PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
Asbab An-Nuzul.docx
1. ASBAB AN-NUZUL
MAKALAH
Dosen Pengampuh:
ENDAH TRI WISUDANINGSIH, M. Pd. I
Disusun Oleh:
Kelompok: IV
Kuni Zakiyyah Maulidiyah (22.12.01.01.7281)
Muhammad Hasan Ali Al-Murtadho (22.12.01.01.7287)
Lutfi Hidayatullah (22.12.01.01.7285)
KELAS 1 B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN (UNZAH)
GENGGONG- KRAKSAAN- PROBOLINGGO
2022-2023
2. I
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas Kehadirat Allah SWT karena dengan segala Rahmat dan Karunia
Nya kepada kita semua sehingga sampai saat ini kita masih berada dalam lindungan-Nya,dan
semoga kita senantiasa diberi keistiqomahan serta kelancaran dalam menuntut ilmu serta
mendekatkan diri kepada-Nya. Dan tidak lupa pula Shalawat serta Salam semoga senantiasa
selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita sang kekasih-NYA Alam jagat
raya,pembawa sinar kebenaran dengan sejuta kasih dan cinta terhadap Ummat-Nya yakni,
Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya kelak di hari akhir yakni
“yaumul Kiyamah”. Amin.
Dalam rangka meningkatkan iman dan takwa serta menuntut ilmu dalam
menyelesaikan tugas makalah untuk materi Alquran yang ditugaskan pada pertemuan
pertama oleh dosen studi Al-quran yaitu Ibu Endah Tri WisudaNingsih M.Pd.I. Pada tugas
makalah ini, kami berkesempatan sedikit membahas tentang ASBABUN NUZUL, dengan
segala harapan semoga makalah ini dapat menjadi salah satu subtensi utama Ulumul Qur’an
bagi para pembaca sekalian.
Dalam penyusunan makalah kali ini, kami mengakui bahwa masih banyak kesalahan
serta kekurangan yang ada didalamnya, oleh karena itu kami akan selalu berproses untuk
mencapai suatu progress dikarnakan minimnya suatu pengalaman. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan yang akan datang.
Demikian makalah ini kami susun dengan segala keterbatasan pengetahuan yang ada,
dan masih sangat mengharapkan saran dan kritik para pembaca sekalian demi kesempurnaan
makalah selanjutnya. Kami sangat berterimakasih kepada dosen pembimbing serta semua
pihak yang telah membantu menyusun makalah ini.
Kraksaan, 18 Desember 2022
Penyusun
Kelompok IV
3. II
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................................I
DAFTAR ISI...............................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan.............................................................. ...............................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
A. Pengertian Asbab An-Nuzul..................................................................3
B. Urgensi Asbab An-Nuzul........................................................................4
C. Cara Mengetahui Asbab An-Nuzul.........................................................6
D. Macam-macam Asbab An-Nuzul.............................................................10
E. Kaidah Al ibrah Asbabun Nuzul.............................................................. 11
BAB III PENUTUP.....................................................................................16
A. Kesimpulan.......................................................... ..............................16
B. Saran................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Malam terindah penuh hikmah serta dihadiri oleh ribuan para malaikat yakni dikala
malam turunnya Al qur’an. yang mana, AL-qur’an merupakan salah satu asas dasar
pedoman ummat islam yang Allah SWT.titipkan kepada nabi Muhammad SAW. pada
tanggal 17 romadhon dan bertepatan pada malam yang mulia yaitu malam Lailatul Qadr.
Yang mana telah Allah SWT jelaskan dalam Al-Qur’an surah AL-Qadr yang bunyinya
1
﴾۱﴿ ِ
رْدَقْٱل ِ
ةَلْيَل ِ
فى ِ
هٰنْل َزْنَأۤاَّنإ
Yang artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam
Qadr.” [Q.S. Al-Qadr{97}:1]
Dimana,malaikat jibril turun ke bumi untuk mengirimkan wahyu kitab suci yakni Al-
qur’an karim kepada Nabi Muhammad saw diusia 40 tahun. Al-qur’an menjadi salah
satu mukjizat Nabi Muhammad saw yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan
yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga diturunkan untuk
memberi petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan
memberitahukanhal yang telahlalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita
yang akan datang.
Sebagian besar Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi
kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah,
bahkan kadang terjadi diantara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan
hukum Allah atau masih samar bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada
Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka, Al-Qur’an ini
diturunkan mengandung keseluruhan peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan dan
penyataan yang muncul. Dalam Hal ini lah setiap perkara kejadian yang terjadi itu
dinamakan dengan Asbabun Nuzul.
1
Departemen Agama RI. Al-Qur’an, Q.S. Al-Qadr [97]: 1
5. 2
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian Asbabun Nuzul ?
2. Apa Urgensi Asbabun Nuzul ?
3. Bagaimana cara mengetahui Asbabun Nuzul?
4. Apa sajakah macam-macam Asbabun Nuzul ?
5. Bagaimana pengkajian teori Kaidah Al Ibrah dalam Asbabun Nuzul?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Asbabun Nuzul.
