Makalah ini membahas integrasi agama dan budaya dalam perspektif Pancasila. Pancasila menegaskan kerukunan antara berbagai agama dan budaya di Indonesia dengan prinsip ketuhanan yang maha esa dan Bhinneka Tunggal Ika. Namun, isu SARA masih berpotensi menimbulkan konflik. Pancasila berupaya menciptakan persatuan di tengah pluralitas dengan mengedepankan toleransi dan keadilan sosial.
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Makalah pancasila kelompok 4.
1. MAKALAH PANCASILA
INTEGRASI AGAMA DAN BUDAYA DALAM PERSPEKTIF
PANCASILA
Disusun oleh:
Aulia Dewi Murfiantari F0217020
Kevin Dwiky Sumarsono F0217060
Rendra Meizafito F0217091
Rialun Nadia Pusparani F0217092
Satya Rizky Irfansyah F0217100
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kesehatan
sehingga penulis bisa menyelesaikan literatur ini tepat waktu. Tanpa pertolongannya
tentu literatur ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
pancasila, bapak Dona Budi yang dengan sabar membimbing penulis selama proses
pembuatan literatur ini, serta teman-teman penulis yang sudah saling berbagi
pengetahuannya dengan penulis.
Pada literatur yang berjudul “Integrasi Agama dan Budaya Perspektif
Pancasila” ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk memahami peranan pancasila
dalam budaya dan agama. Seperti diketahui, saat ini agama dan budaya seringkali
bertolak belakang sehingga diperlukannya pemahaman mengenai pancasila.
Setelah membaca literatur ini, penulis berharap pembaca memahami
keberagaman yang terjadi baik dalam bidang agama maupun budaya guna
meminimalisir konflik yang terjadi.
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam literatur ini sehingga masukan
sangat berarti bagi penulis. Selain itu, informasi yang penulis sampaikan mungkin tidak
sependapat dengan beberapa pembaca. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
adanya kalimat dan kata-kata yang sekiranya tidak diinginkan, karena kesempurnaan
hanya milik Allah SWT.
Demikian kata pengantar ini ditulis, terima kasih penulis ucapkan kepada
pembaca yang sudah meluangkan waktu membaca literatur ini.
Surakarta, 9 April 2019
Penulis
3. 1
RUMUSAN MASALAH
1. Apa arti Pancasila menurut prespektif bangsa Indonesia?
2. Bagaimana hubungan agama dan budaya sejauh ini di Indonesia?
3. Apakah isu SARA mempengaruhi hubungan antara agama dan budaya sejauh
ini?
4. Bagaimana Pancasila dalam menyelesaikan kasus SARA dalam kehidupan
berbangsa dam bernegara?
5. Bagaimana peranan Pancasila dalam membangun persatuan bangsa?
PEMBAHASAN
A. Pancasila Menurut Perspektif Bangsa Indonesia
Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia dan pedoman dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada sila pertama, dalam pancasila berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Yang berarti setiap individu masyarakat Indonesia bisa bebas memeluk agama sesuai
dengan kepercayaan mereka masing-masing dan juga beribadah sesuai agama dan bisa
saling menumbuhkan rasa toleransi kepada agama lain.
Namun sayangnya masih saja bisa terjadi beberapa pelanggaran seperti tidak
ada sikap toleransi kepada sesama, gerakan radikal kelompok tertentu yang
mengatasnamakan agama, perusakan tempat ibadah, dan fanatisme yang sifatnya
anarki.
Pada sila kedua, dalam pancasila berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab”. Adil yang berarti mengakui persamaan hak dan kewajiban sesama manusia.
Sedangkan Beradab berarti mempunyai adab atau etika atau sikap dalam bertindak.
4. 2
Pada sila kedua ini diharapkan masyarakat bisa hidup dengan adil dan sesuai dengan
hakikat manusia. Namun masih saja bisa terjadi beberapa pelanggaran seperti
perbudakan, memperkerjakan anak di bawah umur, ketidakadilan dalam bidang
ekonomi.
Contoh kasus penyimpangannya adalah dalam negara ini dijatuhkannya hukum
pada orang yang maling sendal sama beratnya dengan orang yang maling uang rakyat.
Itu tidak sebanding, karena jatuhnya hukuman lebih berat pada maling sendal. Itu
semua entah tata aturan nya yang salah atau orang-orang yang diberi kepercayaan
menyalahgunakannya.
Pada sila ketiga, dalam pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”.
