Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
4. mnd025 modul- mnj. risiko - sesi 4 - 2020-2021
1. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
MND025 – MODUL – MANAJEMEN RISIKO - SESI 4
BAB - IV
JUDUL
PEMBELANJAAN RISIKO
Disusun oleh:
Dr. Yoyo Sudaryo, SE. MM. Ak. CA. ACPA
Dr. Anggono Raras Tirto Sakti, S.IP, MM
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
MEMBANGUN (STIE INABA)
2. BANDUNG 2020/2021
Tujuan Instruksional Umum
Setelah perkuliahan pertemuan pertama atau pendahuluan dari materi
Manajemen Risiko (MR) Diharapkan mahasiswa dapat mengenal pemasaran
adalah ilmu bisnis dan mampu mengimplementasikan (psychomotor) ilmu
bisnis tersebut.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah perkuliahan bagian pertama atau pendahuluan dari materi
Manajemen Risiko (MR), diharapkan para mahasiswa mampu :
1. Memahami Risk financing transfer (memindahkan risiko disertai dengan
pembiayaan)
2. Mengerti Risk retention (risiko ditangani sendiri oleh perusahaan yang
bersangkutan)
BAB - IV
PEMBELANJAAN RISIKO
Benarkah kebanyakan orang ingin menghindari risiko? Karena selalu
ingin aman dan hidup tentram, maka memang kebanyakan orang takut
menanggung risiko. Namun semua tahap kehidupan kita mengandung risiko.
Kemanapun kita mengelak atau lari dari risiko, maka disitupun kita akan
menemukan risiko yang lainnya. Risiko merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang yang mengatakan , bahwa tak
3. ada hidup tanpa risiko sebagaimana tak ada hidup tanpa maut. Jadi dengan
demikian setiap hari kita menghadapi risiko, baik sebagai perorangan,
maupun sebagai perusahaan. Orang berusaha melindungi diri tehadap risiko,
demikian pula badan usaha pun harus berusaha melindungi diri terhadap
risiko.
Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka
seharusnyalah itu dimanajemeni dengan sebaik-baiknya. Namun benarkah
para pengusaha Indonesia kurang memperhatikan manajemenn risiko?
Program Manajemen Risiko pertama-tama bertugas mengidentifikasikan
risiko-risiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya
risiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi atau
menangani risiko itu. Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk
memperkecil ataupun mengendalikannya.
Pembelanjaan Risiko (Risk Financing), merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan cara-cara pengadaan dana untuk memulihkan
kerugian, terdiri dari:
1. Risk financing transfer (memindahkan risiko disertai dengan
pembiayaan)
2. Risk retention (risiko ditangani sendiri oleh perusahaan yang
bersangkutan)
1. RISK FINANCING TRANSFER (memindahkan risiko disertai
dengan pembiayaan)
Pemindahan risiko dapat digolongkan dalam dua cara yaitu
pengendalian risiko dan risk financing. Pemindahan risiko melalui cara
pengendalian risiko, tidak memerlukan pengerahan dana karena
dijalankan dengan:
4. 1) Memindahkan harta atau kerugian yang bersangkutan kepada pihak lain
2) Memindahkan tanggung jawab kepada transferee dengan maksud
menghilangkan atau mengurangi tanggung jawab transferor terhadap
kerugian yang bersangkutan
3) Menganggap kerugian yang bersangkutan dipikul pihak lain.
1) KEGIATAN RISK FINANCING TRANSFER
Transfer risiko kepada perusahaan asuransi
a. Insurance Transfer
Insurance Transfer merupakan pemindahan risiko kepada perusahaan
asuransi. Asuransi adalah salah satu cara dalam menghadapi risiko, dengan
mentransfer risiko ke perusahaan asuransi, dengan membayar premi yang
jauh lebih kecil atau minim bila dibandingkan dengan risiko kerugian financial
bila terjadi musibah. Asuransi alah satu pilar utama dalam merencanakan
keuangan masa depan. Terdapat tiga aliran pemikiran mengenai asuransi.
Aliran pertama memandang asuransi merupakan hubungan tetanggung
dengan penanggung sebagai alat pemindah risiko. Aliran kedua mengabaikan
hubungan ini dan memandang asuransi sebagai teknik atau mekanisme
penaggungan. Sedangkan aliran ketiga menggabungkan kedua aliran
sebelumnya.
