1. Menentukan Unsur-unsur Intrinsik Dan
Ekstrinsik Sastra Melayu Klasik/ Hikayat
KELOMPOK 4
Lulu Qoniah
Adhe Puspita Meisya
Hastuti
2. Standar Kompetensi :
Memahami berbagai sastra melayu klasik/ hikayat
Kompetensi Dasar :
Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik sastra
melayu klasik/hikayat
Indikator :
Menentukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik
sastra melayu klasik/ hikayat
3. 1. Pengertian Hikayat
Secara etimologi, istilah "hikayat" berasal dari bahasa Arab, yakni 'haka' , yang
berarti menceritakan atau bercerita. Hikayat kemudian diartikan sebagai karya
sastra klasik yang pada umumnya mengisahkan kehebatan dan kepahlawanan
seseorang lengkap dengan keajaiban, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama.
2. Ciri-ciri Hikayat
a) Isi cerita berkisar pada tokoh-tokoh raja dan keluarganya (istana sentris)
b) Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sama dengan
logika umum, ada juga yang menyebut fantastis
c) Menggunakan banyak bahasa kiasan
d) Banyak kata-kata yang sulit dipahami
e) Struktur kalimatnya tidak efektif
4. 3. Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik dalam Hikayat
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang
dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang
menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya
sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latae dan
pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang
menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi,
dan lain-lain
1. Unsur Intrinsik
a) Tema dan Amanat
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor
ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak
menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya
sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan.
Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya.
Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.
5. b) Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun
biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil
peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round
character).
Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak
awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan
berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh
ini. Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh
tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang
ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis
ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang
tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada beberapa cara
menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang.
Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara
menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau
penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu cerita.
Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh. Dualog ialah cakapan antara dua tokoh
saja. Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi. Solilokui ialah bentuk
cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.
6. c) Alur dan Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga
menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian :
(1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
(2) Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
(3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru.
(4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
(5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
(6) Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran
dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya
pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut
kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang
hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi
urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang
melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur
yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak
balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya.
7. d) Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar
material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Latar
sosial, ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah
teknik atau cara-cara menampilkan latar.
e) Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan ialah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini adalah
privbadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan
yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama,
pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita.
Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang
pengamat atau dalang yang serba tahu.
2. Unsur Ekstrinsik
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan secara
ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra,
kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan
bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk
melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti
sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain.
8. 4. Contoh Hikayat
-) Hikayat Bayan Budiman
-) Hikayat Hang Tuah
-) Hikayat Raja-raja Pasai
-) HIkayat Panji Semirang
-) HIkayat Kalila dan Dimna
-) Hikayat Indera Bangsawan
-) Hikayat Si Miskin
* Tema : memahami tema dalam hikayat biasanya dominan mengenai petualangan, namun ada juga
yang bertema tentang kepahlawanan dan ketuhanan.
* Penokohan : penokohan dalam hikayat biasanya bersifat hitam dan putih, artinya tokoh yang baik
biasanya selalu baik dari awal hingga akhri cerita, tokoh baik memiliki wajah yang sempurna dan
tokoh jahat memiliki tampang yang sesuai dengan karakternya.
* Sudut pandang : pencerita biasanya menempatkan diri sebagai orang ketiga, dengan menggunakan
teknik diaan, menempatkan pencerita sebagai orang pertama hanya terdapat dalam hikayat
Abdullah.
9. HIKAYAT SI MISKIN
CONTOH HIKAYAT
Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari keinderaan sehingga
sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri
Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir
oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah
tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya.
Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin
menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin menjadi-jadi menangisnya.
Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu.
Jikalau dapat, Kakanda berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh
isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam.
Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan
terus dimakannya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (=anak di
dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih saying.
10. Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh
berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah
kerajaan yang komplet perlengkapannya. Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan
Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan, bernama
Nila Kesuma.
Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati
bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli nujum dari Negeri Antah
Berantah.
Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu
kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya.
Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat
terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin. Ditangkapnya seekor burung
untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian
dilemparkan ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya
menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan raksasa yang menawan Cahaya
Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan dimakan. Waktu Cahaya Chairani berjalan –jalan di tepi pantai, dijumpainya
Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani
berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal. Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani,
maka didorongnya Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke Palinggam
Cahaya. Kemudian, ikan nun terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu dengan
daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai Marakarmah dapat keluar dengan tak bercela.
Kemudian, Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual bunga. Marakarmah selalu menolak
menggubah bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi sebab dapat bertemu
kembali antara suami-isteri itu.