Mempunyai maksud untuk mempersatukan seluruh rakyat indonesia atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika yang berarti walaupun di negara ini kita memiliki beragam
kebudayaan, adat-istiadat, kebiasaan, suku, ras, agama atau memliki banyak perbedaan,
tetapi walaupun berbeda-beda kita tetap satu tujuan. Namun masih adanya
penyimpangan seperti menganggap suku sendiri lebih baik dari suku yang lainnya,
perang antar suku, dan menjadi provokator etnis atau suku tertentu.
Contoh nya seperti dalam sebuah organisasi terdapat banyak individu yang
memiliki agama, suku dan ras yang berbeda-beda namun untuk menjalankan satu
tujuan bersama mereka tetap satu tanpa memandang perbedaan tersebut.
Pada sila keempat, dalam pancasila yang berbunyi “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Mempunyai arti apabila dalam mengambil keputusan bersama diselesaikan dengan
musyawarah karena sebagai masyarakat kita mempunyai hak, kewajiban serta
kedudukan yang sama. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan juga Negara.
Namun masih adanya penyimpangan seperti melarang orang berpendapat,
melarang atau menghambat orang menduduki jabatan karena kepentingan tertentu yang
menguntungkan satu pihak.
5. 3
Pada sila kelima, dalam pancasila yang berbunyi “Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”. yang dimaksud dari sila kelima hampir sama dengan sila
kedua yang membahas tentang keadilan yaitu adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban antar sesama manusia.
B. Hubungan antara Agama dan Kebudayaan
Meskipun tidak dapat disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling
mempengarui. Agama mempengaruhi system kepercayaan serta praktik-praktik
kehidupan. Sebaliknya kebudayaan pun dapat mempengaruhi agama, khususnya dalam
hal bagaimana agama di interprestasikan/bagaimana ritual-ritualnya harus
dipraktikkan. Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia
dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi
dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan
beberapa kondisi yang objektif. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan
berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari
kehidupan penganutnya.
Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling merusak, keduanya justru saling
mendukung dan mempengruhi. Ada paradigma yang mengatakan bahwa “Manusia
yang beragama pasti berbudaya tetapi manusia yang berbudaya belum tentu
beragama”. Jadi, agama dan kebudayaan sebenarnya tidak pernah bertentangan karena
kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tapi berkembang terus mengikuti
perkembangan jaman. Demikian pula agama, selalu bisa berkembang di berbagai
kebudayaan dan peradaban dunia.
Apakah gunanya menggunakan pendekatan kebudayaan terhadap agama?
1. Yang pertama adalah kegunaannya sebagai alat metodologi untuk memahami
corak keagamaan yang dipunyai oleh sebuah masyarakat dan para warganya.
2. Kegunaan kedua, untuk dapat mengarahkan dan menambah keyakinan agama
yang dipunyai oleh para warga masyarakat tersebut sesuai dengan ajaran yang
6. 4
benar menurut agama tersebut, tanpa harus menimbulkan pertentangan dengan
para warga masyarakat tersebut.
3. Yang ketiga, seringkali sesuatu keyakinan agama yang sama dengan keyakinan
yang kita punyai itu dapat berbeda dalam berbagai aspeknya yang lokal. Tetapi,
dengan memahami kondisi lokal tersebut maka kita dapat menjadi lebih toleran
terhadap aspek-aspek lokal tersebut.
C. Apa ISU SARA mempengaruhi hubungan antara agama dan budaya
sejauh ini?
Perkembangan Masyarakat Modern pada saat ini
Adalah masyarakat yang berpendidikan menengah ke atas yang tumbuh dalam
masyarakat modern. Masyarakat modern seperti dalam pengertian lipzet (2007) adalah
masyarakat yang sudah memasuki tahap industrialisasi dan liberalisasi. Nah itulah
sebabnya modernisasi disebut juga sebagai anak kandung dari kapitalisme. Masyarakat
modern memiliki ciri dimana interaksi sangat dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi
antar individu.
Bagi masyarakat modern, bekerja tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan
hidup namun juga untuk mengakumulasi kapital menjadi lebih kaya lagi. Kedua,
mereka sudah mengalami transformasi yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ketiga, aspek yang paling mempengaruhi rutinitas kehidupan mereka adalah
ekonomi pasar bebas. Keempat, masyarakat modern sudah sadar berpolitik dan
berdemokrasi. Berbagai persaingan ekonomi membuat masyarakat modern hidup
secara individualistik. oleh karena itu hubungan-hubungan yang terasosiasi secara
emosional atau budaya menjadi longgar. Hal tersebut menyebabkan pandangan hidup
masyarakat modern menjadi sekuler. Sekuler itu singkatnya adalah melakukan
dikotomi atau pemisahan antara kehidupan duniawi dan agama. Dalam masyarkat
sekuler pertimbangan keagamaan tidak menjadi pilihan, apapun agamanya selama bisa
7. 5
memperbaiki kualitas ekonomi maka akan dipilih. Di titik ini isuSARA menjadi tidak
relevan bagi masyarakat dengan ciri seperti itu.
Namun semenjak pilkada DKI terlebih sekarang merupakan tahun politik,
konflik ISU SARA menargetkan orang atau masyarakat yang secara ekonomi
berpendapatan rendah, masyarakat yang tingkat literasinya rendah dan orang-orang
yang berada dalam lingkup agama dan budaya yang fanatik, menjadi terpancing oleh
konflik penistaan agama yang membuat Negara kita saling menjatuhkan kelompok
agama dan budaya tertentu. Masyarakat tadi dijadikan alat politik bagi oknum terntentu
dengan penggiringan opini dan tindakan agar mudah terprovokasi. Karena diiming-
imingi sesuatu yang tidak realistis malah membuat saling fitnah dan terpecah belah.
Tersebarnya berita HOAX pun menjadi alat untuk memancing amarah masyarakat tipe
ini. Jadi untuk konteks masyarakat seperti ini, ISU SARA sangat mempengaruhi
kehidupan agama dan budaya menjadi tidak dinamis dan penuh dengan konflik.
D. Bagaimana Pancasila dalam menyelesaikan kasus SARA dalam
kehidupan berbangsa bernegara?
Para founding fathers negara Indonesia sangat menjunjung tinggi pluralitas
yang ada di dalam bangsa Indonesia, baik pluralitas pemerintahan daerah, kebudayaan,
bahasa dan lain-lain. Justru pluralitas itu merupakan aset yang sangat berharga bagi
kejayaan bangsa. Beberapa prinsip yang dapat digali dari Pancasila sebagai alternatif
pemikiran dalam rangka menyelesaikan masalah SARA ini antara lain: Pertama,
Pancasila merupakan paham yangmengakui adanya pluralitas kenyataan, namun
mencoba merangkumnya dalam satu wadah ke-indonesiaan.
Kesatuan tidak boleh menghilangkan pluralitas yang ada, sebaliknya pluralitas
tidak boleh menghancurkan persatuan Indonesia. Implikasi dari paham ini adalah
berbagai produk hukum dan perundangan yang tidak sejalan dengan pandangan ini
perlu ditinjau kembali, kalau perlu dicabut, karena jika tidak akan membawa risiko
sosial politik yang tinggi. Kedua, sumber bahan Pancasila adalah di dalam tri prakara,
8. 6
yaitu dari nilai-nilai keagamaan, adat istiadat dan kebiasaan dalam kehidupan
bernegara yang diterima oleh masyarakat. Dalam konteks ini pemikiran tentang
toleransi, kerukunan, persatuan, dan sebagainya idealnya digali dari nilai-nilai agama,
adat istiadat, dan kebiasaan kehidupan bernegera yang diterima oleh masyarakat
Secara alamiah timbul konflik pada sebagian komunitas nusantara yang ingin
mempertahankan identitas komunalnya dalam konteks etnis-kultural, termasuk SARA,
menghadapi nasionalisme melalui arus transformasi politik yang ingin membangun
sebuah masyarakat baru, yaitu masyarakat bangsa dari seluruh komunitas nusantara
yang hidup di dalam bekas wilayah jajahan Hindia Belanda yang heterogenik.
Berdasarkan keinginan alamiah inilah pula, maka ada elite yang ingin daerahnya
merdeka sebagai negara atau merdeka di dalam status negara federal setelah proklamasi
17 Agustus 1945.
Pemadaman pemberontakan terhadap gerakan separatis di sejumlah daerah,
seperti RMS, PRRI/Permesta, Daud Beureu di Aceh, Kartosuwiryo di Jabar, Kahar
Muzakkar di Sulsel, dan gerakan OPM, secara militer atau secara represif tidak
menyelesaikan akar persoalan. Selama keadilan yang menjadi substansi utama yang
dapat merekat segenap masyarakat plural di atas bumi nusantara gagal diwujudkan,
selama itu potensi konflik akan tetap mengancam, termasuk ancaman politik yang
bernuansa separatisme.
Berbagai kerusuhan yang bernuansa SARA selama ini dan api pemberontakan
di tahun 50-an dan sesudahnya beraroma separatisme sudah berhasil dipadamkan.
Namun, bara apinya mungkin saja masih tersisa. Lanjutan tindakan pemulihan
kehidupan masyarakat melalui pembangunan yang berkeadilan dan berkeseimbangan
adalah jawaban jitu untuk benar-benar memadamkan seluruh sumber api kerusuhan
dan pemberontakan dalam berbagai bentuknya. Terwujudnya keadilan akan
menyempitkan kesenjangan sebagai lahan subur bagi tumbuh dan berkembangnya
potensi konflik, baik yang bernuansa SARA, maupun yang bermuatan isu separatisme.
E. Peran Pancasila Dalam Membangun Persatuan Bangsa
9. 7
Pancasila dirancang oleh bapak bangsa atau founding fathers untuk menjadi
dasar Negara. Kandungan yang telah dibuat oleh bapak bangsa benar-benar
membentuk bangsa Indonesia hingga dapat menjadi seperti sekarang.
Pancasila terdiri dari lima poin yang dapat menyatukan bangsa Indonesia
karena isi dari kelima poin tersebut sudah mencakup seluruh poin masalah yang ada
pada bangsa Indonesia. Isi dari poin pertama pada pancasila adalah ketuhanan yang
maha esa. Seperti diketahui, Indonesia memiliki beragam agama antara lain agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan lain sebagainya. Setiap agama tersebut
tentunya memiliki kitab yang mengajak penganutnya untuk melakukan kebaikan.
Kebaikan yang diajarkan pada tiap agama tersebut tentunya dapat mencegah hal-hal
buruk terjadi di Indonesia. Namun, tidak semua rakyat Indonesia mendalami ilmu
agama sehingga kebaikan-kebaikan yang telah diajarkan tidak sampai kepada mereka.
Orang-orang yang tidak terlalu mendalami agama cenderung tidak terlalu menyesal
ketika melakukan kejahatan.
Poin kedua dari pancasila adalah kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang
Maha Esa dan mendasari ketiga sila berikutnya. Sila ke 2 memiliki arti bahwa adanya
kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani
manusia dalam hubungannya dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya. Potensi
kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa memandang ras, keturunan
dan warna kulit, serta bersifat universal. Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi
bangsa Indonesia bersumber pada ajaran Tuhan Yang Maha Esa yakni sesuai dengan
kodrat manusia sebagai ciptaanNya.
Sila ketiga dari pancasila adalah persatuan Indonesia. Indonesia memiliki
keberagam yang besar yang apabila tergesek sedikit dapat menyebabkan perpecahan di
Indonesia. Dengan sila ini, diharapkan rakyat Indonesia memiliki sifat toleransi yang
dapat mencegah terjadinya perpecahan.
Sila keempat berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Fungsi dari sila ini untuk mencari jalan keluar disaat
adanya perbedaan pendapat. Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah demokrasi.
10. 8
Demokrasi yang mana dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat
adalah pemimpin yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada
hal-hal yang bersifat fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang
berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada
pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana). Itu semua—negara
demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasaprofesional—dilakukan melalui
tatanan dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan. Tegasnya, sila keempat menunjuk
pada NKRI sebagai Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang
profesional-dewasa melalui sistem musyawarah.
Sila ke-5 berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki
Lambang Padi dan kapas. Pada umumnya nilai pancasila digali oleh nilai nilai luhur
nenek moyang bangsa Indonesia termasuk nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia. Karena digali oleh nilai nilai luhur bangsa Indonesia pancasila mempunyai
kekhasan dan kelebihan, sedangkan Prinsip keadilan yaitu berisi keharusan/tuntutan
untuk bersesuaian dengan hakikat adil (Sunarjo Wreksosuharjo,2000:35). Dengan sila
ke lima ini, manusia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Keadilan Sosial ialah sifat masyarakat adil dan makmur berbahagia untuk
semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penghisapan, bahagia material dan
bahagia spritual, lahir dan batin. Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus
memberi kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu mana haknya sendiri
serta tahu apa kewajibannya kepada orang lain dan dirinya. Sosial berarti tidak
mementingkan diri sendiri saja, tetapi mengutamakan kepentingan umum, tidak
individualistik dan egoistik, tetapi berbuat untuk kepentingan bersama. Maka di dalam
sila ke-5 tersebut terkandung nilai Keadilan tersebut didasari oleh hakekat keadilan
manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia
dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta
11. 9
hubungan manusia dengan Tuhannya. Oleh karena itu manusia dikatakan pula sebagai
makhluk Monopruralisme.
