Makalah ini membahas tentang kemukjizatan Al-Quran. Terdiri dari 3 bab yang membahas pengertian mukjizat, jenis-jenis mukjizat Al-Quran, dan aspek-aspek kemukjizatan Al-Quran seperti bahasa, sains, dan lainnya. Tulisan ini bertujuan menjelaskan keunikan dan keagungan Al-Quran sebagai mukjizat yang tak terbantahkan.
1. MAKALAH
I’JAZ AL - QUR’AN
Dosen Pengampu:
Endah Tri Wisudaningsih, M.Pd.
Disusun Oleh: Kelompok 1
Amir Mubarak (21.12.01.01.7092)
Ahmad Andri Prayoga (21.12.01.01.7084)
Ainaya Fadilah (21.12.01.01.7087)
Clarisya Amalia Sholehah (21.12.01.01.7095)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
FEBRUARI 2022
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran
bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni
ibu Endah Tri Wisudaningsih, M.Pd.yang telah membimbing serta mengajarkan
kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “I’jaz
Al Qur’an” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.
Kraksaan, 17 Desember 2022
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Mukjizat.................................................................................3
B. Macam-macam Mukjizat Al-qur’an.........................................................6
C. Aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an.....................................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan ............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini, kita sering menilai sesatu itu mustahil karena akal
manusia yang terbatas dan terpaku dengan hukum-hukum alam atau hukum
sebab akibat yang telah kita ketahui. Sehingga kita sering menolak suatu yang
tidak sejalan dengan logika atau hukum yang berlaku.
Manusia dengan akal yang dimilikinya tidak mampu merenungkan
ciptaan Allah di muka bumi dan di alam semesta. Mereka tidak mencoba untuk
menyempatkan diri mentadabburi kebesaran Tuhan yang terlukis pada alam
semesta. Sehingga Allah mengutus setiap rasul pada kaumnya. Kemudian
bersamaan dengan itu Allah bekali setiap rasul dengan mukjizat sebagai
tandingan terhadap kemampuan diluar kebiasaan yang berkembang ditengah-
tengah kaumnya.
Kemampuan luar biasa atau yang lebih sering dikenal sebagai mukjizat
yang dimiliki oleh setiap rasul untuk menandingi dan mengalahkan kemampuan
luar biasa yang ada di kaum mereka sehingga dengan adanya itu mereka tidak
sanggup melawan dan muncullah perasaan lemah dalam diri mereka yang pada
akhirnya membawa mereka pada keimanan dengan risalah yang dibawa oleh
rasul.
Pembicaraan tentang kemukjizatan al-Quran merupakan suatu mukjizat
tersendiri, dimana para peneliti tidak bisa mencapai kesempurnaan dari setiap
sisi-sisi kemukjizatannya.
Dan berbagai pertanyaan lainnya seputar kemukjizatan Alquran akan
penulis coba paparkan jawabannya dalam makalah sederhana ini. Semoga ke
depan makalah ini dapat memberi pencerahan bagi kita semua.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kemukjizatan al-Quran.
2. Apa saja ruang lingkup kemukjizatan al-Quran
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mukjizat
Kata mukjizat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
“kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia”.
Pengertian ini tidak sama dengan pengertian kata dalam istilah agama Islam.
Asal kata mukjizat adalah a’jaza yang berarti lemah, dari asal kata itu
maka muncullah kalimat I’jaaz yang berarti menetapkan kelemahan, dalam
pengertian yang lebih umum kelemahan adalah ketidakmampuan1
. seseorang
dalam mengerjakan sesuatu. Dicontohkan dalam Q.S al maidah ayat 31:
ا
ْي ِخَا َةَء ْوَس َي ِ
ار َوُاَف ِبا َرُغْال اَذٰه َلْثِم َن ْوُكَا ْنَا ُت ْزَجَع ََ
Artinya: “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?”