Asuransi meratakan beban kerugian dengan memakai dana-dana yang
disumbangkan oleh para anggota kelompok untuk pembayarannya. Jadi,
asuransi dapat dikatakan alat pemerataan kerugian. Untuk mengurangi beban
ekonomi para anggota kelompok, penaggung juga ikut serta dalam kegiatan
5. pencegahan kerugian. Akan tetapi tujuan pokok asuransi bukanlah
pemerataan atau pencegahan kerugian, melainkan mengurangi uncertainty
(ketidakpastian) yang disebabkan oleh kesadaran kemungkinan terjadinya
kerugian.
Adapun risiko-risiko yang dapat diasuransikan harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
Kerugian Potensial Cukup Besar, Namun Probabilitasnya Rendah
Risiko kerugian yang cukup besar merupakan suatu syarat kelayakan
ekonomis asuransi. Kerugian yang mungkin terjadi haruslah cukup besar bagi
tertanggung, sedangkan biaya asuransinya, relatif rendah dibandingkan
kemungkinan kerugian tersebut. Jika kemungkinan kerugian tidak cukup
besar bagi tertanggung, mereka tidak akan tertarik memindahkan risikonya
kepada perusahaan asuransi. Banyak risiko yang cukup ditangani sendiri oleh
perusahaan, karena kemungkinan kerugiannya sedemikian kecil. Contoh, jika
karyawan perusahaan sakit ringan, maka cukup di tangani oleh perusahaan
sendiri.
Probabilitas dapat diperhitungkan
Premi asuransi didasarkan atas ramalan tentang masa depan,
sedangkan ramalan itu didasarkan atas taksiran probabilitas. Probabilitas itu
sendiri biasanya didasari pada pengalaman masa yang lalu.
Massal dan homogen
Syarat utama bagi suatu perusahan untuk dapat diasuransikan adalah
massal. Artinya, harus ada sejumlah besar unit yang terbuka untuk risiko yang
sama. Dalam hal asuransi mobil, harus ada sejumlah besar mobil. Dalam
asuransi jiwa, harus ada sejumlah besar orang. Untuk memperoleh taksiran
6. probabilitas yang akurat, diperlukan pengamatan terhadap sejumlah besar
kejadian.
Kerugian yang terjadi bersifat kebetulan
Tertanggung tidak boleh memiliki kontrol atau pengaruh terhadap
kejadian yang akan diasuransikan. Dalam kenyataannya, situasi ini hanya
berlaku untuk peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja, misalnya gempa bumi
atau cuaca.
Kerugian tertentu
Umumnya perusahaan asuransi berjanji akan membayar kerugian jika
terjadi selama waktu tertentu dan di tempat tertentu. Misalnya, perjanjian
untuk menutup kerugian kebakaran pada lokasi tertentu, berlakunya kontrak
ini harus diketahui kapan dan dimana kerugian itu terjadi.
2) Transfer risiko kepada perusahaan lain yang bukan
perusahaan asuransi (nonisurance transfer)
a. Non Insurance Transfer
Kebanyakan pemindahan risiko kepada pihak non-asuransi dilakukan
melalui kontrak-kontrak bisnis biasa dan melalui kontrak khusus untuk
pemindahan risiko. Isi kontrak berkenaan dengan pemindahan
tanggungjawab keuangan atas harta, kerugian atas net income, kerugian
personil dan tanggung gugat kepada pihak ketiga.
Pemindahan ini dapat dibedakan berdasarkan tanggungjawab yang
dipindahkan. Pada keadaan yang ekstrim, transfer hanya memindahkan
tanggung jawab keuangan saja untuk tindakan yang tidak disengaja oleh
pihak transfree. Pada keadaan ekstrim yang lain pihak tramsfree akan
7. menerima ganti rugi berkenaan dengan yang disebutkan dalam kontrak, tidak
memperhatikan apa penyebab kerugian itu sendiri.
Non-insurance mempunyai beberapa keterbatasan yang harus
diperhatikan oleh manjer risiko, antara lain sebagai berikut:
Pertama: Kontrak itu tidak mungkin hanya memindahkan sebagian
risiko daripada risiko yang menurut pendapat manajer telah
dipindahtangankan kepada pihak lain. Oleh karena itu manajer harus
mempelajari isi kontrak dengan seksama.
Kedua: bahasa yang tertulis didalamnya adalah bahasa hukum yang
sangat sukar dipahami oleh orang yang tidak ahli hukum sehingga
menyebabkan salah tafsir atau salah mengerti.
