SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Lampung Post
Minggu, 17 Juni 2007
Bakauheni yang Merenda Rindu Penyesalan
Cerpen: Badarudin
Pelabuhan Bakauheni. Sepenggal kehidupan yang tidak pernah berhenti mendeburkan
ombaknya menciptakan buih-buih bertebaran. Mungkin hingga kiamat terjadi.
Beberapa menit kapal muncul dan menghilang, kapal-kapal yang bolak-balik dari
Bakauheni ke Merak atau sebaliknya. Mobil-mobil angkutan mengambil jalurnya sendiri-
sendiri diatur oleh petugas, jalur sesuai dengan kuantitas dan ukuran yang telah tertulis
dalam peraturan.
Jika senyap telah menyapa, ketika Tuhan telah menimbun matahari dalam dekapan-Nya di
kaki langit barat seolah tenggelam dalam luasnya laut, kehidupan ini terus berjalan tak
kenal henti.
Seperti Hendra yang sedari tadi menoleh kian kemari, mengamati kehidupan Bakauheni,
mencari sesosok bayangan wanita yang dia tunggu-tunggu. Ayahnya yang memegang
kemudi hanya berkonsentrasi mencari celah agar mobilnya mendapatkan giliran segera
untuk memasuki kapal yang telah melemparkan talinya, tapi antrean yang terlalu panjang di
tengah malam akan membuatnya harus bersabar.
Hendra turun karena dirasa mobil akan lama menunggu giliran masuk, dilihatnya wanita itu
telah tersenyum sambil menjinjing termos dan beberapa gelas yang disusun menumpuk.
Setitik kerinduan akan terobati dan dahaga tenggorokan akan terobati dengan meminum
kopi sambil menghilangkan kantuk yang semakin menjalar.
"Kita menikah saja yuk Kang!"
Permintaan yang seolah menyedak Hendra yang sedang menghirup kopi yang mulai
menghangat, matanya menatap sejenak mata wanita di depannya itu, mata lentik yang
meluruhkan sifat buruknya, mata yang sekali ini membuatnya jatuh cinta.
"Aku sudah tidak tahan lagi hidup seperti ini, aku berdagang hanya untuk menunggu Akang
datang," tatapannya selalu menimbulkan debur kegelisahan bak ombak yang mendebur,
menggulung apapun yang berada di hadapannya.
Mata itu masih menatap Hendra lekat, mata lentik yang telah mampu menaklukan sifat
buruk Hendra kini memburunya untuk melepaskan segala ikatan yang menghalangi mereka
selama ini.
"Tapi aku masih mengumpulkan uang Nah. Setelah kurasa cukup untuk dapat hidup layak
bersamamu aku pasti akan membahagiakanmu, kamu tahu aku tidak ingin melihatmu
menderita lagi, tunggulah barang sejenak," pinta Hendra lirih. Matanya mencari sesuatu di
mata wanita penjual kopi itu, akankah kekecewaan atau kesabaran yang akan terlihat.
Wanita yang telah merubah sifat buruknya.
***
Bakauheni yang tak pernah berhenti dari aktivitasnya, kapal yang bolak-balik dari Merak
ke Bakauheni atau sebaliknya, mungkin akan berhenti jika kiamat terjadi. Hendra
mengemudi mobilnya sedangkan ayahnya dari rumah tadi belum menggantikannya,
didekatkannya mobil berisi minyak tanah yang akan diantar bersama ayahnya ke
perusahaan pengolah minyak di Pulo Gadung atau ke Kali Deres.
Hendra mengedarkan pandangannya mencoba mengobati kantuk yang mulai menghinggapi
jiwanya yang telah lelah. Seorang lelaki penjual kacang rebus melewatinya sambil
memamerkan dagangannya, mempromosikan, tapi tak ada ketertarikan dari wajah kantuk
Hendra. Penjual kerupuk masih menyisa berkeliling dari satu mobil ke mobil lain, penjual
kopi melintasinya beberapa kali.
Seorang wanita menjinjing termos dan beberapa gelas yang disusun menumpuk
melewatinya sambil mendendangkan suara yang merdu.
"Kopi Mbak," Hendra meminta Ayahnya untuk menggantikan posisinya.
Wanita itu tersenyum sambil duduk dan mulai meracik kopi yang dipesan Hendra. Satu
menit kemudian kopi manis itu telah siap. Wanita itu menyodorkan gelasnya kepada
Hendra namun mata lelaki itu menatapnya, pandangan itu bertemu sejenak dan