2. Untuk mengetahui Urgensi Asbabun Nuzul.
3. Untuk mengetahui macam-macam AsbabunNuzul.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara Asbabun Nuzul.
5. Untuk mengetahui kajian teori Kaidah Al Ibrah Asbabun Nuzul.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul
a) Secara Etimologi
“Asbabun Nuzul” alqur’an terdiri dari dua kata yaitu:
1. “Asbab” merupakan bentuk jama’ takstir dari ‘’sabab”yang berarti “sebab” atau
“alas an atau “illat”. Dalam bahasa Indonesia ,kata sebab merupakan kata
serapan,yang diartikan:hal yang menjadikan timbulnya sesuatu;lantaran;karena,[asal]
mula.Jadi,asbab memiliki arti sebab-sebab ( beberapa sebab).2
2. “Nuzul” adalah bentuk jamak taksir yang berwazan “fu’ulun” dari isim masdar
“nazl” atau “manzal” yang berarti peristiwa turunnya sesuatu. Akar katanya adalah
“nazala´yang berwazan “fa’ala” ini merupakan kata inspiratif (fi’il lazim) yang
tidak memerlukan objek. Adapun pengucapan dari kata ini adalah “nazzala”
(menambah shiddah pada ‘ain fi’ilnya) yang berarti “menurunkan” dan “anzala”
yang berarti menurunkan”.
b) Secara Terminology
Asbabun nuzul yaitu sebab Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW. Asbabun nuzul diturunkan sebagai permulaan,tanpa
sebab,mengenai akidah iman,kewajiban islam, kewajiban Islam dan syari’at Allah
SWT dalam kehidupan pribadi dan sosial.Terkadang turunnya didadahului oleh
sebab terkadang pula tidak didahului oleh adanya sebab yang sesuai dengan
ketetapan hukum syariaat Islam. Definisi ini memberikan pengertian bahwa sebab
turunnya suatu ayat adakalanya berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk
pertanyaan. Setiap ayat atau beberapa ayat yang diturunkan ini untuk menerangkan
hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap
2
Al Qattan, Manna' Khalil. Studi Ilmu-ilmu Al Qur'an. (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013). 76
7. 4
pertanyaan tertentu. Alja’bari mengatakan bahwa “Al-Qur’an diturunkan terbagi
menjadi 2 kategori”3
Ababun nuzul yang didahului oleh sebab maupun yang tidak
didahului olehnya serta kalkulasi ayat secara keseluruhan bagi keduanya yaitu
sebagai berikut:
Asbabun nuzul bi As- sabab :berjumlah 959 Ayat
Asbabun nuzul bila As-sabab :berjumlah 5.277 Ayat
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak semua ayat menyangkut dengan
keimanan, kewajiban dari syariat agama turun tanpa adanya asbabun nuzul. Sehingga,
Sahabat Ali bin Mas’ud dan lainnya, tentu tidak satu ayat pun diturunkan kecuali salah
seorang mereka mengetahui tentang apa ayat itu diturunkan. Intensitas para sahabat
mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti perjalanan turunnya wahyu, mereka
bukan saja berupaya menghafal ayat ayat al-Quran dan hal-hal yang berhubungan dengannya
serta mereka juga melestarikan sunnah Nabi.
c) Pengertian menurut segenap Para mufassir yaitu:
. Menurut Az-Zarqani:
“sesuatu yang turun satu ayat atau beberapa ayat yang berbicara tentang ِ
نه nya
(sesuatu itu) atau menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum yang terjadi pada
waktu terjadinya peristiwa tersebut.”
Menurut Manna’ Khalil Al-Qaththan:
“sesuatu yang turun Al-Qur’an berkenaan dengannya pada waktu terjadinya
seperti suatu peristiwa yang terjadi atau ada pertana. Mengetahui hikmah
diundangkanya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan umum
dalam menghadapi segala peristiwa, karena sayangnya kepada umat.4
B. Urgensi Asbabun Nuzul
3
Manna’khalil al Qattan,Mabahis fi Ulumil Qur’an(Bogor:Pustaka Litera AntarNusa,2013)109
4 Andik Setiyawan, TAFSIR ( Mojokerto: CV. Mutiara Ilmu Mojosari, 2010) .60
8. 5
Asbabun-nuzul juga merupakan salah satu jalan yang baik dalam rangka membantu
serta memahami setiap konteks turunnya suatu ayat, menjawab setiap kesamaran-kesamaran
ayat yang masih bersifat global. Serta, menafsirkan ayat yang masih samar dari segi
penafsirannya.
Urgensi Mempelajari Asbab An-Nuzul yaitu mempelajari dan mengetahui asbab al-
nuzul merupakan kunci untuk dapat memahami ayat-ayat al-Qur’an dengan baik dan benar
terutama dalam upaya memahami ayat-ayat yang menyangkut masalah hukum, karena al-
Qur’an memang tidaklah diturunkan dalam suatu masyarakat yang hampa budaya.5
Diantara urgensi mempelajari asbab an-nuzul adalah:
a. Mengatasi keraguan ayat yang mengandung pengertian umum.
Seperti dalam surat Al-An'am [6] ayat 145 dikatakan:
ِ
ْريزْنخ ِ
َمْحَل ْ
وَاأًح ْوفْسَّم اًمَد ْوَأ ِْنَأ َّ
َّلإ
ِ
َِن ْوكَي ِۤ
و ِ
همَعطَي ِ
ًماعَط ِٰ
ىَلَعاًم َّرَحم َِّىَلإ
َِىوحآأَم ىفدجَأ َّ
َّل ِْلق
6
﴾۱٤٥﴿ ِ
ٌمْيحَّرٌر ْوَفغ ََِّكب َر َِّنٍإًفٍداَع َ
َل َو ِ
ٍاغَب َْريَغَّرْطضٱ ِ
نَمَف ج ِ
هب ِٰ
ٱّللْريَغل َِّلهأ
اًقْسف ْوَأ ٌِسْجر و ِ
هَّنإَف
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu
kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.”(QS. Al-an'am: 145)7
b. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-Qur’an.
