2. A. PengertianKhutbah
Kutbah adalah berpidato di atas mimbar sesuai syarat dan rukun dengan tujuan
mengajak pendengar untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt..
B. Syarat-syarat Khutbah
1. Khatib harus suci dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil.
2. Khatib harus suci dari najis, baik badan, pakaian, maupun tempatnya.
3. Khatib harus menutup auratnya.
4. Khatib harus berdiri bila mampu.
5. Khutbah harus dilaksanakan pada waktu dzuhur.
6. Khutbah harus disampaikan dengan suara keras sekira dapat didengar oleh
empat puluh orang yang hadir.
7. Khatib harus duduk sebentar dengan thuma’ninah (tenang seluruh anggota
badannya) di antara dua khutbah.
8. Khutbah pertama dan khutbah kedua harus dilaksanakan secara berturut-turut,
begitu pula antara khutbah dan shalat jum’ah.
9. Rukun-rukun khutbah harus disampaikan dengan bahasa arab, adapun selain
rukun boleh dengan bahasa lain.
C. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Jum’at
1. Khatib naik ke atas mimbar setelah waktu dzuhur (tergelincirnya matahari),
kemudian Khatib memberi salam dan selanjutnya ia duduk.
2. Sedangkan Muadzin mengumandangkan suara adzan, yakni sebagaimana
biasanya adzan dzuhur.
3. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk segera melakukan khutbah yang
dimulai dengan bacaan hamdalah serta pujian kepada Allah SWT. dan
kemudian membacakan shalawat kepada Rasulullah SAW.
selanjutnya memberikan suatu nasehat kepada para jama’ah Jum’at, dan
mengingatkan kepada mereka dengan suara yang lantang dan tegas (anjuran /
rekomendasi), menyampaikan perintah Allah SWT. dan laranganNya dan
RasulNya. serta mendorong mereka dalam hal untuk berbuat kebaikan dan
kebajikan serta menyuarakan akan takutnya terhadap siksa Allah SWT. dari
berbuat keburukan, mengingatkan mereka akan janji-janji Allah SWT. atas
kebaikan yang kita perbuat, Kemudian Khatib duduk sebentar.
4. Khutbah kedua: Khatib memulai Khutbah yang kedua tersebut dengan bacaan
hamdalah serta pujian kepada Allah SWT. Lalu melanjutkan khutbahnya
tersebut dengan tata cara / pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama
hingga khutbah selesai.
5. Selanjutnya Khatib turun dari atas mimbar. Kemudian muadzin
mengumandangkan iqamat agar segera menjalankan / melaksanakan shalat
Jum’at tersebut. Kemudian memimpin shalat Jum’at secara berjama’ah
melaksanakan Shalat dua rakaat dengan mengeraskan bacaan-bacaannya.
3. D. Rukun Khutbah
1. Rukun yang Pertama: Hamdalah
Khutbah Shalat Jumat tersebut harus (wajib) dimulai dengan bacaan hamdalah.
yakni lafadz yang memuji Allah SWT. Misal lafadz Alhamdulillah, atau
Ahmadullah, atau innalhamda-lillah. Untuk bacaan pendeknya, yakni minimal ada
kata (lafadz) alhamd dan Allah, baik itu di Khutbah Shalat Jum’at pertama atau pun
kedua.
2. Rukun yang Kedua: Shalawat kepada Nabi SAW
Shalawat kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. harus (wajib)
dilafadzkan dengan jelas sekali, minimal paling tidak ada ucapan (kata)
shalawat. Misal seperti, shalli ‘ala Muhammad, atau as-shalatu ‘ala
Muhammad atau ana mushallai ala Muhammad.
3. Rukun yang Ketiga: Washiyat untuk Taqwa pada Allah SWT.
Maksud dari “washiyat” ini adalah anjuran atau ajakan atau perintah untuk
bertakwa kepada Allah SWT. Serta menurut pendapat Az-Zayadi, washiyat ini
merupakan perintah untuk melaksanakan perintah Allah SWT serta menjauhi
segala larangan-laranganNya. Sedangkan menurut pendapat Ibnu Hajar, hanya
cukup dengan ajakan dalam mengerjakan perintah Allah SWT. Sedangkan
menurut pendapat dari Ar-Ramli, washiyat itu wajib berbentuk seruan
terhadap ketaatan kepada Allah SWT. Untuk Lafadznya sendiri itu bisa lebih
bebas.