menciptakan daya tarik tersendiri hingga membuat mereka tersenyum kecil untuk
menutupinya.
Hendra adalah lelaki yang sering keluar membawa mobil bersama ayahnya, perjakanya
telah hilang seiring kelelahan yang membuatnya harus melampiaskan kecapekannya
dengan membayar para kupu-kupu malam yang mencari mangsa para sopir-sopir yang
kesepian di kala malam menyapa.
Rayuan mautnya telah membuat banyak wanita bertekuk lutut dalam pelukannya apalagi
uang hasil kerjanya memang hanya dihamburkan untuk memenuhi sifat buruknya tersebut.
Hasil kerjanya pun tak menyisa untuk kebutuhan sehari-harinya, untung sang Ayah masih
selalu menolongnya, walau bagaimanapun kelakuan anak orangtua akan selalu
menolongnya.
Kali ini Hendra benar-benar tak bisa berkata banyak pada wanita penjual kopi itu,
merayunya pun membuat lidahnya telah beku dan kelu, hidung mungil wanita itu telah
membuat dadanya berdebar, tak pernah dilaluinya getaran seperti ini seumur hidupnya.
"Ayo diminum Kang, nanti keburu dingin," wanita itu melaburkan angan yang
dibangunnya, mencerna dan merekayasa imajinasi.
"Iya," nikmatnya kopi ditambah matanya yang sebentar-sebentar melirik pandang, wanita
itu benar-benar membuatnya tak berkutik.
"Siapa nama Mbak?"
"Supinah, panggil saja Inah," senyum yang santun itu sekali lagi tersungging.
Merambat waktu, Hendra mempunyai semangat baru dalam bekerja, terutama untuk
bertemu dengan Inah. Hubungan semula antara penjual dan pembeli kini telah menjadi
hubungan janji untuk menikah, Hendra pun tak ingin menodai cinta pertama yang
diakuinya, kebiasaan buruknya telah hilang tergantikan harapan pada Inah untuk
mengumpulkan dana hingga dapat dia gunakan untuk membahagiakan wanita yang telah
memberikan warna baru dalam hidupnya.
***
"Nikahilah dia, kamu menunggu apa lagi?" pak Sobri menyentakkan lamunan anaknya.
"Aku takut tidak bisa membahagiakannya Pak."
"Kebahagiaan itu bukan pada materi anakku, tapi pada kepercayaan. Nikahilah dia sebelum
terlambat."
Hendra mencerna perkataan ayahnya sejenak, tanpa pikir panjang lagi dia meminta izin
ayahnya untuk menemui Inah yang telah berkeliling kembali menjajakan kopinya.
"Nah, aku akan melamarmu secepatnya. Walau aku belum mempunyai banyak tabungan,
tapi akan bekerja keras untuk kita," senyum itu meyakinkan janji Hendra.
Ada senyum kecil di wajah Inah, kekecewaan yang barusan diucapkan Hendra terobati
sudah. Tak ada kata yang terucap kecuali anggukan mesra. Mereka berpisah dengan
senyum yang meyakinkan hati mereka masing-masing.
***
Malam ini Hendra berniat melamar Inah walau di tengah pekerjaannya, walau di tengah
Inah yang sedang menjual kopi, demi cinta yang telah merubah pribadinya dan memberi
warna pada kehidupannya.
"Nah aku ingin bicara," Hendra menatap mata lentik itu sambil menyeruput kopinya, di
samping Inah ada seorang anak kecil berusia 4 tahunan.
"Apa Kang."
"Malam ini aku ingin melamarmu, kebetulan kami baru pulang dari muatan dan ayah
bersedia menemaniku untuk mempersuntingmu," ada semburat harapan yang memancar
dari celah bibir Hendra.
"Kang, aku ingin jujur padamu. Aku tidak mempunyai keluarga lagi, kedua orangtuaku
telah meninggal. Ini adalah Anakku, aku seorang janda."
Benar-benar seperti petir menyambar lenggangnya masa, tercipta dan terlihat patah-patah,
seperti mematahkan harapan. Tapi tak sepatah katapun yang terucap dari bibir Hendra.
"Setelah suamiku meninggal, aku diusir dari rumah keluarganya. Aku berdagang disini
karena ingin menyambung hidup dan memberi makan pada anakku. Tapi aku juga ingin
jujur bahwa aku mencintai Akang. Aku harap Akang menerima aku apa adanya."
Walau mendengarkan isak lirih itu, Hendra meninggalkan begitu saja Inah yang memeluk
anaknya mencoba menguatkan takdir yang menimpanya. Hendra benar-benar tertipu
selama ini, keindahan warna-warni baru dalam hidupnya telah memerangkap harapannya.
Hatinya benar-benar murka, namun tak kuasa memarahi wanita bermata lentik itu hingga
yang dapat dilakukannya hanya berlalu dan pulang dengan segudang tumpukan amarah.
Hari-hari berlalu, Hendra merasakan luka yang teramat perih melebihi luka atau sakit
dikala menimpa jasad fisiknya, luka karena cinta. Sudah begitu banyak wanita yang dia
kecewakan hanya untuk memenuhi hasrat iblisnya, kini saat hatinya terluka oleh seorang
wanita barulah dia sadar perbuatannya selama ini memang mendapatkan ganjaran yang
setimpal.
Hidupnya kini mulai berubah, hari-harinya selalu digunakan untuk memperbaiki diri,
menghilangkan sifat-sifat buruknya selama ini. Satu hal yang dia lupakan, wanita itulah
yang menjadi sarana dari Tuhan untuk mengetuk hatinya, secara jujur hatinya masih
menginginkan wanita tegar itu mendampingi hidupnya walau sakit hati dan kesombongan
masih menghinggapi jiwanya.
"Carilah dia, bukankah dirimu tidaklah suci dibandingkan siapapun. Ingatlah ketika engkau
berpaling dari satu pelukan wanita ke pelukan wanita lain. Tidakkah engkau menemukan
ketegaran dalam wanita itu," pak Sobri memberi wejangan kepada anaknya sambil
mengemudikan mobil. Memang selama ini Hendra banyak berubah namun lamunannya
kini semakin menjadi.
"Apakah dia mau memaafkanku?" pak Sobri hanya menganggukkan kepalanya,
meyakinkan.
Hendra mencari setiap penjual kopi di Bakauheni, senyumnya merekah menggantikan
mendung duka yang setiap hari menyelimutinya semenjak dia memutuskan hubungan
dengan Supinah. Wanita bermata lentik itu, wanita berhidung mungil itu, dimanakah
engkau. Kakinya terus mencari hingga ayahnya memperingatkannya bahwa mobil hampir
masuk dan berangkat menuju Merak.
Senyum cerahnya mulai sirna, keputusasaan mulai memancar, didatanginya seorang
penjual kopi di pinggir tangga menuju kapal tempat naik para penumpang, "Maaf Mbak,
apakah mbak tahu keberadaan Supinah yang dulu sering menjual kopi disini?"
"Maksud Mas, mbak Inah yang mempunyai anak kecil itu?"
Anggukan kepala Hendra membuat wanita itu melanjutkan kata-katanya, "Mbak Inah udah
berhenti dagang, dia bilang mau pergi karena harapannya disini telah hilang. Dia sendiri
bingung mau pindah kemana hanya dia bilang ingin anaknya dididik bukan disini."
Hendra berpamitan karena kapal telah meniup peluitnya, terompet menggema. Perasaan
yang campur aduk hingga membuatnya semakin tersiksa. Penyesalan memang datang
terlambat.
***
Pelabuhan Bakauheni. Sepenggal kehidupan yang tidak pernah berhenti, nonstop, terus
mengalir bagaikan aliran laut yang selalu mendeburkan ombaknya menciptakan buih-buih
bertebaran. Kehidupan yang tidak pernah berhenti, mungkin akan berhenti jika kiamat
terjadi. Tambang telah dilemparkan dari kapal untuk dimasukkan ke dalam cantolannya.
Tambang itu bernafas turun naik, digoyangkan kapal, dibelai ombak.
Hendra masih terpaku di samping ayahnya yang sedang mengemudi. Ayahnya beberapa
kali menggelengkan kepalanya sambil membiarkan anaknya menjalani proses menuju
dewasanya yang selama ini terabaikan.
Hendra mengedarkan pandangannya, mencoba mengais harapan dikala penantian
keindahan memayungi sukmanya. Keyakinannya pada Inah mengalahkan keraguan yang
membayang-bayangi kehidupannya. Datanglah Inah, aku tidak peduli apapun dirimu asal
engkau menerimaku sepenuhnya. Aku tidak peduli jandakah dirimu, siapapun dirimu, aku
akan menunggumu.
Dan penantian itu akan selalu menghiasi keindahan kehidupan. ***

