SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
PERCOBAAN II
      OBAT-OBAT GOLONGAN SISTEM SARAF OTONOM (SSO)


A. Tujuan
  1. Untuk dapat mengetahui obat-obat golongan sistem saraf otonom (SSO)
  2. Untuk mengetahui dan membedakan efek terapi obat golongan sistem saraf
     otonom (SSO)


B. Dasar Teori
      Sistem saraf manusia terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf
   otonom. Fungsi sistem saraf pusat adalah mengendalikan gerakan-gerakan
   yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher, jari-jari dan
   sebagainya. Sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan
   yang otomatis misalnya fungsi digestif, proses kardiovaskular, gairah seksual
   dan sebagainya. Sistem saraf otonom terdiri dari sistem saraf simpatis dan
   sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sistem saraf
   simpatis bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh,
   memacu meningkatkan detak jantung dan pernafasan, menurukan temperatur
   kulit dan daya hantar kulit, dan juga akan menghambat proses digestif dan
   seksual. Sistem saraf parasimpatis menstimulasi turunnya semua fungsi yang
   dinaikkan oleh sistem saraf simpatis, dan menstimulasi naiknya semua sistem
   fungsi yang diturunkan oleh sistem saraf simpatis. Pada waktu individu
   mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem saraf
   simpatis, sedangkan pada waktu relaksasi yang bekerja adalah sistem saraf
   parasimpatis (Purwanto, 2008).
      Istilah untuk obat perangsang simpatik adalah adrenergik, simpatomimetik
   atau agonis adrenergik, dan penghambat simpatik disebut simpatolitik atau
   antiadrenergik. Istilah untuk perangsang parasimpatik adalah kolinergik,
   parasimpatomimetik atau agonis kolinergik dan penghambat parasimpatis
   disebut parasimpatolitik atau antikolinergik.
Efek    perangsangan     simpatis   yaitu      meningkatkan   tekanan   darah,
meningkatkan denyut nadi, relaksasi bronkus, dilatasi pupil, relaksasi uterus
dan meningkatkan gula darah. Efek perangsangan parasimpatis yaitu
menurunkan tekanan darah, menurunkan denyut nadi, kontraksi bronkus,
kontraksi pupil, meningkatkan kontraksi saluran kemih, meningkatkan
kontraksi gastrointestinal (GI) dan meningkatkan tonus otot (Priyanto, 2010).
   Subtipe reseptor asetilkolin utama diberi nama berdasarkan alkaloida yang
biasanya    digunakan     dalam    identifikasi     muskarinik   dan   nikotinik.
Adrenoreseptor untuk menggambarkan reseptor yang memberikan respon
terhadap catecholamine seperti norephineprin. Kolinoreseptor menunjukkan
reseptor yang memberikan respon terhadap asetilkolin (Katzung, 2001).
   Semua saraf post ganglion parasimpatik melepaskan Ach yang reseptornya
adalah muskarinik. Reseptor muskarinik terutama terdapat pada saluran
pencernaan. Reseptor nikotinik terutama terdapat pada ujung saraf motor and
plate pada semua ganglion otonom dan medulla adrenal (Priyanto, 2010).
   Secara farmakologi dan molekular, terdapat tiga tipe utama reseptor
adrenergik yaitu α-1, α-2, dan β, dimana masing-masingdibagi lagi ke dalam 3
atau 4 subtipe. Reseptor α-1 terdiri dari 3 subtipe yaitu α-1A, 1B dan 1C.
Reseptor α-2 terdiri dari 4 subtipe yaitu α-2A, 2B, 2C dan 2D. Reseptor β
terdiri dari 3 subtipe yaitu β 1, 2 dan 3 (Riyanto, 2007).
   Obat-obat yang memengaruhi sistem saraf otonom dibagi dalam dua
subgrup sesuai dengan mekanisme kerjanya terhadap tipe neuron yang
dipengaruhi. Obat-obat kolinergik bekerja terhadap reseptor yang diaktifkan
oleh asetilkolin. Obat-obat adrenergik bekerja terhadap reseptor yang dipacu
oleh norepinefrin atau epinefrin. Obat kolinergik dan adenergik bekerja
dengan memacu atau menyekat neuron dalam sistem saraf otonom .
                                                                  (Mycek, 2001)
1. Kolinergik dan antikolinergik
   a. Kolinergik atau agonis kolinergik
       1) Agonis kolonergik bekerja langsung
Agonis kolinergik meniru efek asetilkolin dengan cara
       berikatan langsung pada kolinoseptor. Semua obat kolinergik yang
       bekerja langsung mempunyai masa kerja lebih lama dibandingkan
       dengan asetilkolin. Beberapa diantaranya yang sangat bermanfaat
       dalam terapi (pilokarpin dan betanekol) lebih muda terikat pada
       reseptor muskarinik dan kadang-kadang dikenal sebagai obat
       muskarinik. Contoh obat golongan ini adalah asetilkolin,
       betanekol, karbakol dan pilokarpin.
   2) Agonis kolinergik bekerja tidak langsung (reversibel)
          Obat penyekat asetilkolinesterase secara tidak langsung bekerja
       sebagai kolinergik dengan memperpanjang keberadaan asetilkolin
       endogen yang dilepas oleh ujung saraf kolinergik. Obat golongan
       ini mampu memacu respon pada semua kolinoseptor dalam tubuh,
       baik reseptor muskarinik maupun nikotinik. Obat-obat golongan ini
       adalah endofonium, neostigmin, fisostigmin dan piridostigmin.
   3) Agonis kolinergik bekerja tidak langsung (ireversibel)
          Sejumlah senyawa organofosfat sintetik mempunyai kapasitas
       untuk melekat secara kovalen pada asetilkolinesterase. Keadaan ini
       memperpanjang efek asetilkolin pada semua tempat pelepasannya.
       Contoh obat golongan ini adalah ekotiofat dan isoflurofat.
b. Antikolinergik atau antagonis kolinergik
       Antagonis kolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau
   obat antikolonergik) mengikat kolinoseptor tetapi tidak memicu efek
   intraseluler diperantarai reseptor seperti lazimnya.
   1) Obat antimuskarinik
          Obat golongan ini seperti atropin dan skopolamin yang bekerja
       menyekat reseptor muskarinik yang menyebabkan hambatan semua
       fungsi muskarinik. Contoh obat-obat dalam golongan ini adalah
       atropin, ipratropin dan skopolamin.
2) Penyekat ganglion
              Penyekat ganglionik secara spesifik bekerja terhadap reseptor
          nikotinik, barang kali dengan menyekat kanal ion ganglia simpatis
          maupun parasimpatis dan tidak efektif sebagai antagonis
          neuromuskular. Contoh obat golongan ini adalah nikotin,
          mekamilamin dan trimetafan.
      3) Penyekat neuromuskular
              Obat ini menyekat transmisi kolinergik antara ujung saraf motor
          dengan reseptor nikotinik pada cekungan neuromuskular otot rangka.
          Contoh obat-obat golongan ini adalah atrakurium, doksakurium,
          metokurin, mivakunium, pankuronium, iperkuronium, rokuronium,
          suksinilkolin, tubokuranin dan vekuronium.
2. Adrenergik dan antiadrenergik
   a. Adrenergik
          Obat adrenergik mempengaruhi           reseptor yang dipacu oleh
      norepinefrin atau epinefrin. Beberapa obat adrenergik bekerja langsung
      pada reseptor adrenergik (adrenoseptor) dengan mengaktifkannnya dan
      disebut simpatomimetik.
      1) Agonis adrenergik bekerja langsung
              Agonis bekerja langsung terikat pada reseptor adrenergik tanpa
          bereaksi dengan neuron presinaptik. Obat yang bergabung dalam
          kelompok ini banyak digunakan di klinik. Contoh obat-obat
          golongan ini adalah albuterol, klonidin, dobutamin, dopamine,
          epinefrin, isoproterenol, metaproterenol, metoksamin, norepinefrin,
          fenilsfrin, ritodrin dan terbutalin.
      2) Agonis adrenergik bekerja tidak langsung
              Agonis adrenergik bekerja tidak langsung menyebabkan
          pelepasan norepinefrin dari ujung presinaptik. Contoh obat
          golongan ini adalah tiramin dan amfetamin.
      3) Agonis adrenergik bekerja langsung dan tidak langsung (kerja
          campuran)
Obat-obat bekerja ganda memacu pelepasan norepinefrin dari
       ujung sinaptik dan juga mengaktifkan adrenoseptor pada membran
       paska sinaptik. Contoh obat golongan ini adalah efedrin dan
       metaraminal.
b. Antiadrenergik atau antagonis adrenergik
   1) Penyekat-α
          Obat-obat yang menyekat adrenoseptor α sangat mempengaruhi
       tekanan darah. Hambatan reseptor jelas mengurangi tonus
       simpatetik pada pembuluh darah, akibatnya tahanan vaskular tepi
       menurun.    Contoh    obat   golongan     ini   adalah   doxazosin,
       fenoksibenzamin, fentolomin, prazosin dan terazosin.
   2) Penyekat-β
          Semua obat penyekat β yang didigunakan dalam klinis bersifat
       antagonis kompetitif. Penyekat β non selektif bekerja pada reseptor
       β1 dan β2, sedangkan antagonis-β kardioselektif terutama
       menyekat reseptor β. Contoh obat golongan ini adalah atenolol,
       asebutolol, labetalol, metoprolol, nadolol, pindolol, propanolol dan
       timolol.
                                                            (Mycek, 2001)
C. Alat, Bahan dan Hewan Percobaan
   1. Alat
      a. Batang pengaduk
      b. Gelas kimia 100 mL
      c. Lap halus
      d. Lap kasar
      e. Mortir dan stamper
      f. Papan datar bulat
      g. Pipet tetes
      h. Timbangan analitik
   2. Bahan
      a. Kertas perkamen
      b. Na – CMC
      c. Metaklopramid HCl 5 mg
      d. Propanolol 40 mg
      e. Pseudoephedrine HCl 60 mg
      f. Sonde
      g. Spoid 1 mL
   3. Hewan Percobaan
      a. Mencit