Ayat diatas menjelaskan kelemahan Qabil dari kemampuan seekor
burung gagak. Jika kemukjizatan telah terbukti maka jelaslah kemampuan
mu’jiz, sesuatu yang melemahkan. Dalam kontesk permasalahan ini, yang
dimaksud dengan I’jaaz ialah menampakkan kebenaran Nabi yang mengaku
sebagai Rasul dengan menunjukkan kelemahan orang arab dalam menhadapi
kemukjizatan Nabi yang besar, yaitu: Al-Qur’an Al-karim. Nabi Muhammad
SAW menggunakan Al-Qur’an untuk menentang orang-orang arab yang pada
saat itu berada pada tingkat fashahah dan balaghah yang cukup tinggi. Dan
orang-orang arab tidak berdaya menghadapinya, dikarenakan Al-Qur’an
memang diturunkan sebagai mukjizat.2
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai
suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku
Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk
1
Prof. Dr. H. Amroeni drajat M.Ag, ulumul qur’an, pengantar ilmyu-ilmu al qur’an. (depok:
kencana prenamedia group, 2017) hal 116
2
Ibid hal 17
7. 4
melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu
melayani tantangan itu.3
Secara terminology, menurut Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Itqan fu
Ulum al-Qur’an adalah “mukjizat dalam pemahaman syara’ adalah kejadian
yang melampaui batas kebiasaan, didahului oleh tantangan, tanpa ada
tandingan”.4
Manna Khalil Qaththan menjeLaskan dalam kitabnya bahwa mukjizat
adalah suatu hal yang sangat luar biasa yang disertai dengan tantangan dan
selamat dari perlawanan, dan Rasulullah SAW telah meminta orang-orang arab
untuk menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan.5
Pertama, menantang mereka dengan seluruh Al-Qur’an dalam uslub
yang meliputi orang-orang arab sendiri dan orang lain, bahkan juga terhadap
golongan jin untuk membuat tandingan dengan seluruh Al-Qur’an, dengan
tantangan yang mengalahkan kemampuan mereka secara padu. Sebagaimana
Firman Allah SWT Q.S Al-isra’ ayat 88:
هِلْثِمِب َن ْوُتْأَي َ
ْل ِنٰا ْرُقْال اَذٰه ِلْثِمِب ا ْوُتَّْأي ْنَا ىٰٰٓلَع ُّن ِجْال َو ُسْنِ ْ
اْل ِتَعَمَتْاج ِنِٕىَّل ْلُق
َ
ْوَل َو
َانَك
ْمُهُضْعَب
ضْعَبِل
ْريِهَظ
ا
Artinya: Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu
sama lain.
Kedua, Nabi menantang mereka untuk membuat sepuluh surah yang
serupa. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah SWT Q.S Hud ayat 13:
هِلْثِِّم ر َوُس ِ
رْشَعِب ا ْوُتْأَف ْلُقۗ ُهى ٰ
رَتْفا َن ْوُل ْوُقَي ْمَا
َ
تٰي َرَتْفُم
ا ْوُعْدا َّو
ِنَم
ْسا
ِِّم ْمُتْعَطَت
ْن
ْنيِقِد ٰص ْمُتْنُك ِْنا ِ ه
ّٰللا ِن ُْود
َي ْمَِّلاَف ََ
َهِٰلا ٰٓ َّ
ْل ْنَا َو ِ ه
ّٰللا ِمْلِعِب َل ِ
زْنُا ٰٓاَمَّنَا ا ْٰٓوُمَلْعاَف ْمُكَل ا ُْوبْي ِجَتْس
َن ْوُمِلْسُّم ْمُتْنَا ْلَهَف َوُه َّ
ِْلا
Artinya: Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah
membuat-buat Al-Qur'an itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian), datangkanlah
3
M. Quraish shihab, mukjizat al-qur’an, (bandung, mizan, 2007) hal 23
4
Muhammad ali ash-shobuniy, at-tibyan fi ulumil qur’an, (darr al-mawahib al-islamiyyah,
2016) hal 105
5
Manna’ Khalil qaththan (terj) Drs, Mudzakir AS, studi ilmu-ilmu al qur’an, (bogor: litera
antarnusa, 2019) hal 371
8. 5
sepuluh surah semisal dengannya (Al-Qur'an) yang dibuat-buat, dan ajaklah
siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar. Maka jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka
(katakanlah), “Ketahuilah, bahwa (Al-Qur'an) itu diturunkan dengan ilmu
Allah, dan bahwa tidak ada tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri
(masuk Islam)?”