Contoh Takhshish Al-Qur'an dengan Al-Qur'an : dalam firman Allah SWT :
5
Muchotob Hamzah,Studi Al-Qur’an Komprehensif,(Yogyakarta:Gema media,2003),132-133
6
Departemen Agama RI. Al-Qur’an. Q. S. Al-An’am[6]: 145
7
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Terjemahan. ( Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006). 576
9. 6
8
َِِّنهسفْنَاِبَنْصَّب َرَتَيِتٰقَّلَطمْال َو
ء ْۤورِقَةَثٰلَث
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’
dimasa{suci/haid}'” [QS. al-Baqoroh [2]: 228]
Dikhususkan dengan firman Allah Ta'ala :
َِمَفَِّنه ْوُّسَمَتِْنَاِْلبَقِْنِمَّنه ْومتْقَّلَطَِّمِثتٰنمْؤمِْالمتْحَكَنِاَذاِا ْۤونَمِٰاَْنيذَّاِالَهُّيَاآٰي
ا
ِ
ِْمكَل
9
﴾٢٢٨﴿ِآَهَن ُّْودَتْعَتٍِةَّدِعْنِمَّنْهيَلَع
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuanperempuan yang
beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-
sekali tidak wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya.”
[QS. al-Ahzab[33] : 49]10
c. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu
ke dalam hati yang mendengarkannya. Sebab hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum,
peristiwa dan pelaku,masa dan tempat merupakan satu jalinan yang mengikat hati.
Dalam hal ini, Mengetahui asbabun-nuzul itu besar sekali manfaatnya bagi siapa saja
yang hendak menafsirkan ayat-ayat Alqur'an. Karena, ilmu ini dapat membantu seseorang
untuk bisa memahami ayat-ayat Alqur'an dengan benar dan sekaligus dapat menghindarkan
dari salah pemahaman dan pengertian didalamnya. Asbabun-nuzul juga mempunyai arti
penting dalam menafsirkan Alqur'an, apabila seseorang tidak mencapai suatu pengertian
penting dalam Al-Qur'an dengan baik.
Sebab turunnya juga dapat menerangkan tentang siapa ayat itu diturunkan sehingga
ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan
perselisihan tidak mungkin mengetahui tafsir ayat,tanpa mengetahui kisah nya dan
keterangan turunnya.
C. Cara mengetahui Asbabun Nuzul
8
Departement Agama RI.Al-Qur’an,Q.S.Al-Baqoroh[2]:228
9
Departemen Agama RI. Al-Qur’an. Q. S. Al-Ahzab[33]: 49
10
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Terjemahan. ( Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006). 1098
10. 7
Asbab An-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Oleh
karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya, selain berdasarkan periwayatan
pentransmisian yang benar naql ash-shalih dari orang-orang yang melihat dan mendengar
langsung tentang turunnya ayat Al-Quran.
Dengan demikian, seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan kehati- hatian
dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan asbab An-Nuzul untuk itu, dalam kitab
Asbab An-Nuzulnya, Al-Wahidy menyatakan:“Pembicaraan asbab an-nuzul, tidak
dibenarkan, kecuali dengan berdasarkan riwayat dan mendengar dari mereka yang secara
langsung menyaksikan peristiwa nuzul, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya.” Para
ulama salaf sangat keras dan ketat dalam menerima berbagai riwayat yang berkaitan dengan
asbab an-Nuzul.
Keketatan mereka itu dititik beratkan pada seleksi pribadi si pembawa riwayat para rawi,
sumber riwayat isnad dan redaksi berita matan. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa sikap
kekritisan mereka tidak dikenakan terhadap materi Asbab An-Nuzul yang diriwayatkan oleh
sahabat Nabi.
Mereka berasumsi bahwa apa yang dikatakan sahabat nabi, yang tidak masuk dalam
lapangan penukilan dan pendengaran, dapat dipastikan ia mendengar ijtihadnya
sendiri.Dalam hal ini Ibnu Sirin berkata “ Aku bertanya kepada ‘Ubaidah tentang satu ayat
dari al-Qur’an, maka beliau berkata “ Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan
perkataan yang benar, orang-orang yang mengetahui dalam hal apa ayat-ayat al-Qur’an
diturunkan Allah telah pada meninggal “, Maksudnya bahwa memahami asbab an-nuzul tidak
bisa semata-mata dengan logika, tetapi hanya dengan mengetahui riwayat yang dapat
dipertanggungjawabkan validitasnya. Disini kita juga menangkap sikap kehati-hatian
generasi salaf dalam menerima rawayat hadist, hususnya yang berkaitan dengan asbab an-
nuzul, agar terhindar dari riwayat yang palsu. Cara mengetahui Asbab an-nuzul melalui
periwayatan yang sahih tersebut terkadang dapat dilihat dai ungkapan perawi yang
mengatakan, “sabab nuzul al-ayah kadza” sebab turunnya ayat demikian.
Ada kalanya asbab an-nuzul tidak diungkap dengan kata sabab sebab, tetapi diungkapkan
dengan kalimat “fa nazalat” lalu turun ayat. Misalnya perawi mengatakan “su’ila an-nabiy
11. 8
salla Allah ‘alaihi wa sallam ‘an kadza, fa nazalat…..Nabi S.AW ditanya tentang suatu hal,
lalu turun ayat…”.11
Selain itu, terkadang perawi mengungkapkan asbab an-nuzul dengan pernyataan,
“nuzilat hazihil ayah fi kadza ayat ini diturunkan dengan kasus demikian, Menurut jumhur
ulama tafsir, apabila ungkapan perawi demikian, maka itu merupakan peryataan yang tegas
dan dapat diprcaya sebagai asbab an-nuzul satu atau beberapa ayat al-Qur’an.
Akan tetapi Ibnu Taymiyah, fakih dan mufassir Mazhab Hambali, berpendapat bahwa
ungkapan “nuzilat hadzihi ayah fi kadza” terkadang menyatakan sebab turunya ayat, namun
terkadang juga menunjukkan kandungan ayat yang diturunkan tanpaasbab an-nuzul. Yang
mempunyai otoritas untuk mengungkapkan asbab nuzul ayat-ayat Al-Quran adalah para
sahabat Nabi, karena merekalah yang menyaksikan turunnya ayat-ayat Al-Quran tersebut.
