1. 1
TUGAS BUDAYA DALAM BISNIS
MOTIVASI, PERSEPSI DAN KEPERCAYAAN TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR (STUDI KASUS
PADA PT. YAMAHA MIO DI SEMARANG)
MANAJEMEN 1
ANGGOTA KELOMPOK 9 :
1. DIRA FEBRIANI(16101155310518)
2. HILDAYANA SAFITRI(16101155310379)
3. INTAN JUWITA (16101155310575)
4. RAHAYU SAKINA (16101155310535)
5. YULIA GUNAWAN (16101155310556)
DOSEN PEMBIMBING : SUSRIYANTI,SE, MM
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG
2019
2. 2
MOTIVASI, PERSEPSI DAN KEPERCAYAAN TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN SEPEDA MOTOR (STUDI KASUS PADA PT. YAMAHA MIO DI
SEMARANG)
PENDAHULUAN
Perkembangan jumlah penduduk yang pesat serta beragamnya aktivitas kerja setiap
orang memungkinkan segala aktivitas tersebut harus dilakukan secara cepat. Agar orang dapat
melakukan pekerjaan secara cepat, diantaranya perjalanan dari satu tempat ke tempat lain,
maka dibutuhkan sarana pendukung, seperti sarana transportasi. Transportasi merupakan alat
yang berguna untuk memindahkan barang atau orang dalam kuantitas tertentu, ke suatu tempat
tertentu, dalam jangka waktu tertentu (Tjiptono,2008:204).
Sepeda motor merupakan salah satu sarana transportasi yang saat ini diminati
oleh sebagian besar masyarakat karena harganya relatif murah, penggunaan bahan
bakarnya rendah serta biaya operasionalnya juga sangat rendah (Kasriani,2011).
Indonesia merupakan pasar kendaraan roda dua terbesar ke 3 di dunia, dan pangsa pasar
terbesar adalah motor berkapasitas mesin kecil dengan model bebek (underbone) sesuai
karakter khas Asia Tenggara. Saat ini, kecenderungan pasar sepeda motor dunia untuk sepeda
motor berkapasitas mesin kecil adalah jenis skuter matic.
Keputusan pembelian merupakan keputusan yang diambil individu karena
stimuli (rangsangan), baik yang berasal dari luar individu maupun hal-hal yang ada pada
individu sendiri (Suryani,2013:11). Keputusan konsumen untuk memodifikasi,
menunda atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang
terpikirkan. Besarnya resiko yang dipikirkan berbeda-beda menurut besarnya uang yang
dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercayaan diri
konsumen (Kotler dan Keler,2009:242). Adanya pembelian yang tidak dapat diprediksi
menunjukkan bahwa perilaku konsumen terhadap produk selalu berubah-ubah. Perilaku
konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir, perorangan dan rumah tangga yang
membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Semua konsumen akhir ini bergabung
membentuk pasar konsumen (Kotler dan Amstrong,2008:158). Memahami perilaku konsumen
dan mengenal konsumen bukan masalah yang sederhana. Boleh jadi konsumen menyatakan
kebutuhan dan keinginan mereka namun bertindak sebaliknya. Para konsumen tersebut tidak
memahami motivasi mereka yang lebih dalam. Mereka mungkin menanggapi pengaruh yang
3. 3
mengubah pikiran mereka pada menit-menit terakhir. Titik tolak untuk memahami perilaku
pembeli (konsumen) adalah rangsangan-rangsangan yang diperlihatkan (Kotler dan Amstrong,
2008:158).
Matriks SWOT ini merupakan alat formulasi pengambilan keputusan untuk
menentukan strategi yang ditempuh berdasarkan logika untuk memaksimalkan kekuatan dan
peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman perusahaan.
Tahapan dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut :
1. Menyusun daftar peluang dan ancaman eksternal perusahaan serta perusahaan serta
kekuatan dan kelemahan internal perusahaan.