Keadilan sosial berarti keadaan yang seimbang dalam suatu masyarakat, namun
ternyata dalam prakteknya sila ke-5 masih memiliki banyak kekurangan. Perwujudan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia setelah 72 tahun merdeka masih
belum maksimal sekaligus merupakan sila yang diabaikan oleh penyelanggara NKRI
dari saat kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai saat ini. Hal ini ditandai oleh kurang
lebih 100 juta rakyat Indonesia (menurut Bank Dunia) berada di bawah garis
kemiskinan, hal ini menandakan masih besarnya kesenjangan sosial di Indonesia.
Secara garis besar sila ke-5 mengalami masalah atau kekurangan dalam kesejahteraan
sosial yang tidak merata.
CONTOH KASUS
Ormas Nasionalis di Solo Ramai-ramai Tolak Paham anti-Pancasila
Solo - Dalam suasana Hari Lahir Pancasila, organisasi-organisasi nasionalis di Kota
Solo beramai-ramai menolak eksistensi ormas anti-Pancasila. Penolakan itu mereka
wujudkan dalam deklarasi dukungan terhadap Pancasila dan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Aksi tersebut dikoordinasikan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia
(KNPI) di Kota Solo pada saat menjelang waktu berbuka puasa, Selasa (13/6/2017).
Ketua KNPI Surakarta, Bambang Gage Nugroho, mengatakan deklarasi dilakukan oleh
10 organisasi di Solo, antara lain Banser GP Ansor, Pemuda Panca Marga, FKPPI,
Senkom Mitra Polri dan PMII. "Momen 'Saya Indonesia, Saya Pancasila' ini kita
gunakan untuk menolak adanya ormas yang tidak sejalan dengan Pancasila dan UUD
45. Kita dukung Pemerintah menolak ormas-ormas anti-Pancasila," ujar Bambang.
Terpisah, sebuah organisasi bernama 'Saya Indonesia' juga mendeklarasikan
pembentukan DPD di Jawa Tengah yang digelar di Solo. Mereka juga mengaku siap
mendukung Pemerintah untuk membubarkan ormas-ormas anti-Pancasila. "Pemerintah
harus tegas menindak ormas anti-Pancasila, namun tetap prosedural. Setelah dijajah
selama berabad-abad, kita disatukan oleh Pancasila. Kalau Pancasila dihilangkan, kita
12. 10
akan gampang dipecah-belah oleh asing dan kembali dijajah," kata Ketua Umum 'Saya
Indonesia', Kumar Abhishek.
Di media sosial beredar cuplikan video tentang aksi di depan Balai Kota Solo.
Video itu dibagikan di grup Whatsapp (WA) dan beberapa akun instagram (IG) .
Sebaran video itu disertai keterangan demo tolak lampion dilangsungkan Minggu
(20/1/2019). Potongan video itu hanya menyoroti pemasangan lampion di Balai Kota.
Salah satu orator mempertanyakan banyaknya lampion sebagaimana di negeri China,
padahal itu ada di Kota Solo. “Lampion yang mendominasi sedemikian rupa ini,
kemudian warga bertanya-tanya, ini Hong Kong? Ndak... ini bukan... di Solo....” ujar
orator yang berdiri di bak truk yang dimodifikasi menjadi panggung orasi. Cuplikan
video itu mengesankan aksi mendemo lampion. Lampion dipasang di Jl. Jenderal
Sudirman (Jensud) Solo berkaitan dengan perayaan Imlek. Ratusan lampion itu
dipasang sejak pekan lalu. Sudah bertahun-tahun tradisi ini berlangsung. Pemasangan
itu dilakukan oleh panitia Perayaan Imlek Kota Solo. Dari penelusuran Solopos.com,
Senin (21/1/2019) cuplikan video itu bukanlah aksi mendemo lampion. Aksi itu
dilakukan oleh sejumlah kalangan yang menolak mosaik mirip salib di koridor Jl.
Jenderal Sudirman. Dalam aksi itu, ada sejumlah orator, salah satunya menyinggung
banyaknya lampion. Namun, orasi soal lampion itu dicuplik secara khusus sehingga
terkesan berasal dari demonstrasi soal lampion. Orator itu berdiri di bak truk dengan
spanduk bertuliskan “ Ciptakan Solo Damai Tolak Mosaik Mirip Salib di Jalan Jenderal
Sudirman”. Aksi itu berlangsung di depan Balai Kota Solo, Jumat (18/1/2019) siang.