More Related Content

What's hot

Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko PinurboSebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko PinurboFelix Dass
 
Kumpulan Cerpen oleh Fajar Sany edisi Juni 2016
Kumpulan Cerpen oleh Fajar Sany edisi Juni 2016Kumpulan Cerpen oleh Fajar Sany edisi Juni 2016
Kumpulan Cerpen oleh Fajar Sany edisi Juni 2016Fajar Sany
 
Drama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orangDrama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orangYadhi Muqsith
 
Gerimis yang sederhana (eka kurniawan)
Gerimis yang sederhana (eka kurniawan)Gerimis yang sederhana (eka kurniawan)
Gerimis yang sederhana (eka kurniawan)Arvinoor Siregar SH MH
 
Naskah Drama Malin Kundang
Naskah Drama Malin KundangNaskah Drama Malin Kundang
Naskah Drama Malin KundangRy Born
 
Contoh naskah drama malin kundang
Contoh naskah drama malin kundangContoh naskah drama malin kundang
Contoh naskah drama malin kundangWarnet Raha
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanIrfan Rosyidin
 

What's hot (15)

Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko PinurboSebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
Sebotol Hujan untuk Sapardi - Joko Pinurbo
 
Kumpulan Cerpen oleh Fajar Sany edisi Juni 2016
Kumpulan Cerpen oleh Fajar Sany edisi Juni 2016Kumpulan Cerpen oleh Fajar Sany edisi Juni 2016
Kumpulan Cerpen oleh Fajar Sany edisi Juni 2016
 
Cerpen bahasa indonesia
Cerpen bahasa indonesiaCerpen bahasa indonesia
Cerpen bahasa indonesia
 
Cerpen + analisa
Cerpen + analisaCerpen + analisa
Cerpen + analisa
 
Drama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orangDrama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orang
 
PLAN THE STORY
PLAN THE STORYPLAN THE STORY
PLAN THE STORY
 
Gerimis yang sederhana (eka kurniawan)
Gerimis yang sederhana (eka kurniawan)Gerimis yang sederhana (eka kurniawan)
Gerimis yang sederhana (eka kurniawan)
 
Perempuan kedua (labibah zain)
Perempuan kedua (labibah zain)Perempuan kedua (labibah zain)
Perempuan kedua (labibah zain)
 
Krakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustakaKrakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustaka
 
Naskah Drama Malin Kundang
Naskah Drama Malin KundangNaskah Drama Malin Kundang
Naskah Drama Malin Kundang
 
Penyair muda, istri muda (leo kelana)
Penyair muda, istri muda (leo kelana)Penyair muda, istri muda (leo kelana)
Penyair muda, istri muda (leo kelana)
 
Likaliku hati
Likaliku hatiLikaliku hati
Likaliku hati
 
Contoh naskah drama malin kundang
Contoh naskah drama malin kundangContoh naskah drama malin kundang
Contoh naskah drama malin kundang
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
 
Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)
 

Viewers also liked

Cregit Recovering token level authorship from Git
Cregit Recovering token level authorship from GitCregit Recovering token level authorship from Git
Cregit Recovering token level authorship from Gitdmgerman
 
Downloadbrandequity doc of Arvinoor Siregar SH MH
Downloadbrandequity doc of Arvinoor Siregar SH MHDownloadbrandequity doc of Arvinoor Siregar SH MH
Downloadbrandequity doc of Arvinoor Siregar SH MHAndri Goodwood
 
Anak semata wayang (whani darmawan)
Anak semata wayang (whani darmawan)Anak semata wayang (whani darmawan)
Anak semata wayang (whani darmawan)Andri Goodwood
 
he Future of Continuous Integration in GNOME
he Future of Continuous Integration in GNOME he Future of Continuous Integration in GNOME
he Future of Continuous Integration in GNOME dmgerman
 
Towards a Census of Free and Open Source Licenses
Towards a Census of Free and Open Source LicensesTowards a Census of Free and Open Source Licenses
Towards a Census of Free and Open Source Licensesdmgerman
 
Bangku beton (sunlie thomas alexander)
Bangku beton (sunlie thomas alexander)Bangku beton (sunlie thomas alexander)
Bangku beton (sunlie thomas alexander)Andri Goodwood
 
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)Andri Goodwood
 
On editing text and Emacs: 9 habits of highly effective text editing
On editing text and Emacs: 9 habits of highly effective text editingOn editing text and Emacs: 9 habits of highly effective text editing
On editing text and Emacs: 9 habits of highly effective text editingdmgerman
 
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)Andri Goodwood
 
The adoption of FOSS workfows in commercial software development: the case of...
The adoption of FOSS workfows in commercial software development: the case of...The adoption of FOSS workfows in commercial software development: the case of...
The adoption of FOSS workfows in commercial software development: the case of...dmgerman
 
Components license
Components licenseComponents license
Components licensedmgerman
 
The Promises and Perils of Mining Github: MSR'2014
The Promises and Perils of Mining Github: MSR'2014The Promises and Perils of Mining Github: MSR'2014
The Promises and Perils of Mining Github: MSR'2014dmgerman
 

Viewers also liked (15)

Project
ProjectProject
Project
 
Cregit Recovering token level authorship from Git
Cregit Recovering token level authorship from GitCregit Recovering token level authorship from Git
Cregit Recovering token level authorship from Git
 
Bullying
BullyingBullying
Bullying
 
Downloadbrandequity doc of Arvinoor Siregar SH MH
Downloadbrandequity doc of Arvinoor Siregar SH MHDownloadbrandequity doc of Arvinoor Siregar SH MH
Downloadbrandequity doc of Arvinoor Siregar SH MH
 
Anak semata wayang (whani darmawan)
Anak semata wayang (whani darmawan)Anak semata wayang (whani darmawan)
Anak semata wayang (whani darmawan)
 
he Future of Continuous Integration in GNOME
he Future of Continuous Integration in GNOME he Future of Continuous Integration in GNOME
he Future of Continuous Integration in GNOME
 
Diapositivas metodos de estudios
Diapositivas metodos de estudiosDiapositivas metodos de estudios
Diapositivas metodos de estudios
 