Ketiga: surat kontrak dapat dibatalkan oleh pengadilan, jika isi kontrak
bertentangan dengan undang-undang, peraturan pemerintah,
kebijaksanaan pemerintah.
b. Contoh Non-Insurance Risk Financing Transfer
Melaui leasing, lessor dapat memindahkan kepada penyewa
tanggung jawab keuangan untuk kerusakan harta atau kecelakaan
badan bagi pihak ketiga. Sebelum ditandatangaini, perjanjian
tanggung jawab seperti itu berada pada pihak lessor.
Melalui perjanjian leasing, lesse juga dapat menggeser kerugian
potensialnya kepada lessor, tergantung bagaimana perjanjian itu
dibuat.
Pemindahan risiko juga terjadi pada kontrak pembangunan suatu
bangunan, dimana dalam kontrak disebutkan adanya pembayaran
premi risiko.
8. Neutralization merupakan proses menyeimbangkan kans kerugian
atas kans keuntungan. Contoh yang paling populer dalam dunia
perdagangan adalah hedging.
3. RISK RETENTION (risiko ditangani sendiri oleh perusahaan yang
bersangkutan)
Retensi berarti bahwa perusahaan mempertahankan sebagian atau
seluruh kerugian yang dapat berakibat bagi kerugian yang diberikan. Tidak
semua risiko usaha harus diasuransikan, sehingga risiko-risiko yang relatif
tidak begitu berpengaruh terhadap operasi usaha atau perusahaan, biasanya
akan ditangani oleh perusahaan itu sendiri. Sumber pendanaan untuk
menangani risiko semacam ini berasal dari dalam perusahaan. Penaggungan
sendiri ini dapat bersifat pasif (tidak direncanakan) dan dapat pula bersifat
aktif (direncanakan).
Dikatakan pasif, bila manajer risiko tidak memperhatikan tentang adanya
exposure, oleh karena itu manajer risiko tidak melakukan usaha sedikitpun
untuk menanganinya. Sedikit sekali perusahaan yang telah
mengidentifikasikan semua exposure terhadap kerugian harta benda,
kerugian tanggung gugat dan kerugian personal. Sebagai akibatnya,
penanggungan risiko yang tidak terencana merupakan hal yang umum
dijumpai. Kadang-kadang dijumpai perusahaan yang telah mengidentifikasi
risiko, tetapi menaksir terlalu rendah terhadap kerugian potensial yang
mungkin dapat terjadi.
Pada keadaan lain dijumpai pula, bahwa manjer risiko memang peka
terhadap exposure, tetapi terus menerus menunda mengambil keputusan
tentang bagaimana menanganinya. Unplanned retention secara kebetulan
9. dapat dijadikan sebagai pendekatan yang terbaik bagi eksposur tertentu
tetapi tidak pernah menjadi cara yang rasional.
Rentention disebut aktif jika manajer mempertimbangkan metode-
metode lagi untuk menangani risiko, kemudian memutuskan secara sadar
untuk tidak memindahkan risiko potensial itu. Suatu planned retention
dikatakan rasional atau tidak, tergantung pada keadaan yang melingkupi
pengambilan keputusan untuk menanggung sendiri risiko itu. Kadang-kadang
ditemui bahwa risiko yang menurut pertimbangan orang banyak seharusnya
tidak ditanggung sendiri, ternyata di tanggung sendiri oleh perusahaan yang
bersangkutan. Sebaliknya, risiko yang harusnya ditanggung sendiri ternyata
justru diasuransikan.
1) Alasan Perusahaan Melakukan Retention
Suatu perusahaan yang menanggung sendiri risiko, dapat digolongkan
kedalam salah satu kategori sebagai berikut:
a. Keharusan karena perusahaan tidak punya pilihan lain
Keharusan (default) menaggung sendiri risiko disebabkan perusahaan
tidak mungkin memindahkan suatu risiko. Misalnya, risiko tanggung jawab
untuk tindakan kriminal, atau keusangan harta. Belum ada perusahaan
asuransi yang bersedia untuk menangani kedua risiko tersebut.
b. Biaya
Jika perusahaan memindahkan risiko kepada perusahaan asuransi
maka perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar premi yang
dikategorikan sebagai berikut :
Loss allowance, yaitu perkiraan pihak asuransi tentang kerugian
harapan pihak tertanggung.
Loading yang meliputi biaya profit margin dan perkiraan
pengeluaran tak terduga. Loading dapat mencapai 30% sampai
10. 40% dari premi. Jika perusahaan bermaksud menaggung sendiri
risiko, maka harus dipertimbangkan, apakah lebih murah
diasuransikan dibandingkan diasuransikan dengan penghematan
pembayaran premi tersebut ?
c. Kerugian harapan
Jika perusahaan percaya bahwa kerugian harapan yang dihitungnya
lebih rendah dari perkiraan pihak asuransi, maka perusahaan dalam jangka
panjang dapat menghemat pengeluaran sebesar selisih kedua perhitungan
itu. Bahkan, jika kerugian harapan sama dengan perhitungan pihak asuransi,
maka pilihan yang tepat masih pada retention.
Di samping perkiraan kerugian harapan, harus pula dipertimbangkan
perkiraan penyebaran kerugian harapan. Jika perusahaan menghadapi
kerugian yang mungkin tahun berikutnya lebih besar dari yang sanggup
ditanggungkan, maka perusahaan harus sanggup membayar premi asuransi
lebih besar dari kerugian harapan, dengan maksud menghilangkan ketidak
pastian dalam jangka pendek.
Jumlah ekstra yang ingin dibayar itu tergantung atas keparahan
kerugian potensial, kemampuan untuk menanggung kerugian, risiko yang
diperkirakan (variasi kerugian potensial) serta tujuan manajemen risiko
perusahaan yang bersangkutan. Misalnya, jika tujuan manjemen risiko adalah
menciptakan ketenangan berpikir dan menstabilkan pendapat, maka
perusahaan akan menaruh perhatian pada variasi kerugian tersebut. Namun,
jika tujuan perusahaan adalah survival, maka variasi kerugian itu akan
diabaikan.
Pihak tertanggung yang akan menaggung risiko dalam batas tertentu,
tetapi ingin mendapatkan perlindungan terhadap kerugian yang melebihi
batas tersebut dapat menggabungkan retention dan asuransi melalui axcess
11. insurance atau deductibles. Hal tersebut, biasanya melindungi tertanggung
atas kerugian perunit atau perkejadian diatas suatu jumlah tertentu, tetapi
kadang-kadang asuransi ini melindungi kerugian diatas jumlah kerugian
pertahun.
d. Opportunity Cost
Opportunity cost menyangkut timing pembayaran premi dibandingkan
dengan pengeluaran untuk kerugian. Jika premium akan sama atau lebih kecil
dari kerugian dan pengeluaran alternatif, serta jarak dan waktu antara
pembayaran premi dan pembayaran kerugian dan pengeluaran alternatif itu
akan memberikan keuntungan lebih besar atas hasil investasi dana cadangan
untuk pembayaran kerugian itu, maka perusahaan mungkin lebih memilih
retention.
Misalnya, premium itu Rp 115.000.000,00 yang dibayar pada permulaan
jangka waktu polis. Pembayaran harapan untuk kerugian dan pengeluaran
alternatif Rp 40.000.000,00 dibayar segera dan Rp 40.000.000,00 dibayar
pada akhir bulan ke-6 serta Rp 40.000.000,00 dibayar pada akhir bulan ke-8.
Pembayaran alternatif itu berjumlah Rp 120.000.000,00, tingkat suku bunga
yang berlaku 12% pertahun, maka present value-nya adalah Rp
40.000.000,00 + Rp 37.740.000,00 + Rp 33.690.000,00 = Rp 111.430.000,00.
Jadi, jika risiko ditanggung sendiri, maka akan ada keuntungan sebagai
berikut:
Rp 115.000.000,00 – Rp 111.430.000,00 = Rp 3.570.000,00
Pengembalian investasi yang tinggi, panjang jarak waktu sebelum kerugian
dan pengeluaran, maka akan semakin penting mempertimbangkan aliran kas
tersebut. Semakin panjang time log (jarak waktu) sehubungan denga
kerugian tanggung gugat, menyebabkan faktor ini menjadi alasan lebih
penting untuk menaggung sendiri rsiko tanggung gugat dari pada risiko harta.
12. e. Kualitas pertanggungan
Sebagian pengusaha percaya, bahwa pelayanan yang disediakan oleh
penanggung (pihak asuransi) dapat dilaksanakan lebih baik oleh suatu
perusahaan lain atau oleh suatu biro jasa. Pihak asuransi meragukan bahwa
perusahaan akan menyelenggarakan service pertanggungan lebih baik dari
pada yang disedikan perusahaan asuransi, karena perusahaan kurang
berpengalaman dan kekurangan tenaga profesional. Hal-hal yang mendorong
perusahaan melakukan retention, antara lain sebagai berikut :
Jika biaya lebih rendah dari biaya yang dibebankan oleh asuransi.