Misal seperti dalam bentuk kalimat: “Marilah kita bertaqwa serta menjadi
hamba yang taat kepada Allah Yang Maha Esa.” atau bisa juga dengan kalimat:
“Takutlah kalian kepada Allah SWT.”
4. 4. Rukun yang Keempat: Membaca ayat suci Al-Quran pada salah satunya
Minimal satu kalimat dari ayat-ayat suci Al-Quran yang pastinya
mengandung makna lengkap. Artinya bukan hanya sekedar potongan dari ayat-
ayat yang belum lengkap maknanya (pengertiannya).
Mengenai tema ayatnya itu bebas, artinya tidak ada ketentuan wajib
perihal ayat tentang hukum atau perintah atau larangan. dan Boleh juga dengan
ayat Al-Qur’an mengenai kisah umat-umat terdahulu serta yang lainnya.
َمّاب عْدُ
ammaa ba’du !
Selanjutnya kita berwasiat untuk diri sendiri serta para jamaah supaya selalu
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT., kemudial mulai berkhutbah
dengan/ sesuai topiknya. Memanggil para jamaah tersebut bisa juga dengan
panggilan “ayyuhal muslimun”, atau “sidang jum’at yang dirahmati oleh
Allah” dan lainnya.
Berikut isi Khutbah Pertama ;
Setelah menutup khutbah pertama dengan memabaca do’a untuk seluruh
para kaum muslimin dan kaum muslimat.
5. Lalu selanjutnya, duduk sejenak/ sebentar untuk memberikan kesempatan
kepada para jamaah jum’at agar beristighfar serta membaca shalawat kepada
Rasulullah secara perlahan. Setelah itu, maka Khatib Jum’at kembali berdiri/
naik ke mimbar untuk memulai Khutbahnya yang kedua. Sebaiknya dilakukan
dengan mengawali bacaaan hamdalah serta diikuti dengan bacaan shalawat
nabi.
Selanjutnya di isi dengan bacaan khutbah baik berupa ringkasan, maupun hal-hal
yang terkait dengan tema/ isi khutbah pada khutbah pertama yang berupa washiyat
taqwa.
Isi Khutbah Kedua
5. Rukun Kelima: Doa untuk umat Islam di khutbah kedua
Pada bagian akhir ini, Khatib Jum’at haruslah mengucapkan kalimat / lafadz
atau doa yang intinya adalah meminta kepada Allah SWT. akan kebaikan
bagi umat Islam. Misal contoh bacaan / kalimat: Allahumma ajirna minannar
atau Allahummaghfir lil muslimina wal muslimat.
6. E. Sunnah-sunnah Khutbah
1. Membaca khutbah diatas mimbar atau tempat yang tinggi.
2. Ketika sudah di mimbar dan berdo’a, langsung menghadap kepara ahli jum’ah
dan mengucapkan salam, lalu duduk menunggu adzan selesai.
3. Membaca khutbah dengan suara yang jelas dan bisa dipahami oleh ahli jum’ah.
4. Saat berkhutbah jangan tengak-tengok dan tangannya jangan tudang-tuding.
5. Saat duduk diantara dua khutbah kira-kira lamanya seperti membaca surat al-
ikhlas.
F. Adab Khutbah
1. Disyaratkan bagi khatib pada kedua khutbah untuk berdiri (bagi yang kuasa),
dengan sekali duduk di antara keduanya. Kedua khutbah itu merupakan syarat
sah solat juma’at. Menurut Imam Asy Syafi’i, berdiri dalam dua khutbah dan
duduk di antara keduanya adalah wajib.
Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, “Bahwa Nabi SAW berkhutbah pada hari
Jum’at dengan berdiri, lalu duduk, lalu berdiri (untuk berkhutbah lagi)
seperti yang dikerjakan orang-orang hari ini.” (HR. Jamaah).
2. Disunnahkan bagi khatib untuk memberi salam ketika masuk masjid dan ketika
naik mimbar sebelum khutbah.
Ibnu Umar RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW jika masuk masjid
pada hari Jum’at memberi salam pada orang-orang yang duduk di sisi
mimbar dan jika telah naik mimbar beliau menghadap hadirin dan
mengucapkan salam. (HR. Ath Thabrani).
3. Kedua khutbah wajib memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
4. Disunnahkan bagi khatib untuk berkhutbah di atas mimbar, sebab Nabi SAW
dahulu berkhutbah di atas mimbar.
5. Disunnahkan bagi khatib untuk duduk pada anak tangga mimbar yang paling
atas, sebab Nabi SAW telah mengerjakan yang demikian itu.
6. Disunnahkan bagi khatib untuk mengeraskan suaranya pada khutbahnya (selain
rukun-rukun khutbah).
Diriwayatkan dari Jabir RA, bahwa jika Rasulullah berkhutbah, kedua
matanya memerah, suaranya keras, dan nampak sangat marah, sampai
beliau seperti orang yang sedang menghasungkan pasukan (untuk
berperang) (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
7. Disunnahkan bagi khatib untuk bersandar / berpegangan pada tongkat atau
busur panah.
Ini sesuai riwayat Al Hakam bin Hazan RA yang mengatakan bahwa dia
melihat Rasulullah SAW berkhutbah seraya bersandar pada busur panah
atau tongkat (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
8. Disunnahkan bagi khatib untuk memendekkan khutbahnya (tidak berpanjang-
panjang atau bertele-tele).
Diriwayatkan dari Amar bin Yasir RA, dia mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungguhnya lamanya shalat dan pendeknya khutbah
seseorang, adalah pertanda kepahamannya (dalam urusan agama). Maka
panjangkanlah shalat dan pendekkanlah khutbah!” (HR. Ahmad dan
Muslim)
7. 9. Dibolehkan bagi khatib untuk memberi isyarat dengan telunjuknya pada saat
berdoa mengingat Rasulullah pernah mengerjakannya. Demikian menurut
Imam Asy Syaukani.
10. Kedua khutbah wajib memperbincangkan salah satu urusan kaum muslimin,
yakni peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi di kalangan kaum muslim
dalam berbagai aspeknya. Hal ini mengingat Rasulullah SAW dan para
khalifahnya dahulu –yang senantiasa menjadi khatib– sesungguhnya
berkedudukan sebagai pemimpin bagi kaum muslimin.
G. Contoh Khutbah
MAKNA SEBUAH KEBAHAGIAAN
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan sukur kepada Allah SWT.,
karena Dia telah memberikan nikmat kepada kita, sehingga kita bisa hadir
ditempat ini.
Kemudian shalawat dan salam kita tujukan kepada Nabi Muhammad SAW.
karena beliau telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah
seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Adapun judul khutbah pada kesempatan kali ini adalah: MAKNA SEBUAH
KEBAHAGIAAN
Sebenarnya kebahagiaan itu ada pada diri semua orang, tidak memandang
sikaya dan simiskin, pejabat dan segala kemewahan duniawi, namun terletak pada
jiwa dan hati yang tenang. Tidak harus kaya atau pejabat dan orang berharta,
tetapi semua orang bisa memiliki kebahagiaan itu. Justu orang yang kaya yang
selalu disibukkan dengan kekurangan dan pekerjaan sehingga hati mereka menjadi
tidak tenang. sebab, berapapun harta yang mereka miliki masih saja kurang tidak
pernah merasa pas dan cukup.
Oleh sebab itu, marilah kitanselalu ingat pada yang member Zat Yang
Menentukan kebahagiaan, karena Allah lah Zat yang member ketenangan kepada
siapapun yang dikehendakinya, maka dari itu marilah kita mengejar terus
kebahagiaan itu dengan senantiasa ingat kepada Allah.
Mana mungkin kebahagiaan itu diberikan kepada orang-orang yang durhaka
kepada Tuhannya, banyak mereka beranggapan bahwa kebahagiaan itu terletak
pada harta yang banyak dan bertumpuk saja. Anggapan yang seperti itu tidak
benar. Mereka lupa bahwa kemegahan, kedudukan dan semua kemewahan dunia
itu pasti binasa tidak ada yang abadi.
Kalau orang mengerti bahwa hidup didunia ini hanyalah sebentar dan
sementara. Seharusnya mereka sadar dan mencari bekal untuk persiapan nanti
dalam perjalanannya menuju akhirat yang abadi. Sehingga dengan dengan
perbekalan itu diharapkan agar mencapai tujuan ke akhirat dengan selamat,
dengan mengerjakan amalan-amalan yang baik, dan segera bertaubat atas dosa
yang pernah dilakukannya.
Kaum Muslimin dan Muslimat
Jadi,kebahagiaan itu tidak terletak pada harta dan dunia, tetapi terletak pada
keimanan.
Allah S.W.T. berfirman dalam Surat Ar-Ra’du ayat 29
8. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan
tempat kembali yang baik.
Hanya inilah yang dapat saya sampikan mudah-mudahan bermanfaat bagi kita
semua, dan kalau ada kata-kata yang salah mohon dimaafkan.
Wabillahi Taufik Wal Hidyah
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi