SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Sistem Penyiaran Radio 
Pengantar Broadcasting 
Anwari,S.Sos.,M.Si 
Pertemuan 3
Definisi Sistem Penyiaran 
 Dari dua unsur kata “penyiaran dan sistem” dapat disimpulkan 
bahwa sistem penyiaran adalah rangkaian penyelenggaraan 
penyiaran yang teratur dan menggambarkan interaksi 
berbagai elemen di dalamnya seperti tata nilai, institusi, 
individu, broadcaster, dan program siaran. 
 Sistem penyiaran melingkupi pula prosedur dan klasifikasi 
yang tersimpul dalam aturan main, seperti undang-undang. 
Ruang lingkup lahirnya wacana sistem penyiaran yang semakin 
luas dan kompleks karena adanya pendanaan dan supervise 
publik atas media siaran radio dan televisi 
(Masduki, 2006: 3-4).
Dua teori penting yang digagas oleh Joseph R. 
Dominick Dalam sistem penyiaran 
1. The scarcity theory atau teori keterbatasan yang 
mencatat bahwa gelombang elektromagnetik 
bersifat terbatas. Keterbatasan ini hanya mampu 
digunakan oleh stasiun penyiaran secara terbatas 
sehingga hanya segelintir orang yang bisa 
menggunakannya. Dari sekian banyak calon 
pengguna frekuensi, negara harus menyeleksi 
pengguna frekuensi yang dianggap mampu 
mengelola dan bertanggung jawab terhadap publik.
Dua teori penting yang digagas oleh Joseph R. 
Dominick Dalam sistem penyiaran 
2. The pervasive presence theory yang mengasumsikan 
bahwa media penyiaran sangat dominan 
pengaruhnya kepada masyarakat, melalui pesan 
yang begitu massif dan masuk pada wilayah pribadi 
sehingga perlu diatur agar semua kepentingan 
masyarakat bisa terwadahi dan terlindungi. Teori ini 
mengharuskan peran negara melalui proses yang 
demokratis dalam membuat regulasi yang mengatur 
isi media penyiaran.
Menurut Dominick ada tiga model kepemilikkan 
media penyiaran: 
Pemilik media Tujuan Regulasi Pendanaan Program 
Government Agency 
(Penguasa) 
Mobilization 
(Mobilisasi sosial 
politik) 
Strong (Ketat) Government (Dana 
Pemerintah) 
Ideological/ Cultural 
(Ideologisasi) 
Government 
Corporation (Publik) 
Education/ Cultural 
Enlightment 
(Pendidikan, Budaya, 
dan Penyadaran) 
Moderate (Sedang) License Fee/ Tax 
Government 
Advertising (Pajak, 
Iuran dan Dana 
Pemerintah) 
Cultural/ Educational/ 
Entertainment 
(Budaya, Pendidikan, 
dan Hiburan) 
Private (Swasta) Profit (Mencari 
Untung) 
Weak (Lemah) Advertising 
(Periklanan) 
Entertainment 
(Hiburan) 
Sumber: Dominick dalamMasduki, 2006: 6
Karakteristik media penyiaran dapat dibagi menjadi tiga bagian seperti 
dalam tabel berikut ini: 
1. Lembaga Penyiaran Komersial. Pelakunya swasta (non-pemerintah), 
berbentuk perseroan terbatas. Lembaga 
penyiaran komersial yang ditujukan untuk komunitas 
tertentu yaitu pelakunya swasta, yayasan, kampus, LSM, 
dan lainnya. 
2. Lembaga penyiaran Publik. Pelakunya Negara dan 
swasta. 
3. Lembaga penyiaran Komunitas berdasarkan batasan 
geografis dan identitas atau minat yang sama, yakni 
pelakunya swasta, LSM, dan Kampus.
Menurut McQuail yang dikutip Masduki (2006: 12), media 
penyiaran dikontrol pada dua wilayah dan alasan, yaitu: 
1. Wilayah isi dikontrol karena ada alasan politik dan kultural 
(political and moral/ cultural reason), 
2. Wilayah infrastruktur terutama frekuensi dikontrol karena 
alasan ekonomi dan teknologi (technical and economic reason). 
Aturan yang pertama menunjukkan bahwa isi siaran perlu diatur 
karena sangat mudah mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak, 
khususnya yang belum memiliki kerangka referensi yang kuat 
seperti usia muda atau remaja. 
Dalam hal ini, unsur kultural dalam pengaturan media penyiaran 
perlu diatur karena efeknya yang begitu besar terhadap khalayak
Di Negara Indonesia system penyiaran telah diatur dalam 
Undang-Undang ; 
UU sebagai landasan pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan 
penyiaran untuk menjamin ketertiban dan kepastian hukum dan 
ditaatinya kode etik siaran. Karena frekuensi adalah milik publik dan 
sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya 
bagi kepentingan publik. 
media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan informasi 
publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam- macam bentuk, 
mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan, dll.
Undang-undang penyiaran yang akhirnya lahir pada 2002 
memuat pasal-pasal yang mendorong terjadinya 
demokratisasi penyiaran. 
1. UU memperkenalkan gagasan tentang adanya sebuah lembaga 
pengatur penyiaran independen, Komisi Penyiaran Indonesia. 
KPI, menurut UU, dipilih dan bertanggungjawab kepada DPR dan 
keanggotaannya berasal dari mereka yang diharapkan tidak 
mewakili kepentingan industry penyiaran, pemerintah, ataupun 
partai politik. 
2. System penyiaran televisi tidak lagi berpusat di Jakarta. UU 
penyiaran mengusung gagasan desentralisasi penyiaran televisi, 
dimana tidak lagi dikenal adanya stasiun televise nasional yang 
mampu menjangkau penonton diseluruh Indonesia secara 
langsung dari Jakarta. Dalam system baru ini, tidak lagi ada 
stasiun televise nasional melainkan system jaringan televise 
secara nasional.
3. Izin penyiaran diberikan melalui proses terbuka dan melibatkan 
publik. Bila dimasa Orde Baru stasiun televisi dapat memperoleh 
izin dari para pemegang kekuasaan melalui proses tertutup, 
menurut UU 2002, izin baru dapat diperoleh melalui proses 
terbuka yang melibatkan publik. 
4. TVRI dan RRI yang semula adalah lembaga penyiaran pemerinah 
diubah statusnya menjadi lembaga penyiaran publik. Kedua 
lembaga tersebut ditarik keluar dari jajaran Departemen 
Penerangan dan tidak berada dibawah kekuasaan Presiden. TVRI 
dan RRI diharapkan menjadi media yang independen dan netral 
yang melulu menempatkan kepentingan public diatas segalanya. 
5. UU penyiaran memperkenalkan kehadiran lembaga penyiaran 
komunitas (LPK). Sebagimana tertuang dalam UU tersebut, LPK 
adalah lembaga penyiaran yang didirikan oleh komunitas 
tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya 
pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk 
melayani kepentingan komunitasnya.
Undang-undang penyiaran yang akhirnya lahir pada 2002 
memuat pasal-pasal yang mendorong terjadinya 
demokratisasi penyiaran. 
1. UU memperkenalkan gagasan tentang adanya sebuah lembaga 
pengatur penyiaran independen, Komisi Penyiaran Indonesia. 
KPI, menurut UU, dipilih dan bertanggungjawab kepada DPR dan 
keanggotaannya berasal dari mereka yang diharapkan tidak 
mewakili kepentingan industry penyiaran, pemerintah, ataupun 
partai politik. 
2. System penyiaran televisi tidak lagi berpusat di Jakarta. UU 
penyiaran mengusung gagasan desentralisasi penyiaran televisi, 
dimana tidak lagi dikenal adanya stasiun televise nasional yang 
mampu menjangkau penonton diseluruh Indonesia secara 
langsung dari Jakarta. Dalam system baru ini, tidak lagi ada 
stasiun televise nasional melainkan system jaringan televise 
secara nasional.
Pada pasal 6 UU penyiaran No 32/2002 disebutkan bahwa : 
1. Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional. 
2. Dalam sistem penyiaran nasional sebagaimana dimaksud dalam 
ayat (1), Negara menguasai spektrum frekuensi radio yang 
digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya 
kemakmuran rakyat. 
3. Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan 
pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan 
membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. 
4. Untuk penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi 
penyiaran 
Sistem Penyiaran 
Berdasarkan pada pasal 6 UU No 32/2002 
.
Pada pasal 6 UU penyiaran No 32/2002 disebutkan bahwa : 
1. Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional. 
2. Dalam sistem penyiaran nasional sebagaimana dimaksud dalam 
ayat (1), Negara menguasai spektrum frekuensi radio yang 
digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya 
kemakmuran rakyat. 
3. Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan 
pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan 
membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. 
4. Untuk penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi 
penyiaran 
Sistem Penyiaran 
Berdasarkan pada pasal 6 UU No 32/2002 
.
Sistem Penyiaran Berdasarkan 
Fourth Theories Of The Press 
. 
Media massa tidaklah berada di ruang hampa, sehingga hubungan antara 
media massa dengan institusi lain, seperti pemerintah menarik banyak 
perhatian. Salah satu yang pertama mengupayakan hubungan antara 
media massa dan masyarakat politik adalah Four Theories of the Press by 
Siebert, Peterson, and Schramm. Empat teori normatif yang yang 
dimaksud pers oleh Siebert mencakup semua media kom massa, termasuk 
televisi, radio dan suratkabar (Altschull, 1984: 1).
The authoritarian theory. 
. 
Dalam pandangan Siebert, sistem negara otoriter memberlakukan kontrol 
pemerintahan langsung terhadap media massa. Sistem ini berlaku pada 
masyarakat prademokrasi, di mana pemerintahan hanya terdiri dari kelas 
penguasa (rulingclass) yang elit dan terbatas. Media dalam sistem ini tidak 
bisa menyajikan apapun yang bisa mengancam kemapanan otoritas, dan 
penyerangan dalam bentuk apapun terhadap nilai dan pandangan politik 
yang berlaku. Pemerintah memiliki kewenangan untuk menghukum 
siapapun yang mempertanyakan ideologi negara (Altschull, 1984:36).
The libertarian theory. 
. 
. 
The Libertarian Theory disebut juga teori pers bebas. Berkebalikan dengan 
teori pers otoriter, pandangan liberal berdasar gagasan bahwa individu 
haruslah memiliki kebebasan untuk mempublikasikan apapun yang 
dikehendakinya. Gagasan ini bisa ditelusur sampai pendapat pemikir John 
Milton di abad ke-17 bahwa manusia sesunggunya memiliki kemampuan 
untuk memilih gagasan dan nilai yang terbaik bagi dirinya
The Soviet theory 
. 
. 
Teori ini bertalian dengan ideologi tertentu; yaitu komunis. Siebert 
menemukan akar teori ini pada Revolusi Soviet tahun 1917 berdasarkan 
pemikiran Marx dan Engels. Organisasi media dalam sistem ini dimiliki 
secara privat dan dimaksudkan untuk melayani kepentingan kelas pekerja 
(Altschull,1984: 145). Perlu digarisbawahi perbedaan antara sistem pers 
Soviet dan Otoriter. Media massa dalam sistem Soviet memiliki kekuasaan 
untuk mengatur diri sendiri dalam hal isi media. Juga bahwa sistem ini 
organisasi media memiliki tanggung jawab tertentu untuk memenuhi 
harapan khalayaknya.
The social responsibility theory 
. 
. 
Teori ini muncul pada akhir tahun 1940an di Amerika, berangkat dari 
kesadaran bahwa sistem pasar telah gagal memenuhi janji bahwa 
kebebasan pers akan mampu menyajikan kebenaran. Atas hal itu, 
Commission on Freedom of the Press menawarkan model di mana media 
memiliki kewajiban tertentu terhadap masyarakat. Kewajiban ini 
dinyatakan dalam pernyataan informativeness, truth, accuracy, objectivity, 
and balance” (Siebert, 1963: 34). Tujuan dari sistem tanggung jawab sosial 
ini adalah bahwa media itu plural, yang merefleksikan perbedaan dalam 
masyarakat dan akses terhadap berbagai pandangan yang ada (Siebert, 
1963: 102).
3 pilar sistem penyiaran yang akan menjadi fokus analisis 
untuk mencernati pemikiran tersebut dalam perumusan 
RUU penyiaran: 
. 
1. Otoritarisme 
Sistem otoriter adalah keinginan untuk mengatur masyarakat oleh negara melalui 
pemerintah. Sistem otoriter menilai diperlukan pemerintah yang dominan untuk mengatur 
masyarakat karena mayoritas masyarakat tidak cukup memiliki kemampuan mengatur 
dirinya sendiri. Sistem komunikasi otoriter menempatkan intervensi pemerintah secara 
total pada media penyiaran. 
2. Neoliberalisme 
Neoliberalisme mulai diperkenalkan tahun 1970-an, dirumuskan dan dipropagandakan 
sejak 1940-an. Tesis neoliberalisme, yaitu: 
 Keutamaan pembangunan ekonomi 
 Pentingnya perdagangan bebas untuk merangsang pertumbuhan 
 Pasar bebas tanpa restriksi 
 Pilihan-pilihan individual bukan kolektif 
 Pemangkasan regulasi pemerintah 
Pembelaan model pembangunan sosial-evolusioner yang berjangkar dari pengalaman 
dunia barat dapat ditetapkan ke seluruh dunia.
3. Demokratisasi 
Ada 3 hipotesis yang mungkin terjadi dalam suatu proses transisi politik di 
Indonesia. Transisi ini sangat berpengaruh terhadap demokratisasi atau 
setidaknya kebijakan penyiaran. Pertama, tranformasi ke rezim otoritarian 
lain setelah rezim otoriter Orde baru runtuh. Kedua, tranformasi ke rezim 
yang demokratis. Ketiga, tranformasi ke rezim totalitarian. Kriteria sistem 
penyiaran yang demokratis dapat ditelusuri pada paradigma demokrasi, di 
mana sebuah sistem yang demokratis memiliki multi kekuatan politik yang 
berkompetisi dalam sebuah wadah institusi. 
Gagasan mengenai sistem penyiaran yang demokratis harus meliputi: 
 Independensi dalam penyelenggaraan penyiaran baik isi, regulator 
maupun perizinan teknis 
 Pluralitas pemilikan media, yakni media publik, komersial hingga 
komunitas 
 Desentralisasi atau penguatan peran lokal dalam berbagai bentuknya.
TERIMA KASIH BERTEMU KEMBALI DIPERTEMUAN BERIKUTNYA