Jika kerugian harapan lebih rendah dari perkiraan perusahaan
asuransi.
Jika unit yang mengghalangi risiko jumlahnya sangat banyak,
sehingga profitabilitas risiko akan menjadi lebih rendah.
Tujuan manajemen risiko yang menerima variasi lebih besar dalam
kerugian tahunan.
Biaya dan jumlah kerugian membengkak dalam jangka panjang,
sehingga mengakibatkan opportunity cost menjadi sangat besar.
Peluang yang kuat bagi investasi dan mengakibatkan opportunity
cost menjadi besar.
Keuntungan pelayanan internal (non-insurer servicing).
e. Kelemahan Tindakan Retention Ada Kemungkinan Bahwa :
Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan pihak
asuransi
Kerugian harapan lebih besar dari pada kerugian yang
diperkirakan perusahan asuransi
13. Ekspor unit sedikit, kemungkinan risiko tinggi dan perusahaan
sukar untuk meramalkan probabilitas kemungkinan kerugian
secara cermat
Ketidakmampuan keuangan menopang maximum possible loses
atau maximum probable loses dalam short run
Tujuan manajemen risiko yang ditekankan kepada ketenangan
pikiran dan variasi laba tahunan yang kecil
Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama jangka
waktu yang pendek
Peluang investasi terbatas serta tingkat pengembalian yang
rendah
Lebih menguntungkan jasa perusahaan asuransi
Peraturan perpajakan dapat pula menyebabkan retention menjadi
kurang menarik
Metode paling umum penanganan risiko adalah penanggungan sendiri
oleh perusahaan yang bersangkutan. Sumber dananya diusahakan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Alasan perusahaan melakukan retention,
dapat digolongkan ke dalam berbagai kategori, yaitu:
1) Keharusan karena tidak tersedianya alternatif lain
2) Biaya
3) Kerugian-harapan
4) Opportunity cost
5) Kualitas pertanggungan
6) Pajak
14. 4. PENGGUNAAN RETENTION DIDORONG, antara lain:
1) Jika biayanya lebih rendah dari biaya yang dibebankan pihak
perusahaan asuransi
2) Jika expected losses lebih rendah dari perkiraan perusahaan asuransi
3) Jika unit yang menghadapi (exposure unit) banyak, risiko akan menjadi
lebih rendah karena perusahaan tersebut akan sanggup memperkirakan
probabilitas kerugiannya dengan akurat
4) Tujuan manajemen risiko yang menerima variasi yang besar dalam
kerugian tahunan
5) Pembayaran expense dan kerugian membengkak selama jangka waktu
yang panjang, yang menghasilkan opportunity cost yang besar
6) Peluang yang kuat bagi investasi, yang mengakibatkan opportunity
cost yang besar
7) Keuntungan pelayanan internal atau noninsurer servicing.
5. RETENTION KURANG MENARIK karena faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan pihak asuransi
2) Expected losses lebih besar daripada kerugian yang diperkirakan
perusahan asuransi
3) Exposure unit sedikit jumlahnya, akibatnya risiko akan tinggi dan
perusahaan yang bersangkutan tidak akan sanggup untuk meramalkan
kerugiannya dengan ketetapan yang memuaskan
15. 4) Ketidakmampuan keuangan menopang maximum possible
losses atau maximum probable losses dalam short run
5) Tujuran manajemen risiko yang ditekankan pada ketenangan pikiran
dan variasi laba tahunan yang kecil
6) Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama jangka waktu
yang pendek sehingga mengurangi opportumity cost
7) Peluang investasi yang terbatas serta pengembaliannya yang rendah
8) Lebih menguntungkannya jasa perusahaan asuransi
9) Peraturan perpajakan
6. SUMBER DANA UNTUK PROGRAM RETENTION
dapat dilakukan dengan cara-cara:
1. Tidak ada penyediaan sebelumnya
2. Membentuk dana dan cadangan
3. Asuransi-sendiri (self insurance)
4. Captive insurance
===================== *****======================
16. DAFTAR PUSTAKA
1. Fundamental of Risk Management, Paul HopkinThe Institute of Risk
Management, 2017
2. An Introduction to Derivatives and Risk Management, 10th Edition Don
M. Chance and Robert Brooks, 2016, Cengage Learning
3. Principles of Risk Management and Insurance, George E. Rejda Michael
J. McNamara, Pearson Education Limited 2017,