Ketiga, menantang mereka dengan membuat satu surah saja seperti Al -
Qur’an, firman Allah SWT Q.S yunus ayat 38:
ا
ْم ََ
هِلْثِِّم ة َر ْوُسِب ا ْوُتْأَف ْلُق ۗ ُهى ٰ
رَتْفا َن ْوُل ْوُقَي
َ
ا ْوُعْدا َو
ِنَم
ْمُتْعَطَتْسا
ْنِِّم
ِن ُْود
ِ ه
ّٰللا
ِْنا
ْمُتْنُك
ٰص
َْنيِقِد
Artinya: Atau patutkah mereka mengatakan” Muhammad
membuat–buatnya. “katakanlah” kalua benar yang kamu katakan itu,
maka coba datangkanlah sebuah surah seumpamanya.”
Tantangan serupa dinyatakan lagi pada ayat lain:
هِلْثِِّم ْنِِّم ة َر ْوُسِب ا ْوُتْأَف َانِدْبَع ىٰلَع َانْلََّزن اَّمِِّم ْبي َر ْيِف ْمُتْنُك ِْنا َو
َ
ا ْوُعْدا َو
ْمُكَءۤاَدَهُش
ْنِِّم
ِن ُْود
ِ ه
ّٰللا
ِْنا
ْمُتْنُك
َْنيِقِد ٰص
Artinya: Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal
dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.6
Andaikata mereka dapat menandingi Al-Qur’an, maka dapat dipastikan
sejarah mereka akan menjadi buah bibir di setiap generasi setelah mereka.
Sebenarnya mereka telah menelaah ayat-ayat Al-Qur’an, membolak-baliknya
dan mengujinya dengan metode yang mereka gunakan untuk menguntai puisi
dan sya’ir, namun mereka tidak dapat menemukan jalan untuk menirunya atau
mendapatkan celah untuk menghadapainya.
Kekemahan orang-orang arab untuk menandingi Al-Qur’an sangatlah
jelas padahal mereka meiliki factor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan
bukti tersendiri bagi kelemahan bangsa arab dimasa itu yang berada pada
puncak kejayaan dan kenajuan bahasanya.
6
Manna’ Khalil qaththan (terj) Drs, Mudzakir AS, studi ilmu-ilmu al qur’an, (bogor: litera
antarnusa, 2019) hal 372
9. 6
Kemukjizatan Al-Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku
disepanjang zaman dan akan selalu ada pada posisi tantangan yang continue.
Misteri-misteri alam yang tersingkap oleh ilmu pengetahuan moderen hanyalah
Sebagian kecil dari fenomena hakikat yang terkandung dalam Al-Qur’an, yang
merupakan bukti nyata bagi eksintensi Tuhan sang maha pencipta.
B. Macam-macam Mukjizat Al-qur’an
Secara garis besar I’jaz Al-Qur’an dapat dibagi dalam dua bagian pokok,
yaitu: pertama mukjizat yang bersifat material indrawi (hissiyiyah) yang tidak
kekal, dan kedua mukjizat inmaterial indrawi (aqliyyah) yang dapat dibuktikan
sepanjang masa berdasarkan pemahaman dan Pengertian manusia yang
menyaksiakan ataupun yang meyakininya.7
M Quraish shihab dalam bukunya mukjizat al-qur’an membagi
kemukjizatan menjadi dua macam: mukjizat yang besifat indrawi yang
dikaruniakan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, hanya berlaku
bagi masyarakat tertentu, dan tidak berlaku bagi masyarakat setelah mereka.
Berbeda dengan Nabi Muhammad SAW yang diutus bagi seluruh umat manusia
hingga akhir zaman, sehungga bukti kebenaran agamanya selalu oleh setiap
orang yang ragu, dimanapun dan kapanpun juga. Sehingga ia tidak bersifat
material atau indrawi. Sifat indrawi mukjizat Nabi sebelum Nabi Muhammad
SAW, seperti tidak terbakarnya Nabi Ibrahim As. dalam gelora api yang sangat,
tongkat Nabi Musa As. yang berubah menjadi ular, penyembuhan yang
dilakukan nabi Isa atas izin Allah dan sebagainya disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan masyarakat di mana para nabi diutus, sehingga bukti kebenaran
para nabi harus sesuai dengan tingkat pemikiran mereka secara jelas dan
terjangkau oleh panca indera.8
1. Mukjizat material indrawi (hissyiyah)
Mukjizat para nabi terdahulu sebelum nabi Muhammad saw
semuanya bersifat material indrawi. Mukjizat yang dimiliki para nabi
tersebut, dapat l;angsung disaksikan oleh mata telanjang atau dapat
7
Jalaluddin as-suyuthi, al-itqan fi ulumil qur’an, (Beirut: mu’assasah ar-risalah an-nasyirun,
2007) hal 645
8
M Quraish shihab, mukjizat al-qur’an, (bogor: mizan, 2007) hal 40
10. 7
ditangkap oleh indra mata tanpa perlu dianalisa. Namun peristiwa tersebut
hanya ada dan terbatas pada kaum/masyarakat dimana seorang nabi tersebut
diutus.
Pada dasarnya, keluarbiasaan yang diberikanm Allah SWT kepada
para nabi terdahulu merupakan jawaban atas tantangan yang dihadapkan
kepada mereka oleh pihak-pihak lawan. Seprti contoh: perahu Nabi Nuh
AS, yang dibuat atas petunjuk dari Allah swt sehingga mampu bertahan
dalam situasi yang sangat berbahaya yaitu dalam ombak dan gelombang
yang sedemikian dahsyatnya. Tidak terbakarnya Nabi Ibrahim yang
dilempar kedalam kobaran api yang sangat besar. Tongkat Nabi Musa yang
berubah wujud menjadi ular. Dan penyembuhan berbagai penyakit yang
dilakukan oleh nabis isa dengan izin Allah Swt.9
Semua mukjizat tersebut
hanya bersifat indrawi siapapun tidak bisa menolaknya, namun hanya
gterbatas bagi masyarakat tertentu. Ditempat para nabi menyampaikan
risalahnya, dan berakhir dengan wafatnmya para nabi-nabi tersebut.
2. Mukjizat inmaterial logis dan kekal (aqliyyah)
Adapun mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw yaitu
mukjizat yang bersifat inmaterial logis dan kekal, yang berupoa Al-Qur’an.
Hal ini dimaksudkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada seluruh umat
manusia hingga akhir zaman. Al-qur’an sebagai bukti kebenaran ajaran
agamanya, ia harus siap untuk disajikan kepada semua orang kapanpun dan
dimanapun tanpa mengenal batas waktu, situasi dan kondisi apapun.
Dengan seiring berjalannya waktu, setiap manusia mengalami
perkembangan dalam pemikirannya. Sebagaiamana yang dikatakan oleh
auguste comte yang dikutip oleh M Quraish shihab dalam bukunya tentang
fase-fase perkembangan manusia.10
Yaitu melewati 3 fase:
a. Fase keagamaan; karena keterbatasan pengetahuan manusia tentnag
menfasirkan semua gejala yang terjadi, dikembalikan pada kekuasaan
tuhan atau jiwa yang tercipta dalam pikirannya masing-masing.
9
Ibid hal 36
10
M Quraish shihab, mukjizat al-qur’an, (bogor: mizan, 2007) hal 37
11. 8
b. Fase metafisika: semua fenomena atau kejadian dikembalikan pada awal
kejadian, missalnya manusia pada awal penciptaannya.
c. Fase ilmiah: manusia dalam menafsirkan fenomena melalui pengamatan
yang teliti dan penelitian sehingga mendapatkan sebuah kesimpulan
tentang hukum alam yang mengatur semua fenomena alam ini.
Bila Al-Qur’an tidak logis dan tak dapat diteliti kebenerannya
melalui kajian ilmiah maka ana dapat dipastikan manusia akan ragu pada
kebenaran ajaran Nabi Muhammad saw. Dan Al-Qur’an sudah tidak
berguna lagi dan tidak dapat dipakai pada sa’at ini. Hal ini tidak boleh terjadi
pada sebuah mukjizat yang disiapkan untuk sa’at ini sampai akhir zaman.
C. Aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an
Pada dasarnya, para ulama berbeda pendapat dalam membicarakan
tentang aspek-aspek kemukjizatan al-qur’an. Dalam hal ini M Quraish shihab
dan Manna’ Khlalil Qaththan mengatakan ada tiga aspek kemukjizatan Al-
Qur’an, yaitu: aspek Bahasa, aspek ilmiah dan aspek pemberitaan ghaib /
akhbary’.
1. Kemukjizatan dari aspek Bahasa
Sebelum seseporang terpesona dengan isi kandungan yang terdapat
dalam Al-Qur’an, mereka akan terpukau dengan beberapa hal yang
berkaitan dengan susunan kata dan kalimatnya, keindahan nada dan suara
singkat dan padat isinya, uraiannya memuaskan para ppemikir kebanyakan
pula memuaskan akal dan jiwa, serta kesenangan redaksi-redaksi dalam Al-
Qur’an.
Al-Qur’an, yang mana orang-orang arab tidak mampu untuk
menandinginya, walau sebenarnya tidak keluar dari aturan-aturan Bahasa
mereka, baik lafadz dan hurufnya, maupun susunan dan uslubnya. Akan
tetapi Al-Qur’an yang jalinan huruf hurufnya serasi, ungkapannya indah,
uslubnya manis, ayat-ayatnya teratur, serta memperhatikan situasi dan
kondisi dalam berbagai bayannya, bail dalam jumlah ismiyah dan fi’liyah
nya, dalam nafi dan isbat nya, dalam dzikr dan hadznya, dalam tankir dan
ta’rifnya, dalam taqdim dan ta’khirnya, dalam itnab dan ijaznya, dalam
12. 9
umum dan khususnya, dalam Mutlaq dan muqayyadnya, dalam nass dan
fahwanya, maupun dalam hal lainnya. Dalam hal-hal tersebut yang serupa
dengan qur’an Ketika mereka telah sampai pada puncak kejayaan dan
kemajuan bahasanya mereka tidak sanggup untuk menghadapinya.11
Pada dasarnya ada beberapa hal kemukjizatan yang terkandung
dalam Al-Qur’an dari aspek bahasanya, yaitu: susunan kata dan kalimat
serta keseimbangan redaksi al-qur’an itu sendiri. Sebagaimana firman allah
swt Q.S Az-zumar ayat 23 dan An-nisa’ayat 82:
ِثْيِدَحْال َنَسْحَا َلََّزن ُ ه َ
ّٰللا
َن َْوشْخَي َْنيِذَّال ُد ْوُلُج ُهْنِم ُّرِعَشْقَت ََۙيِناَثَّم اًهِبَاشَتُّم ًابٰتِك
هِب ِْيدْهَي ِ ه
ّٰللا ىَدُه َكِلٰۗذ ِ ه
ّٰللا ِ
رْكِذ ىِٰلا ْمُهُب ْوُلُق َو ْمُهُد ْوُلُج ُْنيِلَت َّمُث ْمُهَّبَر
َ
ْنَم
ُءَۤاشَّي
ۗ
ْنَم َو
ِلِلْضُّي
ُ ه
ّٰللا
اَمَف
هَل
َ
ْنِم
َاده
Artinya: Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik
(yaitu) Al-Qur'an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang,
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat
Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa dibiarkan sesat
oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.
ْنِم َانَك ْوَل َو ۗ َنٰا ْرُقْال َن ْوَُّربَدَتَي َ
َلَفَا
ا ًْريِثَك اًف َ
َلِتْاخ ِهْيِف ا ُْودَج َوَل ِ ه
ّٰللا ِ
ْريَغ ِدْنِع
Artinya: Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-
Qur'an? Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka
menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.
2. Kemukjizatan dari aspek ilmiah
Kemukjizatan al-Qur’an dari segi ilmy menambah khazanah baru di
bidang mukjizat yang menjelaskan kebenaran al-Qur’an dari segi keilmuan.