11. Karena cerita Nenek Kebayan mengenai putera Raja Mangindera Sari menemukan seorang puteri di bawah
pohon beringin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa puteri tersebut adiknya sendiri, maka
ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya.
Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan kesaktiannya
diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera
(saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera dan
menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam Cahaya.
(Sumber:Peristiwa Sastra Melayu Lama)
1) Unsur Intrinsik dalam hikayat Si Miskin
Tema :Kunci kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan hidup seseorang yang mengalami banyak
rintangan dan cobaan.
Alur : Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal permasalahan
sampai akhir permasalahan.
SETTING/ LATAR :
-Setting Tempat : Negeri Antah Berantah, hutan, pasar, Negeri Puspa Sari, Lautan, Tepi Pantai Pulau
Raksasa, Kapal, Negeri Palinggam Cahaya.
-Setting Suasana : tegang, mencekam dan Ketakutan, bahagia, menyedihkan,
Sudut Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.
AMANAT :
-Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.
-Janganlah mudah terpengaruh dengan kata-kata oran lain.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
-Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
-Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
-Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
-Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat
menjalani takdir yang telah ditentukan.
12. Unsur Ekstrinsik dalam Hikayat Si Miskin
1. Nilai Moral
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.
2. Nilai Budaya
Sebagai seorang anak kita harus menghormati orangtua.
Hendaknya seorang anak dapat berbakti pada orang tua.
3. Nilai Sosial
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa
rasa pamrih.
Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.
4. Nilai Religius
Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.
Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
5. Nilai Pendidikan
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa
rasa pamrih.
Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya
13. CONTOH SOAL
Alkisah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun berangkatlah dengan segala materi
hulubalangnya diiringn oleh rakyat sekalian. Setelah sampai pada tempat berburu itu,maka baginda pun turunlah dari
atas gajahnya semayam didalam kemahdihadap segala materi hulubalang rakyat sekalian. Maka baginda pun
menitahkan orang pergi melihat bekas rusa itu. Hatta setelah orang itu datang menghadap baginda, maka
sembahnya: “ Daulat Tuanku, pada hutan sebelah tepi laut ini terlalu banyak bekasnya.”
Maka titah baginda,” Baiklah esok pagi-pagi kita berburu.”
Maka keesokan harinya jaring dan jerat pun ditahan olehnya. Maka segala rakyat pun masuk kedalam hutan itu
mengelana segala pemburuan itu dari pagi-pagi hingga datang tergelincir matahari, seekor pemburuan tidak diperoleh.
Maka baginda pun heranlah serta menitahkan menyuruh melepas anjing pemburuan baginda sendiri itu. Maka anjing
itu dilepaskan oranglah. Hatta ada sekira-kira dua jam lamanya, maka berbunyilah suara anjing itu menyalak. Maka
baginda pun segera mendapatkan suara anjing itu. Maka titah baginda: “ Apa yang disalak oleh anjing itu?”
maka sembah sekalian itu: “Daulat tuanku, Patih mohonkan ampun dan karunia. Ada seekor pelandu putih, besarnya
seperti kambing, warna tubuhnya gilang-gemilang. Itulah yang dihambat oleh anjing itu. Maka pelanduk itupun
lenyaplah pada pantai ini.”
Sumber: hikayat seribu satu malam
1. Karakteristik sastra Melayu klasik sesuai isi teks tersebut adalah......
a. Tokoh utama dalah bintang
b. Berisi kesaktian seorang tokoh.
c. Kekejaman ( kezaliman) raja
d. Cerita berkisar kerajaan ( istana sentrik ).
e. Latar cerita di dalam hutan belantara.
14. 2. Amanat yang tersirat dalam penggalan hikayat tersebut adalah.......
a. Jangan membantah apa yang diperintahkan oleh seorang pemimpin kepada kita
sebagai rakyatnya.
b. Hendaknya seorang pemimpin memerintahkan sesuatu dengan penuh
kebijaksanaan.
c. Seorang pemimpin jangan kecewa jika yang diharapkan tidak dapat diraih.
d. Mintalah kebijaksanaan jika perintah seorang pemimpin tidak dapat dilaksanakan.
e. Bila dalam suatu aktifitas terjadi suatu hambatan, pemimpin haruslah turun
tangan dalam pengaturannya
15. Jawaban dan penjelasan
1. D ( cerita berkisar raja dibuktikan dengan pemakaian istilah baginda,
hulubalang, dan rakyat
2. E ( amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca. Amanat dari penggalang hikayat tersebut adalah bila dalam
suatu aktivitas terjadi suatu hambatan, pemimpin haruslah turun
tangan dalam pengaturannya.