2. Menyusun strategi SO (Strength Opportunity) dengan cara mencocokkan kekuatan-
kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal.
3. Menyusun strategi WO (Weakness-Opportunity) dengan cara mencocokkan
kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal.
4. Menyusun strategi ST (Strength Threat) dengan cara mencocokkan kekuatan-
kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal.
5. Menyusun strategi WT (Weakness Threat) dengan cara mencocokkan kelemahan-
kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal.
4. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian adalah keputusan pembeli tentang merek mana yang dibeli
(Kotler dan Amstrong,2008:181). Definisi lain keputusan pembelian adalah seleksi terhadap
dua pilihan alternatif atau lebih konsumen pada pembelian (Schiffman dan Kanuk,2008:485).
Menurut Kotler dan Keler (2009:188), keputusan pembelian adalah keputusan konsumen
mengenai preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan, sedangkan
menurut Daryanto (2013:241), keputusan pembelian adalah keputusan yang dibuat individu
untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu
barang. Sedangkan Suryani (2013:11), mendeskripsikan keputusan pembelian adalah
keputusan yang diambil individu karena stimuli (rangsangan), baik yang berasal dari luar
individu maupun hal-hal yang ada pada individu sendiri.
Proses psikologis dasar memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana
konsumen benar-benar membuat keputusan pembelian mereka. Perusahaan yang cerdas
berusaha untuk memahami proses keputusan pembelian konsumen secara penuh, semua
pengalaman mereka dalam pembelajaran, memilih, menggunakan dan bahkan menyingkirkan
produk (Kotler dan Keller, 2009:184). Tindakan konsumen setelah menerima pengaruh adalah
bagaimana mereka sampai pada keputusan membeli atau menolak produk. Orang yang
mengambil keputusan harus mempunyai satu pilihan dari beberapa alternatif yang ada. Bila
seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli atau tidak membeli, dan kemudian
memilih membeli, maka konsumen ada dalam posisi membuat suatu keputusan. Semua orang
mengambil keputusan setiap hari dalam hidupnya. Hanya saja keputusan yang diambil kadang-
kadang tanpa mereka sadari (Prasetijo dan Ihalauw,2005:226). Konsumen yang ingin
mengambil keputusan, harus melakukan pemecahan masalah. Masalah itu timbul dari
kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan itu dengan konsumsi
produk atau jasa yang sesuai (Prasetijo dan Ihalauw,2005:226).
5. 5
Motivasi
Motivasi adalah tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka
untuk bertindak (Schiffman dan Kanuk,2008:72). Tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh
keadaan tertekan yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu secara
sadar maupun tanpa sadar berjuang untuk mengurangi ketegangan ini melalui perilaku yang
diharapkan akan memenuhi kebutuhan, sehingga akan membebaskannya dari tekanan yang
dirasakan (Schiffman dan Kanuk,2008:72). Konsep lain motivasi adalah kebutuhan dengan
tekanan kuat yang mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas kepuasan tersebut
(Kotler dan Amstrong,2008:172). Menurut Kotler dan Keller (2009:178), motivasi adalah
kebutuhan yang meningkat sampai tingkat intensitas yang cukup tinggi sehingga mendorong
untuk bertindak dalam mengejar tujuan. Menurut Daryanto (2013:34), motivasi adalah suatu
kebutuhan yang cukup untuk mendorong seseorang untuk bertindak. Juga menurut Suryani
(2013:22), motivasi adalah proses timbulnya dorongan, sehingga konsumen tergerak membeli
suatu produk.
Kebutuhan manusia (konsumen) merupakan dasar bagi semua pemasaran modern.