D. Prosedur Kerja
   1. Pembuatan larutan stok
      a. Pembuatan Na-CMC
         1) Ditimbang Na-CMC
         2) Dimasukkan 100 mL aguades ke dalam mortir
         3) Ditaburkan Na-CMC di atas aquades secara merata dan dibiarkan
              mengambang diatas akuades selama kurang lebih 15 menit sambil
              sesekali diaduk.
         4) Digerus ad homogeny
b. Propanolol
      1) Digerus propanolol ad homogen di dalam mortir.
      2) Didalam mortir yang berbeda dimasukkan 100 mL aquades lalu
          ditaburkan Na CMC diatasnya secara merata. Ditunggu sampai
          mengembang kemudian digerus ad larut homogen.
      3) Dimasukkan propanolol yang telah digerus ke dalama mortir (2),
          lalu digerus ad homogen.
      4) Dipindahkan larutan ke dalam gelas kimia untuk menjadi larutan
          stok propanolol.
   c. Pseudoephedrine HCl
      1) Digerus tablet ad homogen di dalam mortir.
      2) Ditambahkan Na CMC 50 % berat larutan obat ke dalam mortir.
      3) Dilarutkan larutan ad 61,5 mL.
      4) Digerus ad homogeny dan diaduk.
      5) Dimasukkan larutan ke gelas kimia untuk menjadi larutan stok.
   d. Metaklopramid HCl
      1) Digerus tablet ad homogen di dalam mortir.
      2) Ditambahkan Na CMC 50 % berat larutan obat ke dalam mortir.
      3) Dilarutkan larutan ad 61,5 mL.
      4) Digerus ad homogeny dan diaduk.
      5) Dimasukkan larutan ke gelas kimia untuk menjadi larutan stok.
2. Praktikum sistem saraf otonom
   a. Dikelompokkan hewan percoba menjadi 4 kelompok.
   b. Diberi Na CMC pada mencit kelompok I secara oral.
   c. Diberi metaklopramid HCl 5 mg pada menci kelompok II secara oral.
   d. Diberi pseudoefedrin HCl 60 mg pada mencit kelompok III secara oral.
   e. Diberi propanolol 40 mg pada mencit kelompok IV secara oral.
   f. Dibiarkan selama 1 jam
   g. Dilakukan pengamatan meliputi ataksia, agresif, aktif, diare, bulu
      berdiri,   daya   mencengkram,      ekor   berdiri,   gerakan   ekor,
      gosokan/belaian, gerakan melingkar, warna kulit, kewaspadaan,
katalepsia, konvulsi, kerutan otot, ketakutan, lakrimasi, mata melotot,
miosis, midriasis, menggeliat, nafas cepat, nafas lambat, nistagmus,
pengatupan kelopak mata, pucat, pasif, tremor, paralisis, reaksi jepit
ekor, refleks berbalik, refleks telinga, respon kaget, saliva dan urinasi.
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
                                                     Obat
       No                   Na
                Respon            Metaklopramid   Pseudoephedrine                    Keterangan
        .                   CMC                                     Propanolol
                                      HCl              HCl

       1.    Ataksia         √          -               √               -           Simpatolitik
       2.    Agresif         √         √                 -              -         Simpatomimetik
       3.    Aktif           -         √                 -              -         Simpatomimetik
       4.    Diare           -          -                -              -        Parasimpatomimetik
       5.    Bulu berdiri    -          -                -              -         Simpatomimetik
       6.    Daya
                             √          -                -              -           Simpatolitik
             cengkram
       7.    Ekor berdiri    √          -               √               -         Simpatomimetik
       8.    Gerakan ekor    -          -                -              -         Simpatomimetik
       9.    Gosokan         -          -                               -         Simpatomimetik
       10.   Gerakan
                             -          -               √               -         Simpatomimetik
             melingkar
       11.   Warna kulit     -          -                -              -         Simpatomimetik
       12.   Kewaspadaan     √          -               √               -         Simpatomimetik
       13.   Katalepsi       √          -                -              √           Simpatolitik
       14.   Konvulsi        -          -                -              -         Simpatomimetik
       15.   Kerutan otot    -          -                -              -         Parasimpatolitik
       16.   Ketakutan       √         √                √               -        Parasimpatomimetik
       17.   Lakrimasi       -          -               √               -        Parasimpatomimetik
       18.   Mata melotot    √          -                -              -         Simpatomimetik
       19.   Miosis          √          -                -              -           Simpatolitik
       20.   Midriasis       -          -               √               -         Simpatomimetik
       21.   Menggeliat      -         √                 -              -        Relaksasi muskular
       22.   Napas cepat     -         √                 -              -         Simpatomimetik
       23.   Napas lambat    -          -                -              -           Simpatolitik
       24.   Nistagmus       -          -                -              -         Simpatomimetik
       25.   Pengatupan
                             -          -                -              √           Simpatolitik
             kelopak mata
       26.   Pucat           √          -                -              -         Simpatomimetik
       27.   Pasif           √          -               √               √           Simpatolitik
       28.   Tremor          √          -                -              -         Simpatomimetik
       29.   Paralisis       -         √                 -              -           Simpatolitik
       30.   Reaksi jepit
                             -          -                -              √        Relaksasi muskular
             ekor
       31.   Refleks
                             √          -                -              -           Simpatolitik
             berbalik
       32.   Refleks
                             √          -                -              -           Simpatolitik
             telinga
       33.   Respon kaget    -          -                -              -         Simpatomimetik
34.     Salivasi             -          -               -   -   Simpatolitik
      35.     Urinasi              -          -               -   -   Simpatolitik



2. Perhitungan
     a. Konversi dosis Propanolol
            Dosis =
                       =               / 20 g BB mencit
            Berat badan mencit 25 g

                                           / 25 g BB mencit

            Larutan stok yang ingin dibuat

                           =


                   =

                 =
            Jadi, dibuat larutan stok propanolol dengan melarutkan 40 mg
            propanolol dengan 61,5 mL Na CMC.
     b. Konversi dosis Pseudoephedrine HCl
            Dosis =
                       =               / 20 g BB mencit
            Berat badan mencit 25 g

                                             / 25 g BB mencit

            Larutan stok yang ingin dibuat

                               =


                =

               =
            Jadi, dibuat larutan stok pseudoephedrine HCl dengan melarutkan 60
            mg pseudoephedrine HCl dengan 61,53 mL Na CMC.
c. Konversi dosis Metaklopramid HCl
   Dosis =
          =          / 20 g BB mencit


   Berat badan mencit 25 g

                             / 25 g BB mencit

   Larutan stok yang ingin dibuat

                 =


      =

      =
   Jadi, dibuat larutan stok metaklopramid HCl dengan melarutkan 5 mg
   etaklopramid HCl dengan 61,5 mL Na CMC.
F. Pembahasan
     Sistem saraf otonom juga disebut sebagai sistem viseral, yang bekerja pada
  otot polos dan kelenjar. Sistem saraf otonom bekerja pada otot polos dimana
  sistem saraf otonom mempengaruhi organ atau mengendalikan dan mengatur
  organ seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, lambung, usus, sistem
  pernafasan, saluran gastrointentinal, kandung kemih, mata dan kelenjar. Saraf
  otonom berhubungan dengan sistem saraf somatik, namun kejadian somatik
  dapat mempengaruhi fungsi organ otonom. Pusat otonom pada susunan saraf
  pusat misalnya mengatur pernafasan dan tekanan darah di medula oblongata,
  hipotalamus dan       hipofisis, mengatur suhu tubuh, kesetimbangan air,
  metabolism karbohidrat dan lemak, pusat tidur dan sebagainya. Obat-obat
  yang berfungsi merangsang dan menurunkan kerja dari sistem saraf simpatik,
  yaitu adrenergik dan antiadrenergik.
     Praktikum ini mengenai obat-obat golongan sistem saraf otonom yang
  bertujuan   untuk    mengetahui     efek    obat-obat   golongan   kolinergik,
  antikolinergik, adrenergik dan antiadrenergik, yaitu dengan mengamati pupil
  mata, diare, tremor, vasokontriksi dan lain-lain.
     Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem saraf
  simpatik dan parasimpatik. Mekanisme kerja dari sistem saraf parasimpatik
  dengan menggunakan suatu zat kimia seperti neurotransmiter atau
  neurohormon. Suatu senyawa yang dapat menghambat sistem saraf
  parasimpatik disebut sebagai senyawa antikolinergik atau parasimpatolitik.
  Senyawa yang dapat memacu kerja dari sistem saraf parasimpatik yaitu
  parasimpatomimetik atau disebut juga kolinergik. Senyawa yang dapat
  memacu sistem saraf simpatik yaitu senyawa simpatomimetik atau adrenergik,
  dan yang menghambat yaitu senyawa antiadrenergik.
     Neurotransmiter pada sistem saraf pusat antara lain adalah asetilkolin,
  norepineprin, dan epineprin. Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang
  disintesis diujung presinap. Asetilkolin memiliki efek eksitasi, namun
  asetilkolin juga memilik efek inhibisi pada beberapa ujung saraf parasimpatik
  perifer, misalnya inhibisi jantung oleh nervus vagus. Norephineprin disekresi
oleh sebagian besar neuron yang terletak pada batang otak dan hipothalamus.
Secara khusus neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di lokus
seruleus dan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan
akan membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti
peningkatan kewaspadaan. Norephineprin dapat mengaktivasi reseptor
aksitasi. Norephineprin juga sebagian disekresikan oleh sebagian besar neuron
post ganglion sistem saraf simpatis dimana ephineprin merangsang beberapa
organ tetapi menghambat organ yang lain. Epinefrin disekresi oleh kelenjar
adrenal saat ada keadaan gawat ataupun berbahaya. Di dalam aliran darah
epinefrin menjaga kebutuhan tubuh saat terjadi ketegangan, atau kondisi
gawat dengan memberi suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak dan otot.
Selain itu epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi
dan kontraksi arteriol pada gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan
meningkatkan gula darah dengan jalan meningkatkan katabolisme dari
glikogen menjadi glukosa di hati dan saat bersamaan menurunkan
pembentukan lipid dari sel-sel lemak.
   Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah mencit. Mencit
digunakan karena mencit lebih mudah untuk ditangani dan karena mencit
memiliki anatomi yang hampir sama dengan manusia. Obat-obat golongan
sistem saraf otonom yang digunakan adalah propanolol, metoklopramid HCl,
Na CMC, dan pseudoephedrine HCl. Pada percobaan ini obat diberikan secara
oral karena obat-obat ini mengalami absorbsi paling bagus pada lambung.
Pada percobaan ini waktu yang digunakan untuk mengamati adalah 30 menit.
Waktu ini ditetapkan untuk mempersingkat percobaan dan karena waktu paruh
dari obat yaitu 30 menit sampai 1 jam.
   Obat pertama yang diberikan adalah Na CMC. larutan Na CMC digunakan
sebagai larutan kontrol. Hal ini disebabkan karena semua bahan obat yang
digunakan tidak dapat larut di dalam air sehingga memerlukan bantuan Na
CMC untuk larut dengan sempurna. Cara melarutkan obat dengan
menggunakan Na CMC adalah dengan memasukkan air terlebih dahulu ke
dalam mortir kemudian taburkan Na CMC secara merata diatasnya dan tunggu
sampai mengembang, lalu masukkan bahan obat yang telah digerus ke dalam
mortir, kemudian digerus sampai homogen lalu dipindahkan ke dalam gelas
kimia. Oleh sebab itu kontrol yang digunakan adalah Na CMC dan bukan
aquades. Na CMC digunakan sebagai suspending agent untuk meningkatkan
kelarutan obat dalam air dan membentuk larutan suspensi. Sebelum obat
diberikan maka mencit harus ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui
berat badan mencit agar bisa menentukan dosis yang tepat pada mencit dengan
mengkonversikannya dari manusia. Pada mencit yang diberikan Na CMC,
timbul efek seperti ataksia, agresif, daya mencengkram kuat, ekor berdiri,
ketakutan, mata melotot, miosis, pucat, pasif, terjadi tremor, refleks berbalik
dan refleks telinga. Ataksia terjadi karena adanya gangguan keseimbangan
pada otak kecil. Agresif terjadi karena adanya stimulasi pada sistem saraf
pusat. Ekor berdiri yang juga disebabkan karena stimulasi pada sistem saraf
pusat. Ketakutan disebabkan karena adanya relaksasi muskular. Mata melotot
karena terangsangnya reseptor adrenergik . Miosis disebabkan karena pada
mata terjadi suatu spasme akomodasi, dan penglihatan akan terpaku pada jarak
tertentu. Pucat disebabkan terjadinya vasokonstriksi. Sedangkan terjadinya
tremor disebabkan karena stimulasi sistem saraf pusat. Kelompok kontrol
digunakan untuk membandingkan antar repson hewan percobaan yang
diberikan obat dengan yang tidak diberikan obat.
   Obat kedua yang diberikan adalah metoklopramid HCl. Efek farmakologi
dari metoklopramid adalah bekerja dalam saluran gastrointensinal dan central
nervous   system    (CNS)    atau   sistem   saraf   pusat.   Dalam    saluran
gastrointenstinal, obat ini dapat meningkatkan mortilitas gastrointenstinal dan
di dalam sistem saraf pusat obat ini sebagai antagonis dopamin, antiemetik
pusat, menghalangi dopamin di dalam kemoreseptor. Obat metoklopramid
HCl adalah obat golongan kolinergik, yang merangsang kerja saraf
parasimpatik dan menurunkan kerja dari saraf simpatik. Metoklopramid HCl
mencapai kadar puncak pada waktu 1-1,5 jam. Efek yang diperlihatkan oleh
mencit setelah diberikan metoklopramid       HCl adalah lebih agresif, aktif,
ketakutan, menggeliat, nafas cepat, pasif, respon bila dijepit ekornya dan
adanya respon berbalik. Adanya respon agresif akibat stimulasi oleh
metoklopramid HCl pada sistem saraf pusatnya dan meningkatkan sifat aktif
dari hewan coba. Ketakutan muncul karena reaksi obat yang berikatan dengan
reseptor sistem saraf otonom. Efek nafas yang cepat karena adanya
baroreseptor yang terletak dalam aorta dan arteri karotis terangsang dengan
akibat terjadinya efek simpatis, menyebabkan jantung berdenyut cepat dan
lebih kuat disertai vasokonstriksi yang akan menaikkan tekanan darah.
   Obat ketiga yang diberikan adalah pseudoephedrine HCl. Pseudoephedrine
HCl adalah suatu turunan dari ephedrine yang merupakan obat golongan
simpatomimetik atau adrenergik dengan efek bronkodilator, sehingga dapat
melegakan pernafasan. Obat pseudoephedrine HCl bekerja pada reseptor α-1
dan β-1. Pada beberapa obat jenis ini, obat diberikan secara bebas dan
digunakan untuk kongesti hidung. Obat ini merangsang kerja saraf simpatik.
Pseudoephedrine HCl mencapai kadar puncak pada waktu 1-1,5 jam.
Pseudoephedrine dapat diberikan pada manusia untuk meringankan gejala
gangguan saluran pernafasan bagian atas seperti shinitis alergi. Efek yang
diperlihatkan oleh mencit setelah diberikan obat ini adalah ataksia, ekor
berdiri, gosokan atau belaian pada mulut yang sering, gerakan ekor yang
banyak, dapat melakukan gerakan melingkar, kewaspadaan tinggi, ketakutan,
lakrimasi, midriasis, dan pasif. Ataksia terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan pada otak kecil. Gosokan atau belaian merupakan efek karena
terangsangnya     sistem   saraf   pusat   sehingga   menyebabkan       mencit
menggosokkan badannya (grooming). Kewaspadaan yang tinggi timbul karena
obat ini bekerja pada saraf simpatis. Sedangkan midriasis atau pelebaran pupil
mata oleh mencit yang disebabkan adanya hambatan yang menyekat semua
aktivasi kolinergik pada mata, sehingga mata tidak dapat bereaksi dengan
cahaya. Dari beberapa respon yang diamati ada beberapa respon yang tidak
sesuai dengan teori yaitu respon pasif, sedangkan obat golongan ini adalah
obat adrenergik yang dapat merangsang kerja dari saraf simpatik dan membuat
makin semangat.
Obat keempat yang diberikan adalah propanolol. Propanolol termasuk
dalam golongan obat antiadrenergik yaitu β-bloker yang mudah larut dalam
lemak yang diabsorbsi dengan baik dari saluran cerna. Obat ini merangsang
kerja dari saraf parasimpatik. Propanolol dapat diberikan pada orang yang
mengalami aritmia jantung, takikardia, dan hipertensi. Secara farmakokinetik
propanolol dapat diabsorbsi dengan baik dengan pemberian oral, waktu paruh
untuk metabolisme adalah 3-6 jam. Sedangkan secara farmakodinamika,
propanolol yang diberikan secara oaral dapat mencapai kadar puncak pada
waktu 1-1,5 jam. Efek yang ditimbulkan oleh mencit yang diberikan
propanolol adalah katalepsi, adanya pengatupan mata, pasif dan ada respon
terhadap reaksi jepit ekor. Katalepsi yaitu keadaan sikap tubuh yang dapat
dipertahankan yang disebabkan karena depresi sistem saraf pusat. Adanya
pengatupan mata karena disebabkan obat yang menekan reseptor β sehingga
menimbulkan efek kolinergik dan dapat juga disebabkan karena depresi sistem
saraf pusat. Sedangkan pasif dan adanya respon terhadap reaksi jepit ekor
disebabkan karena relaksasi muskular dan depresi sistem saraf pusat. Pada
pemberian propanolol tidak terjadi tremor dan mencit lebih tenang. Hal ini
dikarenakan sifat dari propanolol atau beta bloker mempunyai efek
vasodilatasi dan beta bloker juga menghambat tremor melalui respon β-2.
   Percobaan ini terdapat banyak kesalahan. Hal ini dapat disebabkan karena
obat yang belum terabsobsi semua dalam lambung dan juga dapat disebabkan
karena adanya perbedaan faktor biologis dari setiap mencit sehingga
menghasilkan respon yang berbeda-beda dan mungkin karena adanya obat
yang keluar saat hewan diberikan obat sehingga efek atau respon yang
diberikan juga mengalami penurunan.
G. Kesimpulan
     Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
  1. Metaklopramid adalah obat golongan kolinergik yaitu meningkatkan kerja
     parasimpatik    yang dapat    menyebabkan     agresif,   aktif,   ketakutan,
     menggeliat, nafas cepat dan menunjukkan reaksi jepit ekor.
  2. Pseudoephedrine HCl merupakan obat golongan adrenergik yaitu
     meningkatkan kerja simpatik yang dapat menyebabkan ataksia, gerakan
     ekor, gosokan/belaian, kewaspadaan, ketakutan, lakrimasi, midriasis dan
     pasif.
  3. Propanolol adalah obat golongan antiadrenergik yaitu menghambat efek
     obat simpatomimetik atau penghambat antagonis adrenergik yang dapat
     meyebabkan katalepsi, pengatupan kelopak mata, pasif dan menunjukkan
     reaksi jepit ekor.
DAFTAR PUSTAKA




Katzung, Betram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika :
     Jakarta.

Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika : Jakarta.

Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan.
     Leskonfi : Bandung.

Purwanto, Setiyo. 2008. Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi. Jurnal
     Kesehatan. Volume 1 nomor 2.

Riyanto, Heni. 2007. Penggunaan Brimonidin (Agonis Alfa-2 Adrenergik)
     Sebagai Terapi Glaukoma. Jurnal Oftalmologi Indonesia. Volume 5 nomor
     1.

More Related Content

What's hot (20)

Powerpoint kimia farmasi tentang analgetika
Powerpoint kimia farmasi tentang analgetikaPowerpoint kimia farmasi tentang analgetika
Powerpoint kimia farmasi tentang analgetika
 
Farmakologi Analgetik
Farmakologi AnalgetikFarmakologi Analgetik
Farmakologi Analgetik
 
Tinjauan pustaka skizofrenia
Tinjauan pustaka skizofreniaTinjauan pustaka skizofrenia
Tinjauan pustaka skizofrenia
 
Obat susunan saraf pusat AKPER PEMKAB MUNA
Obat susunan saraf pusat AKPER PEMKAB MUNAObat susunan saraf pusat AKPER PEMKAB MUNA
Obat susunan saraf pusat AKPER PEMKAB MUNA
 
Analgesik nonopioid
Analgesik nonopioidAnalgesik nonopioid
Analgesik nonopioid
 
Gol
GolGol
Gol
 
Farmakodinamika
FarmakodinamikaFarmakodinamika
Farmakodinamika
 
pp pkn
pp pknpp pkn
pp pkn
 
Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50
 
Obat pelumpuh otot dan ganglion
Obat pelumpuh otot dan ganglionObat pelumpuh otot dan ganglion
Obat pelumpuh otot dan ganglion
 
Hipnotik sedativ
Hipnotik sedativHipnotik sedativ
Hipnotik sedativ
 
Obat sistem saraf autonom
Obat sistem saraf autonomObat sistem saraf autonom
Obat sistem saraf autonom
 
Antiemetika
AntiemetikaAntiemetika
Antiemetika
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesi
 
C21 Mekanisme Kerja Obat
C21 Mekanisme Kerja ObatC21 Mekanisme Kerja Obat
C21 Mekanisme Kerja Obat
 
Efek samping obat
Efek samping obat Efek samping obat
Efek samping obat
 
Sintesis histamin h1 selektif antagonis
Sintesis histamin h1 selektif antagonisSintesis histamin h1 selektif antagonis
Sintesis histamin h1 selektif antagonis
 
Reseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyuReseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyu
 
Farmakologi Dasar
Farmakologi DasarFarmakologi Dasar
Farmakologi Dasar
 
Antihistamin
AntihistaminAntihistamin
Antihistamin
 

Viewers also liked

Laporan praktikum saliva
Laporan praktikum salivaLaporan praktikum saliva
Laporan praktikum salivawidhariyani2317
 
Declive de una_civilizacion
Declive de una_civilizacionDeclive de una_civilizacion
Declive de una_civilizacionEmersson Curup
 
Framework for Action: Engaging with the Post Rio+20 and Post-2015 processes
Framework for Action: Engaging with the Post Rio+20 and Post-2015 processesFramework for Action: Engaging with the Post Rio+20 and Post-2015 processes
Framework for Action: Engaging with the Post Rio+20 and Post-2015 processesMatthew Reading-Smith
 
2012 03 21_horarios_hk
2012 03 21_horarios_hk2012 03 21_horarios_hk
2012 03 21_horarios_hkferugby
 
NY INFORMS METRO - Next Generation of modeling and Solving Tools
NY INFORMS METRO - Next Generation of modeling and Solving ToolsNY INFORMS METRO - Next Generation of modeling and Solving Tools
NY INFORMS METRO - Next Generation of modeling and Solving ToolsAlkis Vazacopoulos
 
Breathe new life into collaboration: 5 principles for reviving problematic gr...
Breathe new life into collaboration: 5 principles for reviving problematic gr...Breathe new life into collaboration: 5 principles for reviving problematic gr...
Breathe new life into collaboration: 5 principles for reviving problematic gr...Learning Forward
 
Bhgn c tema 7 cikgugeog.
Bhgn c tema 7 cikgugeog.Bhgn c tema 7 cikgugeog.
Bhgn c tema 7 cikgugeog.Kila Shakila
 
[DDBJing29]DDBJ Nucleotide Sequence Submission System の紹介(第29回 DDBJing 講習会 in...
[DDBJing29]DDBJ Nucleotide Sequence Submission System の紹介(第29回 DDBJing 講習会 in...[DDBJing29]DDBJ Nucleotide Sequence Submission System の紹介(第29回 DDBJing 講習会 in...
[DDBJing29]DDBJ Nucleotide Sequence Submission System の紹介(第29回 DDBJing 講習会 in...DNA Data Bank of Japan center
 
Present rec 04_tor
Present rec 04_torPresent rec 04_tor
Present rec 04_torchibook
 
가상과 증강 현실
가상과 증강 현실가상과 증강 현실
가상과 증강 현실현호 신
 
Урок (фото)
Урок (фото)Урок (фото)
Урок (фото)Farolle
 
Excel+ppt+word2003使用技巧方法大全
Excel+ppt+word2003使用技巧方法大全Excel+ppt+word2003使用技巧方法大全
Excel+ppt+word2003使用技巧方法大全0hanfeng0
 

Viewers also liked (20)

Laporan praktikum saliva
Laporan praktikum salivaLaporan praktikum saliva
Laporan praktikum saliva
 
Farmakologi(1)
Farmakologi(1)Farmakologi(1)
Farmakologi(1)
 
Declive de una_civilizacion
Declive de una_civilizacionDeclive de una_civilizacion
Declive de una_civilizacion
 
Framework for Action: Engaging with the Post Rio+20 and Post-2015 processes
Framework for Action: Engaging with the Post Rio+20 and Post-2015 processesFramework for Action: Engaging with the Post Rio+20 and Post-2015 processes
Framework for Action: Engaging with the Post Rio+20 and Post-2015 processes
 
The Future We Want
The Future We WantThe Future We Want
The Future We Want
 
2012 03 21_horarios_hk
2012 03 21_horarios_hk2012 03 21_horarios_hk
2012 03 21_horarios_hk
 
NY INFORMS METRO - Next Generation of modeling and Solving Tools
NY INFORMS METRO - Next Generation of modeling and Solving ToolsNY INFORMS METRO - Next Generation of modeling and Solving Tools
NY INFORMS METRO - Next Generation of modeling and Solving Tools
 
Master project vol i
Master project vol iMaster project vol i
Master project vol i
 
就農支援資金他
就農支援資金他就農支援資金他
就農支援資金他
 
Fin 630 u4 ip
Fin 630 u4 ipFin 630 u4 ip
Fin 630 u4 ip
 
Breathe new life into collaboration: 5 principles for reviving problematic gr...
Breathe new life into collaboration: 5 principles for reviving problematic gr...Breathe new life into collaboration: 5 principles for reviving problematic gr...
Breathe new life into collaboration: 5 principles for reviving problematic gr...
 
Bhgn c tema 7 cikgugeog.
Bhgn c tema 7 cikgugeog.Bhgn c tema 7 cikgugeog.
Bhgn c tema 7 cikgugeog.
 
Eng 204 sunumu
Eng 204 sunumuEng 204 sunumu
Eng 204 sunumu
 
[DDBJing29]DDBJ Nucleotide Sequence Submission System の紹介(第29回 DDBJing 講習会 in...
[DDBJing29]DDBJ Nucleotide Sequence Submission System の紹介(第29回 DDBJing 講習会 in...[DDBJing29]DDBJ Nucleotide Sequence Submission System の紹介(第29回 DDBJing 講習会 in...
[DDBJing29]DDBJ Nucleotide Sequence Submission System の紹介(第29回 DDBJing 講習会 in...
 
Present rec 04_tor
Present rec 04_torPresent rec 04_tor
Present rec 04_tor
 
Park hill walkability report single document
Park hill walkability report   single documentPark hill walkability report   single document
Park hill walkability report single document
 
Liceo Alberti - Rewind
Liceo Alberti - RewindLiceo Alberti - Rewind
Liceo Alberti - Rewind
 
가상과 증강 현실
가상과 증강 현실가상과 증강 현실
가상과 증강 현실
 
Урок (фото)
Урок (фото)Урок (фото)
Урок (фото)
 
Excel+ppt+word2003使用技巧方法大全
Excel+ppt+word2003使用技巧方法大全Excel+ppt+word2003使用技巧方法大全
Excel+ppt+word2003使用技巧方法大全
 

Similar to Percobaan

SISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxSISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxelly394769
 
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdfFARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdfYonetaSrangenge1
 
Materi 1 Farmakologi Kelas XI Farmasi "obat sistem saraf otonom"
Materi 1 Farmakologi Kelas XI Farmasi "obat sistem saraf otonom"Materi 1 Farmakologi Kelas XI Farmasi "obat sistem saraf otonom"
Materi 1 Farmakologi Kelas XI Farmasi "obat sistem saraf otonom"regitarhega
 
C9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik FarmakologiC9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik FarmakologiCatatan Medis
 
Presentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPresentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPutri MpudtEpriani
 
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptx
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptxfdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptx
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptxssuser861050
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatbarkah1933
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem sarafnataliaayp
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...pjj_kemenkes
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-pjj_kemenkes
 

Similar to Percobaan (20)

SISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxSISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
 
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdfFARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Materi 1 Farmakologi Kelas XI Farmasi "obat sistem saraf otonom"
Materi 1 Farmakologi Kelas XI Farmasi "obat sistem saraf otonom"Materi 1 Farmakologi Kelas XI Farmasi "obat sistem saraf otonom"
Materi 1 Farmakologi Kelas XI Farmasi "obat sistem saraf otonom"
 
C9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik FarmakologiC9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik Farmakologi
 
psikofarma4.pptx
psikofarma4.pptxpsikofarma4.pptx
psikofarma4.pptx
 
Presentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPresentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan ssp
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptx
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptxfdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptx
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptx
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusat
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
 
(2) obat adrenergik
(2) obat adrenergik(2) obat adrenergik
(2) obat adrenergik
 
(3) obat obat kolinergik
(3) obat obat kolinergik(3) obat obat kolinergik
(3) obat obat kolinergik
 
Obat susunan saraf
Obat susunan sarafObat susunan saraf
Obat susunan saraf
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-
 
Acara 3
Acara 3Acara 3
Acara 3
 

Percobaan

  • 1. PERCOBAAN II OBAT-OBAT GOLONGAN SISTEM SARAF OTONOM (SSO) A. Tujuan 1. Untuk dapat mengetahui obat-obat golongan sistem saraf otonom (SSO) 2. Untuk mengetahui dan membedakan efek terapi obat golongan sistem saraf otonom (SSO) B. Dasar Teori Sistem saraf manusia terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi sistem saraf pusat adalah mengendalikan gerakan-gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher, jari-jari dan sebagainya. Sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang otomatis misalnya fungsi digestif, proses kardiovaskular, gairah seksual dan sebagainya. Sistem saraf otonom terdiri dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sistem saraf simpatis bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh, memacu meningkatkan detak jantung dan pernafasan, menurukan temperatur kulit dan daya hantar kulit, dan juga akan menghambat proses digestif dan seksual. Sistem saraf parasimpatis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis, dan menstimulasi naiknya semua sistem fungsi yang diturunkan oleh sistem saraf simpatis. Pada waktu individu mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem saraf simpatis, sedangkan pada waktu relaksasi yang bekerja adalah sistem saraf parasimpatis (Purwanto, 2008). Istilah untuk obat perangsang simpatik adalah adrenergik, simpatomimetik atau agonis adrenergik, dan penghambat simpatik disebut simpatolitik atau antiadrenergik. Istilah untuk perangsang parasimpatik adalah kolinergik, parasimpatomimetik atau agonis kolinergik dan penghambat parasimpatis disebut parasimpatolitik atau antikolinergik.
  • 2. Efek perangsangan simpatis yaitu meningkatkan tekanan darah, meningkatkan denyut nadi, relaksasi bronkus, dilatasi pupil, relaksasi uterus dan meningkatkan gula darah. Efek perangsangan parasimpatis yaitu menurunkan tekanan darah, menurunkan denyut nadi, kontraksi bronkus, kontraksi pupil, meningkatkan kontraksi saluran kemih, meningkatkan kontraksi gastrointestinal (GI) dan meningkatkan tonus otot (Priyanto, 2010). Subtipe reseptor asetilkolin utama diberi nama berdasarkan alkaloida yang biasanya digunakan dalam identifikasi muskarinik dan nikotinik. Adrenoreseptor untuk menggambarkan reseptor yang memberikan respon terhadap catecholamine seperti norephineprin. Kolinoreseptor menunjukkan reseptor yang memberikan respon terhadap asetilkolin (Katzung, 2001). Semua saraf post ganglion parasimpatik melepaskan Ach yang reseptornya adalah muskarinik. Reseptor muskarinik terutama terdapat pada saluran pencernaan. Reseptor nikotinik terutama terdapat pada ujung saraf motor and plate pada semua ganglion otonom dan medulla adrenal (Priyanto, 2010). Secara farmakologi dan molekular, terdapat tiga tipe utama reseptor adrenergik yaitu α-1, α-2, dan β, dimana masing-masingdibagi lagi ke dalam 3 atau 4 subtipe. Reseptor α-1 terdiri dari 3 subtipe yaitu α-1A, 1B dan 1C. Reseptor α-2 terdiri dari 4 subtipe yaitu α-2A, 2B, 2C dan 2D. Reseptor β terdiri dari 3 subtipe yaitu β 1, 2 dan 3 (Riyanto, 2007). Obat-obat yang memengaruhi sistem saraf otonom dibagi dalam dua subgrup sesuai dengan mekanisme kerjanya terhadap tipe neuron yang dipengaruhi. Obat-obat kolinergik bekerja terhadap reseptor yang diaktifkan oleh asetilkolin. Obat-obat adrenergik bekerja terhadap reseptor yang dipacu oleh norepinefrin atau epinefrin. Obat kolinergik dan adenergik bekerja dengan memacu atau menyekat neuron dalam sistem saraf otonom . (Mycek, 2001) 1. Kolinergik dan antikolinergik a. Kolinergik atau agonis kolinergik 1) Agonis kolonergik bekerja langsung
  • 3. Agonis kolinergik meniru efek asetilkolin dengan cara berikatan langsung pada kolinoseptor. Semua obat kolinergik yang bekerja langsung mempunyai masa kerja lebih lama dibandingkan dengan asetilkolin. Beberapa diantaranya yang sangat bermanfaat dalam terapi (pilokarpin dan betanekol) lebih muda terikat pada reseptor muskarinik dan kadang-kadang dikenal sebagai obat muskarinik. Contoh obat golongan ini adalah asetilkolin, betanekol, karbakol dan pilokarpin. 2) Agonis kolinergik bekerja tidak langsung (reversibel) Obat penyekat asetilkolinesterase secara tidak langsung bekerja sebagai kolinergik dengan memperpanjang keberadaan asetilkolin endogen yang dilepas oleh ujung saraf kolinergik. Obat golongan ini mampu memacu respon pada semua kolinoseptor dalam tubuh, baik reseptor muskarinik maupun nikotinik. Obat-obat golongan ini adalah endofonium, neostigmin, fisostigmin dan piridostigmin. 3) Agonis kolinergik bekerja tidak langsung (ireversibel) Sejumlah senyawa organofosfat sintetik mempunyai kapasitas untuk melekat secara kovalen pada asetilkolinesterase. Keadaan ini memperpanjang efek asetilkolin pada semua tempat pelepasannya. Contoh obat golongan ini adalah ekotiofat dan isoflurofat. b. Antikolinergik atau antagonis kolinergik Antagonis kolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat antikolonergik) mengikat kolinoseptor tetapi tidak memicu efek intraseluler diperantarai reseptor seperti lazimnya. 1) Obat antimuskarinik Obat golongan ini seperti atropin dan skopolamin yang bekerja menyekat reseptor muskarinik yang menyebabkan hambatan semua fungsi muskarinik. Contoh obat-obat dalam golongan ini adalah atropin, ipratropin dan skopolamin.
  • 4. 2) Penyekat ganglion Penyekat ganglionik secara spesifik bekerja terhadap reseptor nikotinik, barang kali dengan menyekat kanal ion ganglia simpatis maupun parasimpatis dan tidak efektif sebagai antagonis neuromuskular. Contoh obat golongan ini adalah nikotin, mekamilamin dan trimetafan. 3) Penyekat neuromuskular Obat ini menyekat transmisi kolinergik antara ujung saraf motor dengan reseptor nikotinik pada cekungan neuromuskular otot rangka. Contoh obat-obat golongan ini adalah atrakurium, doksakurium, metokurin, mivakunium, pankuronium, iperkuronium, rokuronium, suksinilkolin, tubokuranin dan vekuronium. 2. Adrenergik dan antiadrenergik a. Adrenergik Obat adrenergik mempengaruhi reseptor yang dipacu oleh norepinefrin atau epinefrin. Beberapa obat adrenergik bekerja langsung pada reseptor adrenergik (adrenoseptor) dengan mengaktifkannnya dan disebut simpatomimetik. 1) Agonis adrenergik bekerja langsung Agonis bekerja langsung terikat pada reseptor adrenergik tanpa bereaksi dengan neuron presinaptik. Obat yang bergabung dalam kelompok ini banyak digunakan di klinik. Contoh obat-obat golongan ini adalah albuterol, klonidin, dobutamin, dopamine, epinefrin, isoproterenol, metaproterenol, metoksamin, norepinefrin, fenilsfrin, ritodrin dan terbutalin. 2) Agonis adrenergik bekerja tidak langsung Agonis adrenergik bekerja tidak langsung menyebabkan pelepasan norepinefrin dari ujung presinaptik. Contoh obat golongan ini adalah tiramin dan amfetamin. 3) Agonis adrenergik bekerja langsung dan tidak langsung (kerja campuran)
  • 5. Obat-obat bekerja ganda memacu pelepasan norepinefrin dari ujung sinaptik dan juga mengaktifkan adrenoseptor pada membran paska sinaptik. Contoh obat golongan ini adalah efedrin dan metaraminal. b. Antiadrenergik atau antagonis adrenergik 1) Penyekat-α Obat-obat yang menyekat adrenoseptor α sangat mempengaruhi tekanan darah. Hambatan reseptor jelas mengurangi tonus simpatetik pada pembuluh darah, akibatnya tahanan vaskular tepi menurun. Contoh obat golongan ini adalah doxazosin, fenoksibenzamin, fentolomin, prazosin dan terazosin. 2) Penyekat-β Semua obat penyekat β yang didigunakan dalam klinis bersifat antagonis kompetitif. Penyekat β non selektif bekerja pada reseptor β1 dan β2, sedangkan antagonis-β kardioselektif terutama menyekat reseptor β. Contoh obat golongan ini adalah atenolol, asebutolol, labetalol, metoprolol, nadolol, pindolol, propanolol dan timolol. (Mycek, 2001)
  • 6. C. Alat, Bahan dan Hewan Percobaan 1. Alat a. Batang pengaduk b. Gelas kimia 100 mL c. Lap halus d. Lap kasar e. Mortir dan stamper f. Papan datar bulat g. Pipet tetes h. Timbangan analitik 2. Bahan a. Kertas perkamen b. Na – CMC c. Metaklopramid HCl 5 mg d. Propanolol 40 mg e. Pseudoephedrine HCl 60 mg f. Sonde g. Spoid 1 mL 3. Hewan Percobaan a. Mencit D. Prosedur Kerja 1. Pembuatan larutan stok a. Pembuatan Na-CMC 1) Ditimbang Na-CMC 2) Dimasukkan 100 mL aguades ke dalam mortir 3) Ditaburkan Na-CMC di atas aquades secara merata dan dibiarkan mengambang diatas akuades selama kurang lebih 15 menit sambil sesekali diaduk. 4) Digerus ad homogeny
  • 7. b. Propanolol 1) Digerus propanolol ad homogen di dalam mortir. 2) Didalam mortir yang berbeda dimasukkan 100 mL aquades lalu ditaburkan Na CMC diatasnya secara merata. Ditunggu sampai mengembang kemudian digerus ad larut homogen. 3) Dimasukkan propanolol yang telah digerus ke dalama mortir (2), lalu digerus ad homogen. 4) Dipindahkan larutan ke dalam gelas kimia untuk menjadi larutan stok propanolol. c. Pseudoephedrine HCl 1) Digerus tablet ad homogen di dalam mortir. 2) Ditambahkan Na CMC 50 % berat larutan obat ke dalam mortir. 3) Dilarutkan larutan ad 61,5 mL. 4) Digerus ad homogeny dan diaduk. 5) Dimasukkan larutan ke gelas kimia untuk menjadi larutan stok. d. Metaklopramid HCl 1) Digerus tablet ad homogen di dalam mortir. 2) Ditambahkan Na CMC 50 % berat larutan obat ke dalam mortir. 3) Dilarutkan larutan ad 61,5 mL. 4) Digerus ad homogeny dan diaduk. 5) Dimasukkan larutan ke gelas kimia untuk menjadi larutan stok. 2. Praktikum sistem saraf otonom a. Dikelompokkan hewan percoba menjadi 4 kelompok. b. Diberi Na CMC pada mencit kelompok I secara oral. c. Diberi metaklopramid HCl 5 mg pada menci kelompok II secara oral. d. Diberi pseudoefedrin HCl 60 mg pada mencit kelompok III secara oral. e. Diberi propanolol 40 mg pada mencit kelompok IV secara oral. f. Dibiarkan selama 1 jam g. Dilakukan pengamatan meliputi ataksia, agresif, aktif, diare, bulu berdiri, daya mencengkram, ekor berdiri, gerakan ekor, gosokan/belaian, gerakan melingkar, warna kulit, kewaspadaan,
  • 8. katalepsia, konvulsi, kerutan otot, ketakutan, lakrimasi, mata melotot, miosis, midriasis, menggeliat, nafas cepat, nafas lambat, nistagmus, pengatupan kelopak mata, pucat, pasif, tremor, paralisis, reaksi jepit ekor, refleks berbalik, refleks telinga, respon kaget, saliva dan urinasi.
  • 9. E. Hasil Pengamatan 1. Tabel Pengamatan Obat No Na Respon Metaklopramid Pseudoephedrine Keterangan . CMC Propanolol HCl HCl 1. Ataksia √ - √ - Simpatolitik 2. Agresif √ √ - - Simpatomimetik 3. Aktif - √ - - Simpatomimetik 4. Diare - - - - Parasimpatomimetik 5. Bulu berdiri - - - - Simpatomimetik 6. Daya √ - - - Simpatolitik cengkram 7. Ekor berdiri √ - √ - Simpatomimetik 8. Gerakan ekor - - - - Simpatomimetik 9. Gosokan - - - Simpatomimetik 10. Gerakan - - √ - Simpatomimetik melingkar 11. Warna kulit - - - - Simpatomimetik 12. Kewaspadaan √ - √ - Simpatomimetik 13. Katalepsi √ - - √ Simpatolitik 14. Konvulsi - - - - Simpatomimetik 15. Kerutan otot - - - - Parasimpatolitik 16. Ketakutan √ √ √ - Parasimpatomimetik 17. Lakrimasi - - √ - Parasimpatomimetik 18. Mata melotot √ - - - Simpatomimetik 19. Miosis √ - - - Simpatolitik 20. Midriasis - - √ - Simpatomimetik 21. Menggeliat - √ - - Relaksasi muskular 22. Napas cepat - √ - - Simpatomimetik 23. Napas lambat - - - - Simpatolitik 24. Nistagmus - - - - Simpatomimetik 25. Pengatupan - - - √ Simpatolitik kelopak mata 26. Pucat √ - - - Simpatomimetik 27. Pasif √ - √ √ Simpatolitik 28. Tremor √ - - - Simpatomimetik 29. Paralisis - √ - - Simpatolitik 30. Reaksi jepit - - - √ Relaksasi muskular ekor 31. Refleks √ - - - Simpatolitik berbalik 32. Refleks √ - - - Simpatolitik telinga 33. Respon kaget - - - - Simpatomimetik
  • 10. 34. Salivasi - - - - Simpatolitik 35. Urinasi - - - - Simpatolitik 2. Perhitungan a. Konversi dosis Propanolol Dosis = = / 20 g BB mencit Berat badan mencit 25 g / 25 g BB mencit Larutan stok yang ingin dibuat = = = Jadi, dibuat larutan stok propanolol dengan melarutkan 40 mg propanolol dengan 61,5 mL Na CMC. b. Konversi dosis Pseudoephedrine HCl Dosis = = / 20 g BB mencit Berat badan mencit 25 g / 25 g BB mencit Larutan stok yang ingin dibuat = = = Jadi, dibuat larutan stok pseudoephedrine HCl dengan melarutkan 60 mg pseudoephedrine HCl dengan 61,53 mL Na CMC.
  • 11. c. Konversi dosis Metaklopramid HCl Dosis = = / 20 g BB mencit Berat badan mencit 25 g / 25 g BB mencit Larutan stok yang ingin dibuat = = = Jadi, dibuat larutan stok metaklopramid HCl dengan melarutkan 5 mg etaklopramid HCl dengan 61,5 mL Na CMC.
  • 12. F. Pembahasan Sistem saraf otonom juga disebut sebagai sistem viseral, yang bekerja pada otot polos dan kelenjar. Sistem saraf otonom bekerja pada otot polos dimana sistem saraf otonom mempengaruhi organ atau mengendalikan dan mengatur organ seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, lambung, usus, sistem pernafasan, saluran gastrointentinal, kandung kemih, mata dan kelenjar. Saraf otonom berhubungan dengan sistem saraf somatik, namun kejadian somatik dapat mempengaruhi fungsi organ otonom. Pusat otonom pada susunan saraf pusat misalnya mengatur pernafasan dan tekanan darah di medula oblongata, hipotalamus dan hipofisis, mengatur suhu tubuh, kesetimbangan air, metabolism karbohidrat dan lemak, pusat tidur dan sebagainya. Obat-obat yang berfungsi merangsang dan menurunkan kerja dari sistem saraf simpatik, yaitu adrenergik dan antiadrenergik. Praktikum ini mengenai obat-obat golongan sistem saraf otonom yang bertujuan untuk mengetahui efek obat-obat golongan kolinergik, antikolinergik, adrenergik dan antiadrenergik, yaitu dengan mengamati pupil mata, diare, tremor, vasokontriksi dan lain-lain. Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem saraf simpatik dan parasimpatik. Mekanisme kerja dari sistem saraf parasimpatik dengan menggunakan suatu zat kimia seperti neurotransmiter atau neurohormon. Suatu senyawa yang dapat menghambat sistem saraf parasimpatik disebut sebagai senyawa antikolinergik atau parasimpatolitik. Senyawa yang dapat memacu kerja dari sistem saraf parasimpatik yaitu parasimpatomimetik atau disebut juga kolinergik. Senyawa yang dapat memacu sistem saraf simpatik yaitu senyawa simpatomimetik atau adrenergik, dan yang menghambat yaitu senyawa antiadrenergik. Neurotransmiter pada sistem saraf pusat antara lain adalah asetilkolin, norepineprin, dan epineprin. Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap. Asetilkolin memiliki efek eksitasi, namun asetilkolin juga memilik efek inhibisi pada beberapa ujung saraf parasimpatik perifer, misalnya inhibisi jantung oleh nervus vagus. Norephineprin disekresi
  • 13. oleh sebagian besar neuron yang terletak pada batang otak dan hipothalamus. Secara khusus neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di lokus seruleus dan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan. Norephineprin dapat mengaktivasi reseptor aksitasi. Norephineprin juga sebagian disekresikan oleh sebagian besar neuron post ganglion sistem saraf simpatis dimana ephineprin merangsang beberapa organ tetapi menghambat organ yang lain. Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun berbahaya. Di dalam aliran darah epinefrin menjaga kebutuhan tubuh saat terjadi ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak dan otot. Selain itu epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan kontraksi arteriol pada gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula darah dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan saat bersamaan menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak. Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah mencit. Mencit digunakan karena mencit lebih mudah untuk ditangani dan karena mencit memiliki anatomi yang hampir sama dengan manusia. Obat-obat golongan sistem saraf otonom yang digunakan adalah propanolol, metoklopramid HCl, Na CMC, dan pseudoephedrine HCl. Pada percobaan ini obat diberikan secara oral karena obat-obat ini mengalami absorbsi paling bagus pada lambung. Pada percobaan ini waktu yang digunakan untuk mengamati adalah 30 menit. Waktu ini ditetapkan untuk mempersingkat percobaan dan karena waktu paruh dari obat yaitu 30 menit sampai 1 jam. Obat pertama yang diberikan adalah Na CMC. larutan Na CMC digunakan sebagai larutan kontrol. Hal ini disebabkan karena semua bahan obat yang digunakan tidak dapat larut di dalam air sehingga memerlukan bantuan Na CMC untuk larut dengan sempurna. Cara melarutkan obat dengan menggunakan Na CMC adalah dengan memasukkan air terlebih dahulu ke dalam mortir kemudian taburkan Na CMC secara merata diatasnya dan tunggu
  • 14. sampai mengembang, lalu masukkan bahan obat yang telah digerus ke dalam mortir, kemudian digerus sampai homogen lalu dipindahkan ke dalam gelas kimia. Oleh sebab itu kontrol yang digunakan adalah Na CMC dan bukan aquades. Na CMC digunakan sebagai suspending agent untuk meningkatkan kelarutan obat dalam air dan membentuk larutan suspensi. Sebelum obat diberikan maka mencit harus ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat badan mencit agar bisa menentukan dosis yang tepat pada mencit dengan mengkonversikannya dari manusia. Pada mencit yang diberikan Na CMC, timbul efek seperti ataksia, agresif, daya mencengkram kuat, ekor berdiri, ketakutan, mata melotot, miosis, pucat, pasif, terjadi tremor, refleks berbalik dan refleks telinga. Ataksia terjadi karena adanya gangguan keseimbangan pada otak kecil. Agresif terjadi karena adanya stimulasi pada sistem saraf pusat. Ekor berdiri yang juga disebabkan karena stimulasi pada sistem saraf pusat. Ketakutan disebabkan karena adanya relaksasi muskular. Mata melotot karena terangsangnya reseptor adrenergik . Miosis disebabkan karena pada mata terjadi suatu spasme akomodasi, dan penglihatan akan terpaku pada jarak tertentu. Pucat disebabkan terjadinya vasokonstriksi. Sedangkan terjadinya tremor disebabkan karena stimulasi sistem saraf pusat. Kelompok kontrol digunakan untuk membandingkan antar repson hewan percobaan yang diberikan obat dengan yang tidak diberikan obat. Obat kedua yang diberikan adalah metoklopramid HCl. Efek farmakologi dari metoklopramid adalah bekerja dalam saluran gastrointensinal dan central nervous system (CNS) atau sistem saraf pusat. Dalam saluran gastrointenstinal, obat ini dapat meningkatkan mortilitas gastrointenstinal dan di dalam sistem saraf pusat obat ini sebagai antagonis dopamin, antiemetik pusat, menghalangi dopamin di dalam kemoreseptor. Obat metoklopramid HCl adalah obat golongan kolinergik, yang merangsang kerja saraf parasimpatik dan menurunkan kerja dari saraf simpatik. Metoklopramid HCl mencapai kadar puncak pada waktu 1-1,5 jam. Efek yang diperlihatkan oleh mencit setelah diberikan metoklopramid HCl adalah lebih agresif, aktif, ketakutan, menggeliat, nafas cepat, pasif, respon bila dijepit ekornya dan
  • 15. adanya respon berbalik. Adanya respon agresif akibat stimulasi oleh metoklopramid HCl pada sistem saraf pusatnya dan meningkatkan sifat aktif dari hewan coba. Ketakutan muncul karena reaksi obat yang berikatan dengan reseptor sistem saraf otonom. Efek nafas yang cepat karena adanya baroreseptor yang terletak dalam aorta dan arteri karotis terangsang dengan akibat terjadinya efek simpatis, menyebabkan jantung berdenyut cepat dan lebih kuat disertai vasokonstriksi yang akan menaikkan tekanan darah. Obat ketiga yang diberikan adalah pseudoephedrine HCl. Pseudoephedrine HCl adalah suatu turunan dari ephedrine yang merupakan obat golongan simpatomimetik atau adrenergik dengan efek bronkodilator, sehingga dapat melegakan pernafasan. Obat pseudoephedrine HCl bekerja pada reseptor α-1 dan β-1. Pada beberapa obat jenis ini, obat diberikan secara bebas dan digunakan untuk kongesti hidung. Obat ini merangsang kerja saraf simpatik. Pseudoephedrine HCl mencapai kadar puncak pada waktu 1-1,5 jam. Pseudoephedrine dapat diberikan pada manusia untuk meringankan gejala gangguan saluran pernafasan bagian atas seperti shinitis alergi. Efek yang diperlihatkan oleh mencit setelah diberikan obat ini adalah ataksia, ekor berdiri, gosokan atau belaian pada mulut yang sering, gerakan ekor yang banyak, dapat melakukan gerakan melingkar, kewaspadaan tinggi, ketakutan, lakrimasi, midriasis, dan pasif. Ataksia terjadi karena adanya gangguan keseimbangan pada otak kecil. Gosokan atau belaian merupakan efek karena terangsangnya sistem saraf pusat sehingga menyebabkan mencit menggosokkan badannya (grooming). Kewaspadaan yang tinggi timbul karena obat ini bekerja pada saraf simpatis. Sedangkan midriasis atau pelebaran pupil mata oleh mencit yang disebabkan adanya hambatan yang menyekat semua aktivasi kolinergik pada mata, sehingga mata tidak dapat bereaksi dengan cahaya. Dari beberapa respon yang diamati ada beberapa respon yang tidak sesuai dengan teori yaitu respon pasif, sedangkan obat golongan ini adalah obat adrenergik yang dapat merangsang kerja dari saraf simpatik dan membuat makin semangat.
  • 16. Obat keempat yang diberikan adalah propanolol. Propanolol termasuk dalam golongan obat antiadrenergik yaitu β-bloker yang mudah larut dalam lemak yang diabsorbsi dengan baik dari saluran cerna. Obat ini merangsang kerja dari saraf parasimpatik. Propanolol dapat diberikan pada orang yang mengalami aritmia jantung, takikardia, dan hipertensi. Secara farmakokinetik propanolol dapat diabsorbsi dengan baik dengan pemberian oral, waktu paruh untuk metabolisme adalah 3-6 jam. Sedangkan secara farmakodinamika, propanolol yang diberikan secara oaral dapat mencapai kadar puncak pada waktu 1-1,5 jam. Efek yang ditimbulkan oleh mencit yang diberikan propanolol adalah katalepsi, adanya pengatupan mata, pasif dan ada respon terhadap reaksi jepit ekor. Katalepsi yaitu keadaan sikap tubuh yang dapat dipertahankan yang disebabkan karena depresi sistem saraf pusat. Adanya pengatupan mata karena disebabkan obat yang menekan reseptor β sehingga menimbulkan efek kolinergik dan dapat juga disebabkan karena depresi sistem saraf pusat. Sedangkan pasif dan adanya respon terhadap reaksi jepit ekor disebabkan karena relaksasi muskular dan depresi sistem saraf pusat. Pada pemberian propanolol tidak terjadi tremor dan mencit lebih tenang. Hal ini dikarenakan sifat dari propanolol atau beta bloker mempunyai efek vasodilatasi dan beta bloker juga menghambat tremor melalui respon β-2. Percobaan ini terdapat banyak kesalahan. Hal ini dapat disebabkan karena obat yang belum terabsobsi semua dalam lambung dan juga dapat disebabkan karena adanya perbedaan faktor biologis dari setiap mencit sehingga menghasilkan respon yang berbeda-beda dan mungkin karena adanya obat yang keluar saat hewan diberikan obat sehingga efek atau respon yang diberikan juga mengalami penurunan.
  • 17. G. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Metaklopramid adalah obat golongan kolinergik yaitu meningkatkan kerja parasimpatik yang dapat menyebabkan agresif, aktif, ketakutan, menggeliat, nafas cepat dan menunjukkan reaksi jepit ekor. 2. Pseudoephedrine HCl merupakan obat golongan adrenergik yaitu meningkatkan kerja simpatik yang dapat menyebabkan ataksia, gerakan ekor, gosokan/belaian, kewaspadaan, ketakutan, lakrimasi, midriasis dan pasif. 3. Propanolol adalah obat golongan antiadrenergik yaitu menghambat efek obat simpatomimetik atau penghambat antagonis adrenergik yang dapat meyebabkan katalepsi, pengatupan kelopak mata, pasif dan menunjukkan reaksi jepit ekor.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Katzung, Betram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta. Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika : Jakarta. Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan. Leskonfi : Bandung. Purwanto, Setiyo. 2008. Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi. Jurnal Kesehatan. Volume 1 nomor 2. Riyanto, Heni. 2007. Penggunaan Brimonidin (Agonis Alfa-2 Adrenergik) Sebagai Terapi Glaukoma. Jurnal Oftalmologi Indonesia. Volume 5 nomor 1.