Dengan demikian, pelacakan asbab nuzul harus diakukan dengan mencari dan
mempelajari perkataan-perkataan sahabat yang mengungkapkan proses turunnya ayat-ayat
Al-Quran itu,atau riwayat-riwayat yang bermuara minimal para sahabat. Kalau perkataan
sahabat tersebut juga mengungkapkan tentang perkataan atau perbuatan Rasulullah yang
berhubungan dengan turunnya ayat-ayat Al-Quran, maka kedudukannya menjadi hadis marfu,
dan sangat berpeluang untuk memperoleh kualitas hadis sahih. Tetapi, kalau perkataan
mereka itu, tidak menyinggung sedikitpun tentang Rasulullah, maka hadisnya menjadi
mauquf.
Oleh sebab itu, wajar kalau para sarjana ilmu Al-quran, kemudian menyimpulkan bahwa
hadis-hadis tentang asbab nuzul itu, pada umumnya lemah karena tidak sampai pada
Rasulullah. Akan tetapi hadis-hadis tentang asbab nuzul tidak menyangkut tentang ajaran
keagamaan, tetapi sekedar mengemukakan tentang latar belakang, atau berbagai peristiwa
yang mengiringi turunnya ayat. Oleh sebab itu, kendati lemah, hadis-hadis tersebut dapat
digunakan, sebagai bahan referensi untuk memahami pesan-pesan ayat Al-Quran.
Cara-cara melihat ungkapan asbab nuzul, secara umum disimpulkan oleh para ulama ada
empat yaitu:
a. Diungkapkan dengan kata-kata sebab
b. Diungkapkan dengan kata fa maka
11
Baqir Hakim. Ulumul Qur’an.( Jakarta: Al-Huda, 2006). 74
12. 9
c. Diungkapkan dengan kata nuzuli fi ...
d. Tidak diungkapkan dengan simbol-simbol kata di atas,tetapi alur ceritanya
menunjukkan sebagai ungkapan asbab nuzul.
Salah satu cara untuk mengetahui asbabun nuzul yaitu dengan mengetahui ayat-ayat
yang pada umumnya yang bersifat adanya sebab, dan turunnya sangat jarang atau pun sedikit
sekali ayat-ayat hukum yang turun tanpa sebab. Dalam hal ini pula kita juga harus
mengetahui secara periwayatannya, mendengar dari generasi yang serta menyaksikan
langsung turunnya Al Qur’an agar bisa mengetahui asbabun nuzul nya dengan jelas dan juga
dapat menjelaskan isi serta hal-hal yang di maksud didalam setiap ayat-ayat yang turun
dengan didahului oleh adanya suatu sebab.
Pedoman dasar para ‘Ulama’ dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang
berasal dari Rasulullah Saw, atau dari sahabat.Maka sebab itu pemberitahuan dari seorang
sahabat mengenai hal seperti ini bila jelas, maka hal itu bukan sekedar pendapat (ra’yi), tetapi
ia mempunyai hukum marfu’ (berdasarkan Rasulullah SAW).12
Contoh Asbab nuzul disini yaitu keadaan yang berupa perselisihan adalah peristiwa
perselisihan atau permusuhan yang terjadi antara kalangan sekelompok orang dari Kabilah
Aus dengan beberapa orang dari Kabilah khazraj, yang dipicu oleh provokasi yang dilakukan
orang Yahudi, sehingga mereka semua mengucapkan kata-kata “perang! Perang!”. Kemudian
turunlah ayat yang berkaitan dengan peristiwa ini,
ِْونَمِٰاَْنيذَّاِالَهُّيَاي
ِ
ٓ
ِ
َبِْمك ُّْودرَيَِبٰتكْواِالت ْوِاَْنيذَِّالَناِمًقْيرَفِا ْوْعيطِتْناِا
ِ
ِاَدْع
ِْمكانَمْي
13
﴾۱٠٠﴿ َِِْنيرفِٰك
“Hai orang orang yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi
Al-Kitab, niscaya mereka akan mengebalikankamu menjadi orang kafir setelah kamu
beriman”. (Q.S. Ali Imran [3]: 100)14
Dalam hal ini juga telah ALLAH Swt firmakan dalam Alqur’an surah Al-kahfi
12
M. Baqir Hakim. Ulumul Qur’an. ( Jakarta: Al-Huda, 2006). 40
13
Departemet Agama RI. Al-Qur’an. Q. S. Al-Imran[4]: 100
14
Departement Agama RI. Qur’an Terjemahan Al-.Q.S.Al-Imran[4]:100
13. 10
ِْنَأ ىَسَع ِْلق َو َِْتيَسناَذإ ََِّكب َر ْركْذا َو َِّ
ّللا ِ
َءَاشَي ِْنَأ َّ
َلإ
ِ {٢٣}ِ ًادَغ َِكلَذ ٌِلاعَف
ينإٍءْيَشلَِّنَلوقَت َ
َل َو
15
{٢٤} ًادَش َارَذَه ِْنم َِب َرْقَِل يب َر ِ
نَيدْهَي
“Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu'sesungguhnhya aku
akan mengerjakannya besok pagi, kecuali (dengan menyebut ) 'insyaallah' Dan ingatlah
kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah' mudah mudahan Tuhanku akan memberiku
petunjuk kepada yang lebih baik kebenarannya dari pada ini'"(Q.S. Al- Kahfi [18] : 23-24)16
D.Macam- macam Asbabun Nuzul
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun sebab an-nuzul dibagi menjadi dua yaitu:
a. Ta’addud Asbab Al-Nazil (Sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan yang
terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu) dan Ta’addud Al-Nazil
Asbab Wahid (ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang
turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu). Sebab turunnya ayat itu disebut
Ta’addud bila ditemukan dua riwayat yang berbeda atau lebih tentang sebab turun
suatu ayat atau sekelompok ayat tertentu. Dan sebaliknya, sebab turunnya.