More Related Content

What's hot

Indepth News Reporting
Indepth News Reporting   Indepth News Reporting
Indepth News Reporting boysinu
 
Teori Media Ekologi
Teori Media EkologiTeori Media Ekologi
Teori Media Ekologimankoma2013
 
Teori Penstrukturan Adaptif
Teori Penstrukturan AdaptifTeori Penstrukturan Adaptif
Teori Penstrukturan AdaptifLisa Ramadhanty
 
Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers ppt
Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers pptJurnalistik, Komunikasi, dan Pers ppt
Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers pptJaya Purnama
 
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaRealitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaUniversity of Andalas
 
Teori Komunikasi
Teori KomunikasiTeori Komunikasi
Teori KomunikasiFinnland
 
Teori komunikasi massa
Teori komunikasi massaTeori komunikasi massa
Teori komunikasi massaRatih Aini
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting mankoma2013
 
Analisis konvergensi media pada kompas gramedia group
Analisis konvergensi media pada kompas gramedia groupAnalisis konvergensi media pada kompas gramedia group
Analisis konvergensi media pada kompas gramedia groupRadyastuti
 
Uses and Gratification Theory
Uses and Gratification TheoryUses and Gratification Theory
Uses and Gratification Theorymankoma2013
 
Stand Point Theory
Stand Point TheoryStand Point Theory
Stand Point Theorymankoma2012
 
01 ruang lingkup komunikasi
01 ruang lingkup komunikasi01 ruang lingkup komunikasi
01 ruang lingkup komunikasiImansyah Lubis
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theoryelsatamara
 
