan
Rasulullah saw
Ibnu Abbas ra
Tabi’in
Tabi’ut Tabi’in
Kuraib ra
MauqufMauquf
Tidak bersandar pada
Rasulullah langsung
13. Para ulama mujtahidin berpendapat
Hadits shahabat Kuraib ini walau sahih,
tetapi ia termasuk hadits Gharib secara
sanad, dan Mauquf secara matan, maka
hadits ini lemah
Kebanyakan hadits mauquf adalah dho’if
dan tidak dapat dipakai sebagai hujjah.
Hadits mauquf yang sahih, boleh dipakai
asal tidak berselisih dengan dalil-dalil yang
lain
14. Kelemahan hadits ini juga karena berselisih
dengan hadits-hadits lain yang lebih kuat
statusnya, seperti hadits shahih marfu’
(haditsnya bersandar langsung pada
Rasulullah)
Dimungkinkan sekali hal tersebut adalah
Ijtihad Ibnu Abas, karena berselisih dengan
banyak hadits dan kebiasaan shahabat
lainnya
Mengikuti ijtihad shahabat adalah boleh
15. Dari Abu Umairah Ibnu Anas Ibnu Malik
Radliyallaahu ‘anhu dari paman-pamannya
di kalangan shahabat bahwa : suatu
kafilah telah datang, lalu mereka bersaksi
bahwa kemarin mereka telah melihat hilal
(bulan sabit tanggal satu), maka Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
memerintahkan mereka agar berbuka dan
esoknya menuju tempat sholat mereka.
(HR Ahmad dan Abu Dawud. Lafadznya menurut Abu Dawud dan
sanadnya shahih)
16. Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu
berkata: Orang-orang melihat
bulan sabit, lalu aku beritahukan
kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi
wa Sallam bahwa aku benar-
benar telah melihatnya. Lalu
beliau berpuasa dan menyuruh
orang-orang agar berpuasa.
(H R Abu Dawud. Hadits shahih menurut Hakim dan
Ibnu Hibban)
17. Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa ada
seorang Arab Badui menghadap Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, lalu berkata:
Sungguh aku telah melihat bulan sabit (tanggal
satu). Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
bertanya: “Apakah engkau bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah?” Ia berkata: Ya. Beliau
bertanya: “Apakah engkau bersaksi bahwa
Muhammad itu utusan Allah.” Ia menjawab: Ya.
Beliau bersabda: “Umumkanlah pada orang-
orang wahai Bilal, agar besok mereka
berpuasa.”
( Riwayat Imam Lima. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah
dan Ibnu Hibban, sedang Nasa’i menilainya mursal)
18. 1. Hadits yang diriwayatkan shahabat Kuraib bisa
jadi itu pendapat sahabat Ibnu Abas, dan semua
sahabat berhak berijtihad
2. Dalam berijtihad bisa terjadi kesalahan. Bila salah
Allah memberinya satu pahala dan bila benar dua
pahala
3. Pendapat terkuat adalah: siapapun berhak
diterima kesaksiannya melihat hilal asal dia
muslim dan mau disumpah dengan syahadat
dimanapun ia melihatnya, karena yang
demikianlah adalah sunnah Rasulullah
24. Bumi, Bulan dan Matahari berada dalam satu garis lurus
Terjadi setiap tanggal 29 / 30 disebut juga bulan mati
Horizon, Kaki Langit, Ufuk
Horizon, Kaki Langit, Ufuk
3o
3o
26. Jakarta
Pkl 1414WIB
Makkah
Pkl 10.14 WM
Greenwich
Pkl 7.14 UT
Jatuh pada hari Ahad 8 Juli 2013,
Pukul 7.14 UT atau 13.14 WIB
Perhatikan posisi masin-
masing tempat
Jakarta
Pkl 20.14 WIB
Makkah
Pkl 16.14 UT
Greenwich
Pkl 13.14 UT
Indonesia belum
bisa melihat
bulan karena
posisi bulan
masih dibawah
Ufuk, Horizon
Bila mengikuti
rukyat lokal
Indonesia
belum puasa
esok harinya
27. Horizon, Kaki Langit, Ufuk
Di Seluruh Indonesia pada hari Ahad 8 Juli 2013, Pukul 17.00
28. Greenwich
Pkl 19.14 UT
Hari Kamis 8 Juli 2013,
Greenwich Pukul 13.14 UT, Makkah 16.14 WM ,
Indonesia 20.14 WIB
Terhitung dari waktu
ijtima’
Jakarta
Pkl 20.14 WIB
Makkah
Pkl 16.14 UT
Greenwich
Pkl 13.14 UT
Negeri-negeri
belahan barat
sudah sempurna
melihat bulan. Bila
mengikuti rukyat
internasional
Indonesia bisa
puasa bersama
saudaranya yang
lain esok harinya
Jakarta
Pkl 01.14 WIB
Makkah
Pkl 22.14 UT
30. Umat Islam wajib terikat dengan
syariat / hukum Islam
Bila tidak mampu menggali hukum
syara’, maka wajib baginya
mengambil pendapat para mujtahid
dalam masalah hukum
Pendapat Mujtahid adalah hukum
syariat yang mengikat bagi
pengikutnya selama dilandaskan
pada nash-nash syara’
Berbeda pendapat selama
berpegang pada dalil adalah boleh
31. Menghargai pendapat
saudaranya selama mereka
berpegang pada dalil-dalil syara’
Mengedepankan persatuan /
ukhuwah Islamiyah, tidak
memaksakan kehendak
Mentaati keputusan Khalifah
walaupun berbeda pendapat
selama tidak diperintahkan
kepada kebatilan
32. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah oleh kalian Allah,
rasul, dan ulil amri (penguasa) di antara kalian....”
(QS An Nisa; 59)
رِ سْ عُ لْ ا فيِ ةِ عَ طاّ والَ عِ مْ سّ ال لىَ عَ مَ لّ سَ وَ هِ يْ لَ عَ هُ لّ ال لىّ صَ هِ لّ ال لَ سوُ رَ ناَ عْ يَ باَ
ناَ يْ لَ عَ ةٍ رَ ثَ أَ لىَ عَ وَ هِ رَ كْ مَ لْ واَ طِ شَ نْ مَ لْ واَ رِ سْ يُ لْ واَ
Kami membai’at Rasulullah saw untuk setia mendengarkan
dan mentaati perintahnya, baik dalam keadaan susah
maupun mudah, baik dalam keadaan yang kami senangi
atau pun kami benci, dan benar-benar kami dahululukan
(HR Muslim).
Sulthan Abdul Hamid II
Khalifah terakhir kaum muslimin
33. “Amru al-Imâm yarfa‘u al-khilâf “
perintah imam/khalifah meniadakan
perbedaan
Sulthan Abdul Hamid II
Khalifah terakhir kaum muslimin
34. Adalah tidak adanya (Khalifah)
pemimpin umum kaum muslimin
yang ditaati yang dapat
memutuskan penyatuan awal dan
akhir Ramadhan
Adanya sekat-sekat Nasionalisme
yang merupakan penghalang
terbesar bagi penyatuan kaum
muslimin selain fanatisme
madzhab yang sempit
35. Sadarkan Umat untuk kembali kepada naungan Islam
Tegakkan kepemimpinan umum kaum muslimin
diseluruh dunia dengan menegakkan Khilafah
Islamiyah
Utamakan ukhuwah Islamiyah, daripada fanatisme,
madzhab dan Nasionalisme