Towards a Census of Free and Open Source Licenses
Towards a Census of Free and Open Source LicensesTowards a Census of Free and Open Source Licenses
Towards a Census of Free and Open Source Licenses
 
Bangku beton (sunlie thomas alexander)
Bangku beton (sunlie thomas alexander)Bangku beton (sunlie thomas alexander)
Bangku beton (sunlie thomas alexander)
 
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
Di kampung, tak ada kunang kunang (indrian koto)
 
On editing text and Emacs: 9 habits of highly effective text editing
On editing text and Emacs: 9 habits of highly effective text editingOn editing text and Emacs: 9 habits of highly effective text editing
On editing text and Emacs: 9 habits of highly effective text editing
 
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
 
The adoption of FOSS workfows in commercial software development: the case of...
The adoption of FOSS workfows in commercial software development: the case of...The adoption of FOSS workfows in commercial software development: the case of...
The adoption of FOSS workfows in commercial software development: the case of...
 
Components license
Components licenseComponents license
Components license
 
The Promises and Perils of Mining Github: MSR'2014
The Promises and Perils of Mining Github: MSR'2014The Promises and Perils of Mining Github: MSR'2014
The Promises and Perils of Mining Github: MSR'2014
 

Similar to Bakauheni yang Merenda Rindu Penyesalan

Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Arvinoor Siregar SH MH
 
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)arvin2014
 
Layu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembangLayu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembangdesmin
 
Cerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docxCerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docxSarif Hidayat
 
Cerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docxCerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docxSarif Hidayat
 
Aku mencintaimu suamiku
Aku mencintaimu suamikuAku mencintaimu suamiku
Aku mencintaimu suamikuaunyazuhry
 
Cerpen d hikayat
Cerpen d hikayatCerpen d hikayat
Cerpen d hikayatAura Net
 
Cerpen akhir sebuah penantian
Cerpen akhir sebuah penantianCerpen akhir sebuah penantian
Cerpen akhir sebuah penantianNyamuk Hitam
 
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasicerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasiHendryPutrihijau
 
Aku mencintaimu dengan bismillah
Aku mencintaimu dengan bismillahAku mencintaimu dengan bismillah
Aku mencintaimu dengan bismillahMalik Candra
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiTito Aloysius
 
Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)Mungkin AndaKenal
 
Wangi+kaki+ibu
Wangi+kaki+ibuWangi+kaki+ibu
Wangi+kaki+iburadikalzen
 
doa dan puisi
doa dan puisidoa dan puisi
doa dan puisiariyan29
 

Similar to Bakauheni yang Merenda Rindu Penyesalan (20)

Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
 
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
 
Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)
 
Layu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembangLayu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembang
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
Di Seberang jembatan tua
Di Seberang jembatan tuaDi Seberang jembatan tua
Di Seberang jembatan tua
 
Cerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docxCerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docx
 
Cerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docxCerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docx
 
Aku mencintaimu suamiku
Aku mencintaimu suamikuAku mencintaimu suamiku
Aku mencintaimu suamiku
 
Cerpen (harus terpisah)
Cerpen (harus terpisah)Cerpen (harus terpisah)
Cerpen (harus terpisah)
 
Cerpen d hikayat
Cerpen d hikayatCerpen d hikayat
Cerpen d hikayat
 
Aku mencintaimu
Aku mencintaimuAku mencintaimu
Aku mencintaimu
 
Cerpen akhir sebuah penantian
Cerpen akhir sebuah penantianCerpen akhir sebuah penantian
Cerpen akhir sebuah penantian
 
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasicerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
cerpen rekomendasi analisis penuh unsur yang bisa di eksplorasi
 
Aku mencintaimu dengan bismillah
Aku mencintaimu dengan bismillahAku mencintaimu dengan bismillah
Aku mencintaimu dengan bismillah
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 
Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)Memandang lebih dalam (sendiri)
Memandang lebih dalam (sendiri)
 
Wangi+kaki+ibu
Wangi+kaki+ibuWangi+kaki+ibu
Wangi+kaki+ibu
 
Perempuan kedua (labibah zain)
Perempuan kedua (labibah zain)Perempuan kedua (labibah zain)
Perempuan kedua (labibah zain)
 
doa dan puisi
doa dan puisidoa dan puisi
doa dan puisi
 

More from Andri Goodwood

More from Andri Goodwood (20)

Paging systems-24
Paging systems-24Paging systems-24
Paging systems-24
 
Outdoor clothing-04
Outdoor clothing-04Outdoor clothing-04
Outdoor clothing-04
 
Oprah winfrey-23
Oprah winfrey-23Oprah winfrey-23
Oprah winfrey-23
 
Kittens for-sale-19
Kittens for-sale-19Kittens for-sale-19
Kittens for-sale-19
 
Jackson ms-23
Jackson ms-23Jackson ms-23
Jackson ms-23
 
Guitar music-23
Guitar music-23Guitar music-23
Guitar music-23
 
Glendale ca-23
Glendale ca-23Glendale ca-23
Glendale ca-23
 
Funny doormats-23
Funny doormats-23Funny doormats-23
Funny doormats-23
 
French food-33
French food-33French food-33
French food-33
 
Franchise opportunities-11
Franchise opportunities-11Franchise opportunities-11
Franchise opportunities-11
 
Fragrance for-men-24
Fragrance for-men-24Fragrance for-men-24
Fragrance for-men-24
 
Forum snowboards-23
Forum snowboards-23Forum snowboards-23
Forum snowboards-23
 
Format for-minutes-of-meeting-04
Format for-minutes-of-meeting-04Format for-minutes-of-meeting-04
Format for-minutes-of-meeting-04
 
Food storage-24
Food storage-24Food storage-24
Food storage-24
 
Flight information-03
Flight information-03Flight information-03
Flight information-03
 
Fire extinguisher-inspections-19
Fire extinguisher-inspections-19Fire extinguisher-inspections-19
Fire extinguisher-inspections-19
 
Film studies-03
Film studies-03Film studies-03
Film studies-03
 
Federal student-loans-19
Federal student-loans-19Federal student-loans-19
Federal student-loans-19
 
Fayetteville north-carolina-23
Fayetteville north-carolina-23Fayetteville north-carolina-23
Fayetteville north-carolina-23
 
European vacation-packages-10
European vacation-packages-10European vacation-packages-10
European vacation-packages-10
 

Bakauheni yang Merenda Rindu Penyesalan

  • 1. Lampung Post Minggu, 17 Juni 2007 Bakauheni yang Merenda Rindu Penyesalan Cerpen: Badarudin Pelabuhan Bakauheni. Sepenggal kehidupan yang tidak pernah berhenti mendeburkan ombaknya menciptakan buih-buih bertebaran. Mungkin hingga kiamat terjadi. Beberapa menit kapal muncul dan menghilang, kapal-kapal yang bolak-balik dari Bakauheni ke Merak atau sebaliknya. Mobil-mobil angkutan mengambil jalurnya sendiri- sendiri diatur oleh petugas, jalur sesuai dengan kuantitas dan ukuran yang telah tertulis dalam peraturan. Jika senyap telah menyapa, ketika Tuhan telah menimbun matahari dalam dekapan-Nya di kaki langit barat seolah tenggelam dalam luasnya laut, kehidupan ini terus berjalan tak kenal henti. Seperti Hendra yang sedari tadi menoleh kian kemari, mengamati kehidupan Bakauheni, mencari sesosok bayangan wanita yang dia tunggu-tunggu. Ayahnya yang memegang kemudi hanya berkonsentrasi mencari celah agar mobilnya mendapatkan giliran segera untuk memasuki kapal yang telah melemparkan talinya, tapi antrean yang terlalu panjang di tengah malam akan membuatnya harus bersabar. Hendra turun karena dirasa mobil akan lama menunggu giliran masuk, dilihatnya wanita itu telah tersenyum sambil menjinjing termos dan beberapa gelas yang disusun menumpuk. Setitik kerinduan akan terobati dan dahaga tenggorokan akan terobati dengan meminum kopi sambil menghilangkan kantuk yang semakin menjalar. "Kita menikah saja yuk Kang!" Permintaan yang seolah menyedak Hendra yang sedang menghirup kopi yang mulai menghangat, matanya menatap sejenak mata wanita di depannya itu, mata lentik yang meluruhkan sifat buruknya, mata yang sekali ini membuatnya jatuh cinta. "Aku sudah tidak tahan lagi hidup seperti ini, aku berdagang hanya untuk menunggu Akang datang," tatapannya selalu menimbulkan debur kegelisahan bak ombak yang mendebur, menggulung apapun yang berada di hadapannya. Mata itu masih menatap Hendra lekat, mata lentik yang telah mampu menaklukan sifat buruk Hendra kini memburunya untuk melepaskan segala ikatan yang menghalangi mereka selama ini. "Tapi aku masih mengumpulkan uang Nah. Setelah kurasa cukup untuk dapat hidup layak bersamamu aku pasti akan membahagiakanmu, kamu tahu aku tidak ingin melihatmu menderita lagi, tunggulah barang sejenak," pinta Hendra lirih. Matanya mencari sesuatu di mata wanita penjual kopi itu, akankah kekecewaan atau kesabaran yang akan terlihat. Wanita yang telah merubah sifat buruknya. *** Bakauheni yang tak pernah berhenti dari aktivitasnya, kapal yang bolak-balik dari Merak ke Bakauheni atau sebaliknya, mungkin akan berhenti jika kiamat terjadi. Hendra mengemudi mobilnya sedangkan ayahnya dari rumah tadi belum menggantikannya,