Kebutuhan merupakan intisari dari konsep pemasaran. Kunci bagi kelangsungan hidup
perusahaan, kemampuan untuk memperoleh laba, dan bertumbuh dalam lingkungan
pemasaran yang sangat kompetitif adalah kemampuan untuk mengenali dan memuaskan
kebutuhan yang belum terpenuhi secara lebih baik dan lebih awal daripada para pesaingnya
(Schiffman dan Kanuk,2008:71). Proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan, keinginan
maupun harapan yang tidak tepenuhi yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat
tertentu, ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong individu melakukan
suatu perilaku tertentu guna memenuhi kebutuhan, keinginan dan hasrat tersebut. Di dalam
melakukan upaya memenuhi kebutuhan ini sangat dimungkinan terjadi perbedaan antara
konsumen yang satu dengan konsumen yang lain, meskipun sebenarnya memiliki kebutuhan
dan keinginan yang sama (Suryani,2013:22).
6. 6
Persepsi
Persepsi adalah proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan
menafsirkan stimuli (rangsangan) ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal
mengenai dunia (Schiffman dan Kanuk,2008:137). Definisi lain persepsi adalah proses dimana
orang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran
dunia yang berarti (Kotler dan Amstrong, 2008:174). Menurut Kotler dan Keller (2009:179),
persepsi adalah proses memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk
menciptakan gambaran dunia yang berarti.
Proses persepsi diawali oleh stimuli (rangsangan) yang mengenai indera konsumen.
Stimuli yang merupakan segala sesuatu yang mengenai indra dan menimbulkan persepsi bisa
bermacam-macam bentuknya, misalnya segala sesuatu yang bisa dicium, segala sesuatu yang
bisa dilihat, segala sesuatu yang bisa didengar, dan segala sesuatu yang bisa diraba. Stimuli ini
akan mengenai organ yang disebut sebagai sensory receptor (organ manusia yang menerima
input stimuli atau indera).
Kepercayaan
Kepercayaan adalah pikiran seseorang terhadap sesuatu yang disebabkan oleh
pengetahuan nyata atau opini (Ginting,2012:45). Konsep lain kepercayaan adalah keyakinan
bahwa seseorang akan menemukan apa yang diinginkan pada mitra pertukaran
(Daryanto,2013:279). Menurut Peter dan Olson (2013:136), kepercayaan adalah keyakinan
seseorang terhadap nilai-nilai tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya.
Kepercayaan melibatkan kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu karena
keyakinan bahwa mitranya akan memberikan apa yang ia harapkan dan suatu harapan yang
umumnya dimiliki seseorang bahwa kata, janji atau pernyataan orang lain dapat dipercaya
(Daryanto,2013:279). Dari sudut pandang pemasaran, hal ini menyatakan bahwa
perkembangan kepercayaan dan khususnya keyakinan, seharusnya menjadi komponen
fundamental dari strategi pemasaran yang ditujukan untuk mengarah pada penciptaan
hubungan konsumen sejati. Konsumen harus mampu merasakan bahwa dia dapat
mengandalkan perusahaan, karena perusahaan dapat dipercaya. Akan tetapi, untuk
7. 7
membangun kepercayaan membutuhkan waktu lama dan hanya dapat berkembang setelah
pertemuan yang berulang kali dengan konsumen. Lebih penting, kepercayaan berkembang
setelah seorang individu mengambil risiko dalam berhubungan dengan mitranya. Hal ini
menunjukkan bahwa membangun hubungan yang dapat dipercaya akan lebih mungkin terjadi
dalam sektor industri tertentu terutama yang melibatkan pengambilan risiko oleh konsumen
dalam jangka pendek atau jangka panjang (Daryanto,2013:280).
8. 8
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan Matriks SOWT. Matriks SWOT ini
merupakan alat formulasi pengambilan keputusan untuk menentukan strategi yang ditempuh
berdasarkan logika untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman perusahaan. Tahapan dalam menyusun matriks
SWOT adalah sebagai berikut:
1. Menyusun daftar peluang dan ancaman eksternal perusahaan serta perusahaan serta
kekuatan dan kelemahan internal perusahaan.
2. Menyusun strategi SO (Strength Opportunity) dengan cara mencocokkan kekuatan-
kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal.
3. Menyusun strategi WO (Weakness-Opportunity) dengan cara mencocokkan
kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal.
4. Menyusun strategi ST (Strength Threat) dengan cara mencocokkan kekuatan-
kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal.
5. Menyusun strategi WT (Weakness Threat) dengan cara mencocokkan kelemahan-
kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal.
9. 9
Tabel 1
Faktor-faktor Internal kunci Yamaha Mio di Semarang
No. Faktor-faktor Internal Utama Skor
1. Strenght
1. Memiliki keunggulan dengan produk yang
memiliki akselerasiyang cepat
4
2. Memiliki brand management yang baik melalui
brand ambassador yang represantif terhadap
produknya
3
3. Memiliki costumer dan community management
melaui promosi yang intens dan intim
1
2. Weakness
1. Line yang terbatas, maka konsumen tidak
memiliki piihan yang variatif terhadap produk
motor Yamaha
2
2. Kapasitas produksi yang masih tergolong
terbatas sehingga masih sering inden
1
3. Jumlah bengkel yang resmi tidak seimbang
dengan jumlah unit sepeda motor yang terjual
2
4. Kurang unggul dalam psar kelas bawah / low
price market
2
10. 10
Tabel 2
Faktor-faktor Eksternal kunci Yamaha Mio di Semarang
No. Faktor faktor External Utama Skor
1. Opportunities
1. Perubahan gaya hidup konsumen. Motor matik emnjadi market
leader dan trend serter (market driven) 3
2. Perubahan teknologi 4
3. Populasi penduduk terbesar ketiga di Asia 1
4. Kenaikan tingkat permintaan kendaraan bermotor roda dua 3
5. Kenaikan kemacetan lalu lintas di kota kota besar 3
2. Threat
1. Keterbatasan Minyak Bahan bakar Indonesia dan Dunia 2
2. Persaingan Pasar sepeda motor nasional 4
3. Maraknya produk motor asal China yang masuk ke Indonesia 3
4. Kebijakan pemerintah mengenai pembatasab BBM bersubsidi (
premium) 2
5. Kebijakan pemerintah terhadap pengurangan jumlah kendaraan roda
dua untuk mengurangi kemacetan lalu lintas (meski masih sekedar
wacana) 1
11. 11
Tabel 3
Matriks SWOT
No Keterangan
1 S
1. Memiliki brand
management yang baik
melalui brand
ambassador yang
representatif terhadap
produknya
2. Memiliki consummer
dan community
management melalui
promosi yang intens
dan intim.
3. Menjalani strategi
vertical integration
operasi pembuatan suku
cadang, perakitan motor
dan pemasaran di
Indonesia.
W
1. Product line yang terbatas,
maka konsumen tidak memiliki
pilihan yang variatif terhadap
produk motor Yamaha.
2. Kapasitas produksi yang masih
tergolong terbatas sehingga
masih sering inden.
3. Jumlah bengkel resmi tidak
seimbang dengan jumlah unit
sepeda motor yang terjual.
4. Kurang unggul dalam pasar
kelas bawah low price market.
2 O
1. Perubahan gaya hidup
konsumen. Motor matik
menjadi market leader dan trend
setter (market driven).
2. Perubahan teknologi.
3. Populasi penduduk terbesar
ketiga di Asia.
4. Kenaikan tingkat permintaan
kendaraan motor beroda dua.
5. Kenaikan tingkat kemacetan
lalu lintas di kota-kota besar.
Strategi SO
1. Memperbaiki brand
management Yamaha
melalui brand
ambassadornya,
misalnya dengan
menjadikan artist yang
sedang booming
sekarang ini agar
permintaan produknya
semakin meningkat.
(S1:O4)
Strategi WO
1. Melihat perubahan gaya hidup
masyarakat yang selalu
berubah-ubah. Yamaha harus
bisa menciptakan produk-
produk yang lebih bervariatif
sesuai dengan gaya hidup
masyarakat.