Ayat itu ketika disebut wahid atau tunggal bila riwayatnya hanya satu. Suatu ayat atau
sekelompok ayat yang turun disebutTa’addud Al-Nazil, bila inti persoalan yang
terkandung dalam ayat yang turun sehubungan dengan sebab tertentu lebih dari satu
persoalan.
b. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahidsatu sebab yang melatarbelakangi turunnya
beberapa ayat.
Contoh: Q.S. Ad-Dukhan [44]: 10, 15 dan 1617
[۱٠] ٍِْنيبُّم ٍَِانخدب ِ
آءَمَّسال ىتْأَت ِ
َم ْوَي ِْبقَت ْٱرَف
15
Departement Agama RI.Al-Qur’an. Q. S. Al Kahf [18] 23-24
16
Departement Agama RI.AL-Qur’an Terjemahan.Q,s.Al Kahf[18]23-24
17
Al-Qur’an Terjemahan. Departemen Agama RI. Jakarta: CV. Pustaka Agung Harpan
14. 11
“maka tunggulah hari langit membawa kabut yang nyata,”
[۱٥] َِن ْودٕىآَع ِْمكَّنإ ًِ
ْليلَق
ِ
ٓ ِ
ابَذَعْٱل ِ
ْاوفاشَكاَّنإ
“sesungguhnya( kalau)kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit sesungguhnya
kamu akan kembali(ingkar)”.
[۱٦] َِن ْومقَتْنامَّنإ ى َْربكْٱل
ِ
ٓ ِ
َةَشْطبْٱل ِ
شْطبَن ِ
َم ْوَي
“(ingatlah)hari (ketika)kami menghantam yang keras.sesungguhnya kami memberi
alasan.
E. Kaidah Al Ibrah Asbabun Nuzul
Menurut Istilah Al –Ibratu Bi umumi Lafdzi la Bikhususi Sabab
ِ
ِالص ْوصِاللفظَِلِبخٍم ْوَعمٍبِة َرَبٍعلَأ
ِ
ببَبَس
ِ merupakan kaedah tafsir yang digunakan
dalam konteks pemahaman mengenai ayat-ayat dikenal luas kaidah yang maksudnya
adalah patokan dalam memahami makna ayat ialah Lafazhnya yang bersifat umum, bukan
sebabnya.
Kaedah di atas menjadikan ayat tidak terbatas berlaku terhadap pelaku, tetapi berlaku
terhadap siapapun itu selama redaksi yang digunakan ayat bersifat umum. Untuk itu perlu
digaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan Khususu as-Sabab adalah sang pelaku saja,
sedang yang dimaksud dengan redaksinya bersifat umum harus dikaitkan dengan peristiwa
yang terjadi, bukannya terlepas dari peristiwanya.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami jika terdapat ayat turun karena sebab yang
khusus, sedangkan lafat yang terdapat dalam ayat tersebut bersifat umum, maka hukum
yang diambil adalah mengacu pada keumuman lafat bukan pada kekhususan sebab. Atau
dengan kata lain bahwa dalil al-Qur’an yang menjadi acuan hukum adalah bukan
mengacu pada kekhususan sebab atau kejadian yang menjadi penyebab diturunkannya ayat
itu tetapi mengacu pada keumuman lafazh ayat tersebut. Hal itu disebabkan karena
kejadian yang menjadi penyebab diturunkannya ayat itu hanyalah sekedar isyarat (petujuk)
saja bukan sebuah kekhususan
15. 12
Adapun contoh dari kaedah diatas diantaranya: ayat tentang saling mengutuk (li’an)
yang menjadi acuan hukum syar’i yang bersifat umum bagi setiap suami yang menuduh
istrinya telah berkhianat meskipun sebanarnya ayat tersebut turun untuk menjelaskan
kejadian yang khusus yaitu kejadian Hilal Bin Umayyah.
َِْنيذَّال َو
ِ
ْلَجَِْنين ٰمَثِْمه ْودلْاجَفَِءۤاَدَهِشةَعَب ْرَااِب ْوتْأَيِْمَلَِّمِثتٰنَصْحمِْالَن ْوم ْرَي
ِ َ
َل َِّوًةَد
ِ18
)٤(ن ْوقسٰفِْالمِهَكِٕى
ٰۤولا َوِِ
ًٓادَبَاًِةَداَهَشِْمهَلِا ْولَبْقَت
“Dan orang orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik (berzina) dan mereka
tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan
puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan
mereka Itulah orang-orang yang fasik.”(QS.An-Nur [24]: 4)19
Dan juga di ayat setelahnya dijelaskan juga yang bunyinya:
َِّ
َلِاءۤاَدَهِشْمهَِّلْنكَيِْمَل َِوْمهَجا َو ْزَاَِن ْوم ْرَيَِْنيذَّال َو
ِ
ٓ
ِ
ِعَب ْرَاِْمهدَحَاِةَداَهَشَفِْمهسفْنَا
20
ِ)٦(ْنيقدٰصالَِِنمَلِهَّنِا
ِٓ ٰ
اّللِِب
ٍِٓتٰد َٰهش
"Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai
saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka kesaksian masing-masing orang itu ialah empat
kali bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya dia termasuk orang yang
berkata benar.(QS.An-Nur [24]: 6)21
Maksud dari wanita-wanita yang baik-baik adalah wanita-wanita yang baik disini adalah
wanita-wanita yang Suci, akil balig dan muslimah.