Para mufassir terus berusaha dalam menjelaskan kalam ilahi tersebut.
berpendapat mengenai kemukjizatan tersebut: “Banyak orang terjebak
dalam kesalahan ketika mereka menginginkan agar al-qur’an mengandung
segala ilmiah. Setiap lahir teori baru mereka mencarikan untuknya
11
Manna’ Khalil qaththan (terj) Drs, Mudzakir AS, studi ilmu-ilmu al qur’an, (bogor: litera
antarnusa, 2019) hal 382
13. 10
kemungkinannya dalam ayat, lalu ayat ini mereka takwilkan sesuai dengan
teori ilmiyah tersebut. Teori selalu berubah-ubah tergantung zaman dan
kondisinya, kemukjizatan ilmiyah al-Qur’an bukanlah terletak pada ruang
lingkupnya akan teori-teori ilmiyah yang selalu baru dan berubah-ubah serta
merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia
terletak pada dorongannya untuk berfikir dan menggunakan akal. Qur’an
mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam semesta,
atau menghalanginya dari penambahan ilmu pengetahuan yang dapat
dicapainya. Hal ini yang menyebabkan tidak adanya satu pun dari kitab-
kitab agama yang terdahulu memberikan jaminan seperti yang diberikan
oleh al-Qur’an”.12
Tidak dapat dinafikan bahwa ayat-ayat al-Qur’an mengandung
isyarat-isyarat yang cukup mendalam mengenai persoalan-persoalan
ilmiyah seperti medis, atronomi, dan sebagainya, yang masih belum
diketahui pada masa itu. Kesemuanya itu merupakan mukjizat ilmu
pengetahuan dalam al-Qur’an secara garis besar. Dapatlah kita ambil contoh
tentang oksigen, sebagaimana firman allah swt Q.S Yasiin ayat 80:
ن ُْودِق ْوُت ُهْنِِّم ْمُتْنَا ٰٓاَذِاَف َۙاًَارن ِ
رَضْخَ ْ
اْل ِ
رَجَّشال َنِِّم ْمُكَل َلَعَج ِْيذَّال
َ
َ
Artinya: yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang
hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”
Dapatlah dipahami bahwa allah swt menyalakan api dalam tunuh
kedalam tubuh manusia dan dengan api tersebut manusia dapat hidup.
Sebenarnya, kalua dipikirkan secara sepintas hal ini adalah sangat mustahil
adanya, mana mungkin api bisa menyala ke dalam tubuh manusia melalui
daun yang hijau. Dari hasil penelitian didapatkan sebuah kesimpulan dalam
daun yang hijau tersebut keluar api memang benar, sebab api tersebut
dipakai oleh manusia untuk pernafasan yang membekar manusia. Api yang
dimaksud dalam hali ini oleh para pakar tafsir dimaknai sebagai oksigen
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.13
12
Manna’ Khalil qaththan (terj) Drs, Mudzakir AS, studi ilmu-ilmu al qur’an, (bogor: litera
antarnusa, 2019) hal 387
13
M Quraish shihab, mukjizat al-qur’an, (bogor: mizan, 2007) hal 188
14. 11
Selain dari dua mukjizat yang telah disebutkan di atas, pemberitaan
ghaib yang terkandung dalam al-Qur’an juga merupakan suatu mukjizat
yang mudah dan jelas untuk diketahui dan dimengerti. Pemberitaan ghaib
yang dimaksudkan adalah suatu khabar yang tidak dapat diketahui oleh
siapa pun kecuali kepada rasul yang dipilih-Nya (QS. al-Jin (72): 26-27):
هِبْيَغ ىٰلَع ُرِهُْظي َ
َلَف ِبْيَغْال ُمِلٰع
ًَۙادَحَا
َت ْار ِنَم َّ
ِْلا
هَّنِاَف ل ْوُسَّر ْنِم ى ٰض
َ
ُكُلْسَي
ْنِم
ِْنيَب
ِهْيَدَي
ْنِم َو
هِفَْلخ
َ
َص َر
ًاد
Artinya: “Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak
memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu. Kecuali
kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia
mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di
belakangnya.”