Sebagaimana diberitakan Solopos.com, berlangsung demo yang menolak mosaik mirip
salib di koridor Jl. Jenderal Sudirman.
Keluar Konteks
Cuplikan video tuntutan tolak lampion itu cenderung keluar dari konteks yaitu
demonstrasi soal mosaik mirip salib namun dikemas sedemikian rupa sehingga
terkesan demonstrasi soal lampion. Hal ini bisa dikategorikan misinformasi kategori
false context. Ratusan lampion kecil yang menghiasi Jl. Jenderal Sudirman juga akan
dipindah. Namun, pemindahan itu tidak ada kaitannya dengan demonstrasi maupun
13. 11
penolakan. Lampion kecil yang menggantung tersebut dikhawatirkan rusak terkena
proyek pemasangan batu andesit tahap kedua di koridor itu. Lampion itu dipasang oleh
panitia perayaan Imlek dan biaya listriknya yang mencapai Rp50 juta berasal dari iuran
panitia dan warga. Wakapolresta Solo AKBP Andy Rifai kepada Solopos.com, melalui
aplikasi perpesanan Whatsapp menyatakan toleransi warga Kota Solo itu selalu
dipelihara, bahkan Solo merupakan salah satu kota paling nyaman dihuni berdasarkan
survei. “Tentu saja hal itu bisa tercipta karena masyarakat Solo yang menginginkan
terus menjaga toleransi yang sudah ada. Kami imbau kepada masyarakat jangan mudah
percaya dengan info yang ada di medsos karena sekarang ini banyak berita hoaks yang
sengaja disebar kepada masyarakat agar timbul keresahan. Untuk itu, mari selalu dijaga
dan dipelihara kerukunan dan toleransi, jangan mau diadu domba dan dipecah belah
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” jelas Andy Rifai.
Protes LUIS Terkait Pemasangan Lampion Pasar Gedhe
(Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Protes LUIS Terkait
Pemasangan Lampion Pasar Gedhe, http://jateng.tribunnews.com/2019/01/21/protes-
luis-terkait-pemasangan-lampion-pasar-gedhe. Penulis: Daniel Ari Purnomo Editor:
deni setiawan)
14. 12
KESIMPULAN
Sebagai masyarakat yang plural, sudah semestinya menjaga persatuan dengan
menjunjung tinggi rasa nasional sesuai dengan kaidah pancasila. Berikut cara
mengatasi ada konflik terkait ISU SARA:
1. Menjunjung Tinggi Rasa Saling Menghormati
Sikap ini pada dasarnya lahir dari setiap individu yang pastinya mrmiliki
kesadaran akan pentingnya hal ini. Sebab bukan hanya kasus konflik antar ras yang
disebabkan oleh hilangnya sikap salung menghormati ini. Berbagai tindakan dan kasus
yang terjadi belakangan juga disebabkan oleh hal yang sama. Oleh karena itu, sangat
penting untuk kemudian menanamkan sikap saling menghormati antar sesama ras sejak
dini. Sehingga pola yang didapat sejak dini maka akan bisa bertahan hingga individu
kelak menjadi dewasa.
2. Menghargai Perbedaan
Tentunya perbedaan ini bukan dianggap sebagai sebuah penghalan untuk
kemudian menjalin sosialisasi. Sebagai makhluk sosial harus hidup berdampingan
dengan rasa persatuan yang tinggi.
3. Meningkatkan Kesadaran Pribadi
Kesadaran pribadi yang harusnya menjadi dasar yang dipegang setiap individu
untuk tidak menyebarkan berita yang HOAX, menyebarkan isu yang provkatif.
4. Menanamkan Pandangan Bahwa Semua Manusia adalah Sama
Pada dasarnya jika dinilai secara penampakan dan fenotif pastinya setiap
manusia memiliki perbedaan sekaligus keunikam masing-masing. Tentunya kita tidak
bisa menghapus hal ini sebagai salah satu penyebab konflik antar golongan . Sebab
secara kodrati manusia memang di ciptakan secara berbeda dan dengan karakteristik
yang berbeda pula. Namun, pandangan ini selayaknya harus disikapi dengan sikap yang
bijaksana. Bukankan kita diajarkan untuk selalu memandang seseorang sebagai satu
kesatuan yang sama.