Dalam Shahih Al-Bukhari dari hadits Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma
ِ
ْبَِل َ
لِهَّنَأ
ِ
ن
ِ
ِ
َقَِةَّيَمأ
ِ
َذ
َِف
ِ
َِصِيبَّنِالَدْنِعهتَأ َرْما
ِ
َّل
ِ
ىِللا
ِ
ِ
َع
ِ
َل
ِ
ْي
ِ
ه
ِ
َِو
ِ
َس
ِ
َّل
ِ
َم
ِ
ِ
ب
ِ
َش
ِ
ر
ِ
ْي
ِ
ك
ِ
ِ
ْب
ِ
ن
ِ
ِ
س
َِح
َِم
ِ
اء
ِ
ِ
َف
ِ
َق
َِلا
ِ
ِ
َّنال
ِ
ب
ِ
ي
ِ
َِص
ِ
َّل
ِ
ىِللا
ِ
ِ
َع
ِ
َل
ِ
ْي
ِ
ه
ِ
َِو
ِ
َس
ِ
َّل
ِ
َم
ِ
ِ
َبِال:
ِ
ي
َن
ِ
ة
ِ
ِ
َأ
ِْو
ِ
َِح
ِ
َّد
ِ
ِ
ف
ِ
َظِي
ِْه
ِ
ر
َِك
ِ
ِ
َفِ،
ِ
َق
َِلا
ِ
ِ
ه
َِ
ل
َِل
َِِو:
ِ
َّال
ِ
ذ
ِي
ِ
َب
ِ
َع
ِ
َث
َِك
ِ
ِ
ب
ِ
ْال
َِح
ِ
ق
ِ
ِ
إ
ِ
ن
ِ
َلِي
َِص
ِ
اد
ِ
ق
ِ
ِ
َف
ِ
ْل
ِ
َي
ِ
ْن
ِ
ز
ِ
َل
َِّن
ِ
ِ
للا
ِ
َِم
ِ
اِي
ِ
َب
ِ
ر
ِ
ء
ِ
ِ
َظ
ِْه
ِ
ر
ِ
يِم
َِن
ِ
َِحال
ِ
د
ِ
ِ
لِج ََزنَفِ،
ِ
ب
ِ
ْير
ِ
ل
ِ
ِ،
18
Departement Agama RI. Al-Qur’an. Q. S. Al-Nur[24]: 4
19
Departement Agama RI. Al-Qur’an Terjemahan. ( Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006). 987
20
Departement Agama RI. Al-Qur’an. Q. S. Al-Nur[24]: 6
21
Departement Agama RI. Al-Qur’an Terjemahan. ( Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006). 988
16. 13
َِو
ِ
َأ
ِ
ْن
َِز
َِل
ِ
ِ
َع
ِ
َل
ِ
ْي
ِ
ه
ِ
:)(النورْمهَجا َو ْزَِأَونم ْرَيَِينذَّال َِ(و:
6
ِ
:
ِ
َةاَّلي
ِ
َفِ)
ِ
َق
َِر
ِ
َأ
ِ
َِح
َِانَكِْنتىِبلغِ(إ
َِنم
:)(النورَينقادَّصال
6
ِ
:
اَّلية
)
" Bahwasanya Hilal bin 'Umayyah menuduh istrinya berzina dengan syarik dan sahmaah'
maka nabi Muhammad Saw berkata : Alِbayyinah (hendaklah kamu mendatangkan bukti)
atau kamu akan di rajam' maka Hilal berkata ' Demi dzat yang mengutusmu dengan
kebenaran, sungguh aku benar. Semoga Allah menurunkan ayat yang dapat membebaskan
punggungku dari hukuman (hadd)’.Kemudian Jibril turun dan membawa wahyu kepada
beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam : ”Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina)”.
Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam membaca hingga sampai kepada ayat : ”Jika suaminya
itu termasuk orang-orang yang benar”[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 2671].
Jadi, ayat ini turun dengan sebab tuduhan Hilal bin Umayah kepada istrinya. Akan
tetapi kandungan hukumnya berlaku umum, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.
Hal ini berdasarkan dalil yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari hadits Sahl bin Sa’ad
radliyallaahu ‘anhu bahwa ‘Uwaimir Al-‘Ajlaani datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam, kemudian dia berkata : “Wahai Rasulullah, seorang laki-laki mendapati istrinya
bersama laki-laki lain. Apakah dia membunuhnya (laki-laki yang bersama istrinya tersebut)
maka kalian semua akan membunuhnya, atau apa yang harus dia lakukan?”. Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Allah telah menurunkan Al-Qur’an tentangmu
dan tentang istrimu”. Maka Rasulullah SAW memerintahkan atas keduanya dengan
mula’anah (melaknat) sesuai dengan apa yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya. Maka
dia me-li’an istrinya (Al-Hadits).22
Oleh sebab itu Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjadikan hukum dalam ayat-ayat
ini mencakup masalah Hilal bin ‘Umayyah dan juga bagi yang lainnya. Sebagai contoh
juga riwayat yang menyatakan bahwa firman Allah dalam QS. al-Ma’idah [5]: 33;
هَل ْوس َر َِوَ ٰ
ِّللاَن ْوبارَحِيَْنيذَّاِالؤ ٰۤ
زَجِاَمَّنا
ِ
ٓ
ِ
َّتَقُّيِ ْنَاًِاداَسَفِض ْرَ ْ
ىِاَلِفَن ْوَعْسَي َو
ِْۤول
ِ ْوَا
ِْۤوبَّلَصي
ِ
ِْمْهيْديَاَِعَّطَقِت ْوَا
ِ
ِ
ض ْرَ ْ
ِاَلَناِم ْوَفْني ْوَاٍِف َ
لِخْنِمْمهلج ْرَا َو
ِ
ٓ
ِ
ِْزِخْمهَلَِكلٰذ
ٌِي
23
﴾٣٣﴿ِِ
ٌمْيظَعٌِابَذَعِة َرخٰ ْ
ىِاَلِفْمهَل َاِوَيْنُّدىِالف
22
Quraish shihab,kaidah Tafsir,235
23
Departement Agama RI. Al-Qur’an. Q. S. Al-Maidah[5]: 33
17. 14
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya
dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong
tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempatِnya). Yang
demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh
siksaan yang besar"(Q.S. al-Ma'idah [5]:33)24
Tidak lain balasan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya serta melakukan
perusakan di bumi, kecuali mereka dibunuh tanpa ampun, atau disalib, atau dipotong
tangan dan kaki mereka bersilang atau diasingkan dari bumi (tempat tinggalnya).
Salah satu riwayat menyatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan hukuman
diterapkan oleh beberapa Sahabat Nabi Saw. dalam kasus suku al-Urainiyin. Imam
bukhari meriwayatkan bahwa seeklompok suku ‘Ukal dan Urainah datang menemui Nabi
SAW. setelah menyatak keisalmanan mereka. Mereka mengadu tentang kesulitannya
dalam kehidupan. Maka beliau memberi mereka unta agar mereka manfaatkan. dan
Ternyata di tengah jalan mereka membunuh pengembala unta itu, bahkan mereka
murtad.Setelah mendengar Rasulullah pun mengutus pasukan berkuda yang berhasil
menangkap sebelum tiba di perkampungan mereka. Pasukan itu memotong tangan dan
kaki mereka serta mencungkil mata dengan besi yang dipanaskan, hingga mereka
meninggal.
Jika kita memahami makna memerangi Allah dan Rasul-Nya dan melakukan
perusakan di bumi dalam pengertian umum, terlepas dari Sabab an-Nuzul, maka banyak
sekali kedurhakaan yang dapat dicakup oleh redaksi tersebut, Nah apakah kaedah diatas
mencakup semuanya ? Jawabannya: Tidak! Keumuman lafazh itu terikat dengan bentuk
peristiwa yang menjadi Sabab An-Nuzul sehingga, ayat ini hanya berbicara tentang sanksi
hukum bagi pelaku yang melakukan perampokan yang disebut oleh sebab di atas, yang
sekelompok orang dari dua suku Serta semua yang melakukan apa yang dilakukan oleh
rombongan kedua suku itu (perampokan).
Sementara ulama masa lampau tidak menerima kaedah tersebut. Dengan menyatakan
bahwa: ظْفَِّاللم ْوَعِب َ
َِلبَبَسِْالص ْوصخِبة َرَبعْال
ِِ Pemahaman ayat adalah berdasar
24
Departement Agama RI. Al-Qur’an Terjemahan. ( Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006).
987
18. 15
pada ” sebabnya” bukan redaksinya bersifat umum. Jadi, menurut mereka ayat di atas
hanya berlaku pada kedua suku ‘Ukail dan Urainah.
Para ulama membahas maksud kata yang bersifat umum, dalam ayat tu adalah
kalimat (yuharibuna Allah wa Rasulahu) memerangi Allah dan Rasul-Nya). Adapun Imam
Malik memahami ayat diatas dalam arti “ mengangkat senjata untuk merampas harta orang
lain yang pada dasarnya tidak ada permusuhan antara yang merampas dan yang dirampas
hartanya,” sebagaimana kasus di atas, baik perampasan tersebut terjadi di dalam kota
maupun di tempat terpencil. Dengan demikian Imam malik tidak sepenuhnya
mempertimbangkan tempat dan situasinya. ini berbeda dengan Imam Abu Hanifah yang
menilai bahwa perampasan tersebut terjadi di tempat terpencil, seperti halnya kasus turunnya
ayat ini, sehingga jika terjadi di kota atau tempat keramaian, maka ia tidak termasuk dalam
kategori.
Ringkasnya,bilamana Asbabun(sebab) nuzul suatu ayat itu banyak,maka terkadang
semuanya tidak tegas,terkadang pula semuanya tegas dan terkadang sebagian nya tidak tegas
sedang sebagian tegas dalam menunjukkan sebab.
Apabila semuanya tidak tegas dalam menunjukkan sebab,maka tidak ada salahnya
untuk membawanya kepada atau dipandang sebagai tafsirdan kandungan ayat.
Apabila sebagian tidak tegas dan sebagian lain tegas maka yang menjadi
pegangan adalah yang tegas
Apabila semuanya tegas,maka tidak tidak terepas dari kemungkinan bahwa salah
satu satunya shahih atau semuanya shahih Apabila salah satunya shahih
maka,yang shahih itulah yang menjadi pengangan.
Apabila semuanya shahih,maka dilakukan pentarjihan bila mungkin.
Bila tidak mungkin dengan pilihan demikian,maka dipadukanbila mungkin.
Bila tidak mungkin dipadukan,maka dipandanglah ayat itu diturunkan beberapa
kali dan berulang-ulang.25
kekuatan kaedah pertama karena:
25
Manna’khalil al Qattan,Mabahis fi Ulumil Qur’an(Bogor:Pustaka Litera AntarNusa,2013).131
19. 16
1. Jumhur ulama berpendapat: bahwa yang menjadi pegangan adalah lafal yang umum
dan bukan sebab yang khusus, sehingga hukum/pelajaran yang diambil adalah umum
berlaku pada semua orang.Misalnya : ayat Li’an (prosesi sumpah antara suami istri
untuk menolak dari tuduhan zina) yang turun mengenai tuduhan Hilal bin Umaah
kepada isterinya.26
2. Inilah pendapat yang kuat dan paling sahih. Pendapat ini sesuai dengan keumuman
( universalitas ) hukum-hukum syariat. Dan ini pulalah jalan yang ditempuh para
sahabat dan para mujtahid umat ini. Mereka menerapkan hukum ayat tertentu kepada
peristiwa-peristiwa lain yang bukan merupakan sebab turunnya ayat-ayat tersebut.