Analis teori groupthink irving janis
Analis teori groupthink  irving janisAnalis teori groupthink  irving janis
Analis teori groupthink irving janisaslanbastra
 
Ppt 1 sejarah penyiaran
Ppt 1 sejarah penyiaranPpt 1 sejarah penyiaran
Ppt 1 sejarah penyiaranDudi Hartono
 

What's hot (20)

Indepth News Reporting
Indepth News Reporting   Indepth News Reporting
Indepth News Reporting
 
Teori Media Ekologi
Teori Media EkologiTeori Media Ekologi
Teori Media Ekologi
 
Teori Penstrukturan Adaptif
Teori Penstrukturan AdaptifTeori Penstrukturan Adaptif
Teori Penstrukturan Adaptif
 
Format radio. pert. 2
Format radio. pert. 2Format radio. pert. 2
Format radio. pert. 2
 
Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers ppt
Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers pptJurnalistik, Komunikasi, dan Pers ppt
Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers ppt
 
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaRealitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
 
Teori Komunikasi
Teori KomunikasiTeori Komunikasi
Teori Komunikasi
 
Ppt 2 dasar dasar media komunikasi
Ppt 2 dasar dasar media komunikasiPpt 2 dasar dasar media komunikasi
Ppt 2 dasar dasar media komunikasi
 
Teori komunikasi massa
Teori komunikasi massaTeori komunikasi massa
Teori komunikasi massa
 
Sejarah komunikasi.ppt
Sejarah komunikasi.pptSejarah komunikasi.ppt
Sejarah komunikasi.ppt
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting
 
Analisis konvergensi media pada kompas gramedia group
Analisis konvergensi media pada kompas gramedia groupAnalisis konvergensi media pada kompas gramedia group
Analisis konvergensi media pada kompas gramedia group
 
Komunikasi Massa
Komunikasi MassaKomunikasi Massa
Komunikasi Massa
 
Uses and Gratification Theory
Uses and Gratification TheoryUses and Gratification Theory
Uses and Gratification Theory
 
Stand Point Theory
Stand Point TheoryStand Point Theory
Stand Point Theory
 
01 ruang lingkup komunikasi
01 ruang lingkup komunikasi01 ruang lingkup komunikasi
01 ruang lingkup komunikasi
 
Muted Group
Muted GroupMuted Group
Muted Group
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theory
 
Analis teori groupthink irving janis
Analis teori groupthink  irving janisAnalis teori groupthink  irving janis
Analis teori groupthink irving janis
 
Ppt 1 sejarah penyiaran
Ppt 1 sejarah penyiaranPpt 1 sejarah penyiaran
Ppt 1 sejarah penyiaran
 

Viewers also liked

contoh file persentasi sistem penyiaran televisi analog
contoh file persentasi sistem penyiaran televisi analogcontoh file persentasi sistem penyiaran televisi analog
contoh file persentasi sistem penyiaran televisi analogHamdun Seven Fold
 
MGT101 - Financial Accounting- Lecture 37
MGT101 - Financial Accounting- Lecture 37MGT101 - Financial Accounting- Lecture 37
MGT101 - Financial Accounting- Lecture 37Bilal Ahmed
 
Online samenwerken anno 2017
Online samenwerken anno 2017Online samenwerken anno 2017
Online samenwerken anno 2017Orbid
 
Wall quote vinyl decal
Wall quote vinyl decalWall quote vinyl decal
Wall quote vinyl decalvinyldecors
 
CS201- Introduction to Programming- Lecture 20
CS201- Introduction to Programming- Lecture 20CS201- Introduction to Programming- Lecture 20
CS201- Introduction to Programming- Lecture 20Bilal Ahmed
 
Describing different childrens party themes
Describing different childrens party themes  Describing different childrens party themes
Describing different childrens party themes JoeCavallaro
 
Aml catalogue 13
Aml catalogue 13Aml catalogue 13
Aml catalogue 13slideroma
 
Kid’s party decorations ideas
Kid’s party decorations ideasKid’s party decorations ideas
Kid’s party decorations ideasJoeCavallaro
 
Kids Party Decoration Supplies Online
Kids Party Decoration Supplies Online Kids Party Decoration Supplies Online
Kids Party Decoration Supplies Online JoeCavallaro
 
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29CS201- Introduction to Programming- Lecture 29
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29Bilal Ahmed
 
Professionaliseer uw technische dienst en facility management
Professionaliseer uw technische dienst en facility managementProfessionaliseer uw technische dienst en facility management
Professionaliseer uw technische dienst en facility managementOrbid
 
CS101- Introduction to Computing- Lecture 27
CS101- Introduction to Computing- Lecture 27CS101- Introduction to Computing- Lecture 27
CS101- Introduction to Computing- Lecture 27Bilal Ahmed
 

Viewers also liked (20)

Pert. 3 sistem penyiaran radio.(1)
Pert. 3 sistem penyiaran radio.(1)Pert. 3 sistem penyiaran radio.(1)
Pert. 3 sistem penyiaran radio.(1)
 
contoh file persentasi sistem penyiaran televisi analog
contoh file persentasi sistem penyiaran televisi analogcontoh file persentasi sistem penyiaran televisi analog
contoh file persentasi sistem penyiaran televisi analog
 
Prinsip penyiaran radio
Prinsip penyiaran radioPrinsip penyiaran radio
Prinsip penyiaran radio
 
Hukum islam
Hukum islamHukum islam
Hukum islam
 
MGT101 - Financial Accounting- Lecture 37
MGT101 - Financial Accounting- Lecture 37MGT101 - Financial Accounting- Lecture 37
MGT101 - Financial Accounting- Lecture 37
 
Mtm terbaru 02 06-2014 (2)
Mtm terbaru 02 06-2014 (2)Mtm terbaru 02 06-2014 (2)
Mtm terbaru 02 06-2014 (2)
 
Online samenwerken anno 2017
Online samenwerken anno 2017Online samenwerken anno 2017
Online samenwerken anno 2017
 
Wall quote vinyl decal
Wall quote vinyl decalWall quote vinyl decal
Wall quote vinyl decal
 
CS201- Introduction to Programming- Lecture 20
CS201- Introduction to Programming- Lecture 20CS201- Introduction to Programming- Lecture 20
CS201- Introduction to Programming- Lecture 20
 
Describing different childrens party themes
Describing different childrens party themes  Describing different childrens party themes
Describing different childrens party themes
 
Aml catalogue 13
Aml catalogue 13Aml catalogue 13
Aml catalogue 13
 
Kid’s party decorations ideas
Kid’s party decorations ideasKid’s party decorations ideas
Kid’s party decorations ideas
 
Botón de mano y volante de mano
Botón de mano y volante de manoBotón de mano y volante de mano
Botón de mano y volante de mano
 
Shi pemahaman hukum islam
Shi pemahaman hukum islamShi pemahaman hukum islam
Shi pemahaman hukum islam
 
Bab i, ii, iii
Bab i, ii, iiiBab i, ii, iii
Bab i, ii, iii
 
Kids Party Decoration Supplies Online
Kids Party Decoration Supplies Online Kids Party Decoration Supplies Online
Kids Party Decoration Supplies Online
 
Konseo dasar jurnalistik2
Konseo dasar jurnalistik2Konseo dasar jurnalistik2
Konseo dasar jurnalistik2
 
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29CS201- Introduction to Programming- Lecture 29
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29
 
Professionaliseer uw technische dienst en facility management
Professionaliseer uw technische dienst en facility managementProfessionaliseer uw technische dienst en facility management
Professionaliseer uw technische dienst en facility management
 
CS101- Introduction to Computing- Lecture 27
CS101- Introduction to Computing- Lecture 27CS101- Introduction to Computing- Lecture 27
CS101- Introduction to Computing- Lecture 27
 

Similar to Pert. 3 sistem penyiaran radio.

Aturan, Landasan Hukum dan Regulasi Media di Indonesia
Aturan, Landasan Hukum dan Regulasi Media di IndonesiaAturan, Landasan Hukum dan Regulasi Media di Indonesia
Aturan, Landasan Hukum dan Regulasi Media di IndonesiaErwin Rasyid
 
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...VJ Asenk
 
Konteks kelahiran uu penyiaran
Konteks kelahiran uu penyiaranKonteks kelahiran uu penyiaran
Konteks kelahiran uu penyiaranade armando
 
ppt jurnalis hati.pptx
ppt jurnalis hati.pptxppt jurnalis hati.pptx
ppt jurnalis hati.pptxHusniSuwandi2
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiSatuDunia Foundation
 
Etika komunikasi massa
Etika komunikasi massaEtika komunikasi massa
Etika komunikasi massaHafiza .h
 
Spektrum Frekuensi
Spektrum FrekuensiSpektrum Frekuensi
Spektrum FrekuensiChar Lie
 
Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar
Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi SiregarClass Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar
Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi SiregarE Wandari
 
Komunikasi massa dan pemerintah
Komunikasi massa dan pemerintahKomunikasi massa dan pemerintah
Komunikasi massa dan pemerintahUIN Surabaya
 
PRESENTASI JURNALISTIK.pptx
PRESENTASI JURNALISTIK.pptxPRESENTASI JURNALISTIK.pptx
PRESENTASI JURNALISTIK.pptxAnggaWijaya86
 
Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang PersUndang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang PersRachardy Andriyanto
 
Babiiipersdlmmasyarakat
BabiiipersdlmmasyarakatBabiiipersdlmmasyarakat
BabiiipersdlmmasyarakatAwis Mirad
 

Similar to Pert. 3 sistem penyiaran radio. (20)

Aturan, Landasan Hukum dan Regulasi Media di Indonesia
Aturan, Landasan Hukum dan Regulasi Media di IndonesiaAturan, Landasan Hukum dan Regulasi Media di Indonesia
Aturan, Landasan Hukum dan Regulasi Media di Indonesia
 
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
 
JURNALIS BERMARTABAT
JURNALIS BERMARTABATJURNALIS BERMARTABAT
JURNALIS BERMARTABAT
 
Teori pers
Teori persTeori pers
Teori pers
 
Konteks kelahiran uu penyiaran
Konteks kelahiran uu penyiaranKonteks kelahiran uu penyiaran
Konteks kelahiran uu penyiaran
 
ppt jurnalis hati.pptx
ppt jurnalis hati.pptxppt jurnalis hati.pptx
ppt jurnalis hati.pptx
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab 3 awal pers kls xii
Bab 3 awal pers kls xiiBab 3 awal pers kls xii
Bab 3 awal pers kls xii
 
Etika komunikasi massa
Etika komunikasi massaEtika komunikasi massa
Etika komunikasi massa
 
Spektrum Frekuensi
Spektrum FrekuensiSpektrum Frekuensi
Spektrum Frekuensi
 
Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar
Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi SiregarClass Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar
Class Week 14 - UI Demokratisasi Penyiaran Des 2013 by Amir Effendi Siregar
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Komunikasi massa dan pemerintah
Komunikasi massa dan pemerintahKomunikasi massa dan pemerintah
Komunikasi massa dan pemerintah
 
Peranan Pers
Peranan PersPeranan Pers
Peranan Pers
 
PRESENTASI JURNALISTIK.pptx
PRESENTASI JURNALISTIK.pptxPRESENTASI JURNALISTIK.pptx
PRESENTASI JURNALISTIK.pptx
 
Bab 3 kelas 3
Bab 3 kelas 3Bab 3 kelas 3
Bab 3 kelas 3
 
Pers & Konflik
Pers & Konflik Pers & Konflik
Pers & Konflik
 
Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang PersUndang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
 
Babiiipersdlmmasyarakat
BabiiipersdlmmasyarakatBabiiipersdlmmasyarakat
Babiiipersdlmmasyarakat
 

More from Nur Alfiyatur Rochmah

tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif Itugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif INur Alfiyatur Rochmah
 
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganSurat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganProgram kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren LamonganBiodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganData Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSAUntuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSANur Alfiyatur Rochmah
 
PPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audiencePPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audienceNur Alfiyatur Rochmah
 

More from Nur Alfiyatur Rochmah (20)

LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016
LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016
LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016
 
Etikan dan Hukum dalam Media
Etikan dan Hukum dalam MediaEtikan dan Hukum dalam Media
Etikan dan Hukum dalam Media
 
Sejarah Desain Grafis
Sejarah Desain Grafis Sejarah Desain Grafis
Sejarah Desain Grafis
 
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif Itugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
 
Lampiran untuk program kerja 2014
Lampiran untuk program kerja 2014Lampiran untuk program kerja 2014
Lampiran untuk program kerja 2014
 
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganSurat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Usulan penetapan inpassing
Usulan penetapan inpassingUsulan penetapan inpassing
Usulan penetapan inpassing
 
Lampiran surat keputusan (p)
Lampiran surat keputusan (p)Lampiran surat keputusan (p)
Lampiran surat keputusan (p)
 
Data verval
Data vervalData verval
Data verval
 
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganProgram kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren LamonganBiodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganData Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Macam macam definisi
Macam macam definisiMacam macam definisi
Macam macam definisi
 
Pernyataan dan proposisi
Pernyataan dan proposisiPernyataan dan proposisi
Pernyataan dan proposisi
 
Macam definisi
 Macam definisi Macam definisi
Macam definisi
 
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSAUntuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSA
 
PPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audiencePPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audience
 
Konsep audience
Konsep audienceKonsep audience
Konsep audience
 

Recently uploaded

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 

Recently uploaded (20)

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 

Pert. 3 sistem penyiaran radio.

  • 1. Sistem Penyiaran Radio Pengantar Broadcasting Anwari,S.Sos.,M.Si Pertemuan 3
  • 2. Definisi Sistem Penyiaran  Dari dua unsur kata “penyiaran dan sistem” dapat disimpulkan bahwa sistem penyiaran adalah rangkaian penyelenggaraan penyiaran yang teratur dan menggambarkan interaksi berbagai elemen di dalamnya seperti tata nilai, institusi, individu, broadcaster, dan program siaran.  Sistem penyiaran melingkupi pula prosedur dan klasifikasi yang tersimpul dalam aturan main, seperti undang-undang. Ruang lingkup lahirnya wacana sistem penyiaran yang semakin luas dan kompleks karena adanya pendanaan dan supervise publik atas media siaran radio dan televisi (Masduki, 2006: 3-4).
  • 3. Dua teori penting yang digagas oleh Joseph R. Dominick Dalam sistem penyiaran 1. The scarcity theory atau teori keterbatasan yang mencatat bahwa gelombang elektromagnetik bersifat terbatas. Keterbatasan ini hanya mampu digunakan oleh stasiun penyiaran secara terbatas sehingga hanya segelintir orang yang bisa menggunakannya. Dari sekian banyak calon pengguna frekuensi, negara harus menyeleksi pengguna frekuensi yang dianggap mampu mengelola dan bertanggung jawab terhadap publik.
  • 4. Dua teori penting yang digagas oleh Joseph R. Dominick Dalam sistem penyiaran 2. The pervasive presence theory yang mengasumsikan bahwa media penyiaran sangat dominan pengaruhnya kepada masyarakat, melalui pesan yang begitu massif dan masuk pada wilayah pribadi sehingga perlu diatur agar semua kepentingan masyarakat bisa terwadahi dan terlindungi. Teori ini mengharuskan peran negara melalui proses yang demokratis dalam membuat regulasi yang mengatur isi media penyiaran.
  • 5. Menurut Dominick ada tiga model kepemilikkan media penyiaran: Pemilik media Tujuan Regulasi Pendanaan Program Government Agency (Penguasa) Mobilization (Mobilisasi sosial politik) Strong (Ketat) Government (Dana Pemerintah) Ideological/ Cultural (Ideologisasi) Government Corporation (Publik) Education/ Cultural Enlightment (Pendidikan, Budaya, dan Penyadaran) Moderate (Sedang) License Fee/ Tax Government Advertising (Pajak, Iuran dan Dana Pemerintah) Cultural/ Educational/ Entertainment (Budaya, Pendidikan, dan Hiburan) Private (Swasta) Profit (Mencari Untung) Weak (Lemah) Advertising (Periklanan) Entertainment (Hiburan) Sumber: Dominick dalamMasduki, 2006: 6
  • 6. Karakteristik media penyiaran dapat dibagi menjadi tiga bagian seperti dalam tabel berikut ini: 1. Lembaga Penyiaran Komersial. Pelakunya swasta (non-pemerintah), berbentuk perseroan terbatas. Lembaga penyiaran komersial yang ditujukan untuk komunitas tertentu yaitu pelakunya swasta, yayasan, kampus, LSM, dan lainnya. 2. Lembaga penyiaran Publik. Pelakunya Negara dan swasta. 3. Lembaga penyiaran Komunitas berdasarkan batasan geografis dan identitas atau minat yang sama, yakni pelakunya swasta, LSM, dan Kampus.
  • 7. Menurut McQuail yang dikutip Masduki (2006: 12), media penyiaran dikontrol pada dua wilayah dan alasan, yaitu: 1. Wilayah isi dikontrol karena ada alasan politik dan kultural (political and moral/ cultural reason), 2. Wilayah infrastruktur terutama frekuensi dikontrol karena alasan ekonomi dan teknologi (technical and economic reason). Aturan yang pertama menunjukkan bahwa isi siaran perlu diatur karena sangat mudah mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak, khususnya yang belum memiliki kerangka referensi yang kuat seperti usia muda atau remaja. Dalam hal ini, unsur kultural dalam pengaturan media penyiaran perlu diatur karena efeknya yang begitu besar terhadap khalayak
  • 8. Di Negara Indonesia system penyiaran telah diatur dalam Undang-Undang ; UU sebagai landasan pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan penyiaran untuk menjamin ketertiban dan kepastian hukum dan ditaatinya kode etik siaran. Karena frekuensi adalah milik publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan publik. media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam- macam bentuk, mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan, dll.
  • 9. Undang-undang penyiaran yang akhirnya lahir pada 2002 memuat pasal-pasal yang mendorong terjadinya demokratisasi penyiaran. 1. UU memperkenalkan gagasan tentang adanya sebuah lembaga pengatur penyiaran independen, Komisi Penyiaran Indonesia. KPI, menurut UU, dipilih dan bertanggungjawab kepada DPR dan keanggotaannya berasal dari mereka yang diharapkan tidak mewakili kepentingan industry penyiaran, pemerintah, ataupun partai politik. 2. System penyiaran televisi tidak lagi berpusat di Jakarta. UU penyiaran mengusung gagasan desentralisasi penyiaran televisi, dimana tidak lagi dikenal adanya stasiun televise nasional yang mampu menjangkau penonton diseluruh Indonesia secara langsung dari Jakarta. Dalam system baru ini, tidak lagi ada stasiun televise nasional melainkan system jaringan televise secara nasional.
  • 10. 3. Izin penyiaran diberikan melalui proses terbuka dan melibatkan publik. Bila dimasa Orde Baru stasiun televisi dapat memperoleh izin dari para pemegang kekuasaan melalui proses tertutup, menurut UU 2002, izin baru dapat diperoleh melalui proses terbuka yang melibatkan publik. 4. TVRI dan RRI yang semula adalah lembaga penyiaran pemerinah diubah statusnya menjadi lembaga penyiaran publik. Kedua lembaga tersebut ditarik keluar dari jajaran Departemen Penerangan dan tidak berada dibawah kekuasaan Presiden. TVRI dan RRI diharapkan menjadi media yang independen dan netral yang melulu menempatkan kepentingan public diatas segalanya. 5. UU penyiaran memperkenalkan kehadiran lembaga penyiaran komunitas (LPK). Sebagimana tertuang dalam UU tersebut, LPK adalah lembaga penyiaran yang didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.
  • 11. Undang-undang penyiaran yang akhirnya lahir pada 2002 memuat pasal-pasal yang mendorong terjadinya demokratisasi penyiaran. 1. UU memperkenalkan gagasan tentang adanya sebuah lembaga pengatur penyiaran independen, Komisi Penyiaran Indonesia. KPI, menurut UU, dipilih dan bertanggungjawab kepada DPR dan keanggotaannya berasal dari mereka yang diharapkan tidak mewakili kepentingan industry penyiaran, pemerintah, ataupun partai politik. 2. System penyiaran televisi tidak lagi berpusat di Jakarta. UU penyiaran mengusung gagasan desentralisasi penyiaran televisi, dimana tidak lagi dikenal adanya stasiun televise nasional yang mampu menjangkau penonton diseluruh Indonesia secara langsung dari Jakarta. Dalam system baru ini, tidak lagi ada stasiun televise nasional melainkan system jaringan televise secara nasional.
  • 12. Pada pasal 6 UU penyiaran No 32/2002 disebutkan bahwa : 1. Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional. 2. Dalam sistem penyiaran nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Negara menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 3. Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. 4. Untuk penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi penyiaran Sistem Penyiaran Berdasarkan pada pasal 6 UU No 32/2002 .
  • 13. Pada pasal 6 UU penyiaran No 32/2002 disebutkan bahwa : 1. Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional. 2. Dalam sistem penyiaran nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Negara menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 3. Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. 4. Untuk penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi penyiaran Sistem Penyiaran Berdasarkan pada pasal 6 UU No 32/2002 .
  • 14. Sistem Penyiaran Berdasarkan Fourth Theories Of The Press . Media massa tidaklah berada di ruang hampa, sehingga hubungan antara media massa dengan institusi lain, seperti pemerintah menarik banyak perhatian. Salah satu yang pertama mengupayakan hubungan antara media massa dan masyarakat politik adalah Four Theories of the Press by Siebert, Peterson, and Schramm. Empat teori normatif yang yang dimaksud pers oleh Siebert mencakup semua media kom massa, termasuk televisi, radio dan suratkabar (Altschull, 1984: 1).
  • 15. The authoritarian theory. . Dalam pandangan Siebert, sistem negara otoriter memberlakukan kontrol pemerintahan langsung terhadap media massa. Sistem ini berlaku pada masyarakat prademokrasi, di mana pemerintahan hanya terdiri dari kelas penguasa (rulingclass) yang elit dan terbatas. Media dalam sistem ini tidak bisa menyajikan apapun yang bisa mengancam kemapanan otoritas, dan penyerangan dalam bentuk apapun terhadap nilai dan pandangan politik yang berlaku. Pemerintah memiliki kewenangan untuk menghukum siapapun yang mempertanyakan ideologi negara (Altschull, 1984:36).
  • 16. The libertarian theory. . . The Libertarian Theory disebut juga teori pers bebas. Berkebalikan dengan teori pers otoriter, pandangan liberal berdasar gagasan bahwa individu haruslah memiliki kebebasan untuk mempublikasikan apapun yang dikehendakinya. Gagasan ini bisa ditelusur sampai pendapat pemikir John Milton di abad ke-17 bahwa manusia sesunggunya memiliki kemampuan untuk memilih gagasan dan nilai yang terbaik bagi dirinya
  • 17. The Soviet theory . . Teori ini bertalian dengan ideologi tertentu; yaitu komunis. Siebert menemukan akar teori ini pada Revolusi Soviet tahun 1917 berdasarkan pemikiran Marx dan Engels. Organisasi media dalam sistem ini dimiliki secara privat dan dimaksudkan untuk melayani kepentingan kelas pekerja (Altschull,1984: 145). Perlu digarisbawahi perbedaan antara sistem pers Soviet dan Otoriter. Media massa dalam sistem Soviet memiliki kekuasaan untuk mengatur diri sendiri dalam hal isi media. Juga bahwa sistem ini organisasi media memiliki tanggung jawab tertentu untuk memenuhi harapan khalayaknya.
  • 18. The social responsibility theory . . Teori ini muncul pada akhir tahun 1940an di Amerika, berangkat dari kesadaran bahwa sistem pasar telah gagal memenuhi janji bahwa kebebasan pers akan mampu menyajikan kebenaran. Atas hal itu, Commission on Freedom of the Press menawarkan model di mana media memiliki kewajiban tertentu terhadap masyarakat. Kewajiban ini dinyatakan dalam pernyataan informativeness, truth, accuracy, objectivity, and balance” (Siebert, 1963: 34). Tujuan dari sistem tanggung jawab sosial ini adalah bahwa media itu plural, yang merefleksikan perbedaan dalam masyarakat dan akses terhadap berbagai pandangan yang ada (Siebert, 1963: 102).
  • 19. 3 pilar sistem penyiaran yang akan menjadi fokus analisis untuk mencernati pemikiran tersebut dalam perumusan RUU penyiaran: . 1. Otoritarisme Sistem otoriter adalah keinginan untuk mengatur masyarakat oleh negara melalui pemerintah. Sistem otoriter menilai diperlukan pemerintah yang dominan untuk mengatur masyarakat karena mayoritas masyarakat tidak cukup memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri. Sistem komunikasi otoriter menempatkan intervensi pemerintah secara total pada media penyiaran. 2. Neoliberalisme Neoliberalisme mulai diperkenalkan tahun 1970-an, dirumuskan dan dipropagandakan sejak 1940-an. Tesis neoliberalisme, yaitu:  Keutamaan pembangunan ekonomi  Pentingnya perdagangan bebas untuk merangsang pertumbuhan  Pasar bebas tanpa restriksi  Pilihan-pilihan individual bukan kolektif  Pemangkasan regulasi pemerintah Pembelaan model pembangunan sosial-evolusioner yang berjangkar dari pengalaman dunia barat dapat ditetapkan ke seluruh dunia.
  • 20. 3. Demokratisasi Ada 3 hipotesis yang mungkin terjadi dalam suatu proses transisi politik di Indonesia. Transisi ini sangat berpengaruh terhadap demokratisasi atau setidaknya kebijakan penyiaran. Pertama, tranformasi ke rezim otoritarian lain setelah rezim otoriter Orde baru runtuh. Kedua, tranformasi ke rezim yang demokratis. Ketiga, tranformasi ke rezim totalitarian. Kriteria sistem penyiaran yang demokratis dapat ditelusuri pada paradigma demokrasi, di mana sebuah sistem yang demokratis memiliki multi kekuatan politik yang berkompetisi dalam sebuah wadah institusi. Gagasan mengenai sistem penyiaran yang demokratis harus meliputi:  Independensi dalam penyelenggaraan penyiaran baik isi, regulator maupun perizinan teknis  Pluralitas pemilikan media, yakni media publik, komersial hingga komunitas  Desentralisasi atau penguatan peran lokal dalam berbagai bentuknya.
  • 21. TERIMA KASIH BERTEMU KEMBALI DIPERTEMUAN BERIKUTNYA