Dengan kata lain juga perkara-perkara ghaib, seperti yang telah
terjadi pada masa lampau maupun perkara-perkara yang akan datang dan
akan terjadi.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ghaib diartikan tidak
kelihatan tersembunyi tidak nyata atau lenyap hilang juga dapat diartikan
tidak diketahui sebab-sebabnya. Satu ilustrasi, ketika hendak memasuki
ruang ujian, kita tidak dapat mengetahui soal-soal yang akan diujikan
ataupun yang ditanyakan penguji, namun ketika lembaran soal tersebut
dibagikan dan ditanyakan penguji, maka hal tersebut bukanlah suatu yang
ghaib.
Keterbatasan manusia menjadikan baginya banyak hal yang tidak
busa diketahui tanpa adanya petunjuk terlebih dahulu berupa kisah atau
pemberitaan wahyu dan dikemudian hari dibuktikan dengan sebuah
penelitian atau penemuan, kita ambil contoh kisah fir’aun.
Memang sudah menjadi pengetahuan umum bahwa fir’aun
tenggelam dilaut merah Ketika mengejar nabi musa As, namun dalam kitab
perjanjian lama tidak disebutkan menhyangkut jaminan keselamatan
badannya, sehingga tidak ada satupun yang mengetahuinya, kecuali Ketika
sesudah datangnya al-qur’an yang tertera dalam Q.S yunus ayat 90-92:
َرْحَبْال َلْيِءۤا َْرسِا ْٰٓيِنَبِب َان ْز َاوَج َو
ُهد ْوُنُج َو ُن ْوَع ْرِف ْمُهَعَبْتَاَف
َ
ًايْغَب
ا ًْودَع َّو
ۗ
ٰٓىهتَح
ٰٓاَذِا
ُهَكَْردَا
ُقََرغْال
َلاَق
ُتْنَمٰا
هَّنَا
َ
ٰٓ َ
ْل
َهِٰلا
َّ
ِْلا
ِْٰٓيذَّال
َْتنَمٰا
هِب
َ
ا ْٰٓوُنَب
َلْيِءۤا َْرسِا
َانَا َو
َْنيِمِلْسُمْال َنِم
َتْنُك َو ُلْبَق َْتيَصَع ْدَق َو َنٰـْل
ٰۤا
َنِم
15. 12
َْنيِدِسْفُمْال
ِ
اسَّنال َنِِّم اًْريِثَك َِّنا َۗو ًةَيٰا َكَفَْلخ ْنَمِل َن ْوُكَتِل َكِنَدَبِب َْكي ِِّجَنُن َم ْوَيْالَف
َن ْوُلِفٰغَل َانِتٰيٰا ْنَع
Artinya: Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut,
kemudian Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk
menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir‘aun hampir
tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku
termasuk orang-orang Muslim (berserah diri). (90) Mengapa baru
sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah
durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat
kerusakan. (91) Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar
engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-
tanda (kekuasaan) Kami. (92).
Seorang pakar sejarah Bernama maspero menjelaskan bahwa
penguasa mesir yang tenggelam itu Bernama maneptah yang memerintah
mesir antara 1224 SM sampai dengan 1214 SM. Dan tidak ada satupun yang
mengetahui pastinya, dimana penguasa itu tenggelam itu berada, namun
pada tahun, 1896 seorang ahli purbakala Bernama loret menemukan jenazah
tokoh tersebiut dalam bentuk mumi di wadi al-mulk (lembah para raja) yang
berada di thaba, luxor diseberang sungai nil, mesir. Kemudian pada tanggal
8 juli 1907, Elliot smith membuka Kembali mumi itu, ternyata badannya
fir’aun tersebut masih dalam keadaan utuh hingga sekarang. Kemudian pada
tahun 1975 seorang ahli bedah asal prancis Maurice Bucaile mendapat izin
untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang mumi tersebut dan
menemukan bahwa fir’aun meninggal dilaut, ini terbukti dari bekas-bekas
garam yang memenuhi sekujur tubuhnya.14
Hal ini hendaklah dapat membuka mat akita akan kebenaran
risalah yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw yang berupa al-qur’an
yang memberikan sebuah kisah perumpamaan yang sangat agung dan telah
dibuktikan dengan nyata agar menjadi pelajaran untuk kita semua.
14
M Quraish shihab, mukjizat al-qur’an, (bogor: mizan, 2007) hal 202
16. 13
3. Kemukjizatan dari aspek penetapan hukum / tasyri’
Sepanjang perjalanan dan perkembangan hidup manusia dari dulu
hingga sekarang telah mengenal berbagai macam doktrin, isme-isme,
pandangan hidup, sistem dan tasyri’ (perundang-undangan) yang semuanya
bertujuan untuk tercapainya kebahagiaan individu dinasti dalam kehidupan
masyarakat.
Namun tidak satupun dari padanya yang dapat menandingi al-Qur’an
baik keindahan bahasanya, keluasan cakupannya, fleksibelitas penetapan
hukumnya serta kemoderatan penafsiran isinya sehingga dapat disesuaikan
dengan perkembangan zaman. Setiap hal yang dikenal dan diadopsi selain
al-Qur’an semuanya memiliki kekurangna masing-masing. Hal ini adalah
wajar karena al-Qur’an adalah kalam Allah, tentunya Allah sangatlah
mengetahui apa-apa yang menjadi kebutuhan manusia ciptaannya. Semua
hukum yang disampaikan dalam alQur’an adalah mukjizat karena tidak ada
satupun yang sanggup menandingi membuat hukum-hukum ynag adil
kepada semua orang, sebagaimana yang Allah turunkan. Tiap hukum atau
undang-undang yang dibuatya oleh manusia memiliki segi kelemahan dan
menguntungkan sepihak serta merugikan pihak lainnya. Namun Allah
dalam penetapkan hukum tidak mempunyai kepentingan sedikitpun bagi-
Nya, semua itu semata-mata untuk hambanya.15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mukjizat adalah sebuah peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa yang
dibarengi dengan tantangan dan tidak bisa dikalahkan. al-Quran menantang
15
Ibid 202
17. 14
orang-orang Arab, mereka tidak kuasa melawan meskipun mereka merupakan
orang-orang yang fasih, hal ini tiada lain karena al-Quran adalah mukjizat.
Mukjizat terbagi menjadi dua,yaitu mukjizat yang bersifat Material
Inderawi yang tidak kekal dan mukjizat immaterial logis. Mukjizat Material
Inderawi adalah mukjizat yang dapat disaksikan dan dijangkau langsung lewat
indera dan terdapat pada rasul-rasul terdahulu yang sifatnya terbatas pada lokasi
tempat mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya rasul tersebut. Sedangkan
mukjizat imaterial logis merupakan mukjizat yang diturunkan kepada nabi
terakhir yaitu Muhammad shallalu’alai wasallamberupa mukjizatal-Quran yang
sifatnya bukan inderawi atau material tetapi dapat dipahami akal dan tidak
dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat al-Quran dapat
dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapan-pun.
Segi kemukjizatan al-Quran dilihat dari 3 aspek yang pertama dari segi
bahasanya yangmemperlihatkan kefasihan dan menggunakan kata dan kalimat
yang paling lembut, indah, ringan, serasi, dan kokoh serta melalui sastra yang
paling baik dan mudah dipahami.Kedua, segi ilmiah dimana al-Qur'anmenuntun
manusia untuk berfikir dan membuka pintu-pintu pengetahuan, dan mengajak
untuk berkontribusi di dalamnya, berkembang dan menerima setiap inovasi
yang dimunculklan dari penemuan-penemuan ilmiah akan tetapi hal ini bukan
berarti al-Quran mengandung semua teori ilmiah. Yang ketiga dari segi syariat
dimana al-Quran meupakan Dustur Tasyri’i (sistem perundang-undangan)
paripurna yang membangun kehidupan manusia diatas dasar konsep yang
paling tinggi dan mulia sehingga terciptalah kehidupan yang adil dan sejahtera.
Al-Quran sebagai mukjizat menunjukkan kepada kita tentang kebenaran
nabi sebagai seorang rosul, dengan memperlihatkan kelemahan orang arab
dalam menantangnya dan kelemahan orang-orang yang datang sesudah mereka.
DAFTAR PUSTAKA
As-shobuny, Muhammad ali, at-tibyan fi ulumil qur’an, Beirut: dar al-mawahib al-
islamiyyah.
As-suyuthi, jalaluddin. al-itqan fi ulumil qur’an, Beirut: muassasah ar-risalah
nasyirun, 2008.