(W1:O1)
T
1. Keterbatasan minyak bahan
bakar Indonesia.
2. Persaingan pasar sepeda
motor nasional.
3. Maraknya motor asalChina
yang masuk ke Indonesia.
4. Pemerintah membatasi
BBM bersubsidi (premium).
5. Kebijakan pemerintah
terhadap pengurangan
jumlah kendaraan roda dua.
Strategi ST
1. Menciptakan produk
yang lebih irit bahan
bakar karna
keterbatasanminyak
bahan bakar di
Indonesia dan Dunia.
(S4:T1)
Strategi WT
1. Yamaha juga dapat
memproduksi sepeda motor
dengan harga terjangkau
dengan desain yang menarik
pula agar menarik perhatian
kosumen.
(W1:T3)
12. 12
KESIMPULAN
Berdasarka analisis SWOT dan matriks space dapat diperoleh strategi yang tepat untuk
pengembangan PT. Yamaha Mio di Semarang adalah strategi agresif yaitu dengan
melaksanakan tindakan-tindakan agresif untuk merebut pasar dan mempertahankan keamanan
dan keselamatan pengguna dengan menambah fitur keamanan.
a. Agar dapat meningkatkan kepercayaan para konsumen maka Yamaha Mio perlu
mempertahankan keamanan dan keselamatan pengguna dengan menambah fitur
keamanan seperti tuas rem belakang dan pengaman standar samping. Persepsi yang
lebih baik dari para konsumen dapat diciptakan dengan menawarkan harga suku
cadang yang lebih bersaing seperti menawarkan suku cadang dengan berbagai kualitas
(KW) yang berbeda sehingga konsumen dapat memilih suku cadang yang sesuai
kebutuhan dan kemampuan untuk melakukan pembelian.
b. Agar dapat meningkatkan motivasi para konsumen maka Yamaha Mio lebih
meningkatkan kualitas produknya, yaitu menciptakan karakteristik produk yang kuat
dari segi body dan mesin untuk digunakan di berbagai kondisi jalan, dan juga lebih
memberi kenyamanan konsumen ketika dikendarai, yaitu mendesain posisi duduk dan
posisi pijakan kaki pembonceng yang lebih rendah sehingga memberi kenyamanan.
13. 13
DAFTAR PUSTAKA
Bilondatu, Machrani Rinandha. 2013. “Motivasi, Persepsi, Dan Kepercayaan Pengaruhnya
Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Sepeda Motor Yamaha Di
Minahasa”. Jurnal Ekonomi Manajemen Bisnis dan Akuntansi (EMBA). Vol. 1.
No. 3. September 2013. Hal. 710 – 720. Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado.
Daryanto. 2013. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Cetakan II. Januari 2013. PT. Sarana
Tutorial Nurani Sejahtera. Bandung.
Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 2000. Statistik Induktif. Edisi Keempat. Cetakan Kelima.
BPFE. Yogyakarta.
Fredereca, Bunga Geofanny dan Chairy. 2010. “Pengaruh Psikologi Konsumen Terhadap
Keputusan Pembelian Kembali Smartphone Blackberry”. Jurnal Manajemen Teori dan
Terapan. Tahun 3. No. 2. Agustus 2010. Hal. 128 – 143. Universitas Tarumanegara.
Jakarta.12
Saputra, Rico dan Hatane Semuel. 2013. “Analisa Pengaruh Motivasi, Persepsi, Sikap
Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Daihatsu Xenia di Sidoarjo”.
Jurnal Manajemen Pemasaran. Vol. 1. No. 1. Hal. 1 – 12. Universitas Kristen Petra.
Surabaya.
Paul, Peter, J. dan Jerry C. Olson. 2013. “Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran”.
Buku 1. Edisi 9. Salemba Empat. Jakarta.