  • 2. didekatkannya mobil berisi minyak tanah yang akan diantar bersama ayahnya ke perusahaan pengolah minyak di Pulo Gadung atau ke Kali Deres. Hendra mengedarkan pandangannya mencoba mengobati kantuk yang mulai menghinggapi jiwanya yang telah lelah. Seorang lelaki penjual kacang rebus melewatinya sambil memamerkan dagangannya, mempromosikan, tapi tak ada ketertarikan dari wajah kantuk Hendra. Penjual kerupuk masih menyisa berkeliling dari satu mobil ke mobil lain, penjual kopi melintasinya beberapa kali. Seorang wanita menjinjing termos dan beberapa gelas yang disusun menumpuk melewatinya sambil mendendangkan suara yang merdu. "Kopi Mbak," Hendra meminta Ayahnya untuk menggantikan posisinya. Wanita itu tersenyum sambil duduk dan mulai meracik kopi yang dipesan Hendra. Satu menit kemudian kopi manis itu telah siap. Wanita itu menyodorkan gelasnya kepada Hendra namun mata lelaki itu menatapnya, pandangan itu bertemu sejenak dan menciptakan daya tarik tersendiri hingga membuat mereka tersenyum kecil untuk menutupinya. Hendra adalah lelaki yang sering keluar membawa mobil bersama ayahnya, perjakanya telah hilang seiring kelelahan yang membuatnya harus melampiaskan kecapekannya dengan membayar para kupu-kupu malam yang mencari mangsa para sopir-sopir yang kesepian di kala malam menyapa. Rayuan mautnya telah membuat banyak wanita bertekuk lutut dalam pelukannya apalagi uang hasil kerjanya memang hanya dihamburkan untuk memenuhi sifat buruknya tersebut. Hasil kerjanya pun tak menyisa untuk kebutuhan sehari-harinya, untung sang Ayah masih selalu menolongnya, walau bagaimanapun kelakuan anak orangtua akan selalu menolongnya. Kali ini Hendra benar-benar tak bisa berkata banyak pada wanita penjual kopi itu, merayunya pun membuat lidahnya telah beku dan kelu, hidung mungil wanita itu telah membuat dadanya berdebar, tak pernah dilaluinya getaran seperti ini seumur hidupnya. "Ayo diminum Kang, nanti keburu dingin," wanita itu melaburkan angan yang dibangunnya, mencerna dan merekayasa imajinasi. "Iya," nikmatnya kopi ditambah matanya yang sebentar-sebentar melirik pandang, wanita itu benar-benar membuatnya tak berkutik. "Siapa nama Mbak?" "Supinah, panggil saja Inah," senyum yang santun itu sekali lagi tersungging. Merambat waktu, Hendra mempunyai semangat baru dalam bekerja, terutama untuk bertemu dengan Inah. Hubungan semula antara penjual dan pembeli kini telah menjadi hubungan janji untuk menikah, Hendra pun tak ingin menodai cinta pertama yang diakuinya, kebiasaan buruknya telah hilang tergantikan harapan pada Inah untuk mengumpulkan dana hingga dapat dia gunakan untuk membahagiakan wanita yang telah memberikan warna baru dalam hidupnya. ***
  • 3. "Nikahilah dia, kamu menunggu apa lagi?" pak Sobri menyentakkan lamunan anaknya. "Aku takut tidak bisa membahagiakannya Pak." "Kebahagiaan itu bukan pada materi anakku, tapi pada kepercayaan. Nikahilah dia sebelum terlambat." Hendra mencerna perkataan ayahnya sejenak, tanpa pikir panjang lagi dia meminta izin ayahnya untuk menemui Inah yang telah berkeliling kembali menjajakan kopinya. "Nah, aku akan melamarmu secepatnya. Walau aku belum mempunyai banyak tabungan, tapi akan bekerja keras untuk kita," senyum itu meyakinkan janji Hendra. Ada senyum kecil di wajah Inah, kekecewaan yang barusan diucapkan Hendra terobati sudah. Tak ada kata yang terucap kecuali anggukan mesra. Mereka berpisah dengan senyum yang meyakinkan hati mereka masing-masing. *** Malam ini Hendra berniat melamar Inah walau di tengah pekerjaannya, walau di tengah Inah yang sedang menjual kopi, demi cinta yang telah merubah pribadinya dan memberi warna pada kehidupannya. "Nah aku ingin bicara," Hendra menatap mata lentik itu sambil menyeruput kopinya, di samping Inah ada seorang anak kecil berusia 4 tahunan. "Apa Kang." "Malam ini aku ingin melamarmu, kebetulan kami baru pulang dari muatan dan ayah bersedia menemaniku untuk mempersuntingmu," ada semburat harapan yang memancar dari celah bibir Hendra. "Kang, aku ingin jujur padamu. Aku tidak mempunyai keluarga lagi, kedua orangtuaku telah meninggal. Ini adalah Anakku, aku seorang janda." Benar-benar seperti petir menyambar lenggangnya masa, tercipta dan terlihat patah-patah, seperti mematahkan harapan. Tapi tak sepatah katapun yang terucap dari bibir Hendra. "Setelah suamiku meninggal, aku diusir dari rumah keluarganya. Aku berdagang disini karena ingin menyambung hidup dan memberi makan pada anakku. Tapi aku juga ingin jujur bahwa aku mencintai Akang. Aku harap Akang menerima aku apa adanya." Walau mendengarkan isak lirih itu, Hendra meninggalkan begitu saja Inah yang memeluk anaknya mencoba menguatkan takdir yang menimpanya. Hendra benar-benar tertipu selama ini, keindahan warna-warni baru dalam hidupnya telah memerangkap harapannya. Hatinya benar-benar murka, namun tak kuasa memarahi wanita bermata lentik itu hingga yang dapat dilakukannya hanya berlalu dan pulang dengan segudang tumpukan amarah. Hari-hari berlalu, Hendra merasakan luka yang teramat perih melebihi luka atau sakit dikala menimpa jasad fisiknya, luka karena cinta. Sudah begitu banyak wanita yang dia kecewakan hanya untuk memenuhi hasrat iblisnya, kini saat hatinya terluka oleh seorang wanita barulah dia sadar perbuatannya selama ini memang mendapatkan ganjaran yang setimpal.
  • 4. Hidupnya kini mulai berubah, hari-harinya selalu digunakan untuk memperbaiki diri, menghilangkan sifat-sifat buruknya selama ini. Satu hal yang dia lupakan, wanita itulah yang menjadi sarana dari Tuhan untuk mengetuk hatinya, secara jujur hatinya masih menginginkan wanita tegar itu mendampingi hidupnya walau sakit hati dan kesombongan masih menghinggapi jiwanya. "Carilah dia, bukankah dirimu tidaklah suci dibandingkan siapapun. Ingatlah ketika engkau berpaling dari satu pelukan wanita ke pelukan wanita lain. Tidakkah engkau menemukan ketegaran dalam wanita itu," pak Sobri memberi wejangan kepada anaknya sambil mengemudikan mobil. Memang selama ini Hendra banyak berubah namun lamunannya kini semakin menjadi. "Apakah dia mau memaafkanku?" pak Sobri hanya menganggukkan kepalanya, meyakinkan. Hendra mencari setiap penjual kopi di Bakauheni, senyumnya merekah menggantikan mendung duka yang setiap hari menyelimutinya semenjak dia memutuskan hubungan dengan Supinah. Wanita bermata lentik itu, wanita berhidung mungil itu, dimanakah engkau. Kakinya terus mencari hingga ayahnya memperingatkannya bahwa mobil hampir masuk dan berangkat menuju Merak. Senyum cerahnya mulai sirna, keputusasaan mulai memancar, didatanginya seorang penjual kopi di pinggir tangga menuju kapal tempat naik para penumpang, "Maaf Mbak, apakah mbak tahu keberadaan Supinah yang dulu sering menjual kopi disini?" "Maksud Mas, mbak Inah yang mempunyai anak kecil itu?" Anggukan kepala Hendra membuat wanita itu melanjutkan kata-katanya, "Mbak Inah udah berhenti dagang, dia bilang mau pergi karena harapannya disini telah hilang. Dia sendiri bingung mau pindah kemana hanya dia bilang ingin anaknya dididik bukan disini." Hendra berpamitan karena kapal telah meniup peluitnya, terompet menggema. Perasaan yang campur aduk hingga membuatnya semakin tersiksa. Penyesalan memang datang terlambat. *** Pelabuhan Bakauheni. Sepenggal kehidupan yang tidak pernah berhenti, nonstop, terus mengalir bagaikan aliran laut yang selalu mendeburkan ombaknya menciptakan buih-buih bertebaran. Kehidupan yang tidak pernah berhenti, mungkin akan berhenti jika kiamat terjadi. Tambang telah dilemparkan dari kapal untuk dimasukkan ke dalam cantolannya. Tambang itu bernafas turun naik, digoyangkan kapal, dibelai ombak. Hendra masih terpaku di samping ayahnya yang sedang mengemudi. Ayahnya beberapa kali menggelengkan kepalanya sambil membiarkan anaknya menjalani proses menuju dewasanya yang selama ini terabaikan. Hendra mengedarkan pandangannya, mencoba mengais harapan dikala penantian keindahan memayungi sukmanya. Keyakinannya pada Inah mengalahkan keraguan yang membayang-bayangi kehidupannya. Datanglah Inah, aku tidak peduli apapun dirimu asal engkau menerimaku sepenuhnya. Aku tidak peduli jandakah dirimu, siapapun dirimu, aku akan menunggumu. Dan penantian itu akan selalu menghiasi keindahan kehidupan. ***