Misalnya ayat zihar dalam kasus Aus bin Samit, atau Salamah bin Sakhr sesuai dengan
riwayat mengenai hal itu berbeda- beda. Berdalil dengan keumuman redaksi ayat-ayat
yang diturunkan untuk sebab-sebab khusus sudah populer dikalangan ahlinya.
BAB III
PENUTUP
26 Quraiys Shihab, Kaidah Tafsir, 235
20. 17
A. Kesimpulan
1. Asbabun nuzul adalah suatu peristiwa turunnya Al-qur’an yang diberikan kepada Nabi
Muhammad .SAW yang terjadi digua hiro’yang bertujuan untuk memperbaiki
akhlak,ibadah,serta pergaulan ummat yang menyimpang dari kebenaran.Oleh karena itu hal
ini menjadi penjelas dalam sesuatu hal yang terlampir didalamnya. Al-Qur’an juga
diturunkan untuk menerangkan status (hukum)nya, dikala masa itu terjadi. Baik berupa
peristiwa maupun pertanyaan-pertanyaan yang terjadi pada saat itu juga. Mempelajari Ilmu
Asbabun nuzul ini yang sangat besar pengaruhnya dalam memahami makna ayat-ayat Al-
Qur’an yang mulia. Selain itu, dengan adanya asbabun nuzul dapat mempermudah dengan
adanya beberapa kaidah hukum yang belum jelas dalam Al-Qur’an sehingga mudah untuk
dipahami.
2. Pengurgensian Asbabun-Nuzul disini, sangatlah membantu para orientasi pemikiran
umat dimasa mendatang ,serta menjawab setiap kesamaran-kesamaran ayat yang
masih membutuhkan penafsiran yang terdapat didalamnya.mengetahui perbedaan
ayat-ayat Al-qur’an yang mengandung unsur hukum islam baik secara umum maupun
unsure kekhususan didalamnya.
3. Peristiwa nya terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Yang mana peristiwanya terjadi
pada tanggal 17 Romadhon, pemberitahuan nya berupa hukum yang turun tanpa sebab.
Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya, selain berdasarkan
periwayatan pentransmisian yang benar Naql Ash-Shahih,dan isi yang terkandung
didalamnya berupa aya-ayat yang didahui oleh adanya sebab-musabnya berserta
penjelasannya..
4. Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun sebab an-nuzul dibagi menjadi dua
yaitu:Ta’addud Asbab Al-Nazil (Sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan
yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu) dan Ta’addud Al-
Nazil Asbab Wahid (ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat
yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu). Peristiwa nya terjadi pada
zaman Rasulullah SAW. Yang mana peristiwanya terjadi pada tanggal 17 Romadhon,
pemberitahuan nya berupa hukum yang turun tanpa sebab. Oleh karena itu, tidak
boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya, selain berdasarkan periwayatan
pentransmisian yang benar Naql Ash-Shahih,dan isi yang terkandung didalamnya
berupa aya-ayat yang didahui oleh adanya sebab-musabab beserta penjelasannya.
21. 18
5. Kaidah Al ibrah itu ada dua, yang pertama ada kaidah yang bersifat umum dan yang
kedua itu sebaliknya. Kaidah Al ibrah yang berifat umum yaitu Al-Ibratu Bi umumil
Lafdzi la Bikhususil Sabab merupakan kadah tafsir yang digunakan dalam konteks
pemahaman mengenai ayat-ayat dikenal luas kaidah yang dimaksud adalah patokan
dalam memahami makna ayat ialah Lafadznya yang bersifat umum, bukan sebabnya.
Dan yang kedua itu kebalikannya yang pertama yaitu pamahamannya berdasar pada
sebabnya bukan redaksinya yang bersifat umum.
B. Saran
Dengan disusunnya ringkasan makalah Ulumul Qur’an tentang Asbabun
Nuzul ini, sejuta harapan bagi penulis pada segenap pembaca dapat mengetahui
berbagai kajian teori Ulumul Qur’an. Agar supaya pembaca dapat mengetahui lebih
jauh konteks Asbabun Nuzul secara spesifik dari segi pembahasan, mengkaji serta
mempelajari berbagai karya tulis yang dihasilkan dari berbagai relevansi.oleh
karenanya, hasil karya tulis dalam penulisan makalah ini, masih sangat jauh dari kata
sempurna. Sehingga, kritik dan saran sangatlah begitu kami harapkan untuk menjadi
kobaran api semangat bagi kami dalam menghasilkan karya tulis menjadi lebih baik
lagi dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Al Karim
22. 19
Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahan. Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan
Al-Hasni, Muhammad bin Alawi. 1999, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia.
Al Qattan, Manna' Khalil. 2013. Studi Ilmu-ilmu Al Qur'an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
Al Qhaththan, Syaikh Manna'. 2005. Mabahits Fii 'Ulumil Qur'an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Baqir Hakim, M. 2006. Ulumul Qur’an. Jakarta: Al-Huda
Hamzah, Muchotob. Studi al-Qur'an Komprehensif, Yogyakarta: Gema Media
Hasbi ash-Shiddieqiy, M. 1987, Ilmu-ilmu Al-Qu’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra
Hasbi,ash- Shiddieqiy M. 2002, Ilmu Al-Qur’an Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Shihab, Quraish.2004. Kaidah Tafsir.
Setiyawan, Andik. 2010, Tafsir, Mojokerto: Mutiara Ilmu.
Syadali, Ahmad. 2000, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia.